Anda di halaman 1dari 25

BUPATI SAMBAS

PROVINS! KALIMANTAN BARAT


PERATURAN BUPATI SAMBAS
NOMOR 50 TAHUN 2020
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN BELANJA DAERAH ATAS
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN SAMBAS

DEN GAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI SAMBAS,
Menimbang bahwa dalam upaya meningkatkan kemudahan pelayanan pengelolaan
keuangan yang tertib, transparan, akuntabel dan bertanggungjawab,
perlu menetapkan Peraturan Bupati Petunjuk Teknis Pembayaran
Belanja Daerah atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Sambas;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-


Undang Darurat Nomor 3 tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 352) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1820);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Neposisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran . Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4576), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5155);

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4843) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6322);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa
kali diubah dan terakhir dengan Peratu.ran Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 310);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 4 Tahun 2016 tentang


Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Sambas (Lembaran Daerah Kabupaten Sambas Tahun
2016 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sambas
Nomor 28);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN ATAS


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN
SAMBAS
BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Sambas.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sambas.
4. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan
kewajiban Daerah tersebut.
5. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan Peraturan Daerah.
7. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari Kas Daerah.
8. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan.
9. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
10. Utang Daerah yang selanjutnya disebut Utang adalahjumlah uang yang wajib dibayar
Pemerintah Daerah dan/ atau kewajiban Pemerintah Daerah yang dapat dinilai
dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau
berdasarkan sebab lainnya yang sah.
11. Pemberian Pinjaman Daerah adalah bentuk investasi Pemerintah Daerah pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, Badan Layanan Umum Daerah milik
Pemerintah Daerah lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
koperasi, dan masyarakat dengan hak memperoleh bunga dan pengembalian pokok
pinjaman.
12. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk mendanai kebutuhan
pembangunan prasarana dan sarana Daerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1
(satu) tahun anggaran.
13. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh
Bupati untuk menampung seluruh Penerimaan Daerah dan membayar seluruh
Pengeluaran Daerah.
14. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah rekening
tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung
seluruh Penerimaan Daerah dan membayar seluruh Pengeluaran Daerah pada bank
yang ditetapkan.
15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur
perangkat daerah pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan
Daerah.
16. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah
unsur penunjang Urusan Pemerintahan pada Pemerintah Daerah yang
melaksanakan pengelolaan Keuangan Daerah.
17. Unit Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah adalah bagian dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa program.
18. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya.
19. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
20. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bertindak sebagai
Bendahara Umum Daerah.
21. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah yang bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Daerah.
22. Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa BUD adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas Bendahara Umum Daerah.
23. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat
pada Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
24. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat PPK SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
25. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.
26. Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat Bendahara Pengeluaran SKPKD adalah pejabat yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
keperluan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.
27. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan sebagian tugas dari Bendahara Pengeluaran sesuai dengan lingkup
tugas yang diberikan kepadanya.
28. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPA SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, dan belanja Satuan
Kerja Perangkat Daerah atau dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi Bendahara
Umum Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna
Anggaran.
29. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana sebagai dasar penerbitan surat permintaan
pembayaran atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
30. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang
digunakan untuk mengajukan permintaan pembayaran.
31. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja dalam
jumlah tertentu yang diberikan kepada bendahara pengeluaran untuk membiayai
Kegiatan operasional pada satuan kerja perangkat daerah/unit satuan kerja
perangkat daerah dan/atau untuk membiayai pengeluaran yang menurut sifat
dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran
langsung.
32. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkat LS adalah Pembayaran Langsung
kepada bendahara pengeluaran/ penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja,
surat tugas, dan/ atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan surat perintah
membayar langsung.
33. Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat GU adalah uang yang diberikan
sebagai pengganti Uang Persediaan yang telah dibelanjakan.
34. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TU adalah tambahan uang
muka yang diberikan kepada bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran
pembantu untuk membiayai pengeluaran atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah yang tidak cukup didanai dari Uang Persediaan dengan batas
waktu dalam 1 (satu) bulan.
35. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP UP
adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan uang
muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung.
36. Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP
GU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan
pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
37. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPP TU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk permintaan tambahan uang
persediaan guna melaksanakan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang
persediaan.
38. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah
dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran
Pembantu untuk permintaan pembayaran langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat tugas, dan/atau
surat perintah kerja lainnya dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu
pembayaran tertentu.
39. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan dana atas beban pengeluaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.
40. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM UP
adalah dokumen yang digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan dana
atas beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang dipergunakan sebagai Uang Persediaan untuk mendanai kegiatan.
41. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM GU
adalah dokumen yang digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan dana
atas beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang dananya dipergunakan untuk mengganti Uang Persediaan yang telah
dibelanjakan.
42. Surat Perintah Membayar Tambah Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM
TU adalah dokumen yang digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan dana
atas beban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah, karena kebutuhan dananya tidak dapat menggunakan Pembayaran Langsung
dan Uang Persediaan.
43. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM LS adalah
dokumen yang digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan dana atas
be ban pengeluaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
kepada pihak ketiga/penerima hak lainnya/Bendahara Pengeluaran.
44. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal2

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk menjadi pedoman dalam
pengajuan permintaan pembayaran atas beban APBD Kabupaten Sambas.

(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah untuk mewujudkan pengelolaan
keuangan daerah yang tertib, transparan, akuntabel, efektif dan efisien.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Bupati ini meliputi:


a. permintaan pembayaran;
b. verifikasi dokumen permintaan pembayaran;
c. Surat Perintah Membayar;
d. Surat Perintah Pencairan Dana;
e. mekanisme pencairan;
f. pertanggungjawaban;
g. pembinaan dan pengawasan;
h. ketentuan lain-lain; dan
i. penutup.

BAB IV
PERMINTAAN PEMBAYARAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4

(1) Pengeluaran kas atas beban APBD Kabupaten Sambas didasarkan atas DPA dan SPD
atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

(2) Permintaan pembayaran atas beban APBD Kabupaten Sambas dilakukan melalui
mekanisme:
a . UP;
b. GU;
c. TU; dan
d. LS.

(3) Permintaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan atas beban
pengeluaran DPA SKPD.

Bagian Kedua
Permintaan UP
Pasal 5

(1) Permintaan pembayaran UP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a
oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP UP.

(2) SPP UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPP UP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP UP;
b. ringkasan SPP UP;
c. rincian SPP UP;
d. salinan SPD;
e. potokopi Keputusan Bupati tentang besaran UP; dan
f. draf surat pernyataan untuk ditandatangani PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain UP saat pengajuan SP2D
kepada Kuasa BUD.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Bagian Ketiga
Permintaan Pembayaran GU
Pasal 6

(1) Permintaan pembayaran GU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b
oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP GU.

(2) SPP GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPP GU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP GU;
b. ringkasan SPP GU;
c. rincian SPP GU;
d. bukti asli pertanggungjawaban penggunaan UP;
e. pengesahan laporan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran atas
penggunaan dana UP/GU/TU sebelumnya yang telah disahkan oleh pejabat
berwenang;
f. salinan SPD;
g. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain GU saat pengajuan SP2D
kepada Kuasa BUD; dan
h. surat pernyataan tanggungjawab belanja GU bermaterai yang ditandatangani oleh
PA.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Bagian Keempat
Permintaan Pembayaran TU
Pasal 7

(1) Permintaan pembayaran TU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c
oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP TU.

(2) SPP TU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.

(3) Kelengkapan dokumen SPP TU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP TU;
b. ringkasan SPP TU;
c. rincian SPP TU;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain TU saat pengajuan SP2D
kepada Kuasa BUD;
f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian TU; dan
g. surat pernyataan tanggungjawab belanja TU bermaterai yang ditandatangani oleh
PA.
(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 8
(1) Penggunaan dana TU harus dipertanggungjawabkan dalam rentang waktu 1 (satu)
bulan sejak SP2D diterbitkan.

(2) Dalam hal dana TU tidak habis digunakan dalam rentang waktu 1 (satu) bulan sejak
SP2D diterbitkan, maka sisa dana TU yang ada harus disetorkan ke RKUD.

(3) Sisa dana TU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dialokasikan/ digunakan kembali untuk kegiatan yang sama.

(4) Ketentuan batas waktu penyetoran sisa TU sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan untuk :
a . kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan; dan/atau
b. kegiatan yang mengalami perubahan jadwal dari yang telah ditetapkan sebelumnya
akibat peristiwa di luar kendali PA/KPA.

Bagian Kelima
Permintaan Pembayaran LS
Pasal9

Permintaan pembayaran LS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d terbagi
menjadi:
a. LS Belanja Tidak Langsung, terdiri dari:
1. LS Gaji dan Tunjangan;
2. LS Tambahan Penghasilan;
3. LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah
4. LS Belanja Bunga;
5. LS Belanja Hibah;
6. LS Belanja Bantuan Sosial;
7. LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa;
8. LS Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa;
9. LS Belanja Tidak Terduga; dan
10. LS pengeluaran Pembiayaan.
b. LS Barang Jasa.

Pasal 10

(1) Permintaan pembayaran LS Gaji dan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf a angka 1 oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Gaji dan
Tunjangan.

(2) SPP LS Gaji dan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Gaji dan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b . ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Gaji dan Tunjangan
saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran lain yang diperlukan.

(4) Lampiran lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f antara
lain:
a. pembayaran gaji induk;
b. gaji susulan;
c. kekurangan gaji;
d. gaji terusan;
e. uang duka wafat/tewas;
f. SK CPNS;
g. SK PNS;
h. SK kenaikan pangkat;
i. SK jabatan;
j. SK kenaikan gaji berkala;
k. surat pemyataan pelantikan;
1. surat pernyataan masih menduduki jabatan;
m.surat pemyataan melaksanakan tugas;
n. daftar keluarga (KP4);
o. fotokopi surat nikah;
p. fotokopi akte kelahiran;
q. surat keterangan penghentian pembayaran (SKPP) gaji;
r. surat keterangan masih kuliah;
s. surat pindah;
t. surat kematian; dan/ a tau
u. peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan anggota
DPRD, serta gaji dan tunjangan Bupati/Wakil Bupati.

(5) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan sesuai dengan
peruntukannya.

(6) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 11

(1) Permintaan pembayaran LS Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 huruf a angka 2 oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Tambahan
Penghasilan.

(2) SPP LS Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. kuitansi pembayaran;
e. salinan SPD;
f. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Tambahan
Penghasilan saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD;
g. surat pemyataan tanggungjawab mutlak bermaterai yang ditandatangani oleh PA;
dan
h. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 12

(1) Permintaan pembayaran LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 huruf a angka 3 oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan
SPP LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah.

(2) SPP LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran.
(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. kuitansi pembayaran;
e. salinan SPD;
f. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA yang menyatakan bahwa uang
yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Insentif Pajak
Daerah/Retribusi Daerah saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD;
g. surat pernyataan tanggungjawab mutlak bermaterai yang ditandatangani oleh PA;
dan
h. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 13

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


huruf a angka 4 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Belanja Bunga.

(2) SPP LS Belanja Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Bunga
saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 14

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


huruf a angka 5 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Belanja Hibah.

(2) SPP LS Belanja Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Hibah
saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.
Pasal 15

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 huruf a angka 6 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Belanja
Bantuan Sosial.

(2) SPP LS Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri dari :
a . surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Bantuan
Sosial saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 16

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a angka 7 oleh SKPKD dilakukan dengan
mengajukan SPP LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa.

(2) SPP LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disiapkan oleh Bendahara Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Bagi
Hasil kepada Pemerintahan Desa saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifi.kasi.

Pasal 17

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Bantuan Keuangan kepada


Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf a angka 8 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Belanja
Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa.

(2) SPP LS Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan


Pemerintahan Desa sebagaimana dima.ksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Bantuan Keuangan kepada


Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa sebagaimana dima.ksud pada ayat
(2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pemyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Belanja
Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa saat
pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 18

(1) Permintaan pembayaran LS Belanja Tidak Terduga sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 huruf a angka 9 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Belanja
Tidak Terduga.

(2) SPP LS Belanja Tidak Terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP Belanja Tidak Terduga sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pemyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Belanja Tidak
Terduga saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifikasi.

Pasal 19

(1) Permintaan pembayaran pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 huruf a angka 10 oleh SKPKD dilakukan dengan mengajukan SPP LS
pengeluaran Pembiayaan.

(2) SPP LS pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Bendahara Pengeluaran SKPKD.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pemyataan untuk ditandatangani oleh PPKD yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS pengeluaran
Pembiayaan saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD; dan
f. lampiran yang diperlukan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran SKPKD kepada PPK SKPD untuk diverifi.kasi.

Pasal 20

(1) Permintaan pembayaran LS Barang Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf
b oleh SKPD dilakukan dengan mengajukan SPP LS Barang Jasa.
(2) SPP LS Barang Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.

(3) Kelengkapan dokumen SPP LS Barang Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari :
a. surat pengantar SPP LS;
b. ringkasan SPP LS;
c. rincian SPP LS;
d. salinan SPD;
e. draf surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA/KPA yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain LS Barang Jasa
saat pengajuan SP2D kepada Kuasa BUD;
f. surat surat pernyataan tanggungjawab belanja barang jasa bermaterai yang
ditandatangani oleh PA; dan
g. lampiran lain yang diperlukan.

(4) Lampiran lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g terdiri
dari:
a. surat perjanjian kerjasama/ surat perintah kerja/ surat pesanan/ e-purchasing yang
ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan pihak ketiga/penyedia;
b. Surat Perintah Mulai Kerja;
c. Surat Perintah Pengiriman;
d. kuitansi pembayaran bermaterai yang ditandatangani oleh PA/KPA, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu, serta pihak ketiga/penyedia;
e. berita acara pembayaran bermaterai yang ditandatangani oleh PA/KPA dan pihak
ketiga/ penyedia;
f. berita acara penyelesaian pekerjaan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
g. berita acara pemeriksaan/penerimaan hasil pekerjaan;
h. berita acara serah terima pekerjaan;
i. bobot persentase pekerjaan;
j. dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;
k. surat pengajuan uang muka dari pihak ketiga/penyedia;
1. surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank/ lembaga
keuangan non bank;
m.potokopi NPWP pihak ketiga/penyedia;
n. potokopi rekening bank/ rekening koran pihak ketiga/ penyedia;
o. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing atau formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku;
p. bukti pertanggungjawaban penggunaan biaya untuk pekerjaan konsultan/ invoice;
dan/atau
q. DPA kegiatan.

(5) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disiapkan oleh PPTK untuk
selanjutnya disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu sebagai kelengkapan dokumen SPP LS Barang Jasa.

(6) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan sesuai dengan
peruntukannya.

(7) Seluruh dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu kepada PPK SKPD untuk
diverifikasi.
BABV

VERIFIKASI DOKUMEN PERMINTAAN PEMBAYARAN

Pasal 21

(1) Bendahara Pengeluaran melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dokumen SPP


UP, SPP GU, SPP TU, SPP LS Gaji, SPP Tambahan Penghasilan, SPP LS Insentif Pajak
Daerah/Retribusi Daerah, dan SPP LS Barang Jasa sesuai dengan ruang lingkup
tugas dan wewenangnya.
(2) Tugas dan wewenang Bendahara Pengeluaran :
a. mengajukan permintaan pembayaran dengan menggunakan SPP UP, SPP GU, SPP
TU, SPP LS Gaji, SPP Tambahan Penghasilan, LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi
Daerah, dan SPP LS Barang Jasa;
b. menerima dan menyimpan UP, GU dan TU;
c. melaksanakan pembayaran dari UP, GU dan TU yang dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
f. membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada PA dan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada BUD secara periodik; dan
g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 22

(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu melakukan verifikasi terhadap kelengkapan


dokumen SPP TU dan SPP LS Barang Jasa sesuai dengan ruang lingkup tugas dan
wewenangnya.

(2) Bendahara Pengeluaran Pembantu memiliki tugas dan wewenang:


a. mengajukan permintaan pembayaran dengan menggunakan SPP TU dan SPP LS
Barang J asa;
b. menerima dan menyimpan pelimpahan UP dari Bendahara Pengeluaran;
c. menerima dan menyimpan TU dari BUD;
d. melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan TU yang dikelolanya;
e. menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. membuat laporan pertanggungjawaban secara administratif kepada KPA dan
laporan pertanggungjawaban secara fungsional kepada Bendahara Pengeluaran
secara periodik.

Pasal 23

(1) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu melaksanakan


pembayaran setelah:
a. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran yang diterbitkan oleh PA/KPA beserta
bukti transaksinya;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam dokumen
pembayaran; dan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

{2) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib menolak


melakukan pembayaran dari PA/KPA apabila persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak terpenuhi.

Pasal 24

(1) Bendahara Pengeluaran SKPKD melakukan melakukan verifikasi terhadap


kelengkapan dokumen SPP LS Belanja Bunga, SPP LS Belanja Hibah, SPP LS Belanja
Bantuan Sosial, SPP LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerin.tahan Desa, SPP LS
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa, SPP LS Belanja Tidak Terduga, dan SPP LS pengeluaran Pembiayaan sesuai
dengan ruang lingkup tugas dan wewenangnya.

(2) Tugas dan wewenang Bendahara Pengeluaran SKPKD:


a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP LS;
b. meneliti kelengkapan dokumen pengeluaran SPP LS;
c. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS kepada pejabat terkait apabila
dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap; dan
d. membuat laporan pertanggungjawaban pengeluaran dana yang menjadi
tanggungjawabnya secara administratif dan fungsional untuk disampaikan kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.

Pasal 25

(1) PPK SKPD melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dokumen SPP yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu/Bendahara
Pengeluaran SKPKD.

(2) PPK SKPD mempunyai tugas dan wewenang :


a. melakukan verifikasi SPP UP, SPP GU, SPP TU, dan SPP LS beserta kelengkapan
dokumennya yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu/Bendahara Pengeluaran SKPKD;
b. menyiapkan SPM;
c. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan,
Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Pengeluaran SKPKD;
d. melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD; dan
e. menyusun laporan keuangan SKPD.

(3) Khusus untuk pengajuan SPP LS Barang Jasa yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu, PPK SKPD melakukan verifikasi atas

a. kebenaran material surat bukti mengenai hak pihak penagih;


b. kelengkapan dokumen yang menjadi persyaratan/ sehubungan dengan
ikatan/ perjanjian pengadaan barang jasa; dan
c. ketersediaan dana yang bersangkutan.

(4) Verifikasi yang dilakukan oleh PPK SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dan ayat (3) dibuktikan dalam bentuk lembar verifikasi yang ditandatangani oleh
PPKSKPD.

(5) Hasil verifi.kasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan oleh PPK SKPD
kepada PA.

(6) Dalam hal basil verifi.kasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak memenuhi
syarat, PA tidak menerbitkan SPM dan mengembalikan dokumen pengajuan SPP
kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu/Bendahara
Pengeluaran SKPKD untuk diperbaiki dan/atau dilengkapi melalui PPK SKPD.

BAB VI
SURAT PERINTAH MEMBAYAR

Pasal 26

(1) Dalam hal hasil verifi.kasi yang dilakukan oleh PPK SKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (4) dinyatakan memenuhi syarat, lengkap dan benar, PA
memerintahkan pembayaran dengan menerbitkan SPM.

(2) SPM yang diterbitkan oleh PA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. SPM UP;
b. SPM GU;
c. SPM TU; dan
d. SPM LS.

(3) SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh PA kepada BUD melalui
KuasaBUD.
BAB VII
SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA

Pasal 27

(1) Kuasa BUD menerbitkan SP2D ata.s be ban APBD berdasarkan SPM yang diajukan
oleh PA.

(2) SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:


a. SP2D UP;
b. SP2D GU;
c. SP2D TU; dan
d. SP2D LS.

(3) Dalam rangka penerbita.n SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kuasa BUD
berkewajiban untuk :
a. meneliti kelengkapan SPM yang diterbitkan oleh PA berupa Surat Pemyata.an
Tanggung Jawab PA;
b. menguji kebenaran perhitungan ta.gihan ata.s beban APBD yang tercantum dalam
perinta.h pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana kegiatan yang bersangkutan; dan
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran Daerah.

Pasal 28

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D UP, terdiri dari:


a. SPM UP; dan
b. potokopi Keputusan Bupati tentang besaran UP.

Pasal 29

Kelengkapan SPM untuk penerbita.n SP2D GU, terdiri dari :


a. SPM GU;
b. laporan perta.nggungjawaban fungsional Bendahara Pengeluaran ata.s penggunaan
dana UP/GU/TU sebelumnya yang telah disahkan oleh pejabat berwenang; dan
c. surat pemyata.an tanggungjawab belanja GU bermaterai yang dita.ndata.ngani oleh PA.

Pasal 30

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D TU, terdiri dari :


a. SPM TU;
b. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian TU; dan
c. surat pemyata.an tanggungjawab belanja TU bermaterai yang dita.ndata.ngani oleh PA.

Pasal 31

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Gaji dan Tunjangan adalah SPM LS.

Pasal 32

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Tambahan Penghasilan, terdiri dari :


a. SPM LS;
b. rekap daftar penerima;
c. kuitansi pembayaran;
d. surat pemyata.an tanggungjawab mutlak bermaterai yang dita.ndatangani oleh PA; dan
e. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing ata.u formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.

Pasal 33

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Insentif Pajak Daerah/Retribusi Daerah,


terdiri dari :
a. SPM LS;
b. rekap daftar penerima;
c. kuitansi pembayaran;
d. surat pernyataan tanggungjawab mutlak bermaterai yang ditandatangani oleh PA; dan
e. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing atau formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.

Pasal 34

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Belanja Bunga, terdiri dari :


a. SPM LS;
b. nota pencairan; dan
c. potokopi rekening penerima/tujuan.

Pasal 35

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Belanja Hibah, terdiri dari :


a. SPM LS;
b. nota pencairan;
c. Keputusan Bupati tentang penerima hibah; dan
d. potokopi rekening penerima/tujuan.

Pasal 36

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Belanja Bantuan Sosial, terdiri dari :
a. SPM LS;
b. nota pencairan;
c. Keputusan Bupati ten tang penerima bantuan sosial dan/ atau persetujuan Bupati.
d. potokopi rekening penerima/ tujuan.

Pasal 37

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintahan
Desa, terdiri dari :
a. SPM LS;
b. nota pencairan;
c. Keputusan Bupati tentang penetapan Bagi Hasil; dan
d. potokopi rekening penerima/tujuan.

Pasal 38

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Bantuan Keuangan kepada


Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, terdiri dari:
a. SPM LS;
b. Nota pencairan;
c. Peraturan Bupati tentang Bantuan Keuangan; dan
d. potokopi rekening penerima/tujuan.

Pasal 39

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Belanja Tidak Terduga, terdiri dari :
a. SPM LS;
b. nota pencairan;
c. Keputusan Bupati tentang penetapan Belanja Tidak Terduga; dan
d. potokopi rekening bank penerima/ tujuan.
Pasal40

Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS pengeluaran Pembiayaan, terdiri dari :


a. SPM LS;
b. nota pencairan;
c. Keputusan Bupati tentang penetapan penyertaan modal; dan
d. photocopy rekening bank penerima/tujuan.

Pasal 41

(1) Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Barang Jasa pembayaran uang muka,
terdiri dari :
a. SPM LS;
b. potokopi surat jaminan uang muka atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh
bank/lembaga keuangan non bank;
c. ringkasan pengadaan barang jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
d. surat pernyataan tanggungjawab belanja barang jasa bermaterai yang
ditandatangani oleh PA;
e. potokopi DPA kegiatan;
f. potokopi NPWP pihak ketiga/ penyedia;
g. potokopi rekening bank/ rekening koran pihak ketiga/ penyedia; dan
h. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing atau formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.

(2) Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Barang Jasa pembayaran termyn
kemajuan pekerjaan, terdiri dari:
a. SPM LS;
b. ringkasan pengadaan barang jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
c. surat pernyataan tanggungjawab belanja barang jasa bermaterai yang
ditandatangani oleh PA;
d. potokopi SP2D pembayaran sebelumnya; dan
e. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing atau formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.

(3) Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Barang Jasa pembayaran termyn
pemeliharaan, terdiri dari :
a. SPM LS;
b. ringkasan pengadaan barang jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
c. potokopi surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh
bank/ lembaga keuangan non bank;
d. surat pernyataan tanggungjawab belanja barang jasa bermaterai yang
ditandatangani oleh PA; dan
e. potokopi SP2D pembayaran sebelumnya.

(4) Kelengkapan SPM untuk penerbitan SP2D LS Barang Jasa pembayaran sekaligus,
terdiri dari :
a . SPM LS;
b. ringkasan pengadaan barang jasa yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
c. surat pernyataan tanggungjawab belanja barang jasa bermaterai yang
ditandatangani oleh PA;
d. potokopi DPA kegiatan;
e. potokopi NPWP pihak ketiga/penyedia;
f. potokopi rekening bank/ rekening koran pihak ketiga/ penyedia; dan
g. surat setoran pajak/faktur pajak/e-billing atau formulir/blanko lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.
BAB VIII
MEKANISME PENCAIRAN

Pasal 42

(1) Pencairan belanja atas beban DPA SKPD diatur sebagai berikut:
a. untuk Belanja Barang Jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh limajuta rupiah) dilakukan melalui mekanisme UP/GU/TU;
b. untuk Belanja Barang Jasa dengan nilai di atas Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah) dilakukan melalui mekanisme LS Barang Jasa;
c. untuk Belanja Jasa Konsultansi dilakukan melalui mekanisme LS Barang Jasa;
d. untuk Belanja Modal dilakukan melalui mekanisme LS Barang Jasa; dan
e. khusus untuk Belanja Modal pengadaan tanah dilakukan melalui mekanisme TU.

(2) Pengajuan GU dapat dilakukan apabila laporan pertanggungjawaban Bendahara


Pengeluaran atas penggunaan dana telah mencapai paling sedikit 70% (tujuh puluh
persen) dari nilai UP/ GU sebelumnya.

BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 43

(1) PA/KPA bertanggungjawab penuh atas pembayaran yang telah dilakukan atas beban
DPA di SKPD /Unit SKPD yang dipimpinnya.

(2) PA/KPA, PPK SKPD, Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran


Pembantu/Bendahara Pengeluaran SKPKD dan PPTK wajib menyimpan seluruh
dokumen beserta bukti-bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan administrasi
pertanggungjawaban, serta untuk keperluan pemeriksaan Aparat Pengawas
Fungsional.

BABX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 44

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan Peraturan Bupati ini dilakukan oleh
Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah.

(2) Pembinaan secara teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
SKPKD bersama-sama dengan Inspektorat Kabupaten.

(3) Pengawasan secara teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Inspektorat Kabupaten yang terintegrasi dalam bentuk kegiatan pengawasan.

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 45

Format surat pernyataan tanggungjawab belanja GU sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 ayat (3) huruf h, surat pemyataan tanggungjawab belanja TU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf g, surat pernyataan tanggungjawab mutlak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf g, surat pernyataan tanggungjawab belanja
barang jasa sebagaiman dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf f, dan format ringkasan
pengadaan barangjasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf c tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB XII
PENUTUP

Pasal 46

Peraturan Bupati ini mulai berlak.u pada tanggal 1 November 2020.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sambas.

Ditetapkan di Sambas
pada tanggal 25 September 2020

BUPATI SAMBAS,
TTD
ATBAH ROMIN SUHAILI

Diundangkan di Sambas
pada tanggal 25 September 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMBAS,

TTD

FERY MADAGASKAR

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2020 NOMOR 51

· Dengan Aslinya
IANHUKUM

UNI
. I (IV /b)
6121997101001
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI SAMBAS
NOMOR 50 TAHUN 2020
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN
BELANJA DAERAH ATAS ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN SAMBAS

A. SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA GANTI UANG PERSEDIAAN

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA


GANTI UANG PERSEDIAAN
Nomor : ... ..... .. ...... ..

1. Kode SKPD
2. Nam.a SKPD
3. Tanggal dan Nomor DPA
4. Tahun Anggaran
5. Jumlah Belanja

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Pengguna Anggaran Satuan Kerja .... .. ........... . ,
menyatakan bahwa saya bertanggungjawab penuh atas segala pengeluaran-pengeluaran
yang telah dibayar lunas oleh Bendahara Pengeluaran kepada pihak yang berhak
menerima sebagaimana tertera dalam Laporan Pertanggungjawaban Ganti Uang yang
disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran.
Selanjutnya bukti-bukti pengeluaran atas belanja yang tertera dalam Laporan
Pertanggungjawaban Ganti Uang tersebut disimpan dengan baik pada Satuan Kerja
. . . . . . . . . . . . sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan administrasi
pertanggungjawaban, serta untuk keperluan pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional.
Demikian surat pernyataan tanggungjawab belanja Ganti Uang Persediaan ini dibuat
dengan se benar-benarnya.

Sambas, .... ............... .


Pengguna Anggaran

..................
Pangkat/ Golongan Ruang
NIP ......... .. ... ...... .... ....... .
B. SURAT PERNYATMN TANGGUNGJAWAB BELANJA TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA


TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN
Nomor: ................. .

1. Kode SKPD
2. Nama SKPD
3. Tanggal dan Nomor DPA
4. Tahun Anggaran
5. Jumlah Belanja

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Pengguna Anggaran Satuan Kerja .................. ,
menyatakan bahwa saya bertanggungjawab penuh atas segala pengeluaran-pengeluaran
yang akan dibayar oleh Bendahara Pengeluaran kepada pihak yang berhak menerima
dengan menggunakan dana Tambah Uang Persediaan yang kami ajukan ini. Penggunaan
dana Tambahan Uang Persediaan 1m akan dilaporkan dalam Laporan
Pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan yang disampaikan oleh Bendahara
Pengeluaran.
Selanjutnya bukti-bukti pengeluaran atas belanja Tambahan Uang Persediaan ini
disimpan dengan baik pada Satuan Kerja ............ sesuai ketentuan yang berlaku untuk
kelengkapan administrasi pertanggungjawaban, serta untuk keperluan pemeriksaan
Aparat Pengawas Fungsional.
Demikian surat pemyataan tanggungjawab belanja Tambah Uang Persediaan ini dibuat
dengan se benar-benamya.

Sambas, ................... .
Pengguna Anggaran

..................
Pangkat/ Golongan Ruang
NIP ............................... .
C. SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB MUTLAK


Nomor: .................... .

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama
NIP.
Jabatan
SKPD

Bahwa pembayaran yang diajukan ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam pembayaran ini sehingga
menimbulkan kerugian negara/ daerah, maka kami bersedia mengganti dan menyetorkan
kerugian tersebut ke Rekening Kas Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Sambas, serta
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya dokumen pendukung yang berkaitan dengan pembayaran sebagaimana
tersebut di atas, disimpan dengan baik pada Satuan Kerja ............ sesuai ketentuan yang
berlaku untuk kelengkapan administrasi pertanggungjawaban, serta untuk keperluan
pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional.
Demikian surat pemyataan tanggungjawab ini dibuat dengan sebenar-benamya.

Sambas, ................... .
Pengguna Anggaran

..................
Pangkat/ Golongan Ruang
NIP .. ......................... ..
D. SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA BARANG JASA

SURAT PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB


BELANJA BARANG JASA
Nomor: ................ .

1. Kode SKPD
2. Nama SKPD
3. Tanggal dan Nomor DPA
4. Nama Kegiatan
5. Tahun Anggaran
6. Jumlah Belanja

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Pengguna Anggaran Satuan Kerja .................. ,
menyatakan bahwa saya bertanggungjawab penuh atas pembayaran kepada pihak ketiga
yang diajukan untuk Pekerjaan .................... dengan nilai pembayaran saat ini sebesar
Rp .............. (terbilang .................. .).
Selanjutnya seluruh dokumen dan bukti-bukti pendukung yang berkaitan dengan
pembayaran kepada pihak ketiga sebagaimana tersebut di atas disimpan dengan baik
pada Satuan Kerja . . . . . . . . . . . . sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelengkapan
administrasi pertanggungjawaban, serta untuk keperluan pemeriksaan Aparat Pengawas
Fungsional.
Demikian surat pemyataan tanggungjawab belanja barang jasa ini dibuat dengan
sebenar-benarnya.

Sambas, .............. ..... .


Pengguna Anggaran

..................
Pangkat/ Golongan Ruang
NIP ........... ................. .
E . RINGKASAN PENGADAAN BARANG JASA

RINGKASAN PENGADAAN BARANG JASA


Nomor : ..... ...... .. ... .......... . .

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dalam jabatan selaku Pejabat Pembuat Komitmen
untuk:
1. Kode SKPD
2. NamaSKPD
3. Tanggal dan Nomor DPA
4. Nama Kegiatan
5. Nama Pekerjaan
6. Nomor dan Tanggal Kontrak
7. Nilai pekerjaan
8. Pelaksana Pekerjaan

Dengan ini menyatakan bahwa untuk pekerjaan sebagaimana tersebut di atas, saat ini telah
berhak untuk dilakukan pembayaran dengan rincian sebagai berikut:
1. Nilai pekerjaan ......... ... ... .
2. Nilai pembayaran sebelumnya ............... .
3. Nilai pembayaran saat ini .... .. .. .. ..... .
4. Sisa nilai yang masih harus
dibayar

Bahwa nilai yang dibayarkan pada saat ini telah benar dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang jasa, serta telah sesuai dengan keadaan fisik di lapangan.
Selanjutnya seluruh dokumen dan bukti-bukti pendukung yang berkaitan dengan
pembayaran ini disimpan dengan baik pada Satuan Kerja ............ sesuai ketentuan yang
berlaku untuk kelengkapan administrasi pertanggungjawaban, serta untuk keperluan
pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional.
Demikian ringkasan pengadaan barangjasa ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Sambas, .......... .... .... . .


Pejabat Pembuat Komitmen

... ...............
Pangkat/ Golongan Ruang
NIP . ..... ......... .......... .

BUPATI SAMBAS,

TID

ATBAH ROMIN SUHAILI

Diundangkan di Sambas
pada tanggal 25 September 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMBAS,

TID

FERY MADAGASKAR

gan Aslinya
HUKUM

V/b)
1997101001

Anda mungkin juga menyukai