Anda di halaman 1dari 10
Gb Mb Ded aged Gaae al Gs au Al aye Y tay a kiya ol celina “i aacals all cles yess yA US ols Be Keel) alsuerd : Saul. itt 4 Mae Ge aibsel : AS olgdh Gd Oss al U5. gad Giada gal at Gy Ue ated We Se Gilly : de tt @ Dipindai dengan CamScanner Ma’ésyiral muslimin, rohimakumullah... Sesungguhnya Allah SWT meminta dari kita agar menjadi hamba-Nya yang baik, bahkan yang terbaik. Untuk itu, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan jalan bagi kita untuk mencapai derajat tersebut. Allah SWT berfirman: caikal eal a G5 UL seinadl Was Lala. Gusts “Orang-orang yang bersungguh-sungguh diatas jalan Kami, maka pastiakan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sungguh Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.”(QS Al-Ankabiit [29]:69). Jalan yang paling mudah dan paling umum dilakukan ialah jalan ketakwaan, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, Perintah dan larangan ini, masing-masingnya memiliki dua peringkat. Perintah wajib dan perintah sunnah, Sedangkan larangan juga ada dua yaitu larangan pada hal-hal yang bersifat haram, sehingga wajib dipatuhi, dan larangan pada hal-hal yang bersifat makruh. Contoh di antara perintah wajib ialah yang berkenaan dengan salat lima waktu dan puasa bulan Ramadhan. Semua itu, dan masih banyak lagi, adalah perintah yang bersifat wajib. Artinya hal-hal yang diperintahkan itu wajib @ Dipindai dengan CamScanner dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan, kecuali dengan alasan- alasan tertentu yang membuat seseorang boleh meninggalkan kewajiban. Umpamanya seorang perempuan yang sedang datang bulan atau haid, maka dia tidak melakukan salat, Demikian juga orang yang sakit jiwa atau gila, terlepas dari kewajiban melaksanakan salat dan kewajiban lain. Orang yang sakit sehingga penyakitnya itu menghalanginya untuk berpuasa, boleh untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan, meskipun dia harus menggadha, atau membayar fidyah. Juga perempuan yang sedang haid, orang yang sedang bepergian atau musafir, adalah orang-orang yang boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Dan masih banyak lagi, sebagaimana yang dibahas terperinci di dalam kitab-kitab fiqih. Sebagaimana firman Allah SWT Va gil 5 ES La Ug! Lye SS) Las a cals L@ yukallifullahu nafsan illawus‘aha lah ma kasabat wa‘alaiha maktasabat... “Allah tidak membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya. Baginya amal baik yang dia lakukan, dan baginya pula amal buruk yang dia lakukan.” (QS Al-Bagarah [2]:286) Adapun anjuran-anjuran yang sunnah, maka contohnya banyak se- kali, baik salat sunnah, puasa sunnah, umrah sunnah, dan berbagai amalan sunnah yang tak terhitung jumlah serta jenis dan bentuknya. Itulah perintah Allah SWT, baik yang wajib maupun yang sunnah. Larangan Allah yang mencapai tingkat pengharaman, juga banyak yang dapat kita sebutkan sebagai contoh, di antaranya ialah larangan berzina, larangan membunuh tanpa alasan yang membenarkannya, larangan berjudi, mengonsumsi barang-barang yang memabukkan, berbuat zalim, mengambil hak orang lain tanpa alasan yang membenarkannya, dan masih banyak lagi. Sedangkan perbuatan-perbuatan yang berada di tingkat makruh, juga banyak sekali, diantaranya ialah melaksanakan salat tidak diawal waktunya tanpa alasan, memakan makanan-makanan yang menyebabkan bau di mulut atau di badan, menggunakan air yang terkena sinar mata-hari langsung baik untuk wudhu maupun mandi, meniup makanan dan minuman, dan lain-lain. © Dipindai dengan CamScanner Setelah diketahui semua itu, maka inti yang akan saya jelaskan ialah bahwa jika seseorang mampu menjaga dirinya sedemikian rupa schingga dia selalu mengamalkan yang wajib dan menjauhi yang haram, maka dia akan mendapatkan maqam atau posisi sebagai orang yang bertakwa. “Barang siapa bertakwa kepada Allah, maka Dia akan memberikan jalan keluar (dari segala macam kesulitan) kepadanya”(Qs Ath-Thalaq [65]: 2) Ihab opal Ge Al Gas ls a5 | “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan mempermudah baginya semua urusannya.” (QS At-Thaliq [65]:4) Akan tetapi seseorang bisa mencapai posisi yang lebih tinggi daripada posisi takwa. Bagaimana caranya? Yaitu selain melaksanakan yang wajib dan menjauhi yang haram, dia juga melaksanakan yang sunnah dan menjauhi yang makruh. Jadi jika seseorang sudah memperhatikan dan melaksanakan kewajiban- kewajibannya dengan baik, lalu dia mengamalkan pula amalan yang sunnah, maka pahala amalan sunnah ini menambah kualitas amaliah wajibnya. Sedangkan hal-hal yang bersifat sunnah adalah perhiasan yang akan memperindah bangunan syariat Islam yang megah ini, dan akan semakin mempercantik serta akan semakin mempertinggi nilai pengamalan syariat. Ma‘asyirol muslimin, rohimakumulléh... Selain melaksanakan perintah wajib, maka untuk mencapai derajat yang lebih tinggi lagi, seseorang juga mengamalkan perintah-perintah yang bersifat sunnah, Berkenaan dengan pentingnya pelaksanaan amalan-amalan sunnah ini, ada sebuah hadits Qudsi yang sangat menarik untuk kita cermati. Riwayat ini mengatakan bahwa Rasullulah saw bersabda, “Allah SWT berfirman : © Dipindai dengan CamScanner eA G5 Coake WAV 5 dle Ate ville ell Shay esate gl) oat ee ae iol Ls Ji sl cot Ra toy ey Cpe call Alb yg lay CAR gl 0555 eed is in oily abe Tale Gay WS itd Hei itt pot “Tidak ada yang lebih aku sukai daripada usaha hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang Aku wajibkan kepadanya. Akan tetapi adakalanya hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang sunnah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengan itu dia mendengar; dan jadi penglihatannya yang dengan itu dia melihat; dan jadi tangannya yang dengan itu dia memukul; dan jadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Dengan Aku dia mendengar; dengan Aku dia melihat; dengan Aku dia memukul dan dengan Aku dia berjalan, Jika dia meminta kepada-Ku, Aku pastiakan memberinya. Jika dia berlindung dengan-Ku, ‘Aku pasti akan metindunginya.” Hadits ini dengan sangat jelas menyatakan hebatnya amalan sunnah untuk bertagarrub kepada Allah SWT, yang tentu saja setelah memperhatikan dengan baik amal ibadah yang sifatnya wajib. Demikian pula sebaliknya, selain menjauhi hal-hal yang haram, sese- orang juga menjauhi yang makruh. Dengan menjauhi hal-hal yang haram, seseorang tentu akan mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Akan tetapi dengan menjauhi pula hal-hal yang makruh maka seseorang akan memperoleh kedudukan yang lebih tinggi lagi. Ma’ésyirol muslimin, rohimakumullah... © Dipindai dengan CamScanner Selain meninggalkan yang haram dan yang makrub, ada juga sebagian orang yang meninggalkan hal-hal yang bersifat halal atau mubah, Sampai di sini maka seseorang memasuki tingkatan zubud, Kata-kata “zuhud” itu sendiri hanya satu kali digunakan dalam Al-Quran, dan itu dalam makna etimologi atau bahasanya, yaitu keengganan seseorang terhadap sesuatu dan bahwa dia tidak menyukai sesuatu itu. Allah SWT berfirman: Gesell Gye 4B] AS 5 35 phe 053 ds gad $558 “Mereka menjualnya dengan harga rendah, hanya beberapa Dirham, dan mereka tidak begitu menyukainya.” (QS Yusuf [12]: 20) Itulah makna bahasa dari kata “zuhud.” Sedangkan makna terminologisnya atau istilah, ialah keengganan dan ketidakberminatan terhadap dunia dan semua kenikmatannya. Dengan demikian, seorang zahid, ialah orang yang tidak menyukai dan menjauhi, atau melepaskan diri, dari segala macam_ bentuk kenikmatan duniawi. Kata-kata “zuhud” dan semua bentukannya, dengan makna seperti ini, tidak pernah digunakan dalam Al-Quran. Akan tetapi ada beberapa ayat yang menekankan penjauhan diri dari nikmat- nikmat duniawi. Diantaranya yalah firman Allah SWT: ablilelasl 54.585 V5 abi te lel sali Sus “Agar kalian tidak bersedih karena memikirkan yang telah lepas dari kalian, dan tidak bersenang hati karena menerima yang datang kepada kalian,” (QS Al-Hadid [57]:23) Sayyidina Ali ra, menjelaskan hakikat zuhud dari ayat ini, mengatakan, “Ayat ini menjelaskan makna zuhud dengan dua kalimatnya: barang siapa tidak menyesali yang telah lalu, dan barang siapa tidak bergembira dengan yang akan datang, maka dia adalah seorang zahid.” Yang dimaksud dengan “tidak menyesali yang telah lalu” ialah tidak © Dipindai dengan CamScanner bersedih jika sesuatu yang ada pada kita terlepas dari kita. Demikian pula bahwa kita tidak bergembira ketika memperoleh sesuatu. Seorang yang zahid tidak memiliki kecintaan kepada apa pun sclain kepada Allah, dan semua yang berkaitan dengan pendckatan diri kepada-Nya. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: UU ssh 8585 gels AIg 5] 4 Laka Ge GI ait Gs “Dan janganlah kamu arahkan pandangan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada mereka itu, berupa kenikmatan kehidupan dunia.” (QS Thaha [20]:131 BS SUS Ge sb Ley Sigs Ul egal Goal G4 85 WH al 3 pis SM shall gh 45) 455905 Sing the Cty «_isall CZ Khutbah Kedua >) 2 9) a) YG) Sgtthy astiaals adds le AL JSG asks) le ab asl sioy (ol) ell Aging s bie Meese Ug OI Als AL ob yo Y sony LA Solel its Lhd hig altel all cle y ghee Wage gle he gyul a 55 Ae gh Lae) gail alana ait 18) Gt : ad 8 aha Os 4 Aaah 438554) 9 e jhe 1 atl og Bs al le oes SS col Sgt etl pe LBW oa5)5 GaySiall ARS ays © Dipindai dengan CamScanner I5N aS5Ih Giady, gira Ue Gasly gill } clgaly able tM) clataalls Gaattealls ciel algedl Cine sca Seyi eis a8 Sine aii Lab ably Uy yal a5 altel sat adie 4 ; al US sales al ole tie pal @ Dipindai dengan CamScanner alga Qa chls eta cole patel gpl tn sy Ahad La gal 25 hs gal Sek ect OS cole ally ilag ele sedate Gil gists all yt adil le Ustalls Uaisl Gaby Wal ga Wins Ugh WL ott U5 casi @ Dipindai dengan CamScanner @ Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai