Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN BUPATI BOMBANA

NOMOR 11 TAHUN 2011


TENTANG
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOMBANA,

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pengelolaan keuangan dalam


pelaksanaan APBD Kabupaten Bombana Tahun Anggaran berjalan,
maka sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bombana Nomor 05
Tahun 2011 tentang Pokok - Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
diperlukan adanya Sistem dan Prosedur pengelolaan Keuangan
Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, periu menetapkan Peraturan Bupati Bombana tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan {Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3312) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3569);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi , Kolusi, dan Napotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Kolaka
Utara di Provinsi Sulewesi Tenggara {Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 144, Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3439);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4355);
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2005 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 255);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangan-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana
telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005
tentang Perubahan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 94, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4575);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informansi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4738);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak
Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 1S3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5179);
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Peraturan
Menteri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolan
Keuangan Daerah;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bombana Nomor 05 Tahun 2011
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI BOMBANA TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati in! yang dimaksud dengan:

(1) Daerah adalah Kabupaten Bombana.


(2) Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintah daerah.
(3) Bupati adalah Bupati Bombana.
(4) Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bombana.
(5) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bombana.
(6) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
(7) Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.
(8) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disebut APBD, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
(9) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
Keuangan Daerah.
(10) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang selanjutnya disebut PPKD, adalah Kepala
satuan Kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
(11) Bendahara Umum Daerah, yang selanjutnya disebut BUD, adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
(12) Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas bendahara
umum daerah.
(13) Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD, adalah perangkat
daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/barang.
(14) Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.
(15) Pejabat Pelaksanan Teknis Kegiatan, yang selanjutnya disebut PPTK, adalah pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu
program sesuai dengan bidang tugasnya.
(16) Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
(17) Kuasa Penguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi SKPD.
(18) Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan pengunaan barang milik
daerah.
(19) Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh
Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah.
(20) Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
(21) Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
(22) Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
(23) Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
(24) Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dan" kas daerah.
(25) Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
(26) Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
(27) Kinerja adalah keluar/hasil dari keg i a tan/prog ram yang akan atau telah capai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
(28) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
(29) Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu
atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
(30) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh 1 (satu) atau lebih
unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang
berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.
(31) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran
yang diharapkan dari suatu kegiatan.
(32) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
(33) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari kegiatan -kegiatan dalam 1 (satu) program.
(34) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut
RPJMD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
(35) Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah yang disingkat RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun.
(36) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang selanjutnya disebut RKA - SKPD, adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD
serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.
(37) Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang
selanjutnya disebut RKA-PPKD, adalah Rencana kerja dan anggaran
Badan/dinas/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
(38) Kebijakan Umum APBD, yang selanjutnya disebut KUA, adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
(39) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, yang selanjutnya disebut PPAS,
merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD.
(40) Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD, yang selanjutnya disebut DPA-SKPD,
merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
(41) Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang
selanjutnya disebut DPA-PPKD, adalah dokumen pelaksanaan anggaran
badan/dinas/ bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah.
(42) Surat Permintaan Pembayaran, yang selanjutnya disebut SPP, adalah dokumen
yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/
bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
(43) Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D, adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dan yang diterbitkan oleh BUD
berdasarkan SPM.
(44) Surat Perintah Membayar, yang selanjutnya disebut SPM, adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa penguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluarn DPA-SKPD.
(45) Surat Perintah Membayar Langsung, yang selanjutnya disebut SPM -LS, adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA -SKPD kepada Pihak Ketiga.
(46) Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja
dalam melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari -hari.
(47) Surat Perintah Membayar Uang Persediaan, yang selanjutnya disebut SPM - UP,
adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
penguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluarn DPA-SKPD yang
dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan operasional
kantor sehari -hari.
(48) Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan, yang selanjutnya disebut SPM -
GU, adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
penguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluarn DPA-SKPD yang
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibetanjakan.
(49) Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan, yang selanjutnya disebut
SPM - TU, adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa penguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas
pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
(50) Surat Penyediaan Dana, yang selanjutnya disebut SPD, adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar
penerbitan SPP.
(51) Pejabat Penatausahaan keuangan SPKD, yang selanjutnya disebut PPK-SKPD,
adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

BAB II
SISTEM DAN PROSEDUR PENDAPATAN
Bagian Kesatu
SISTEM DAN PROSEDUR PENDAPATAN DAERAH MELALUI
BENDAHARA PENERIMAAN
Pasal 2
Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling
lama 1 (satu) hari kerja dan untuk daerah yang kondisi geografisnya sulit di jangkau dengan
Komunikasi dan trasponrtasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran dapat menyetorkan
ke kas daerah paling lama 1 (satu) minggu setelah transaksi dilakukan.
Bagian Kedua
SISTEM DAN PROSEDUR PENDAPATAN DAERAH MELALUI
BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU
Pasal 3
(1) Bendahara penerimaan Pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke
rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak yang
tersebut diterima dan untuk daerah yang kondtsi geografisnya sulrt di jangkau
dengan komunikasi dan transportasi sehingga melebihi batas waktu penyetoran
dapat menyetorkan ke kas daerah paling lama 1 (satu) minggu setelah transaksi
dilakukan.
(2) Bendahara Penerimaan Pembantu melakukan Pembukuan tersendiri dan secara
periode melakukan pertanggungjawaban disertai bukti penerimaan dan penyetoran
dan seluruh uang kas yang diterimanya kepada Bendahara Penerimaan.

Bagian Ketiga
PENDAPATAN DAERAH MELALUI BANK PEMERINTAH YANG DITUNJUK, BANK
LAIN, BADAN, LEMBAGA KEUANGAN DAN ATAU KANTOR POS
Pasal4

(1) Bank, Badan, Lembaga Keuangan dan atau Kantor Pos menyetor seluruh uang yang
diterimanya ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung
sejak yang kas tersebut di terima.
(2) Bank, Badan, Lembaga Keuangan dan atau Kantor Pos Mempertanggungjawabkan
seluruh uang kas yang diterimanya kepada Bupati Bombana Melalui pejabat PPKD.

Bagian Keempat

PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN

Pasal 5

Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaaan terhadap seluruh


penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya, bendahara
penerimaan wajib mempertanggungjawabkan secara :
(1) Administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD Paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
(2) Fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(3) Laporan pertanggungjawaban dilampiri dengan bukti kas umum, buku pembantu per
-rincian obyek penerimaan, buku rekapitulasi penerimaan harian dan bukti
penerimaan lainnya yang sah.

Bagian Kelima
PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU

Pasal6

(1) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan


terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi
tanggung jawabnya dengan menggunakan buku kas umum dan buku rekapitulasi
penerimaan harian pembantu.
(2) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada bendahara penerimaan paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.

BAB III

PENYUSUNAN, PENGAJUAN SPP DAN PENGUNAAN UANG

Bagian Kesatu
PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN LAN JUT AN
(DPA-L)SKPD

Pasal7

(1) Apabila terdapat kegiatan yang tidak dapat diselesaikan di tahun anggaran yang
direncanakan dengan syarat tertentu, kegiatan tersebut dapat dilanjutkan di tahun
berikutnya tanpa dituangkan dalam RKAyang baru.
(2) Kepala SKPD hams menyampaikan laporan akhir kegiatan fisik dan non fisik maupun
keuangan kepada PPKD, laporan ini sebagai acuan pengesahan DPA-L SKPD oleh
PPKD dan dijadikan dasar pelaksanaan pekerjaan dan penyelesaian pembayaran.
(3) DPA-L disahkan oleh PPKD setelah dilakukan proses verifikasi terhadap kebenaran
DPA-L yang diajukan baik dari segi material maupun format meiiputi sisa DPA SKPD
yang belum ditertibkan SPD dan/atau belum ditertibkan SP2D atas kegiatan
bersangkutan, sisa SPD yang belum diterbitkan SP2D dan SP2D yang di belum
diuangkan.
Bagian Kedua
PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

Pasal 8

(1) Surat Permintaan Pembayaran diajukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada


Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD berdasarkan SPD
yang telah di terbitkan
(2) SPP diajukan dengan SPD sebagai dasar jumlah yang diminta untuk dibayarkan
kepada SKPD.
(3) SPP memiliki 4 jenis, yang terdiri dari:
a. SPP Uang Persediaan (UP) yang dipergunakan untuk mengisi uang persediaan
tiap-tiap SKPD dan pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali dalam setahun dan
selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan menggunakan SPP-GU
b. SPP Ganti Uang Persediaan (GU) yang digunakan untuk mengganti UP yang
sudah terpakai diajukan ketika UP habis.
c. SPP Tambahan Uang (TU) dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan
uang apabila ada pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak
akan cukup untuk membiayainya, akan tetapi pembuatan TU ini haruslah
didasarkan pada rencana perkiraan yang matang.
d. SPP Langsung (LS) dipergunakan hanya untuk pembayaran langsung pada pihak
ketiga. SPP LS dapat dikelompokan menjadi SPP -LS Gaji &. Tunjangan, SPP -LS
Barang & Jasa, dan SPP -LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan dan Tak terduga.

Bagian Ketiga

PENGGUNAAN UANG PERSEDIAAN

Pasal9

(1) Uang Persediaan (UP) adalah jenis pengeluaran yang tidak dapat dilakukan langsung
oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kepada pihak penyedia barang dan jasa.
(2) Tata cara penggunaan Uang Persediaan (UP) adalah jenis-jenis pengeluaran yang
sifatnya belum dapat diperkirakan jumlah yang dibayarkan, belanja modal/barang
dan jasa yang mempunyai nilai tidak lebih dari Rp. 5.000.000.-, pembayaran BBM,
Listrikjelepon ,Air, biaya perjalanan dinas, biaya makan minum ataupun jenis
pengeluaran yang sifatnya mendesak.
(3) Besaran uang persediaan (UP) setiap SKPD diatur dalam keputusan Bupati Bombana
secara tersendiri.
BAB IV
SANKSI PENGGUNAAN UANG PERSEDIAAN

Pasal 10

(1) Apabila dalam pelaksanaan anggaran terdapat penggunaan uang persediaan (UP)
yang tidak sesuai peruntukaannya, maka pihak SKPD bersangkutan diberikan sanksi
pengurangan jumlah persediaan (UP) pada tahun anggaran berikutnya.
(2) Pencabutan fasilitas pemberian uang persediaan (UP).
(3) Melakukan teguran lisan dalam bentuk pembinaan atas kesalahan dalam
penggunaan uang persediaan (UP).

BAB V
PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN REKENING UANG PERSEDIAAN

Pasal 11

(1) Pembukaan rekening uang persediaan diatur dalam Keputusan Bupati Bombana
tentang penunjukan bank yang juga merupakan bank tempat pembukaan rekening
SKPD termasuk didalamnya uang persediaan, berdasarkan keputusan Bupati
Bombana tentang Penunjukan dan Penetapan Pengguna/Kuasa Anggaran,
Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran Pembantu,
Bendahara Penerimaan Pembantu.
(2) Pembukaan rekening SKPD pada bank yang ditunjuk, pihak bank mempersyaratkan
sebagaimana ketentuan ayat (1).
(3) Penutupan rekening dapat dilakukan setelah pihak SKPD melakukan penagihan Ganti
Uang Persediaan (GU) nihil pada akhir tahun anggaran bersangkutan.
(4) Tata cara Pembukuan dan Pelaporan sebagaimana telah diatur pada pasal (4) dalam
sistem dan prosedur ini.
(5) Pertanggungjawaban Uang Persediaan (UP) dilakukan setelah bendahara
pengeluaran melakukan penagihan Ganti Uang Persediaan (GU) yang dilampiri
dengan bukti-bukti penggunaan uang persediaan, demikian halnya dengan Ganti
Uang Persediaan (GU) selanjutnya.
BAB VI

PEMBUATAN SPD, SPM, SP2D DAN SPJ

Bagian Kesatu
PEMBUATAN SURAT PENYEDIAAN DANA

Pasal 12

(1) Setelah APBD ditetapkan dalam peraturan Daerah dan DPA SKPD telah disahkan oleh
PPKD, bendahara masing-masing SKPD belum dapat melakukan permintaan dana
sebelum terlebih dulu PPKD menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD).
(2) SPD adalah surat penyediaan uang yang dibuat oleh BUD selaku PPKD dalam rangka
manajemen kas daerah.
(3) SPD adalah mengatur jumlah penyediaan dana kas bagi setiap SKPD dengan
memperkirakan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dalam memenuhi
kebutuhan dana SKPD dalam kurun waktu 3 bulan atau triwulan
(4) SPD diterbitkan secara global pada setiap kegiatan yang ditetapkan pada anggaran
kas yang diformulastkan dalam DPA-SKPD.
(5) Untuk mengakomodasi belanja atas kegiatan yang sifatnya wajib dan mengikat dan
harus dilaksanakan sebelum DPA-SKPD disahkan, PPKD selaku BUD membuat SPD
tanpa menunggu DPA disahkan seperti pembayaran Gaji, Tunjangan Honor serta
Belanja Pegawai sejenisnya.

Bagian Kedua
PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)

Pasal 13

(1) Surat Perintah Membayar diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna


Anggaran setelah surat permintaan pembayaran dinyatakan lengkap dan sah untuk
penerbitan SP2D.
(2) SPM dapat dibedakan menjadi 4 sesuai dengan SPPnya yang terdiri dari SPM-UP,
SPM-GU, SPM-TU, dan SPM-LS. Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang
diajukan baik dari segi kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya,
untuk SPM-GU pengujian juga dilakukan atas SPJ yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran demikian halnya SPM-TU jika sebelumnya telah pernah dilakukan.
(3) Secara Legal, penerbitan SPM adalah otoritas Pejabat Pengguna Anggaran (PPA),
dengan demikian tanda tangan dokumen SPM dilakukan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan sebagai sebuah pernyataan
pengguna/kuasa anggaran dilingkup SKPD.
(4) SPM yang telah ditandatangani kemudian diajukan kepada pejabat PPKD sebagai
otoritas yang akan melakukan pencairan dana.
(5) SPM dapat diterbitkan jika pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran
yang tersedia, didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan
perundangan.
(6) Waktu pelaksanaan penerbitan SPM paling lambat 2 hari sejak SPP diterima dan
apabila ditolak karena adanya kesalahan, dikembalikan paling lambat 1 hari sejak
diterima SPP.

Bagian Ketiga
PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)

Pasal 14

(1) Surat Perintah Pencairan Dana merupakan dokumen yang diterbitkan oleh pejabat
PPKD setelah pejabat PPKD meneliti kelengkapaan dokumen SPM yang diajukan oleh
Pengguna/Kuasa Anggaran.
(2) Dalam hal SP2D yang diterbitkan untuk keperluan Uang Persediaan (UP), Ganti Uang
Persediaan (GU), Tambahan Uang Persediaan (TU), pejabat PPKD menyerahkan SP2D
pada pengguna anggaran, sedangkan dalam hal SP2D yang diterbitkan untuk
keperluan pembayaran langsung, pejabat PPKD Menyerahkan kepada pihak ketiga
atau atas nama Bendahara Pengeluaran disertai dengan surat Kuasa dari Pihak
Ketiga.
(3) SP2D dapat diterbitkan jika pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran
yang tersedia didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan
perundangan.
(4) Waktu penerbitan SP2D paling lambat 2 hari sejak SPM diterima dan apabila ada
kesalahan dikembalikan paling lambat 1 hari sejak diterima SPM.

Bagian Keempat
PEMBUATAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ)
Pasal 15

(1) Surat Pertanggungjawaban merupakan laporan keuangan yang dihasilkan oleh


sebuah sistem tata buku tunggal yang dilaksanakan oleh bendahara pengeluaran.
(2) Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan uang persediaan (UP), Ganti Uang Persediaan (GU), Tambahan Uang
Persediaan (TU) kepada SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
(3) Dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan uang persediaan, dokumen laporan
pertanggungjawaban yang disampaikan mencakup Buku Kas Umum Pengeluaran,
Ringkasan pengeluaran per rincian obyek disertai bukti-bukti pengeluaran , buku
penyetoran PPN/PPh ke kas Negara, Register Penutupan kas.
(4) Laporan pertanggungjawaban disampaikan kepada PPK-SKPD untuk meneliti
kebenaran laporan.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16

Penjabaran format dan bagan altr sistem dan prosedur sebagaimana dimaksud pada pasal -
pasal, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Pasal 17

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, serta Tata
Cara Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Bendahara serta penetapan pejabat
pengelolaan keuangan dan tata cara penyusunan APBD diatur dalam Peraturan Bupati
tersendiri.

BAB VIII

PENUTUP

Pasal 18

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati


Bombana ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bombana.
Ditetapkan di Rumbia

H.TAFDIL

Diundangkan di Rumbia
Pada Tanggal 30 *4oVt*^ep.
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOMBANA,

PEMBINA UTAMA MUD A, IV/c


NIP. 19590606 198903 1 014

BERITA DAERAH KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2011 NOMOR 1/

Anda mungkin juga menyukai