Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK Tn.

DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS (REMATIK)

Disusun oleh :

Monika Wulandari

2011020039

6A

PRODI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2023/2024


I. KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.
165).Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang etiologinya
belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang simetris dan pada
beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan ekstraartikular. Perjalanan penyakit
RA ada 3 macam yaitu monosiklik, polisiklik dan progresif. Sebagian besar
kasus perjalananya kronik kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan
Reumatologi Indonesia,2014).
Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti sendi, dan “itis”
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang pada sendi Ny N.
Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian terjadi biasanya pada tangan dan kaki mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan menyebabkan kerusakan pada bagian
dalam sendi (Febriana,2015).
Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan banyak
mengenai pada usia lanjut sehingga memberi dampak sosial dan ekonomi yang
besar. Diagnosa ini sering menghadapai kendala karena pada masa ini belum
didapatkan gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan
waktu dimana sering terjadi keterlambatan untuk memulai pengobatan yang
adekuat (Febriana,2015).
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain yaitu :
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang paling kuat. Tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
perubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Biasanya wanita lebih sering terkena osteosrtritis seperti pada lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Frekuensi osteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-
laki dan wanita, tetapi pada wanita diatas usia 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing suku bangsa mungkin
berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.
5. Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung
beban berlebihan, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain. Oleh karena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia mudah
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
C. JENIS REUMATIK
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu :
a) Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik
sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang
paling sering ditemukan yaitu:
b) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang
tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di
luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan
pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan
kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi). Penyebab Artritis
Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak
yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya.
Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi) dan
menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian
(nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat
menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi
dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
c) Osteoatritis
Sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran
klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi
(kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat
sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang
dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan
pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku
bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan,
dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
d) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan
efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi.
Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu
timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya
belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit
gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang
tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit
darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat
kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda
keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi
e) Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar
sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar
sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering
ditemukan yaitu:
a) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia
lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan
b) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri
lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada
sarung pembungkus tendon.
c) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
d) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik
gout dan pseudogout.
e) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan
fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan,
berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah
(lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal
lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan
bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau
digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.
D. MENIFESTASI KLINIS
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi
dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan
krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain, yaitu :
A. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
B. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
C. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari
tidur.
D. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
E. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut
atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar
F. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.
Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F. PATHWAYS

Inflamasi non bakterial disebabkan infeksi,


endokrin, autoimun , metabolic dan faktor genetik
dan faktor lingkungan

Athritis Reumatoid

Karditis

Obstruksi pembuluh

Gangguan aliran darah

Substansi pengangkut O2

Metabolisme anaerob Metabolisme basal


terganggu

Penimbunan asam laktat Energi menurun

Keletihan
Nyeri

Intoleran aktivitas
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik
yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan synovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
4. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)
atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak
leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
5. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.

H. PENATALAKSANAAN
h) Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis.
i) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
j) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
k) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
l) Dukungan psikososial
m) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
n) Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
o) Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat
nyeri
p) Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
q) Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis.
I. KOMPLIKASI
A. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
B. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
C. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
D. Terjadi splenomegaly
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah
akan meningkat.
Daftar Pustaka

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu.


Yogyakarta. 2011.
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis
Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.
Jakarta. 2010.
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
Salemba Medika. Jakarta. 2011.
Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan

Pengelolaan Artritis Reumatoid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia.

ISBN

Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Sari Kurnianingsih. Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC.
Jakarta. 2006.
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2011.
ASUHAN KEPERAWTAN GERONTIK Tn.A

DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS (REMATIK)

Disusun oleh :

Monika Wulandari

2011020039

6A

PRODI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2023/2024


I. Biodata
Tgl. Pengkajian : 24 Februari 2023
Nama : Tn.A Jenis Kelamin : Lakilaki
Usia : 82 tahun Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak ada Alamat :tlagayasa
Tgl masuk : Wisma / kamar :
Diagnosa medis : Rematik (Artritis Reumatoid)

Penanggung jawab
Nama : Tn.M
Hubungan dengan Klien : menantu Klien
Pekerjaan : PNS
Alamat : Tlagayasa
II. Keluhan Utama
Kakek A mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu
pernah bengkak dari lutut ke bawah.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada hari jumat 24 febuari 2022 telah dilakukan pengkajian pada kakek A umur 82
tahun , alamat desa tlagayasa rt 01 rw 02 kecamatan bobotsari kabupaten
purbalingga. Dari data yang saya dapatkan kakek A mengeluh :

a. Provocative / Palliative (Apa Penyebab klien datang kerumah)


Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya
itu Rematik.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi,
pala,jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak
dankatanya, dan juga terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu
kambuh.
c. Quantity / Quality(bagaimana dirasakan klien saat akan melakukan
aktifitas
 Bagaimana dirasakan kakek A. mengatakan kaki kanan dan kiri
terasa sakit apalagi dibawa berjalan skala : 4 – 6.
 Bagaimana dilihat kakek A. memijat-mijat kakinya dan wajahnya
terlihat meringis.
d. Region(dimana lokasinya)
 Dimana Reaksinya : Pada bagian kedua kakinya yaitu kanan dan
kiri.
 Apakah menyebar : kakek A. mengatakan sakitnya menyebar
bawah lutut
e. Severity (Mengganggu Aktivitas)
Kakek A. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena
pernah membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini
klien tidak mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang
tidak bisa dibawa berjalan jauh.
f. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Klien mengatakan sakitnya sejak 4 tahun ½ terakhir ini, dan pernah kedua
kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan
pada tahun 2021.
IV. Riwayat kesehatan masalalu
a) Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah
mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu
demam, flu, batuk ringan.
b) Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan
Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat warung dan kebetulan
cocok (2 sampai 3 hari sembuh).
c) Pernah Dirawat / Dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya
menggunakan obat-obat warung.
d) Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang
punya pantangan karena penyakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam.
e) Imunisasi
Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi.

V. riwayat kesehatan keluarga


1. Orang tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti klien
2. saudara kandung.
Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu
abang ke-2 dan kini meninggal dunia.
3. Penyakit keturunan
tidak ada
4. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan istri, 2 orang tua, dan 6 saudaranya telah meninggal dunia.
5. Penyebab meninggal
Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, istri karena
sakit tua, dan 6 saudaranya klien tidak mengingatnya.
VI. Riwayat / Keadaan Psikososial
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
B. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh dan
membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah berobat
dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau lambat.
C. Konsep diri
1. Body image
Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang
makin cepat lelah
2. Ideal diri
Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan
ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak
terlalu mengharap
3. Harga diri
Klien senang tinggal di rumah karena tercukupi semua kebutuhannya, dan
bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4. Peran diri
Klien seorang duda yang telah ditinggal istrinya karena meninggal kurang
lebih 6 tahun lalu. Dari perkawinannya klien memiliki 5 anak.
5. personal identity
Klien merupakan anggota masyarakat desa tlagayasa. Klien merupakan duda
yang memiliki 5 anak.
6. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
7. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di
berikan kepadanya.
8. Hubungan dengan keluarga
Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya)
9. Hubungan dengan orang lain
Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan
sesama penduduk desa tlagayasa.
10. Kegemaran
menonoton tv, duduk-duduk di ruang tamu rumah dan main ke tempat
anaknya.
VII. Pemeriksaan Fisik.

1) Keadaan Umum.

Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah sehingga perlu
bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien masih terlihat overweight
sehingga memperberat beban kaki saat berjalan.

2) Tanda – Tanda Vital.


 TD = 140 / 80 mmhg
 TB = 155 cm
 BB = 50kg.

3) Pemeriksaan Head to Toe.


a. Kepala dan Rambut.

 Kepala Bentuk= Simetris


 Kulit Kepala = tampak bersih
 Penyebaran dan keadaan rambut= rambut sudah banyak uban.
 Bau = rambut seperti bau keringat.

b. Wajah.
 Warna kulit = coklat.
c. Mata.

 Bentuk = simetris terhadap wajah.

 Ketajaman penglihatan= baik


 Konjungtiva. = tidak anemia.
 Sklera. = tidak ikterus.
 Pupil = isokor (kanan dan kiri).
 Pemakaian alat bantu. = tidak memakai kacamata kalo melihat kalo
membaca tulisan mungkin agak ga jelas
d. Hidung.

 Bentuk = simetris
 Fungsi penciuman= baik,dapat membedakan bau.
 Pendarahan = tidank megalami pendarahan.

e. Telinga.
 Bentuk telinga = simetris antara kanan dan kiri.
 Lubang telinga= terdapat serumen tapi dalam batas normal.
 Ketajaman pendengaran= kurang mendengar karena sudah tua.
 Mulut dan Faring.
 Keadaan bibir = bibir klien kering
 Keadaan gusi dan gigi= tidak ada pendarahan gusi dan gigi.Gigi
terlihat bersih dan tidak lengkap.
 Keadaan lidah = tidak ada tanda pendaarahan.

f. Leher.

 Tyroid = tidak terdapat pembesaran KGB


 Suara = Klien mengeluarka dengan kata kata jelas.
 Denyut nadi karotis = teraba.
 Vena jugularis = teraba.
g. Pemeriksaan integumen.

 Kebersihan klien = klien tampak bersih.


 Warna = kulit coklat
 Turgor = turgor kulit baik (kulit cepat kembali).
 Kelembaban = kulit tampak sedang (tidak kering ) agak Keriput.

h. Pemeriksaan Payudara dan ketiak.

Klien tidak bersedia karena merasa malu.

4) Pemeriksan Tharax / Dada.


a. Inspeksi.

 Bentuk Thorax. = simetris antara kanan dan kiri.


 Pernafasan = frekuensi 24 kali / menit. Irama teratur dan tidak
ada suara tambahan.
 Tidak ada tanda kesulitan bernafas.
b. Pemeriksaan Paru.

 Palpasi getaran suara = terdengar dan teratur.

 Rerkusi= bunyi resonan


 Auskultasi= suara nafas teratur
c. Pemeriksaan Abdomen.
1. Inspeksi

 Bentuk Abdomen = simetris antara kanan dan kiri.


 Benjolan = tidak ada benjolan.
2. Palpasi.
 Tanda nyeri tekan = tidak ada nyeri.
 Benjolan = tidak ada.
 Tanda ascites = tidak ada.
 Hepar = tidak ada pembengkakan.
d. Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya.

Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu.

e. Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas.

 Kesimetrian otot = simetris kanan dan kiri.


 Pemeriksaan edema = tidak ada edema
 Kekuatan otot = kekuatan otot telah berkurang.Dimana klien lebih
banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ).Klien berjalan lambat dan
berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi berjalan
jauh.
 Kelainan pada Ekstremitas dan kuku

5) Pemeriksaan Neurologis
a. Tingkat kesadaran GCS = 15 : E = 6,M = 4 ,V = 5
b. Status Mental

Kondisi Emosi / Perasaan Dalam keadaan stabil

c. Orientasi
Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang
d. Proses Berfikir

Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya Perhitungan =


klien dapat berhitung agar cepat sembuh

6) Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh


7) Persepsi : Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh total
8) Bahasa : Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
a. Fungsi Motorik

 Cara berjalan : Klien sulit berjalan


 Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
 Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan
tangan
 Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan.

b. Fungsi Sensori

 Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan


tumpul Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas
dan dingin Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua
titik
 Identifikasi sentuhan ringan Reflek

Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat.

X. Pola Kebiasaan sehari-hari Pola tidur dan kebiasaan


a. pola tidur

 Waktu tidur : siang ± ½ jam dan malam ± 6 -7 jam


 Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib
 Masalah tidur : tidak ada masalah
 Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah
bila tidak tidur siang
 Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker
b. Pola Eliminasi
a. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi

Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare Karakter
feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang
b. BAK :
 Pola BAK : ± 6 – 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia
 Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin
 Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
 Tidak ada penggunaan diuretik
 Tidak ada riwayat penyakit ginjal
c. Pola makan dan minum

a.Gejala (subjektif)

 Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per
hari 3 piring dalam per hari.
 Nyeri ulu hati tidak ada
 Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual,
muntah tidak ada
 Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak mengalami penyakir
tematik klien mempunyai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerang-
kerangan, sayur bayam
 Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tidak mengetahuinya,

b.Tanda Obyektif

 TB = 155 cm,
 Waktu makanan yaitu : pagi, siang dan sore
 Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan jenis makanan
adalah makanan biasa
 Waktu minum : Pengambilan air putih terserah/sukahati
 Kebersihan / Personal hygiene
• Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari
• Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari
• Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau Panjang
c.Pola Kegiatan / Aktivitas

 Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya


jalan- jalan sebentar dan kadang-kadang menyiram bunga.

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Klien mengatakan tidak Usia yang lanjut Intoleransi aktivitas
sanggup berjalan jauh.

Penurunan fungsi tulang


DO:

- Klien lebih banyak


duduk. Kekuatan otot melemah
- Klien berjalan lambat.

Meningkatnya nyeri saat


berjalan

Intoleransi aktivitas.
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1.Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

NO DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI


Dx KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(SDKI) (SIKI)
D.0056 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Intervensi utama
b/d kelemahan keperawatan 1x24 jam di harapkan
Menejemen Energi
tingkat kelemahan meningkat
Kriteria A T
Observasi.
hasil
Kemudahan 2 2 - monitor lokasi dan
dalam ketidaknyamanan selama
melakaukan melakukan aktivitas.
aktivitas
Terapeutik.
sehari-hari
Kecepatan 2 2
- berikan aktivitas distraksi
berjalan
yang menenangkan.
Kekuatan 2 2
tubuh Edukasi.
bagian
- anjurkan melakukan
bawah
aktivitas secara bertahap.
Ket:
1. kemudahan dalam beraktivitas Kolaborasi.
cukup menurun skala 2.
2. Kecepatan berjalan cukup - kolaborasi dengan ahli gizi
menurun skala 2 . cara meningkatkan.
3. Kekuatan tubuh bagian bawah
cukup menurun skala 2.
DOKUMENTASI
Jumat,24 febuari 2023
SOAL KASUS

1.seorang laki laki berusia 82 tahun, sejak 5 bulan terakhir mengeluh nyeri dan bengkak pada
kaki bagian bawah lutut sebelah kanan dan kiri . tidak terdapat tanda tanda reda pada kaki
tersebut. Kaku sendi dirasakan saat bangun tidur dan terasa nyeri apabila melakukan aktivitas
yang berlebih. Yang menyebabkan klien berjalan lambat. LED 88 mm pada jam pertama dan
kadar asam urat 6,2 ml/dL. Diagnose yang paling mungkin adalah :

A. atritis gout

B. osteoporosis

C. atritis rheumatoid

D. atritis septic

E. lupus eritematosus sistemik

Alasan:

Karena, artitis rheumatoid adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi, biasanya sering mempengaruhi sendi tangan,pergelangan
tangan,kaki dan lutut. Kasus atritis rheumatoid biasanya sering terjadi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai