Oleh:
KELOMPOK 8
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
SAP 9
Keseragaman dan Pengungkapan
A. PRINSIP KESERAGAMAN
Dalam literatur akuntansi, konsep keseragaman tampaknya tumpang tindih dengan
komparabilitas. Sprous menyatakan karena membandingkan investasi alternative dan peluang
pemberian pinjaman merupakan bagian penting dari sebagian besar keputusan investor dan
kreditur, pencarian komparatif adalah pusatnya. Keseragaman sering disalahartikan sebagai
comparability (daya banding) dalam literatur akuntansi. Sprouse melihat comparability
sebagai suatu proses (akuntansi untuk kondisi yang sesuai dengan persamaan atau perbedaan)
dan sebuah hasil dari proses (proses perbandingan alternatif untuk membuat suatu
keputusan). Transaksi yang mirip akan diperlakukan hampir sama dan transaksi yang berbeda
harus memperoleh perlakuan yang berbeda juga. Tingkat daya banding yang dapat
diandalkan oleh pengguna laporan keuangan tergantung pada tingkat keseragaman dalam
laporan keuangan yang dimaksud.
Hubungan antara keseragaman dan daya banding ini memiliki hubungan erat dengan
SFAC No. 2. Daya banding bukan sebuah kualitas pada angka-angka akuntansi (dalam artian
relevansi dan realibilitas), tetapi merupakan hubungan antar angka-angka tersebut. Daya
banding memiliki tujuan untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan. Dalam SFAC No. 2
juga disebutkan bahwa daya banding tidak boleh dicampuradukkan dengan identitas, dan
terkadang lebih dapat dipelajari dari perbedaan daripada persamaan, apabila perbedaan
tersebut dapat dijelaskan.
2. Relevant Circumstances
Relevant circumstances merupakan keadaan signifikan yang secara ekonomi dapat
mempengaruhi secara luas event yang serupa atau mirip. Yang disebut sebagai keadaan
signifikan secara ekonomi adalah meliputi kondisi umum atau faktor yang terkait dengan
complex events yang diduga dapat memengaruhi waktu aliran kas. Relevant circumstance
terbagi dalam dua tipe umum yaitu:
a) Present magnitudes, adalah kondisi yang telah diketahui pada saat terjadinya event.
b) Future contingencies, adalah faktor yang hanya dapat diketahui setelah tanggal terjadinya
event.
Relevant Circumstances yang langsung mempengaruhi kejadian yang akan dibukukan
dan mempengaruhi metode akuntansi dipilih mewakili kejadian. Namun selain mengacu pada
relevant circumstances, manajemen juga memiliki peran dalam menentukan metode
akuntansi yang digunakan. Weldon Posell menghormati pengaruh manajerial sebagai
pertimbangan penting dalam mengizinkan metode yang berbeda-beda. Masalahnya adalah
pemilihan metode akuntansi mungkin saja karena motif yang berbeda dari anggapan relevant
circumstances. Oleh karena itu, Cadenhead membatasi relevant circumstances pada elemen
di luar kendali manajemen yang disebut dengan environmental conditions. Cadenhead
mendesain circumstantial variables, yaitu ketika (1) environtmental conditions berbeda antar
perusahaan dan (2) banyak menggunakan biaya pengukuran atau relatif menghasilkan lebih
sedikit perbedaan terhadap pilihan metode akuntansi. Cadenhead mengatakan bahwa metode
akuntansi yang kaku (rigid) hanya dapat digunakan bila terdapat circumstantial variables.
3. Keseragaman yang Terbatas (Finite) dan Kaku (Rigid)
a) Finite uniformity merupakan metode akuntansi yang dibuat sama pada relevant
circumstances pada situasi yang secara umum adalah sama. Contohnya adalah ketentuan
sewa beli jangka panjang yang diatur dalam SFAS No. 13. Disebutkan dalam SFAS No.
13 bahwa leasing harus dikapitalisasi apabila jangka waktu leasing sama dengan atau
lebih dari 75% umur ekonomis aset. Menentukan kriteria yang tepat untuk relevant
circumstances dikatakan sulit dan cenderung sewenang-wenang, sehingga hal ini
memunculkan adanya jenis alternatif uniformity yang lain, yang disebut dengan rigid
uniformity.
b) Rigid uniformity berarti menentukan satu metode untuk semua transaksi yang serupa
meski kemungkinan terdapat relevant circumstances. Contohnya adalah pada SFAS No.2
yang menyatakan bahwa R&D cost tidak boleh dikapitalisasi meskipun terdapat future
benefit. Namun dalam kenyataannya, meningkatkan daya banding dapat bersifat
counterproductive. Dengan kata lain, dapat melemahkan relevansi atau reliabilitasnya
jika untuk membandingkan antara dua ukuran, salah satunya diperoleh dengan metode
yang menghasilkan informasi yang kurang relevan atau reliable.
Bila dikaitkan dengan kriteria representational faithfulness dan verifiability, finite
uniformity semestinya dapat lebih dipercaya dibandingkan dengan rigid uniformity. Hal ini
dikarenakan pendekatan representational faithfulness berdasarkan finite uniformity
memandang adanya derajat representational faithfulness. Sterling secara kontras
melihat representational faithfulness dalam konteks biner: apakah ukuran karakteristik dari
sebuah asset itu representational faithfulness atau tidak. Dalam kepentingan pengambilan
keputusan, representational faithfulness merupakan karakteristik kegunaan yang utama dan
tidak boleh ditukar dengan verifiabilitas meskipun beberapa ukuran karakteristik yang
relevan mungkin “kurang tepat”.
Terbatas IA IIA
ARB 51, APB 18, dan SFAS 94 APB 16
Kepemilikan saham biasa untuk tujuan Pembelian berbanding
pengendalian penggabungan
Kaku IB IIB
SFAS 2 APB 29
Biaya penelitian dan pengembangan Aset yang diperoleh
melalui donasi
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, James L. Dodd. 2001. Accounting Theory “A
Conceptual and Institutional Approach” Fifth Edition. USA: South-Western
College Publishing.