Anda di halaman 1dari 17

BUPATI GARUT

PROVINSI JAWA BARAT


PERATURAN BUPATI GARUT
NOMOR 134 TAHUN 2019

TENTANG
IMPLEMENTASI TRANSAKSI NON TUNAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 283 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pengelolaan
keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi,
perlu mendorong pemberlakuan pembatasan transaksi tunai
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
program pembangunan;
c. bahwa dalam rangka pemberlakuan pembatasan transaksi
tunai sebagaimana dimaksud dalam huruf b, maka
dipandang perlu adanya pengaturan transaksi non tunai;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Implementasi Transaksi Non Tunai;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5601);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4576), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56
Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5155);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4578);
3

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006


tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 310);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 6 Tahun 2016
tentang Urusan Pemerintahan Konkuren Kabupaten Garut
(Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 6);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 9 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut
Tahun 2016 Nomor 9);
14. Peraturan Bupati Garut Nomor 27 Tahun 2016 tentang
Kedudukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Garut (Berita Daerah Kabupaten Garut
Tahun 2016 Nomor 27) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bupati Garut Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bupati Garut Nomor 27
Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Garut (Berita Daerah
Kabupaten Garut Tahun 2018 Nomor 49);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG IMPLEMENTASI


TRANSASKSI NON TUNAI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Garut.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Garut.
4. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
unsur perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah yang melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah.
6. Unit SKPD adalah bagian SKPD yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa
program.
7. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD yang
bertindak dalam kapasitas sebagai BUD.
4

8. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditetapkan
oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dan membayar
seluruh pengeluaran Daerah.
9. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah
rekening tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dan membayar seluruh
pengeluaran Daerah pada Bank yang ditetapkan.
10. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi
SKPD yang dipimpinnya.
11. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat
yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
12. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
selanjutnya disingkat PPK SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada SKPD.
13. Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
selanjutnya disingkat PPK Unit SKPD adalah pejabat yang melaksanakan
fungsi tata usaha keuangan pada Unit SKPD.
14. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat pada unit SKPD yang melaksanakan 1 (satu) atau beberapa kegiatan
dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
15. Bendahara Penerimaan adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
16. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.
17. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
untuk membantu Bendahara Pengeluaran dalam menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
18. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkat LS adalah pembayaran
langsung kepada Bendahara Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar
perjanjian kerja, surat tugas, dan/atau surat perintah kerja lainnya melalui
penerbitan surat perintah membayar langsung.
19. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah
dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana atas beban APBD.
20. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
21. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
22. Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dun/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
23. Autodebet adalah adalah pembayaran elektronik yang dibuat langsung dari
rekening bank, biasanya pada tanggal yang telah ditentukan.
5

24. Transaksi Tunai adalah transaksi yang menggunakan instrumen berupa uang
dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam (uang kartal).
25. Transaksi Non Tunai adalah pemindahan sejumlahan nilai uang dari satu
pihak ke pihak lain dengan menggunakan instrumen berupa alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), cek, bilyet giro, uang elektronik atau sejenisnya
dan/atau penerimaan pendapatan melalui pembayaran langsung (direct
payment).
26. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan menjadi tidak dapat dipenuhi.
27. Saldo Rekening adalah jumlah yang ada pada akun setelah pembebanan biaya
jasa penarikan, pendebitan dan pengkreditan setoran, hasil kliring penarikan
cek yang dapat digunakan untuk rekonsiliasi dengan membandingkan laporan
bank dengan register atau buku cek.
28. Rekening Bank adalah rekening keuangan pencatatan transaksi keuangan
antara nasabah dan bank serta posisi keuangan yang dihasilkan dari nasabah
dengan bank.
29. Layanan Perbankan adalah fasilitas yang disediakan oleh perbankan yang
memungkinkan nasabah Bank untuk memperoleh informasi, melakukan
komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan baik secara elektronik
maupun non elektronik sesuai ketentuan perundang-undangan.
30. Internet Banking adalah salah satu layanan bank yang memungkinkan
nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan
melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet.
31. Aplikasi Online adalah Fasilitas di sistem untuk melakukan transaksi secara
aplikasi berdasar pada bukti transaksi atau Bukti dokumen.
32. Tanda Bukti Penyetoran adalah tanda bukti transaksi setoran yang dilakukan
oleh penyetor.
33. Tanda Bukti Pembayaran adalah tanda bukti transaksi pcmbayaran yang
dilakukan oleh pihak yang membayar.
34. Surat Perintah Pendebitan Rekening yang selanjutnya disingkat SPPR adalah
bukti perintah dari PA/KPA kepada Bendahara Pengeluaran/BPP untuk
melakukan pendebitan rekening Bendahara Pengeluaran/BPP dengan
menggunakan Kartu Debit.
35. E-billing adalah sistem bayar pajak Online (elektronik) dengan Cara
pembuatan kode billing atau ID billing terlebih dahulu, baik yang dilakukan
oleh Bendahara ataupun Wajib Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
36. Uang elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur
diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit,
nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip, dan
nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan.
37. Penyedia Barang dan/atau Jasa adalah orang atau badan usaha yang
menyediakan barang, jasa konsultansi, atau jasa lainnya dan penyedia barang
dan/atau jasa lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundangundangan.
38. Hari adalah hari kerja.
39. Hari libur adalah hari diluar hari kerja, dan dinyatakan secara resmi sesuai
ketentuan yang berlaku.
6

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
(1) Ruang lingkup implementasi transaksi non tunai di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten meliputi transaksi non tunai pada:
a. Pendapatan Daerah;
b. Belanja Daerah; dan
c. Pembiayaan Daerah.
(2) Implementasi transaksi non tunai sebagaimana dimaksud ayat (1), tidak
berlaku untuk Badan Usaha Milik Daerah.
(3) Implementasi transaksi non tunai sebagaimana dimaksud ayat (1) diakomodir
melalui layanan atau aplikasi online yang disediakan oleh perbankan.

BAB III
TUJUAN DAN ASAS

Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 3
Tujuan Peraturan Bupati ini adalah:
a. sebagai pedoman implementasi transaksi non tunai di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten; dan
b. dalam rangka mewujudkan pengelolaan APBD yang cepat, akurat, aman,
efisien, transparan dan akuntabel serta mencegah tindak pidana korupsi.

Bagian Kedua
Asas

Pasal 4
(1) Implementasi transaksi non tunai di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten dilaksanakan berdasar asas:
a. efisiensi;
b. keamanan; dan
c. manfaat.
(2) Asas efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah berorientasi
pada minimalisasi penggunaan sumber daya (waktu, tenaga dan biaya) untuk
mencapai pengelolaan APBD yang maksimal.
(3) Asas keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
memberikan jaminan keamanan dalam transaksi pengelolaan APBD kepada
semua pihak yang berkepentingan.
(4) Asas manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan Daerah dan
semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan APBD.
7

BAB IV
TRANSAKSI NON TUNAI YANG BERSUMBER DARI PENDAPATAN DAERAH

Bagian Kesatu
Transaksi Pendapatan Daerah

Paragraf 1
Umum

Pasal 5
(1) Transaksi secara non tunai dilakukan untuk pembayaran yang bersumber dari
pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a,
yang terdiri dari:
a. PAD;
b. Dana Perimbangan; dan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
(2) PAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
(3) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:
a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.
(4) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri dari:
a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,
badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok
masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;
b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam;
c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah; dan
e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Paragraf 2
Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah

Pasal 6
(1) Wajib Pajak Daerah melakukan pembayaran Pajak Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a secara non tunai.
(2) Pembayaran secara non tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat informasi rincian objek Pajak Daerah yang dibayar.
8

(3) Pembayaran Pajak Daerah dapat menggunakan uang elektronik sepanjang


transaksinya dapat dibuktikan secara sah menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Dalam hal Wajib Pajak Daerah melakukan transaksi non tunai dengan mekanisme
pembayaran langsung (direct payment), maka pembayaran dimaksud dilakukan
melalui bank/lembaga keuangan/kantor pos/jasa pembayaran lainnya yang telah
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai bank penerima
pembayaran Pajak Daerah.

Pasal 8
(1) Tanda Bukti pembayaran Pajak Daerah secara non tunai dapat berupa:
a. salinan tangkapan layar (capture) untuk transaksi yang menggunakan
phone banking/mobile banking;
b. salinan transaksi yang tercantum dalam rekening koran;
c. surat tanda bukti setoran atau slip pada mesin ATM yang berlaku pada
bank/lembaga keuangan;
d. tanda bukti pembayaran yang berlaku di kantor pos atau penyedia jasa
penerimaan Pajak Daerah; dan
e. bukti lain yang diakui dan dianggap sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Tanda Bukti pembayaran Pajak Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diverifikasi oleh Bendahara Penerimaan.

Paragraf 3
Tata Cara Pembayaran Retribusi Daerah

Pasal 9
(1) Wajib Retribusi Daerah melakukan pembayaran Retribusi Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b secara non tunai.
(2) Pembayaran jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf b dilakukan secara non tunai, dikecualikan untuk retribusi:
a. pelayanan persampahan/kebersihan;
b. pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;
c. pelayanan parkir di tepi jalan umum;
d. pelayanan parkir khusus;
e. pelayanan pasar;
f. penyediaan dan/atau penyedotan kakus;
g. terminal;
h. rumah potong hewan;
i. pasar hewan;
j. tempat rekreasi dan olah raga; dan
k. pemeriksaan/pengujian alat pemadam kebakaran.
(3) Pembayaran Retribusi Daerah secara non tunai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memuat informasi rincian objek Retribusi Daerah yang dibayar.
9

Pasal 10
Dalam hal Wajib Retribusi Daerah melakukan transaksi non tunai dengan
mekanisme pembayaran langsung (direct payment), maka pembayaran dimaksud
dilakukan melalui bank/lembaga keuangan/kantor pos/jasa pembayaran lainnya
yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten sebagai bank
penerima pembayaran.

Pasal 11
(1) Tanda bukti pembayaran Retribusi Daerah secara tunai untuk jenis Retribusi
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) kepada wajib Retribusi
Daerah dapat berupa karcis atau tiket atau sejenisnya yang telah ditetapkan
oleh Kepala SKPD Pengelola Retribusi Daerah.
(2) Bukti setor ke RKUD untuk pembayaran Retribusi Daerah secara tunai untuk
jenis Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Surat
Tanda Bukti Setoran yang telah divalidasi oleh BUD.
(3) Tanda Bukti pembayaran Retribusi Daerah secara non tunai dapat berupa:
a. salinan tangkapan layar (capture) untuk transaksi yang menggunakan
phone banking/mobile banking;
b. salinan transaksi yang tercantum dalam rekening koran;
c. surat tanda bukti setoran atau slip pada mesin ATM yang berlaku pada
bank/lembaga keuangan;
d. tanda bukti pembayaran yang berlaku di kantor pos atau penyedia jasa
penerimaan pajak daerah; dan
e. bukti lain yang diakui dan dianggap sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
(4) Tanda bukti pembayaran Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dijadikan dasar verifikasi oleh Bendahara Penerimaan.

Paragraf 4
Tata Cara Pembayaran Lain-lain PAD yang Sah

Pasal 12
(1) Pembayaran Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) huruf c dilakukan secara non tunai.
(2) Pembayaran Lain-lain PAD yang Sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memuat informasi rincian objek lain-lain PAD yang sah yang dibayar.

Pasal 13
Dalam hal transaksi non tunai atas pembayaran Lain-lain PAD yang Sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (direct payment), maka pembayaran dimaksud
dilaksanakan melalui bank/lembaga keuangan/kantor pos/jasa pembayaran
lainnya yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah sebagai bank penerima
pembayaran.
10

Paragraf 5
Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pasal 14
Penerimaan pendapatan transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (3) dan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dilakukan secara non tunai.

Bagian Kedua
Tempat Khusus Layanan Pembayaran

Pasal 15
(1) SKPD pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat menyediakan tempat khusus
layanan pembayaran yang dilaksanakan secara terintegrasi berupa:
a. loket pembayaran; dan/atau
b. sarana layanan mobilitas keliling.
(2) Dalam hal SKPD pengelola Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyediakan
tempat khusus layanan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka wajib mengikutsertakan petugas/pegawai dari bank yang telah
ditetapkan Bupati sebagai pengelola kas umum Daerah.

Pasal 16
Penyediaan tempat layanan khusus pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan BUD dan
mendapatkan izin dari Bupati.

Bagian Ketiga
Penyetoran ke RKUD

Pasal 17
(1) Seluruh PAD sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) baik melalui pembayaran
tunai maupun non tunai disetorkan ke RKUD.
(2) Dalam hal pembayaran PAD sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (1) huruf a
melalui rekening khusus penerimaan yang telah ditetapkan Bupati, baik pada
bank yang telah ditetapkan sebagai pengelola RKUD atau pada bank umum
lain/lembaga keuangan/kantor pos/penyedia jasa penerimaan pembayaran
yang telah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten, penyetoran ke
RKUD dilakukan paling lambat pada hari kerja berkenaan.
(3) Penyetoran PAD yang dibayar secara tunai dan diterima oleh pemungut wajib
disetorkan ke RKUD paling lambat 1 (satu) hari kerja pada hari kerja
berikutnya.
(4) Apabila penyetoran ke RKUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
bertepatan dengan hari libur, penyetoran dilakukan pada hari kerja pertama
setelah hari libur dimaksud.

Pasal 18
(1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4) dalam hal terjadi bencana alam, kerusuhan dan/atau
keadaan kahar lainnya.
11

(2) Apabila terjadi bencana alam, kerusuhan dan/atau keadaan kahar lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setoran ke RKUD dilakukan pada hari
kerja pertama setelah keadaan dinyatakan normal.
(3) Keadaan kahar lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. gangguan sistem pada bank;
b. gangguan pada jaringan internet; dan/atau
c. kondisi lain yang dapat mengganggu proses penyetoran ke RKUD.
(4) Dalam hal terjadi keadaan kahar lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
bank pengelola Kas Umum Daerah atau bank umum lainnya/lembaga
keuangan/kantor pos/penyedia jasa penerimaan pembayaran yang telah
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada BUD paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah terjadi keadaan kahar lainnya.

Bagian Keempat
Rekonsiliasi Bendahara Penerimaan

Pasal 19
(1) Pelaksanaan rekonsilisasi oleh Bendahara Penerimaan terdiri atas:
a. rekonsiliasi data transaksi pembayaran PAD; dan
b. rekonsiliasi realisasi penerimaan setiap jenis PAD.
(2) Rekonsiliasi penerimaan setiap jenis PAD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. rekonsiliasi rekening koran;
b. pembayaran yang belum ditransfer pada RKUD (deposit in transit) pada
hari bersangkutan; dan
c. data pemindahbukuan penerimaan PAD secara elektronik maupun non
elektronik.
(3) Rekonsiliasi data transaksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melalui internet banking dapat dilakukan secara periodik dan/atau setiap hari
pada akhir hari kerja layanan bersangkutan oleh Perangkat Daerah Kabupaten
terkait dengan Bank RKUD yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.

BAB V
TRANSAKSI NON TUNAI DALAM PEMBAYARAN BELANJA DAERAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 20
(1) Transaksi secara non tunai dilakukan dalam pembayaran belanja daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, yang diklasifikasikan
menurut urusan pemerintahan.
(2) Jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. belanja tidak langsung:
1. belanja pegawai;
2. bunga;
12

3. subsidi;
4. hibah;
5. bantuan sosial;
6. belanja bagi hasil;
7. bantuan keuangan; dan
8. belanja tidak terduga.
b. belanja langsung:
1. belanja pegawai;
2. belanja barang dan jasa; dan
3. belanja modal.

Bagian Kedua
Sistem Pembayaran

Pasal 21
(1) Sistem pembayaran belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
dilakukan secara non tunai.
(2) Pembayaran non tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan untuk pembayaran dengan rincian objek belanja sebagai berikut:
a. pembayaran yang dilakukan untuk satu penerima atau lebih dalam hal
pengeluaran:
1. biaya penunjang operasional Bupati dan Wakil Bupati;
2. biaya penunjang pimpinan dan anggota DPRD;
3. biaya perjalanan dinas;
4. biaya uang pengganti transportasi dan akomodasi;
5. honorarium lembur;
6. honorarium tenaga kontrak;
7. uang makan lembur;
8. upah kerja;
9. honorarium narasumber;
10. honorarium instruktur;
11. honorarium pengisi acara festival atau sejenisnya; atau
12. hadiah perlombaan, atau uang tali asih atau sejenisnya.
b. pembayaran belanja Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak melalui kerja
sama dengan pihak ketiga;
c. pembayaran listrik, telepon, dan air;
d. pembayaran belanja perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK);
dan
e. pembayaran untuk operasional penanganan kondisi darurat bencana.
(3) Pembayaran secara tunai dapat dilakukan dengan nominal paling tinggi
sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) per transaksi.
13

Pasal 22
(1) Pemindahbukuan dari RKUD ke rekening Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu dan rekening pihak ketiga dalam sistem pembayaran
secara non tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan
dengan menggunakan instrumen SP2D.
(2) Pemindahbukuan dari rekening Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu ke rekening pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan instrumen sebagai berikut:
a. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK);
b. cek;
c. bilyet giro;
d. aplikasi online atau sejenisnya yang disediakan oleh bank pengelola Kas
Daerah; atau
e. fasilitas lain yang disediakan perbankan.
(3) Pembayaran dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dilakukan secara selektif; dan
b. untuk alasan menghindari pembayaran secara tunai dalam hal:
1. pembayaran yang bersifat mendesak dan tidak dapat dilakukan
dengan menggunakan alat pembayaran lainnya; atau
2. pembayaran transaksi di luar negeri.

Bagian Ketiga
Pembayaran Melalui Mekanisme LS

Pasal 23
(1) Proses pencairan melalui mekanisme Pembayaran Langsung (LS) sesuai dengan
ketentuan pengelolaan keuangan daerah.
(2) SP2D yang telah divalidasi oleh bank pengelola kas umum daerah merupakan
bukti pemindahbukuan dari RKUD ke rekening pihak ketiga secara online.
(3) Pembayaran pajak atas Belanja LS dilakukan melalui pemindahbukuan pada
rekening RKUD sesuai dengan data yang diinput pada E-billing atau dokumen
sejenis yang dipersamakan dan menjadi bagian pemotongan atas beban belanja
yang tercantum dalam SP2D.

Bagian Keempat
Pembayaran Melalui Mekanisme Uang Persediaan (UP) atau Ganti Uang (GU)
atau Tambahan Uang (TU)

Pasal 24
Proses pembayaran melalui mekanisme Uang Persediaan (UP) atau Ganti Uang (GU)
atau Tambahan Uang (TU) merupakan pemindahbukuan dari RKUD ke rekening
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
14

Pasal 25
(1) Pembayaran secara non tunai kepada pihak ketiga dengan menggunakan Uang
Persediaan (UP) atau Ganti Uang (GU) atau Tambahan Uang (TU) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 yang dilakukan melalui aplikasi online, dilaksanakan
dengan prosedur sebagai berikut:
a. PPTK mengajukan permohonan pembayaran kepada PA/KPA melalui PPK
SKPD/PPK Unit SKPD untuk diverifikasi;
b. atas permohonan pembayaran dari PPTK sebagaimana dimaksud pada
huruf a, maka PA/KPA menerbitkan Surat Perintah Pendebitan Rekening
kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;
c. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu melakukan
proses entri data transaksi pembayaran pada Buku Kas Umum dan
aplikasi online;
d. PA/KPA melakukan proses checking dan persetujuan (approval) untuk
melakukan proses verifikasi dan otorisasi;
e. apabila proses transaksi berhasil, bukti pembayaran akan direkam pada
Aplikasi Internet Banking dan Buku Kas Umum; dan
f. bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada huruf d kemudian dicetak
sebagai lampiran kelengkapan berkas pengajuan SPP-GU.
(2) Apabila PA/KPA tidak dapat melakukan proses checking dan persetujuan
(approval) pada saat akan dilakukan pembayaran, PA/KPA dapat
memerintahkan Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
untuk melanjutkan proses transaksi dengan memberikan sandi otorisasi.

Pasal 26
(1) Dalam hal rekening tujuan penerima menggunakan rekening selain rekening
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, terhadap biaya layanan perbankan
dibebankan kepada penerima.
(2) Pembayaran pajak atas Belanja Ganti Uang (GU) dilakukan melalui mekanisme
transaksi non tunai sesuai dengan data yang diinput pada E-billing atau
dokumen sejenis yang dipersamakan.

Bagian kelima
Rekonsiliasi Bendahara Pengeluaran

Pasal 27
(1) Pelaksanaan rekonsilisasi Bendahara Pengeluaran, terdiri atas:
a. rekonsiliasi data transaksi pembayaran melalui aplikasi online; dan
b. rekonsiliasi saldo Buku Kas Umum dengan rekening koran/giro.
(2) Rekonsiliasi data transaksi pembayaran melalui aplikasi online sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan dengan mencocokkan data
transaksi yang tercatat pada Buku Kas Umum dengan rincian transaksi pada
rekening giro.
(3) Rekonsiliasi data transaksi pembayaran melalui aplikasi online sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara periodik dan/atau setiap hari
pada akhir hari kerja layanan bersangkutan oleh SKPD terkait dengan Bank
yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.
15

Bagian keenam
Kegagalan Transaksi

Pasal 28
(1) Dalam hal terjadi kegagalan transaksi secara elektronik (time out), Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu menindaklanjuti dengan cara
melakukan klarifikasi kepada pihak Bank dan pihak ketiga yang bersangkutan
untuk dilaporkan ke PA/KPA.
(2) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani oleh bank yang bersangkutan dengan PA/KPA.
(3) Format berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Ketujuh
Kesalahan Transaksi

Pasal 29
(1) Dalam hal terjadi kesalahan input transaksi berupa kelebihan pembayaran
oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu pada aplikasi
online, maka Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib
menempuh prosedur sebagai berikut:
a. melakukan klarifikasi dan konfirmasi secara tertulis kepada pihak ketiga
untuk bersedia mengembalikan kelebihan dana ke rekening Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan dilengkapi:
1. print out bukti pembayaran melalui aplikasi online/rekening koran
dan salinan kuitansi pihak ketiga;
2. surat pernyataan tentang kesalahan pendebetan rekening giro yang
dibuat oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu yang disahkan oleh PA; dan
3. surat pernyataan bermaterai cukup dari pihak ketiga tentang
kesediaan untuk mengembalikan kelebihan dana yang dilakukan
secara autodebet
b. atas dasar surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf a
angka 3, Bendahara Pengeluaran Pembantu melakukan konfirmasi tertulis
kepada bank dimana rekening pihak ketiga tercatat untuk melakukan
autodebet.
(2) Dalam hal terjadi kesalahan input transaksi berupa kekurangan pembayaran,
maka proses pembayaran kurang bayar dilakukan sesuai dengan prosedur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi dengan:
a. print out bukti pembayaran melalui aplikasi online/rekening koran dan
kuitansi pihak ketiga; dan
b. surat peryataan tentang kesalahan pendebetan rekening giro yang dibuat
oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu yang
diketahui oleh PPTK.
(3) Format dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
dan ayat (2) huruf b tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
16

BAB VI
TRANSAKSI NON TUNAI DALAM PEMBIAYAAN

Pasal 30
(1) Penerimaan dan pengeluaran atas pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, dilakukan secara non tunai.
(2) Penerimaan pembiayaan yang dilakukan secara non tunai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari atas penerimaan:
a. SiLPA;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman Daerah;
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman Daerah; dan/atau
f. penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Pengeluaran pembiayaan yang dilakukan secara non tunai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari atas pengeluaran:
a. pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo;
b. penyertaan modal Daerah;
c. pembentukan dana cadangan;
d. pemberian pinjaman Daerah; dan/atau
e. pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 31
(1) BUD melakukan pembinaan atas pelaksanaan implementasi transaksi non
tunai.
(2) Pembinaan oleh BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. rapat evaluasi yang dilakukan secara berkala; dan
b. penyusunan Standar Operasional Prosedur sesuai dengan perkembangan
pelaksanaan transaksi non tunai dan/atau sesuai perkembangan
teknologi yang dipergunakan oleh bank pengelola kas daerah.

Pasal 32
Inspektorat Daerah sesuai kewenangannya melakukan pengawasan pelaksanaan
implementasi transaksi non tunai.
17

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka:
a. ketentuan pembayaran non tunai berdasarkan Peraturan Bupati ini,
dilaksanakan secara penuh paling lambat 1 Januari 2022;
b. penyediaan aplikasi online oleh bank pengelola kas daerah untuk
melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Bupati ini harus sudah tersedia dan
digunakan sepenuhnya dengan ketentuan:
1. untuk kepentingan transaksi belanja daerah paling lambat
1 Januari 2022; dan
2. untuk kepentingan transaksi pendapatan daerah paling lama 3 (tiga)
tahun sejak berlakunya Peraturan Bupati ini.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Garut.

Ditetapkan di Garut
pada tanggal 1 - 11 - 2019
B U P A T I G A R U T,

ttd

RUDY GUNAWAN

Diundangkan di Garut
pada tanggal 1 - 1 - 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GARUT,

ttd

DENI SUHERLAN
BERITA DAERAH KABUPATEN GARUT
TAHUN 2019 NOMOR 134

Anda mungkin juga menyukai