Anda di halaman 1dari 22

Kerangka Konseptual

Akuntansi
(Conceptual Framework of Accounting)

Akuntansi Nirlaba 3 – Kelompok 1


Kelompok 1

1 2 3 4

Mutiara Silvia Aulia Thesa Padila


Hera Nurhalizah Syarifah Agustina Fujianti
10221161 10221041 10221246 10221001
A. Pengantar

Akuntansi adalah kesepakatan atau konsensus tentang penyajian informasi keuangan,


tidak bersifat mengikat seperti hukum atau aturan baku. Prinsip-prinsip akuntansi, seperti
GAAP di Amerika Serikat dan SAK di Indonesia, memberikan kerangka kerja untuk
pelaporan dan proses transaksi. Meskipun terbuka untuk alternatif, tanpa kerangka
konseptual, informasi keuangan bisa menjadi tidak konsisten dan sulit untuk
dibandingkan. Kerangka konseptual diperlukan untuk memastikan konsistensi, kejelasan,
dan kemampuan perbandingan informasi keuangan dari berbagai organisasi dan periode.
Contoh pengembangan praktik akuntansi, seperti pengakuan pendapatan, menunjukkan
pentingnya kerangka konseptual dalam menyesuaikan dengan inovasi praktik keuangan.
B. Kualitas Informasi Keuangan

Pertama-tama, dalam proses menghasilkan informasi terdapat dua batasan atau


kendala yang harus dipertimbangkan dalam setiap usaha menghasilkan
informasi, yaitu:
01
Efektivitas Biaya
(Cost Effectiveness)
Konsep ini menekankan pentingnya mempertimbangkan
biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan infromasi. Proses
menghasilkan informasi harus efisien dan tidak menghabiskan sumber
daya yang berlebihan. Sebagai contoh, dalam kasus sebuah yayasan,
penggantian mesin fotokopi dengan biaya lebih tinggi untuk mendapatkan
informasi yang lebih terinci tentang biaya fotokopi per departemen per
bulan sebenarnya mengurangi efektivitas biaya.
Materialitas
(Materiality)
02
Materialitas mengacu pada seberapa besar pengaruh suatu informasi
terhadap pengambilan keputusan. Informasi dikatakan material jika memiliki potensi
untuk mempengaruhi keputusan atau tindakan korektif. Sebaliknya, informasi yang tidak
material tidak akan memengaruhi pengambilan keputusan. Contoh dalam kasus biaya
telepon menunjukkan bagaimana materialitas informasi berubah tergantung pada
dampaknya terhadap keseluruhan nilai informasi keuangan. Dengan demikian, informasi
akan bernilai tinggi bila memenuhi kriteria-kriteria, antara lain :
a) dapat memenuhi kebutuhan pemakai atau dapat dimengerti oleh pemakai
(understandability);
b) menggambarkan kejadian historis (feed back value) atau masa lalu;
c) dapat dipakai untuk memprediksi masa depan (predictive value); dan
d) diperoleh pada saat yang tepat (timeliness)
Unsur lain yang penting dalam membentuk informasi yang berkualitas adalah Keandalan
(Reliability) dan Verifikasi (Verifiability).

01 Keandalan (Reliability)
Informasi yang andal adalah informasi yang dapat dipercaya oleh pemakainya tanpa perlu diuji ulang.
Hal ini mengimplikasikan bahwa informasi tersebut mencerminkan dengan akurat apa yang sebenarnya
terjadi atau ada. Keandalan informasi dapat dipertimbangkan melalui tingkat representasi yang akurat
terhadap keadaan yang sesungguhnya (representational faithfulness).

02 Verifikasi (Verifiability)
Verifikasi mengacu pada kemampuan untuk memverifikasi atau menguji kembali informasi yang
disajikan oleh pihak lain. Informasi yang dapat diverifikasi adalah informasi yang dapat dihasilkan
kembali oleh orang lain atau oleh proses yang sama. Misalnya, dalam kasus jumlah aset tetap sebuah
yayasan, informasi tersebut harus dapat diproduksi oleh siapa pun yang menggunakan prosedur yang
sama, seperti perhitungan nilai pembelian dikurangi dengan saldo depresiasi.
Selain dari konsep diatas, beberapa konsep tambahan yang dapat meningkatkan kualitas
dari informasi adalah :

a Netral (Neutrality)

b Daya Banding ( Comparability)

c Taat Asas (Consistency)


Netralitas dalam pelaporan keuangan adalah kunci dalam memastikan
informasi yang disajikan dapat dipercaya dan tidak dimanipulasi untuk memengaruhi
perilaku pihak lain. Informasi yang netral mencerminkan fakta yang sebenarnya tanpa
mencoba membentuk citra yang diinginkan. Contohnya, dalam situasi defisit keuangan,
manajemen harus netral dalam melaporkan kondisi tersebut tanpa memperhitungkan
sinyal positif yang mungkin terjadi di masa depan.

Perbandingan antarperiode atau antaryayasan dalam industri yang sama


sangat penting untuk membantu proses pengambilan keputusan. Namun, untuk
membandingkan informasi dengan validitas yang tinggi, konsistensi dalam penggunaan
metode, kebijakan, dan estimasi akuntansi sangat penting. Perubahan yang tidak
konsisten dapat menyebabkan kesulitan dalam mengevaluasi kinerja dan membuat
informasi keuangan kehilangan daya banding yang diperlukan. Oleh karena itu,
transparansi dalam mengungkapkan perubahan adalah kunci untuk memastikan informasi
yang dapat dipercaya dan berguna bagi pengambilan keputusan.
C. Model Akuntansi

Model ini merupakan suatu konsep yang ideal


yang mendasari pengaturan, konsep, ataupun
kebijakan-kebijakan akuntansi sehari-hari.
Model akuntansi yang dipakai sebagai asumsi
adalah sebagai berikut :
a
Entitas Bisnis Yang Terpisah
Yayasan dianggap sebagai suatu entitas bisnis yang
terpisah dari kekayaan pendirinya. Kutipan dari UU No.16
tentang Yayayan Tahun 2001 Bab II Pasal 9 angka (1) :
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan
memisahkan sebagain harta kekayaan pendirinya sebagai
kekayaan awal.
Asumsi Berkelanjutan
b
(Going Concern)
Lembaga nirlaba atau Yayasan sebagai entitas dianggap akan
senantiasa hidup dan beraktivitas (going concern) artinya semua
pencatatan dibuat dengan asumsi bahwa Yayasan akan tetap
beroperasi pada periode kedepan sepanjang tidak dinyatakan lain
dalam anggaran dasarnya.
Bab II Pasal 16 angka (1)
Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak
tertentu yang diatur dalam anggaran dasar.
c
Harga Yang Wajar
(Arms Length Transactions)
Konsep dari suatu model ideal akuntasi yang berarti sampai
dapat ditemukan suatu bukti yang valid maka suatu transaksi
dapat dianggap sebagai transaksi yang dapat dibukukan
d
Pencatatan Dalam Satuan Moneter
(Monetary Unit)
Dengan konsep ini, berarti transaksi atau kejadian apapun
yang memengaruhi entitas Yayasan harus diterjemahkan
dalam satuan moneter.
e
Ketepatan Waktu dan
Perioderisasi
Untuk mengatakan suatu informasi tepat waktu atau
terlambat, diperlukan suatu tenggat.
f
Proses Penandingan Antara Pendapatan
Dengan Biaya
(Matching Process)
Berlandaskan pada pengertian bahwa tidak ada pendapatan yang
muncul sendiri, setiap pendapatan yang dicatat adalah hasil dari
pengorbanan (biaya). Dengan demikian harus disajikan bersama-
sama pendapatan yang diperoleh dengan biaya untuk
memperolehnya.
g
Konservatif atau Kehati-hatian (Conversatism)
Konservatif dalam akuntansi diterjemahkan sebagai pengakuan
atas biaya segera baik sudah direalisasi maupun baru pada tahan
potensi akan muncul. Pada sisi lain, pengajuan atas pendapat
hanya dilakukan ketika sudah di realisasi. Jika masih menjadi
potensi pendaparan, tidak dilakukan pencatatan apa-apa.
D. Cash Basis, Accrual Basis & Modified Accrual
(Konsep Basis Kas & Basis Akrual)

Kedua basis ini membedakan cara pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan
biaya yayasan secara signifikan.

Secara sederhana perbedaan yang paling mudah adalah:

Pendapatan menurut pencatatan dengan basis kas adalah semua biaya penerimaan pengeluaran dalam
bentuk tunai atau kas yang dicatat di buku bank yayasan. Metode basis kas merekam transaksi saat
uang benar-benar berpindah tangan, sementara metode akrual mencatat transaksi saat terjadi, tidak
peduli uangnya sudah diterima atau belum.
Cash Basis 01
Biaya menurut basis kas adalah seluruh pengeluaran
yang dibayar oleh yayasan. Dengan demikian, total biaya yang
dilaporkan pada suatu periode adalah total pengeluaran yang
tercatat pada buku bank yayasan. Sedangkan Pendapatan menurut
basis kas adalah seluruh penerimaan uang kas oleh yayasan.

Pada akhirnya, surplus atau defisit merupakan selisih


antara pendapatan dengan biaya. Bila digunakan basis kas, dapat
diketahui secara cepat dengan menghitung berapa saldo kas yang
ada pada akhir periode. Atau dapat di katakan Pendapatan dicatat
pada saat menerima kas, sedangkan biaya dicatat pada saat
mengeluarkan kas
Accrual Basis 02
Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual melakukan
pencatatan berdasarkan apa yang seharusnya menjadi pendapatan dan biaya
yayasan pada suatu periode. Apa yang seharusnya menjadi pendapatan
yayasan adalah semua pendapatan yang telah menjadi hak yayasan terlepas
apakah hak ini telah diwujudkan dalam bentuk penerimaan kas atau tidak.

Basis akrual dipandang lebih mampu memberikan gambaran


mengenai kondisi yayasan dengan lengkap. Dengan mengaplikasikan konsep
penandingan biaya dengan pendapatan, basis akrual dipandang mampu
memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kinerja suatu entitas.
Modified Accrual
Basis 03
Idealnya yayasan menerapkan basis akrual atau basis kas secara
konsisten baik untuk pendapatan maupun untuk biaya. Hal ini akan meningkatkan
kualitas informasi keuangan yang dihasilkan oleh yayasan. Bila digunakan basis akrual,
komitmen sudah dapat dijadikan sebagai dasar pencatatan pendapatan. Bila terjadi
sesuatu hal dan realisasi dari komitmen tadi tidak terjadi, akan sangat sulit untuk
mengoreksi pendapatan tadi pada periode yang akan datang. Oleh karena itu,
pendapatan akan dibukukan sepanjang sudah dapat diyakini bahwa komitmen
direalisasikan yaitu dengan pengiriman dana. Sepanjang dana belum diterima di
rekening yayasan, dianggap belum ada pendapatan. Berarti yayasan menggunakan
basis kas untuk pencatatan pendapatan.

Secara sederhana dapat di simpulkan Akuntansi basis akrual modifikasi


yaitu pencatan transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi
tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai