LK 5
LK 5
Palet
Kanvas
c. Teknik dan Prosedur Berkarya Seni
Lukis
3. Kegiatan Belajar (KB)
BENTUK, TEMA DAN NILAI SENI
DALAM SENI RUPA
a. Bentuk dalam Seni Rupa
1) Bentuk (Fisioplastis) dan Isi
(Ideoplastis) dalam Seni Rupa
Membicarakan masalah „bentuk‟
dalam seni rupa tidak dapat
mengabaikan pembahasan
tentang „isi‟ dalam seni rupa.
Keduanya merupakan topik yang
menarik untuk dibahas karena
keduanya adalah komponen seni
yang tidak dapatdipisahkan.
Setiap seni pada hakekatnya
terdiri dari dua komponen
tersebut. Herbert Read
menamakan komponen „isi‟
dalam karya seni rupa sebagai
ideoplastis, sedangkan komponen
„bentuk‟ dalam karya seni rupa
disebut fisioplastis. Ideoplastis
merupakan komponen seni yang
bersifat rohaniah yang berasal
dari diri seniman itu sendiri,
berupa pengalaman estetik,
pendapat, emosi, ide dan
imajinasi/fantasi yang bersifat
non inderawi.
2) Bentuk Bermakna dan Bentuk
Representasi
Banyak pendapat mengatakan
bahwa seni yang dipandang
bermutu adalah
seni yang dapat memperkaya
kehidupan seseorang dengan
pengalaman emosi yang
spesifik (emosi estetik),
pengalaman kognisi dan
pengalaman keindahan yang
tidak
diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari. Kualitas seni yang
demikian oleh Clive
Bell, disebut significant form
(bentuk bermakna). Tidak semua
karya seni yang
indah secara otomatis memiliki
bentuk yang bermakna. Bentuk
dari sebuah karya
seni dikatakan bermakna jika
memberi pengalaman
seni/estetik yang mampu
membangkitkan gejolak emosi
estetik melalui kualitas bentuk,
garis, warna, irama
dan teksturnya benar-benar
baru, segar, unik dan khas yang
menyatu dengan karya
seni. Pengalaman emosi estetik
murni yang ditimbulkannya
bebas dari pengalaman
emosi sehari-hari atau emosi
patriotis, atau emosi kemegahan.
3. Bentuk Mimesis dan Bentuk
Imajinatif
Pertanyaan klasik yang sering
muncul dalam perdebatan seni
dan estetika
sejak zaman Yunani kuno adalah
permasalahan filosofi seni terkait
apa yang
dihadirkan dalam sebuah karya
seni, apakah seni menghadirkan
kenyataan fisikal,
spiritual, mental atau sosial
seperti apa adanya atau
menghadirkan sesuatu dibalik
kenyataan tersebut?
Aristoteles dalam hal ini agak berbeda
pandangan terkait konsep mimesis. Ia
berpandangan bahwa seni tidak semata-
mata meniru realitas objektif seperti
pantulan gambar pada cermin, akan
tetapi pada proses peniruan ini terdapat
proses kontemplasi dan meditasi yang
kompleks atas kenyataan alam.
Aristoteles dan Plato sependapat bahwa
seniman bertugas menemukan hal-hal
yang general dan universal dari suatu
objek alam. Seni menghadirkan
peristiwa atau kenyataan faktual dan
partikular (khusus) tetapi dibalik itu
seniman harus dapat menunjukkan ciri-
ciri general dan universal yang berlaku
zaman apapun dan dimanapun
(Ibid:129-130)
b. Tema dalam Seni Rupa
1. Pengertian Tema dalam Seni Rupa
Tema merupakan ide pokok dalam
suatu karya seni yang dapat
dipahami dan dikenali melalui
pemilihan subject matter (pokok
soal) dan judul karya. Pokok
persoalan berhubungan dengan
nilai atau kualitas seni yang
merupakan esensi atau pokok
yang mendasari penciptaan karya
seni.
2. Ragam Tema dalam Seni Rupa Tema
dalam karya seni rupa dapat
mengekspresikan beragam nilai seni,
baik yang terkait dengan aspek intrinsik
maupun ekstrinsik yang keduanya tidak
dapat dipisahkan. Berikut ini dipaparkan
beberapa contoh tema dalam karya seni
rupa.
a. Tema Keindahan
b. Tema Religius
c. Tema Edukasi
d. Tema Sosial
c. Nilai Seni/Estetik: Nilai Keindahan, Nilai
Kognitif dan Nilai Kehidupan
Dalam konsep estetika modern abad ke-18,
para pakar estetika lebih banyak berbicara
tentang seni dan pengalaman estetis, karena
definisi nilai keindahan bukan lagi
dipandangan sebagai pengertian abstrak
melainkan gejala konkret yang dapat
ditelaah dengan pengamatan secara empiris
dan penguraian secara sistematis (Gie,
1976). Mulai saat itu berkembang pemikiran
filosofis tentang pengertian, konsep, dan
teori-teori seni yang mengakomodasi
perkembangan praktik kesenian dari masa ke
masa. Apa yang disebut indah atau estetik
pada dasarnya bersifat kontekstual dengan
kebudayaan. Setiap kelompok setiap zaman
memiliki ukuran atau kriteria nilai keindahan
sendiri. Dalam hal ini penting dipahami
bahwa seni dan keindahan bukanlah sebuah
benda (artefak), melainkan suatu konsep
nilai yang akan berubah seiring dengan
perkembangan kebudayaan. Sebuah benda
yang pada mulanya bukan karya seni,
beberapa masa kemudian dapat dianugerahi
predikat sebagai benda atau karya bernilai
seni, demikian pula sebaliknya. Sebagai
contoh karya seni rupa Dadaisme dari
seniman Perancis Marcel Duchamp (1964)
yang menggunakan found object (benda
temuan) sebagai idiom estetik dalam karya
seni.
1. Pengertian Nilai Seni/Estetik Secara
umum kata nilai diartikan sebagai harga,
kadar, mutu atau kualitas. Untuk
mempunyai nilai maka sesuatu harus
memiliki sifat-sifat yang penting dan
bermutu atau berguna dalam kehidupan
manusia. Dalam estetika, nilai diartikan
sebagai keberhargaan (worth) dan
kebaikan (goodness). Nilai berarti suatu
ide pokok yang paling baik, yang
menjunjung tinggi dan menjadi pedoman
manusia,/ masyarakat dalam bertingkah
laku, cinta keindahan, keadilan
(Koentjaraningrat, 1984).
2. Ragam Nilai Seni Dalam
perkembangannya, karya seni diciptakan
tidak selalu untuk menyenangkan
perasaan manusia. Karya seni dapat
rnemberikan perasaan kaget, terkejut,
terteror, namun tetap memberikan nilai-
nilai lain yang diperlukan manusia,
seperti perenungan, pemikiran, ajakan,
penyadaran, pencerahan. Jenis nilai
dalam seni mencakup: (1) nilai
keindahan (esthetic value), (2) nilai
pengetahuan (cognitive value), dan (3)
nilai kehidupan (life value), masing-
masing mempunyai pengertian sebagai
berikut:
a. Nilai Keindahan
b. Nilai Pengetahuan
c. Nilai Kehidupan