Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

“STERILISASI ALAT DAN BAHAN”

Disusun Oleh :
Nama : Irvan Arfani Simbolon
NPM : E1G018080
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok : 2 (Dua)
Anggota Kelompok : 1. Jundi Abdul Majid (E1G018050)
2. Nefri Ummi K. W (E1G018052)
3. Rima Oktami (E1G018058)
Shift : Kamis, 13.00-15.00 WIB
Tanggal : 14 Maret 2018
Dosen : 1. Ir. Hasanuddin, M.Sc
2. Tuti Tutuarima, S.TP, M.Si
Koass : 1. Ade Tri Hartawi (E1G016028)
2. Hurujang (E1G017012)

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya.
Secara pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri,
hanya saja kata ‘’mikro’’ yang melekat pada mikrobiologi menimbulkan
pengertian terhadaporganisme yang memiliki ukuran kecil atau mikroskopi.
Mikroba adalah jasadhidup yang ukurannya kecil sering disebut
mikroorganisme atau jasad renik.Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal
mendasar yang harus diketahui dandikuasai karena penting dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan mikrobiologiselanjutnya. Obyek yang
terbebas dari mikroba disebut dengan steril. Sterilisasisangat diutamakan baik
alat-alat yang siap pakai maupun medianya.
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan
bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehinggadalam
sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Olehkarena
itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenalteknik
sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam
laboratoriummikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja
dalam labmikrobiologi.
Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganismelain yang
mengkontaminasi media.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan
praktikum sterilisasi alatdan bahan biakkan guna memberikan pemahaman
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi serta mikrobiologi.Oleh
karena itu, dilakukan percobaan ini, untuk memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sterilisasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan tentang
teknik atau tata cara sterilisasi dalam mikrobiologi.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengenal berbagai macam teknik sterilisasi.
2. Mahasiswa mampu melakukan sterilisasi peralatan dan media
pertumbuhan mikroorganisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sterilisasimerupakan proses untukmematikansemuamikroorganismeyang


hidup.
adanyapertumbuhanmikromenyatakanbahwapertambahan  bakterimasihberl
angsungdantaksempurnanya proses sterilisasi.
jikaprosessterilisasiberlangsungsempurna, makasporabakteri yang
merupakanbentuk  paling resikandarikehidupanmikrobatakakanterlihatlagi.
Sterilisasimerupakanmetodepraktis yang
dirancanguntukmembersihkandarimikroorganisme,
atausengajauntukmenghambatpertumbuhannya. Mikroorganismesangatberbed
a, dalamkelemahannyaterdapatberbagai macamagenantimikroba (Suriawiria,
2005 ).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Target suatu metode inaktvasi tergantung dari metode dan tipe
mikroorganismennya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane
mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,
2008).
Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk
kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada proses sterilisasi, spora bakteri adalah
yang paling resisten diantara semua organisme hidup. Untuk mengetahui hal
tersebut, diperlukan bakteri berspora dalam pembuktiannya karena spora bersifat
lebih tahan terhadap pengaruh luar yang tidak sesuai dibandingkan dengan bakteri
biasa (bentuk vegetatif). Efektifitas sterilisasi tergantung pada jumlah dan jenis
mikroorganisme jumlah dan jenis kontaminasi oleh zat lain, serta ada tidaknya
tempat-tempat perlindungan mikroorganisme pada alat (Adji dkk, 2007).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan
suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikrob) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi
bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara
fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat
dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas,
dan menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco, 2008).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan.
Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium Mikrobiologi
ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air
maka disebut sterilisasi panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut sterilisasi
panas kering atau sterilisasi kering (Ammi, dkk., 2013).
Sterilisasi peralatan dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh
mikroba lain, semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini
disterilisasi terlebih dahulu dengan autoklaf dengan suhu 121°C selama 15 menit
dan oven dengan suhu 180°C selama 3 jam. Sedangkan wadah plastik didesinfeksi
menggunakan alkohol 70 % (Hikma, 2014).
Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode sterilisasi kimia dan
metode sterilisasi fisik. Metode sterilisasi kimia adalah metode sterilisasi dengan
menggunakan bahan-bahan kimia, sedangkan metode sterilisasi fisik yaitu dengan
menggunakan metode panas kering dan panas basah. Pada metode panas kering
tidak menggunakan uap air sama sekali, dan pada metode panas basah
menggunakan uap air. Sterilisasi dengan metode panas kering berfungsi untuk
mematikan organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel ataupun
mendenaturasi enzim. sedangkan sterilisasi panas basah berfingsi untuk
membunuh sel-sel vegetatif dan spora eukariot (Pratiwi, 2008).
Praktek sterilisasi medium dan alat-alat secara umum dapat dilakukan secara
fisik (misalnya pemanasan, pembekuan, penge-ringan, liofilisasi, radiasi), secara
kimiawi (misalnya antiseptik, disinfektan), secara bio-logis (dengan antibiotika).
Sterilisasi dengan antibiotika tidak umum digunakan, tetapi lebih banyak
digunakan untuk tujuan khemoterapi (pegobatan). Pemilihan cara sterilisasi yang
akan dipakai tergantung dari beberapa hal misalnya macam bahan dan alat yang
disterilkan, ketahanan terhadap panas, dan bentuk bahan yang disterilkan (padat,
cair, atau berbentuk gas) (Waluyo, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Alkohol 6. Jarum ose
2. Erlemeyer 7. Jarum ent
3. Cawan petri 8. Bunsen
4. Tabung reaksi 9. Autklaf
5. Pinset 10. oven
1.2 Prosedur Kerja
1.2.1 Sterilisasi Menggunakan Oven
1. Memasukkan semua peralatan ke dalam oven, menyusunnya dengan
rapi. Untuk peralatan yang terbuka, sumbat terlebih dahulu bagian
mulutnya dengan kapas steril.
2. Menyalakan oven, mengatur suhu pada suhu 165̊C selama 2 jam
1.2.2 Sterilisasi Menggunakan Autoclave
1. Peralatan yang sudah dicuci kemudian dikeringanginkan. Membungkus
semua peralatan dengan kertas. Untuk peralatan yang terbuka, sumbat
terlebih dahulu bagian mulutnya dengan kapas steril.
2. Memasukkan semua peralatan ke dalam auto clave, susun dengan rapi.
Membiarkan katup pengatur uap terbuka sampai uap air banyak yang
keluar dan menutupnya kembali sehingga tekanan perlahan naik sampai
mencapai 2 atm dan suhu 121̊C selama 15 menit.
1.2.3 Sterilisasi Menggunakan Pemijaran
Alat-alat logam tahan panaas seperti pinset, jarum ent, jarum ose, atau pisau
skalpel dicelupkan ke dalam alkohol 95% lalu dipanaskan diatas nyala api
bunsen (api lampu spritus) sampai memijar. Celup sekali lagi dan pijarkan
kembali. Alat-alat logam yang tidak tahan panas, cukup dicelup dengan
alkohol 95% dan dilewatkan di atas nyala api sampai alkoholnya mengering.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Teknik-teknik Sterilisasi
1. Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi.
 Sterilisasi cairan dengan panas, dilakukan di dalam autoclave, dimana
steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai
temperatur 121̊C dan tekanan tinggi. Durasinya bervariasi, biasanya
selama minimal 15 menit.
 Sterilisasi cairan dengan disaring, dilakukan menggunakan membrane
filter berpori 0,22 atau 0,45 micrometer. Metode ini cocok untuk
volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak
karena panas.
2. Steriliasi padatan
Biasanya dilakukan dengan autoclave namun ditambah proses pengeringan
atau dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70%. Padatan yang
umum disterilkan adalah gelasware dan beberapa jenis tabung.
3. Sterilisasi dengan cara fisik
 Pemanasan, air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu
yang relatif singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu
yang diinginkan.
 Panas kering, cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara
panas kering yang tinggi.
 Panas basah, pemanasan menggunakan uap air.
 Filtrasi/penyaringan, dilakukan dengan mengalirkan melalui suatu alat
penyaringan yang memiliki pori-pori kecil.
 Radiasi penyinaran, dilakukan dengan memakai sinar ultraviolet yang
panjang gelombangnya antara 220-290 mm.
4. Sterilisasi dengan cara kimia
Dilakukan dengan menggunakan desinfektan. Daya kerja anti mikroba
disenfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu, dan suhu.
4.2 Steriliasi Peralatan Kecil
Sterilisasi peralatan kecil (jarum ose, jarum ent, pisau skapel dan lain-lain)
hanya dilakukan dengan pemijaran saja karena alat-alat tersebut terbuat dari
logam yang tahan panas dan merupakan penghantar panas yang baik sehingga
apabila melalui pemijaran atau lebih cepat memusnahkan bakteri daripada
dengan cara lain. Selain itu peralatannya yang kecil masih memungkinkan
untuk pemijaran karena panas dari bunsen juga tidak terlalu tinggi apabila
ingin melakukan pemijaran pada peralatan yang besar, panasnya tidak
mencukupi.
4.3 Akibat Jika Alat Tidak Disterilkan
Pada saat melakukan pengamatan, kita biasanya berhubungan dengan
mikroorganisme. Misalnya saat pembuatan media, apabila alat yang
digunakan mengandung bakteri/ tidak steril maka pengamatan yang kita
lakukan bisa gagal karena bakteri pada alat akan merusak/ menganggu dan
mengkontaminasi mikroba pada pengamatan kita.
BAB V
PEMBAHASAN
Sterilisasi menurut Suriawiria(2005) merupakan proses
untukmematikansemuamikroorganismeyang hidup.
adanyapertumbuhanmikromenyatakanbahwapertambahan  bakterim
asihberlangsungdantaksempurnanya proses sterilisasi. jika
prosessterilisasiberlangsungsempurna, makasporabakteri yang
merupakanbentuk  paling resikandarikehidupanmikrobatakakanterlihatlagi.
Sterilisasimerupakanmetodepraktis yang
dirancanguntukmembersihkandarimikroorganisme,
atausengajauntukmenghambatpertumbuhannya. Mikroorganismesangat
berbeda,
dalamkelemahannyaterdapatberbagai macamagenantimikroba.
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme. Target suatu metode inaktvasi tergantung dari metode
dan tipe mikroorganismennya, yaitu tergantung dari asam nukleat, protein,
atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant (Pratiwi, 2008).
Sterilisasi merupakan proses yang menghancurkan semua bentuk
kehidupan. Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi,
artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Pada proses sterilisasi, spora
bakteri adalah yang paling resisten diantara semua organisme hidup.
Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan bakteri berspora dalam
pembuktiannya karena spora bersifat lebih tahan terhadap pengaruh luar
yang tidak sesuai dibandingkan dengan bakteri biasa (bentuk vegetatif).
Efektifitas sterilisasi tergantung pada jumlah dan jenis mikroorganisme
jumlah dan jenis kontaminasi oleh zat lain, serta ada tidaknya tempat-
tempat perlindungan mikroorganisme pada alat (Adji dkk, 2007).
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik  dan kimiawi. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu
saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi
yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui
suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar
sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu
juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme.
Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu,
sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf.
Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap
panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb. Menyaring cairan
dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang
menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan
berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom;
saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
porselen; dan fritted glass filter, yang menggunakan filter yang terbuat dari
serbuk gelas. Menyaring udara, untuk  menjaga suatu alat yang sudah
steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu
biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut
harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi
dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi
basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus
kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada
waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut
laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring
terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas
waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah
tidak berfungsi lagi.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan
penyinaran. Pemanasan dapat dilakukan dengan pemijaran, panas kering,
uap air panas dan uap air panas bertekanan . Pemijaran  digunakan untuk
mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter
bakteri lainnya dengan cara membakar alat pada api secara langsung.
Sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu 160 – 180oC,
prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami
dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari
udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada
benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak
hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Metode ini efektif untuk
mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup
karet atau plastik. Panas kering tidak hanya merusak mikroorganisme
tetapi juga merusak pirogen. Metode ini dianggap sebagai metode yang
aman dan terpercaya. Temperatur yang digunakan adalah 160°C – 180 oC
selama 1 – 2 jam, lebih tinggi daripada temperatur yang digunakan pada
sterilisasi dengan uap jenuh. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-
alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik.
Oven digunakan untuk mensterilisasi alat yang terbuat dari kaca dan kertas
yang tahan terhadap suhu tinggi. Oven terbuat dari kotak logam, udara
yang didalamnya mendapat udara yang panas melalui panas daya listrik.
Sebelum dimasukkan alat-alat seperti erlenmeyer, cawan petri, labu ukur,
batang pengaduk, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi atau- alat yang
terbuat dari kaca dibungkus dengan kertas terlebih dahulu untuk mencegah
terjadinya keretakan dan kontaminasi pada saat alat dikeluarkan dari dalam
oven. Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci dan dikeringkan, alat yang
mempunyai mulut ditutup dengan kapas seperti labu ukur pipet tetes,
tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri dan labu ukur setelah
ditutup dengan kapas, dibungkus lagi dengan kertas sedangkan untuk
batang pengaduk dibungkus seperti biasa. Tujuan dari pembungkusan
yaitu agar alat-alat tidak terkontaminasi dengan bakteri luar dan alat tidak
pecah karena pada umumnya alat terbuat dari karca. Alat-alat yang sudah
dibungkus dimasukkan kedalam oven dengan temperature 160-180oC
selama 1-2 jam. Setelah pemanasan selesai oven dimatikan sampai
mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan untuk menghindari keretakan alat
atau masuknya udara yang mengandung partikel debu.
Sterilisasi uap air panas bertekanan menggunakan autoklaf.
Prinsipnya adalah Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan
media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Sterilisasi menggunakan
autoklaf  membutuhkan waktu yang lebih singkat, sekitar 15 -20 menit.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang
disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel
dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media
digunakan suhu 121oC dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 121oC adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi. Semua bentuk kehidupan akan mati jika
dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat
sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air,
katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada
saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai
dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi
selesai, sumber panas dimatikan. Bahan-bahan dan alat yang biasa
disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum,
peralatan laboratorium yang berskala.
Sterilisasi penyinaran dengan sinar UV dipakai untuk
menghilangkan mikroorganisme dari udara, mensterilkan kamar/ruangan,
mensterilkan alat-alat dari plastik dan lain-lain bahan yang tidak tahan
panas.   Radiasi dengan sinar ultra-violet juga digunakan untuk sterilisasi
air minum. Semua bentuk bakteri, jamur dan virus  akan dimatikan oleh
sinar dengan kekuatan <300 nm. Termasuk Protozoa dan algae juga dapat
dirusak atau dihambat pertumbuhannya.
Sterilisasi secara kimiawi biasannya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Cara sterilisasi dengan menggunakan
bahan kimia biasanya berbentuk cairan atau larutan yang mempunyai sifat
membunuh sel – sel vegetatif mikroorganisme, tetapi tidak membunuh
spora.  Sterilisasi gas atau etilen oksida, prinsip dasarnya adalah etilen
oksida membunuh mikroba melalui reaksi kimia, yaitu reaksi alkilasi.
Pada reaksi ini terjadi penggantian gugus atom hidrogen pada sel mikroba
dengan gugus alkil, sehingga metabolisme dan reproduksi sel terganggu.
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke
dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan
mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan
dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas
ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus
dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin
kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida. Sterilisasi gas
berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi
kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi
minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan
50% kelembaban relatif dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi
sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam pensterilan
digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida,
formaldehid, Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti
bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah
gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein
dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan
mikroba mati.Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk
kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber
pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban,
gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas,
pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain
khusus pada bahan pengemas.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Berbagai macam teknik sterilisasi yaitu, sterilisasi dengan
filtrasi,sterilisasi dengan pemanasan,sterilisasi dengan penyinaran
(radiasi),dan sterilisasi dengan cara kimia (khemis)
2. Yang lebih sering dilakukan dalammensterilkan bahan dan alat
laboratorium yaknidengan teknik sterilisasi pemanasan,basah,dan
kimia.Teknik pemanasan, yaitu dengan memasukkan kedalam oven alat-
alat yang akan disterilkan.Teknik basah, yaitu dengan merebus alat
laboratorium dengan air mendidih. Adapun teknik kimia, yaitu
membersihkan alat-alat laboratorium menggunakan bahan kimia seperti
alkohol.
6.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum diharapkan agar praktikan bisa lebih
kondusif dan memperhatikan prosedur kerja yang dijelaskan koass.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Dhirgo, Zuliyanti, dan Herny Larashanty. 2007. PerbandinganEfektivitas
Sterilisasi Alkohol 70%, Inframerah, Autoklaf dan Ozon Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis.Jurnal Sains Veterier, Vol.25 No. 1
  Suriawiria, U. 2005. MikrobiologiDasar. Jakarta :.Papas SinarSinanti
Ammi, Yanti dan Kusnadi, 2013.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Bogor : IPB
expres.
Hikma, Nur, dkk. 2014. Potensi Limbah Cair Tempe Secara Mikrobiologis
Sebagai Alternatif Penghasil Biogas. Jurnal Biocelebes. 8: 1, 54-59.
Pratiwi, T, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi.Jakarta : Erlangga.
Waluyo, L. 2008.Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM-Press.
James Agalloco. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic
version), USA : Informa Healthcare Inc

Anda mungkin juga menyukai