Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS

Sebagai Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen.2

Dosen Pengampuh: Sudradjat, SE.,M.Si

Oleh :

Elias Nokuwo

NIM: 205154007

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Etika Bisnis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak Sudradjat,SE.,M.Si. selaku dosen mata kuliah
Akuntansi Manajemen 2 yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai tanngung jawab sosial suatu perusahaan dan biaya kualitas bisnis.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, 10 April, 2023

I
DAFTAR ISI

Table of Contents

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... I


DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... III
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... III
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... III
1.3. Tujuan........................................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 1
2.1. PENGERTIAN BIAYA KUALITAS ......................................................................... 1
2.2. PENDEKATAN KUALITAS ..................................................................................... 2
2.3. PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS .................................... 3
2.4. PENGELOLAAN BIAYA KUALITAS ..................................................................... 6
2.5. PENGIDENTIFIKASIAN PERMASALAHAN PENGENDALIAN KUALITAS ... 8
2.6. PRODUKTIVITAS dan EFESIENSI.......................................................................... 8
2.7. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS ........................................................................ 9
2.8. STUDI KASUS ......................................................................................................... 17
2.9. ANALISIS ................................................................................................................. 20
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 25
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 25
3.2 SARAN ....................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

II
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan agar dapat mempertahankan aktivitas operasi dan manajemen yang baik,

maka harus terus melakukan perbaikan dari periode ke periode. Perbaikan itu diantaranya

adalah kualitas produk, inovasi, ketepatan waktu saat produksi, dan memangkas biaya yang

tidak perlu terjadi supaya dapat mencapai tingkat produktivitas yang efesien. Perusahaan

harus memperluas pangsa pasarnya agar bisa mencapai penjualan produk hingga ke luar

negeri, dengan mengikuti standar kualitas internasional. Semakin meningkatnya persaingan

dalam dunia usaha maka semakin banyak perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk

yang berkualitas. Bagi perusahaan yang profit oriented, laba merupakan hal penting yang

ingin dicapai perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan meningkatkan

kualitas dapat menjadi kunci perjuangan hidup perusahaan. Karena, dengan meningkatnya

kualitas dapat memperbaiki keuangan perusahaan dan posisi persaingan. Hal ini membuat

perusahaan untuk tidak dapat memilih alternatif lain selain memperbaiki kembali produk

untuk menghasilkan produk yang baik dan tetap mempertahankan kepercayaan konsumen

terhadap produk yang dihasilkan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan pada paparan diatas ada beberapa
masalah yang diangkat yaitu :

1. Bagaimana biaya kualitas dapat direalisasikan?

2. Bagaimana dengan tingkat profitabilitas?


III
3. Bagaimana biaya produktivitas dapat direalisasikan?

4. Apa saja upaya meningkatkan produktivtas yang efisien?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa pentingnya biaya kualitas dapat

mempengaruhi biaya produktivitas dan keefisiensian produk. Selain itu makalah ini

membahas bagaimana tingkat profitabilitas dapat diperoleh beserta apa saja upaya yang harus

dilakukandalam mendapatkannya.

IV
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BIAYA KUALITAS

Banyak perusahaan menjual produk atau jasa yang sama. Di samping harga yang
dianggap menentukan keberhasilan penjualan sebuah produk, ada faktor lain yang juga sangat
menentukan, yaitu kualitas. Bahkan kualitas sering menjadi isu utama. Kualitas yang rendah
dapat menjadikan produk sangat mahal bagi produsen dan konsumennya. Konsekuensi
rendahnya kualitas adalah tingginya biaya produk. Solusi terhadap permasalahan ini adalah
penerapan manajemen kualitas. Manajemen kualitas menekankan perhatiannya pada
bagaimana menghasilkan produk yang tepat waktu, tepat barang, tepat layanan, dan tepat
harga.
Kualitas(quality) dapat diartikan berbeda antara satu orang dan orang lain. Biasanya
kualitas dapat dilihat cari dua faktor utama berikut ini :
1. Memuaskan harapan konsumen yang berkaitan dengan atribut atribut harapan
konsumen.

2. Memastikan seberapa baik produk yang memenuhi aspek-aspek teknis dari desain
produk tersebut, kesesuaian kinerja dengan standar yang diharapkan, dan kesesuaian
dengan standar pembuatnya.

Harapan konsumen atas produk atau jasa tentu saja berbeda antara satu konsumen
dengan konsumen yang lainnya. Harapan konsumen ini dapat dilihat dari beberapa dimensi
yang mewakili kualitas seperti berikut ini :
1. Kinerja (performance) adalah tingkat konsistensi dan seberapa baik produk dapat
berfungsi. Kinerja jasa berarti tingkat keberadaan layanan pada saat diminta.
2. Estetika (aesthetic) adalah tingkat keindahan penampilan produk (seperti kecantikan
dan gaya) dan penampilan dari fasilitas, perlengkapan, personel, dan materi
komunikasi untuk jasa.
3. Kemampuan servis (serviceability) adalah ukuran yang menunjukkan mudah tidaknya
suatu produk dirawat atau diperbaiki setelah di tangan konsumen.
1
4. Fitur (features) adalah karakteristik produk yang membedakan secara fungsional
dengan produk yang mirip atau sejenis.
5. Keandalan (reliability) adalah kemungkinan atau peluang produk atau jasa dapat
bekerja sesuai yang dispesifikasikan dalam jangka waktu yang ditentukan.
6. Keawetan (durability) adalah lama produk dapat berfungsi atau digunakan.
7. Kualitas kesesuaian (quality of conformance) adalah tingkat kesesuaian produk
dengan spesifikasi kualitas yang ditentukan pada desainnnya.
8. Kesesuaian dalam penggunaan (fitness of use) adalah kecocokan produk untuk
menghadirkan fungsi seperti yang diiklankan.

2.2. PENDEKATAN KUALITAS

Jika ada produk yang berkualitas maka lawannya adalah produk tidak berkualitas atau
produk cacat (defective product). Produk cacat berarti produk yang tidak memenuhi
spesifikasi pendekatan yang digunakan untuk dapat memenuhi spesifikasi yang dapat dipilih
Satu dari dua pendekatan, yaitu pendekatan tradisional atau dikenal sebagai pendekatan nilai
target (target value) dan pendekatan kontemporer yang disebut pendekatan kualitas optimal
(robust quality).
Pendekatan nilai target. Dalam pendekatan ini, kesesuaian kualitas diartikan sebagai
suatu rentang nilai untuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. sebuah nilai target
dengan batasan nilai tertinggi dan terendah ditentukan sebagai rentang variasi produk yang
dapat diterima. Nilai target adalah semua unit yang berada dalam rentang nilai tersebut di
kategorikan sebagai produk yang tidak cacat atau berkualitas.

Nilai sesungguhnya
kualitas

Cacat
Batas atas

Produk
Nilai target
berkualita
s
Batas bawah
Cacat

2
Pendekatan kualitas optimal. Dalam pendekatan ini, kesesuaian kualitas ditekankan
pada dimensi kesesuaian untuk digunakan (fitness for use). Spesifikasi kualitas ditentukan
dalam nilai tertentu yang sudah teruji tanpa ada toleransi sedikitpun terhadap penyimpangan
(tidak diperbolehkan adanya rentang nilai). Setiap kali proses dilaksanakan harus diperoleh
target secara akurat.

Produk berkualitas Nilai sesungguhnya


kualitas

Cacat
Nilai target

Cacat

2.3. PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS

Perusahaan harus melakukan pengukuran dan pelaporan terhadap biaya kualitas agar
dapat menjaga produk yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi. Dengan adanya pelaporan
biaya kualitas yang terukur secara akurat maka akan diketahui apakah upaya-upaya
peningkatan kualitas yang telah dijalankan sudah sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu
menghasilkan produk berkualitas tinggi dan pengurangan biaya produksi
Biaya Kualitas
Biaya kualitas (costs of quality) merupakan biaya yang terjadi atau mungkin akan
terjadi karena adanya kualitas yang rendah. Berdasarkan definisi tersebut maka biaya kualitas
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya kualitas yang berkaitan dengan aktivitas
pengendalian (control activity) dan biaya yang berkaitan dengan aktivitas kegagalan (failure
activity). Aktivitas pengendalian dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas.
Sedangkan aktivitas kegagalan terjadi karena adanya kegagalan dalam menjalankan aktivitas
atau adanya produk yang berkualitas rendah. Pemahaman biaya kualitas akan membantu
perusahaan dalam menganalisis dan meningkatkan kesesuaian kualitas produk yang akan

3
berguna dalam mengembangkan layanan dan brand image produk. Hal tersebut sangat
penting bagi pencapaian tujuan untuk menjadi perusahaan yang berhasil.
Ada dua kelompok biaya kualitas yaitu biaya pengendalian dan biaya kegagalan.
Kedua kelompok tersebut dapat dipecah lagi dalam empat subkelompok biaya, yaitu :
1. Biaya pencegahan ( prevention cost) adalah biaya yang terjadi karena adanya usaha
untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam menjalankan aktivitas jasa dan/atau
produk yang berkualitas rendah. Pada umumnya, peningkatan biaya pencegahan
diharapkan akan menghasilkan penurunan biaya kegagalan.
2. Biaya penilaian (appraisal cost) adalah biaya yang terjadi karena dilakukannya
penentuan apakah produk dan/atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan
permintaan atau kebutuhan konsumen.
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost) adalah biaya yang terjadi pada saat
produk dan/atau jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan
konsumen. Ketidaksesuaian ini terdeteksi pada saat produk masih berada di pihak
perusahaan atau sebelum dikirimkan ke pihak luar perusahaan.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) adalah biaya yang terjadi pada saat
produk dan/atau jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan
konsumen dan diketahui setelah produk berada di luar perusahaan atau sudah di
tangan konsumen.

Penguukuran Biaya Kualitas


Biaya kualitas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua menurut kemudahan dalam
pengamatannya. Pertama adalah biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality cost)
dan kedua biaya kualitas yang tersembunyi (hidden quality cost). Biaya kualitas yang dapat
diamati merupakan biaya kualitas yang secara langsung dapat diukur dan biasanya datanya
tersedia dalam laporan akuntansi perusahaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya
pencegahan, penilaian, kegagalan internal, serta beberapa biaya yang termasuk dalam
subkelompok kegagalan eksternal, misalnya biaya garansi dan penggantian produk.
Sedangkan biaya kualitas tersembunyi merupakan biaya atas hilangnya kesempatan yang
diakibatkan oleh rendahnya kualitas. Biaya ini biasanya tidak terdapat dalam laporan
akuntansi. Selain itu biaya ini sulit diukur secara akurat jumlahnya. Sebagai contoh, biaya
kehilangan penjualan, kehilangan pangsa pasar, ketidakpuasan konsumen, dan biaya
complain pelanggan. Tentu tidak mudah dalam mengukur jumlah biaya-biaya tersebut.
Namun, biaya kualitas tersembunyi bisa jadi jumlahnya signifikan dan menjadi penting dalam
4
proses penentuan kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, penentuan biaya ini menjadi hal
penting.
Pencegahan Penilaian
Pelatihan kualitas Review desain
Pendesainan kualitas Inspeksi bahan
Perekayasaan keandalan Pengujian keandalan
Pengujian model Inspeksi mesin
Pengujian laboratorium
Akseptasi proses
Kegagalan Internal Kegagalan Eksternal
Bahan sisa Biaya garansi
Perbaikan Penggantian produk
Pengerjaan ulang Complain pelanggan
Kemacetan produksi Penarikan produk
Kerusakan mesin Kewajiban-kewajiban terkait dengan produk
Pembuangan limbah Kehilangan penjualan
Kehilangan pangsa pasar

Metode Multiplier
Berdasarkan metode ini diasumsikan bahwa total biaya kualitas merupakan multiaplikasi dari
beberapa ukuran biaya kegagalan sehingga untuk mengestimasi biaya kegagalan total dapat
dilakukan dengan mengalikan dengan menggunakan suatu angka pengali yang ditentukan
dengan biaya kegagalan total yang terobservasi. Hal ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
Biaya kegagalan eksternal total = k x biaya kegagalan eksternal terobservasi
Simbol k merupakan angka pengali yang merefleksikan efek multiplier. Perusahaan
menentukan k berdasarkan data-data di masa laluatau pengalaman perusahaan. Misalnya di
perusahaan Trigold berhasil menghitung biaya kegagalan eksternal terobservasi tahun 2012.
Sebesar Rp 2.000.000. berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya k ditentukan sebesar 4,
maka tahun 2012 biaya kegagalan eksternal total ditentukan sebesar Rp 8.000.000
(4xRp2.000.000).
Metode riset pasar digunakan untuk mendapatkan gambaran jumlah biaya kegagalan
total dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap tenaga pemasaran dan survey
konsumen. Hasilnya akan diperoleh suatu besaran dari rendahnya kualitas terhadap pangsa
5
pasar dan hilangnya penjualan yang akan bermanfaat dalam memprediksi dampak rendahnya
kualitas pada laba rugi perusahaan di masa datang.

Metode Taguchi Quality Loss Function


Metode ini mengasumsikan bahwa setiap penyimpangan dari target kualitas akan
menyebabkan biaya kualitas terembunyi dan kenaikan biaya kualitas merupakan
pengkuadratan setiap penyimpangan dari nilai target. Pandangan dalam metode taguchi ini
berbeda dengan pandangan tradisional yang mengizinkan adanya total dengan metode taguchi
dapat diformulasi sebagai berikut
L(y) = k(y-T)2
Keterangan:
K = konstanta proporsional yang tergantung pada struktur biaya kegagalan eksternal
perusahaan. Symbol k merupakan nilai yang diestimasi dan dihitung dengan membagi nilai
biaya tersetimasi dengan pangkat penyimpangan dari nilai target dihitung denagan cara: k= c
÷d2
c = kerugian pada limit terendah atau tertinggi
d = jarak limit dari nilai target
y = nilai actual karakteristik kualitas
T = nilai target karakteristik kualitas
L = kerugian akibat kualitas (biaya kegagalan eksternal total)

Adanya ketiadaan metode yang dapat digunakan untuk mengukur secara akurat biaya kualitas
tersembunyi sehingga cara terbaik untuk menentukan besaran biaya ini adalah dengan
menggunakan pendekatan estimasi. Estimasi biaya kualitas tersembunyi dilakukan untuk
menghitung biaya kegagalan eksternal total. Beberapa pendekatan estimasi yang lazim
digunakan adalah metode multiplier, metode riset pasar, dan metode taguchi quality loss
function.

2.4. PENGELOLAAN BIAYA KUALITAS

Activity Based Management dan Biaya Kualitas Optimal


AB membedakan biaya kualias menjadi dua kelompok, yaitu biaya bernlai tambah
dan biaya tidak bernilai tambah. Dengan menggunakan kriteria penentuan biaya bernilai
tambah maka biaya kualitas kelompok penilaian serta kegagalan internal dan eksternal adalah
6
biaya tidak bernilai tambah, sedangkan biaya pencegahan dapat dikategorikan sebagai biaya
bernilai tambah. Biaya pencegahan dapat dikategorikan sebagai biaya bernilai tambah jika
aktivitas pencegahan dapat di jalankan secara efisien. Apabila aktivitas pencegahan tidak
dilakukan secara efisien dengan pemilihan, pengurangan, atau bahkan berbagai aktivitas
(sharing of activity) dapat di manfaatkan untuk menjadikan aktivitas pencegahan menjadi
bernilai tambah.
Dalam menggunakan ABM untuk kepentingan pengurangan biaya kualitas yang harus
dilakukan perama kali adalah mengidentifikasi akar penyebabnya atau pemicu (driver) biaya
aktivitas. Hal tersebut akan berguna bagi manajer untuk menentukan langkah-langkah
pengurangan biaya seperti ditunjukan pada grafik 11.2 langkah pengurangan biaya kualitas
dilakukan secara bertahap sampai pada titik biaya tidak bernilai tambah sama dengan nol.
Analisis Trend
Pelaporan biaya kualitas dapat memberikan gambaran mengenai distribusi biaya
kualitas dalam kelompok-kelompok aktivitas kualitas. Namun dalam pelaporan tersebut tidak
dapat memberikan gambaran sejauh mana perkembangan program perbaikan kualitas yang
dilakukan. Agar dapat gambaran keberhasilan diperlukan perbandingan antar periode dengan
menggunakan periode dasar sebagai pembanding perkembangan program perbaikan kualitas.
Perbandingan dilakukan untuk semua komponen biaya kualitas, baik secara total maupun
secara per komponen. Dengan menggunakan grafik trend akan diketahui perkembangan total
dan per komponen dari periode ke periode. Kemudian, dengan melakukan perbandingan antar
komponen kualitas akan diketahui hubungan dan pengaruh antar komponen. Misalnya,
sebuah perusahaan memiliki data biaya kualitas sebagai berikut :
Tahun Biaya Kualitas Penjualan % Biaya dari
(Rp) Sesungguhnya (Rp) Penjualan
2007 1.800.000000 9.000.000.000 20%
2008 1.650.000000 9.167.000.000 18%
2009 1.400.000.000 9.333.000.000 15%
2010 1.325.000.000 11.041.700.000 12%
2011 1.200.000.000 12.000.000.000 10%
2012 1.000.000.000 12.500.000.000 8%

Berdasarkan grafik yang tersaji dapat disimpulkan bahwa program perbaikan kualitas telah
berhasil menurunkan proporsi biaya kualitas terhadap total penjualan.

7
2.5. PENGIDENTIFIKASIAN PERMASALAHAN PENGENDALIAN KUALITAS

Program manajemen kualitas yang efektif termasuk didalamnya adalah identifikasi


permasalahan-permasalahan pengendalian kualitas. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut adalah metode diagram sebab akibat atau
fishbone diagram (karena bentuknya mirip tulang ikan). Metode diagram ini dikemukakan
oleh Ishikawa sehingga sering disebut juga diagram Ishikawa. Diagram ini merupakan sebuah
diagram Kausal (causal diagram) yang penyebab atau alasan adanya ketidaksempurnaan
adalah sumber dari penyimpangan. Penyebab penyimpangan kualitas biasanya
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Manusia adalah semua orang yang terlibat dalam proses.
2. Metode adalah cara bagaimana proses dilakukan dan setiap permintaan spesifik untuk
dapat melakukannya, seperti kebijakan, aturan-aturan, dan hukum.
3. Mesin adalah semua peralatan, computer, atau perlengkapan lain yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan.
4. Bahan adalah bahan baku ataupun bahan penolong untuk menghasilkan produk akhir.
5. Pengukuran adalah data yang diperoleh dari proses yang digunakan untuk mengukur
kualitas.
6. Lingkungan merupakan suatu kondisi, seperti waktu di lokasi, suhu, cuaca, budaya,
dan lainnya.

Dalam mencari penyebab terjadinya cacat dengan metode Ishikawa dilakukan dengan
mengidentifikasi semua masalah yang ada pada setiap komponen penyebab satu per satu.
Identifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada setiap item permasalahan.
Hasilnya kemudian digambarkan dalam satu kerangka diagram.

2.6. PRODUKTIVITAS dan EFESIENSI

Efesiensi prose adalah kemampuan untuk menubah input menjadi ouput antara biaya
terendah. Efesiensi proses sangat ditentukan oleh apakah karyawan telah bekerja ke arah
tujuan yang sama, ouput anatara merupakan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan dan
disampaikan pada konsumen pada suatu periode waktu pengukuran yang diukur dalam
ukuran keuangan atau ukuran fisik. Manajer membutuhkannya untuk mengetahui seberapa
baik mereka mengola proses aktivitas dalam organisasi.

8
Organisasi mengola 2 tipe proses, yaitu proses produksi dan proses bisnis. Proses produksi
secara langsung menghasilkan produk atau jasa. Proses bisnis mendukung atau
memungkinkan dilaksanakan proses produksi
Ukuran-ukuran yang biasa digunakan untuk efesiensi proses produksi dan bisnis diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Produktivitas
2. Waktu siklus
3. Rasio Waktu output
Waktu Siklus
Produksi Rendah
Kualitas Tinggi Produktifitas
Tinggi Keluaran Tinggi

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa efesiensi dipengaruhi oleh waktu siklus produksi
dan keluaran dan dipengaruhi oleh kualitas produktivitas. Sebuah waktu siklus yang rendah
mulai dari menerima order dari produk atau jasa yang telah ada sampai dikemas dan
dikirimkan kepada konsumen dan keluaran tinggi hanya mungkin terjadi apabila proses
berjalan produktif dan proses akan produktif bila proses itu berkualitas tinggi.

2.7. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS

Produktifitas menekankan pada bagaiman amenghasilkan output secara efesien, dan secara
khusus ditujukan pada hubungan anatara output dan input untuk menghasilkan output.
Beberapa kombinasi tingkat input dapat digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output
yang ditentukan.efesiensi produktifitas total terjadi saat dua kondisi terpenuhi, yaitu :
1. Untuk semua perpaduan input yang akan menghasilkan output pada tingkat
ditentukan, tidak ada satu komponen input-pun yang digunakan melebihi yang
ditentukan untuk menghasilkan output tertentu
2. Pada berbagai perpaduan untuk memenuhi kondisi pertama yang dipilih adalah
perpaduan dengan tingkat biaya terendah.

Kondisi pertama disebut efisiensi teknis karena dipicu oleh hubungan teknis, sedangkan
kondisi kedua disebut efisiensi pertukaran, kondisi kedua dipicu oleh hubungan harga input
secara relatif.

9
Efesiensi Teknis
Jiak aktivitas dipandang sebagai input maka kondisi pertama akan menghilangkan aktivitas
tidak bernilai tambah dan hanya melakukan aktivitas bernilai tambah dalam menghasilkan
output. Hal tersebut merupakan tindakan efesiensi. Upaya peningkatan produktivitas dapat
dicapai melalui 3 cara berikut ini :
1. Menghasilkan output yang sama dengan input lebih sedikit
2. Menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang sama
3. Menghasilkan output lebih banyak dengan input yang lebih sedikit

10
Efisiensi Pertukaran

Peningkatan efisiensi juga dapat dicapai dengan melakukan pertukaran antara input
yang lebih mahal dengan output yang lebih murah. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa input
tenaga kerja langsung lebih mahal dari daripada input peralatan (modal) sehingga
menggurangi input tenagan kerja dan menambah input peralatan untuk menghasilkan output
yang sama dapat meningkatkan efisiensi.

Pada pendekatan kedua yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kombinasi input
yang optimal. Adanya pendekatan kedua ini akan memberikan peluang peningkatan
produktivitas yang luas.

Pengukuran Produktivitas Parsial

Pengukuran produktivitas berarti mengkuantitatifkan perubahan produktivitas.


Tujuannya adalah untuk memudahkan manajemen dalam memonitor naik turunnya
produktivitas. Pengukuran sebaiknya dilakukan secara aktual maupun prospektif. Pengukuran
aktual dipergunakam oleh manajer untuk mengetahui perkembangan program peningkatan
produktivitas, menentukan perbaikan yang diperlukan, dan mengendalikan perubahan.
Sedangkan pengukuran prospektif bertujuan untuk mengetahui kombinasi-kombinasi
perpaduan input yang memberikan manfaat paling besar bagi organisasi.

Pengukuran produktivitas inputdemi input satu per satu disebut dengan Pengukuran
Produktivitas Parsial(Partial Productivity Measurement). Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan banyaknya output tunggal yang dihasilkan dengan input yang digunakan.
Formulasi pengukuran produktivitas parsial sebagai berikut.

Ukuran output ataupun input yang dipergunakan dalam pengukuran dapat dinyatakan
dalam satuan rupiah ataupun dalam satuan fisik. Apabila pengukuran dilakukan dalam satuan
rupiah makaukuran yang dihasilkan disebut produktivitas finansial. Apabila dilakukan dalam
satuan fisik disebut produktivitas operasional.

Sebagai contoh, Perusahaan Enola menghasilkan 10.000 televisi LCD membutuhkan


5.000 jam tenaga kerja. Jika setiap televisi LCD dapat dijual seharga Rp 2.500.000 dan tarif
setiap jam tenaga kerja dalah Rp 100.000 maka produktivitas operasional di Perusahaan
Enola adalah 2(10.000 unit televisi dibagi 5.000 jam tenaga kerja). Artinya, setiap jam tenaga
11
kerja akan menghasilkan dua buah televisi LCD. Apabila diukur dalam produktivitas
finansial maka hasilnya adalah 50(dihitung dari nilai jual televisi LCD sebesar Rp 25.000.000
(10.000 unit x Rp 2.500.000) dibagi Rp 500.000.000 (5.000 jam tenaga kerja x Rp 100.000).
jadi setiap perusahaan mengeluarkan Rp 1 untuk tenaga kerja akan menghasilkan Rp 50
penjualan.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai produktivitas maka pengukuran
produktivitas tidak dapat dilakukan pada satu periode waktu saja. Sebaiknya pengukuran
produktivitas dilakukan dalam beberapa periode. Kemudian dengan membandingkan hasil
pengukuran antar periode akan dapat dilihat perubahan tingkat produktivitas yang ada.

Kelebihan Pengukuran Produktivitas Parsial. Pengukuran produktivitas parsial akan


mengarahkan manajemen lebih fokus pada input tertentu.selain itu, hasil pengukuran lebih
mudah dipahami dan diinterpretasi sehingga tingkat kinerja produktivitas personel
operasional cepat diketahui. Contohnya, tenaga kerja langsung dapat dikaitkan dengan berapa
banyak unit yang dihasilkan untuk setiap jam yang dipergunakan atau berapa banyak unit
yang dihasilkan untuk setiap satu unit bahan digunakan.

Hasil pengukuran yang mudah dipahami menjadikan personel operasi dapat melihat dan
memahami keterkaitan antara input yang mereka kendalikan dengan output yang mereka
hasilkan. Dengan begitu, mereka dapat memahami dan termotivasi untuk meningkatkan
produktivitasnya. Apabila menggunakan suatu standar produktivitas tertentu maka trend
produktivitas akan dapat di rekam perkembangannya. Pada tingkat operasional standar,
kinerja ditentukan untuk jangka pendek.

Kelemahan Pengukuran Produktivitas Parsial. Pengukuran parsial yang dilakukan dengan


cara satu per satu input diukur secara terpisah dapat memberikan suatu gambaran yang salah
tentang produktivitas. Hal tersebut disebabkan karena input dalam menghasilkan output tidak
semuanya independen terhadap input lain. Kinerja suatu input bisa jadi dipengaruhi oleh
kinerja input yang lain. Sebagai contoh, mengubah spesifikasi bahan baku yang digunakan
untuk menghasilkan output yang yang sama bisa jadi akan mengakibatkan peningkatan
limbah dan bahan sisa, sedangkan jam tenaga kerja tetap berkurang. Akibatnya kinerja

12
produktivitas tenaga kerja meningkat sedangkan kinerja produktivitas bahan baku menurun.
Jika penghematan dan peningkatan kinerja tenaga kerja lebih rendah daripada biaya akibat
meningkatnya bahan sisa dan limbah maka hal ini akan merugikan perusahaan.

Pengukuran Produktivitas Total


Produktivitas total didapatkan dengan cara mengukur produktivitas semua input yang
digunakan untuk menghasilkan output. Praktiknya, pengukuran semua input dapat menjadi
sangat sulit dan mahal. Oleh karena itu yang diukur hanyalah faktor-faktor yang relevan
untuk menjadi indikator kinerja dan keberhasilan organisasi saja. Jadi, hanya input tertentu
saja yang diukur kinerjanya. Terdapat dua pendekatan pengukuran yang dapat dipergunakan,
yaitu pengukuran profit-linked productivity.
Pengukuran Profil
Pengukuran profil dilakukan dengan cara mengukur produktivitas semua input utama yang
dipergunakan untuk menghasilkan output yang hasilnya berupa ukuran operasional. Hasilnya
berupa profil produktivitas yang dapat diperbandingkan antarwaktu sebagai sumber informasi
perubahan produktivitas. Sebagai contoh, perusahaan Enola menerapkan proses produksi
baru tahun 2012. Diasumsikan proses baru hanya memengaruhi dua input yaitu tenaga kerja
dan bahan baku. Berikut ini disajikan data produksi tahun 2011 dan 2012.
2011 2012
Jumlah televisi LCD dihasilkan 10.000 12.000
Tenaga Kerja dipergunakan 5.000 4.000
Bahan baku dipergunakan 100.000 150.000
Pengukuran Profit-Linked Productivity
Yaitu mengukur jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas.
Penentuan pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba merupakan salah satu cara untuk
melihat nilai perubahan produktivitas. Dengan membandingkan laba tahn dasar dan tahun
yang diamati akan diketahui perubahan laba yang terjadi. Sebagian perubahan laba tersebut
merupakan hasil perubahan produktivitas. Dengan mengetahui dampak perubahan laba yang
diakibatkan perubahan produktivitas, manajer akan terbantu dalam memahami arti penting
perubahan produktivitas secara ekonomis. Dampak profit-linked productivity dapat dihitung
dengan rumus berikut.
Dampak profit linked = Biaya PQ Total – Biaya periode amatan total

13
Keterangan: PQ adalah jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output pada
waktu yang diamati jika produktivitas sama dengan tahun dasar yang dihitung dengan cara
berikut.
PQ = Output periode amatan : Rasio Produktivitas tahun dasar
Biaya PQ total didapatkan melalui PQ dikalikan dengan biaya per unit input dengan harga
input pada periode amatan dan dijumlahkan untuk semua input. Biaya periode amatan total
dihitung dengan cara mengalikan input pada periode amatan dan dijumlahkan untuk semua
input. Sebagai contoh, data perusahaan Enola memiliki data sebagai berikut.

2011 2012
Jumlah televisi LCD dihasilkan 10.000 12.000
Tenaga kerja dipergunakan 5.000 4.000
Bahan baku dipergunakan (unit) 100.000 150.000
Harga Jual Televisi LCD Rp. Rp.
2.500.000 2.750.000
Upah per jam tenaga kerja Rp. 500.000 Rp. 750.000
Biaya per unit bahan baku Rp. 100.000 Rp. 110.000

Berdasarkan data tersebut dan data pada peraga 8.16, maka:


PQ tenaga kerja = 12.0000 : 2 = 6.000 jam tenaga kerja
PQ bahan baku = 12.000 : 0,1 = 120.000 unit bahan baku
Jadi, biaya PQ total adalah sebagai berikut.
Biaya PQ total tenaga kerja = 6.000 x Rp. 750.000= Rp. 4.500.000.000
Biaya PQ total bahan baku = 120.000 x Rp. 110.000= Rp13.200.000.000
Biaya PQ total Rp17.700.000.000

Biaya input total sesungguhnya adalah sebagai berikut.


Biaya Tenaga Kerja = 4.000 x Rp. 750.000 = Rp. 3.000.000.000
Biaya Bahan Baku = 150.000 x Rp. 110.000 =Rp. 16.100.000.000
Biaya sesungguhnya total Rp. 19.100.000.000

14
Berdasarkan perhitungan dampak perubahan total produktivitas pada laba (profit-
linked effect) adalah sebagai berikut.
Dampak profit-linked = Biaya PQ total – Biaya periode amatan total
= Rp. 17.700.000.000 – Rp.19.100.000
= Rp. 1.400.000.000 penurunan laba
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perubahan produktivitas mengakibatkan
penurunan laba sebesar Rp. 1.400.000.000. kenaikan produktivitas tenaga kerja memberikan
kontribusi kenaikan laba sebesar Rp. 1.500.000.000, tetapi penurunn produktivitas bahan
baku mengakibatkan laba menurun sebesar Rp. 2.900.000.000. penurunan produkivitas bahan
kemunkinan disebabkan peningkatan penggunaan bahan baku yang berakibat pada
banyaknya bahan sisa limbah pada proses produksi di tahun 2012.
Komponen Pemulihan Harga
Komponen pemulihan harga adalah kemampuan perubahan pendapatan dalam mengimbangi
pengaruh perubahan harga input. Pengukuran pemulihan harga dilakukan dengan cara
perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan
produktivitas. Untuk mengetahui besaran pemulihan harga harus dihitung terlebih dahulu
perubahan laba pada setiap periodenya. Contoh:
Keterangan 2011 2012 Perubahan
Pendapatan Rp. RP. Rp.8.000.000.000
25.000.000.000 33.000.000.000
Biaya:
Tenaga Kerja 2.500.0000.000 3.000.000.000 500.000.000
Bahan Baku 10.000.000.000 16.100.000.000 6.100.000.000
Laba Rp. Rp. 13.900.000.000 Rp. 1.400.000.000
12.500.000.000

15
Ringkasan Perhitungan Dampak Profit-Linked
Input PQ PQ x H KS KS x H (PQ x H) – (KS x
H)
Tenaga 6000 Rp.4.500.000.000 4.000 3.000.000.000 Rp. 1.500.000.000
Kerja
Bahan Baku 120.000 13.200.000.000 150.000 16.100.000.000 (2.900.000.000)
Total (Rp.
1.400.000.000)
Pemulihan harga = Perubahan Laba – Dampak profit-linked
= Rp. 1.400.000.000 - (- Rp. 1.400.000.000)
= Rp. 2.800.000.000
Perusahaan Enola mengalami kenaikan laba sebesar Rp. 1.400.000.000. Apabila tidak
ada perubahan produktivitas semestinya perusahaan akan dapat mengalami kenaikan laba
sebesar Rp. 2.800.000.000. berdasarkan hal tersebut, perubahan produktivitas mengakibatkan
laba turun sebesar Rp. 1.400.000.000
Pengukuran Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk atau
jasa. Pada jasa waktu siklus dihitung sejak konsumen mengajukan permintaan layanan
sampai selesai. Waktu siklus rata-rata setara dengan total waktu proses untuk semua unit
dibagi unit yang dihasilkan. Agar lebih bermanfaat , waktu siklus rata-rata harus dimasukkan
rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengirim semua unit produk dan pengerjaan ulang
atau waktu pembuangan jika terdapat produk cacat atau sisa bahan dan limbah (yang
merupakan aktivitas tidak bernilai tambah).

16
2.8. STUDI KASUS

BIAYA KUALITAS PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL


TOHPATI

Perusahaan PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Tohpati merupakan sebuah
perusahaan yang memproduksi kapas menjadi benang. Banyaknya perusahaan tekstil di
Indonesia yang mencari benang sebagai bahan dasar kain, membuat PT. Industri Sandang
Nusantara Unit Patal Tohpati berusaha meningkatkan kualitas produknya supaya dapat
berebut pasar dengan perusahaan industri lainya. Pada perusahaan PT. Industri Sandang
Nusantara harus memperhatikan biaya kualitas yang dikeluarkan.

Berikut biaya kualitas yang dikeluarkan pada PT. Industri Sandang Nusantara pada tahun
2013

Item Jumlah (Rp)


Biaya Pencegahan
Biaya Pelatihan kualitas 3.245.000,00
Biaya Perawatan Mesin 5.532.250,00
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00
Biaya penilaian
Biaya Pemeriksaan bahan 2.122.000,00
Biaya Penilaian produk 6.431.500,00
Biaya Penilaian proses 4.518.800,00
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00
Biaya produk gagal internal
Biaya Sisa bahan 11.450.400,00
Biaya Pengerjaan ulang 24.938.200,00
Total Biaya Kegagalan Internal 36.388.600,00
Biaya produk gagal eksternal
Biaya Keluhan pelanggan 3.872.000,00

17
Biaya Jaminan 2.405.000,00
Total Biaya Kegagalan eksternal 6.277.000,00
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00

Analisis

Setelah seluruh biaya kualitas diidentifikasi, diukur, dan digolongkan adalah


dilakukannya analisis atas biaya kualitas yang sudah tergolongkan dan terukur.
Kadangkala manajer mengabaikan pentingnya kegiatan pengendalian kualitas. Oleh
karena itu, pengidentifikasian, penggolongan, pengukuran, dan analisis biaya kualitas
berperan untuk memberikan kesadaran kepada manajer dan pimpinan perusahaan mengenai
pentingnya kegiatan pengendalian kualitas.
Analisis biaya kualitas yang lakukan adalah analisis besarnya proporsi masing-masing
golongan biaya kualitas tersebut dibandingkan dengan biaya kualitas secara keseluruhan.
Informasi mengenai biaya kualitas yang terjadi di perusahaan harus segera diketahui oleh
manajer dan pimpinan perusahaan agar dapat segera dilakukan tindakan perbaikan terhadap
biaya-biaya kualitas, terutama golongan biaya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
biaya kualitas secara keseluruhan.
Adapun perbandingkan besar masing-masing biaya kualitas terhadap total biaya kualitas
adalah sebagai berikut :

Jumlah Persentase
Item (Rp) (%)
Biaya Pencegahan
Biaya Pelatihan kualitas 3.245.000,00 5,03
Biaya Perawatan Mesin 5.532.250,00 8,58
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00 13,60
Biaya penilaian
Biaya Pemeriksaan bahan 2.122.000,00 3,29
Biaya Penilaian produk 6.431.500,00 9,97
Biaya Penilaian proses 4.518.800,00 7,00
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00 20,26

18
Biaya produk gagal internal
Biaya Sisa bahan 11.450.400,00 17,75
Biaya Pengerjaan ulang 24.938.200,00 38,65
Total Biaya Kegagalan
Internal 36.388.600,00 56,40
Biaya produk gagal
eksternal
Biaya Keluhan pelanggan 3.872.000,00 6,00
Biaya Jaminan 2.405.000,00 3,73
Total Biaya Kegagalan
eksternal 6.277.000,00 9,73
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00 100

Setelah proporsi masing-masing golongan biaya kualitas telah diketahui, maka persentase
tersebut dapat dibandingkan berdasarkan peringkatnya, dari golongan biaya kualitas yang
terbesar sampai terkecil seperti pada tabel berikut:

Item Jumlah Persentase


(Rp) (%)
Total Biaya Kegagalan Internal 36.388.600,00 56,40
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00 20,26
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00 13,60
Total Biaya Kegagalan eksternal 6.277.000,00 9,73
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00 100

PT. Industri Sandang Nusantara memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat


pencegahan, rekomendasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat mengurangi
biaya kualitas yang dikeluarkan.

19
2.9. ANALISIS

Analisis Jurnal Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan Produktivitas


Dan Kualitas Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual

A. Produktivitas Jasa

Produktivitas merupakan konsep yang berbeda dengan efektivitas.


Perbedaan efektivitas dan produktivitas yaitu, efektivitas seringkali untuk
menunjukkankemampuan organisasi untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan
produktivitas lebih berfokus pada hubungan antara output dan input. Peningkatan
produktivitas tidak berarti sekaligusmeningkatkan efektivitas organisasi.
Untuk mengimplementasikan hal tersebut pada perusahaan jasa adalah hal yang sulit.
Produktivitas perusahaan jasa didefinisikan sebagai kemampuan dari organisasijasa
menggunakan input untuk menawarkan jasa dengan kualitas sesuai denganharapan
dari konsumen. Rumusan produktivitasjasa dapat dituliskan sebagai berikut:
Produktivitas jasa = Kuantitas dan kualitas output
Kuantitas dan kualitas input

B. Dimensi Kuantitas Input dan Output Jasa

Tentang dimensi kuantitas produktivitas jasa dapat diamati bahwa faktor input
jasa relatif sama dengan industri manufaktur yaitu, bahan baku, tenaga kerja dan
modal. Dalam industri jasa, tenaga kerja memegang peranan yang sangat dominan.
Di sisi lain output jasa adalah volume atau jumlah dari jasa yang ditawarkan. Apabila
output jasa hanya terdiri dari satu atau sejumlah komponen yang dapat distandarkan
makavolume jasa dapat dengan mudah ditentukan (Quinn and Paquette, 1990).
Sebaliknya, jikaoutput jasa sangat khas maka sukar untuk menentukan volume jasa
tersebut. Hubunganantara input dan output dalam aliran volume jasa sering dilihat
sebagai masalah kurangstorability of service (Blois, 1985).
Contoh dimensi kuantitas input dan kuantitas output dapat diperjelas pada Tabel 1 di
bawah ini:

20
Tabel 1. Dimensi Kuantitas dari Produktivitas Jasa
Kuantitas Output Jasa Input Tenaga Kerja Input Modal
Kuantitas Output Jasa Input Tenaga Kerja Input Modal

Volume layanan Jumlah Tenaga Kerja Teknologi


Market share Penarikan Tenaga Kerja Informasi
(pangsa pasar) Rotasi Karyawan Elektronika
Segmentasi Pelanggan Diskripsi Kerja Saluran
Rekayasa proses layanan Mesin swalayan
Error avoidance Jaringan kerja
(penghindaran kesalahan) Fasilitas hubungan
Lembur kerja

C. Dimensi Kualitas Input dan Output jasa

Dalam industri jasa sulit sekali menentukan kualitasjasa. Penilaian kualitas jasa
sebelum atau setelah melakukan pembelian lebih sulitdibandingkan dengan
melakukan penilaian terhadap kualitas suatu barang karena jasacenderung lebih sulit
menampilkan kualitas pencarian / search quality yaitu karakteristikyang dapat lebih
mudah diakses nilainya sebelum pembelianKualitas pengalaman (experience quality)
adalah suatu karakteristik yang hanya dinilai, jika konsumen telah menggunakannya.
Sedangkan kualitas kepercayaan (believe quality) adalah suatu karakteristikdimana
konsumen sulit untuk menilai bahkan setelah pembelian dilakukan karena
Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan Produktivitas dan Kualitas pada
Sektor Jasa, konsumen tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
Output dalam dimensi kualitas adalah apa yang pelanggan bayar, yang merupakan
sesuatu yang tidak berujud dan mungkin sangat sukar untuk dinyatakan dalam
kuantitas(Adam et.al.1995). Untuk itu dimensi kualitas jasa lebih mengarah pada
bagaimanapersepsi konsumen terhadap jasa setelah mereka melakukan pembelian jasa
tersebut.

21
Tabel 2. Dimensi Kualitas Dari Produktivitas Jasa

Kualitas Output Jasa Input Tidak Berwujud Input Berwujud

· Customer satisfaction · Labor satisfaction · Branch office


· Customer encounter and · Expertise location
service · Performance criteria · Branch office
· Standardized service · Recruitment and retaining interiors
· Access time personnel
· Customer co-production · Personnel development
· Correct insurance programs
registers · Teamwork
· Corporate image · Organizational structure
· Corporate culture
· IT backups, breakdowns,
and system errors

Berkaitan dengan proses tangibilising, banyak jasa yang sangat tergantung pada
information technology, dimana konsumen tidak lagi harus berhubungan dengan manusia
tapi dengan menggunakan mesin. Norman (1991) melihat bahwa ada lima alasan
penggunaan information technology tersebut:
1. Menurunkan biaya melalui proses substitusi karyawan jasa dengan IT
(Information
2. Technology)
3. Lebih mudah menstandarkan kualitas jasa.
4. Meningkatkan ketersediaan jasa tersebut. misalnya: melalui ATM maka layanan
teller
5. bisa dilakukan dalam 24 jam.
6. Melibatkan konsumen lebih dalam pada sistem pelayanan jasa tersebut.
7. Mengefektifkan hubungan personal dan perilaku konsumen.

22
Dengan demikian isi dari produktivitas Jasa dapat diperjelas dengan Gambar 1 di
bawahini:

D. Mengukur Produktivitas Jasa

Beberapa masalah dalam pengukuran produktivitasjasa adalah:


1. Bagaimana mengukur kuantitas dari input dan output
2. Bagaimana kualitas dari input dan output diukur
3. Bagaimana hubungan antara faktor input dan output yang berbeda
dapatdioperasionalkan.
Untuk melengkapi penilaian produktivitas jasa ini seringkali dilakukan juga evaluasi
terhadap kualitas jasa. Kualitas jasa adalah suatu pengukuran terhadapbagaimana jasa
tersebut disampaikan kepada konsumen sesuai dengan ekspektasikonsumen (Lewis
dan Booms, 1983). Berdasarkan Parasuraman (1985) maka dapatdievaluasi bahwa
konsumen menilai kualitas jasa melalui lima komponen sebagai berikut:
1. Keandalan: kemampuan menyelenggarakan jasa yang dapat diandalkan, akurasi
dankonsisten. Keterandalan memberikan pelayanan yang tepat pada saat pertama
kali.
2. Cepat tanggap: kemampuan untuk memberi pelayanan yang segera.
3. Kepastian: pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan untuk menjaga
kepercayaan.
4. Empaty: memperhatikan konsumen secara individual.
5. Berwujud: bukti fisik dari jasa. Bagian yang nyata dari jasa meliputi fasilitas fisik,

23
peralatan yang digunakan untuk menghasilkan jasa maupun penampilan dari
karyawan jasa tersebut.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari isi makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa hubungan biaya kualitas dan

produktivitas dalam perusahaan saling berkaitan satu sama lain. Saat peningkatan kualitas

terjadi maka dapat meningkatkan produktivitas dan jika produktivitas meningkat dapat

mempengaruhi peningkatan kualitas produk tersebut. Penurunan jumlah unit cacat

memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah input yang digunakan meningkatkan

produktivitas.

3.2 SARAN

Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang atau tanpa cacat, tetapi masi

menjalankan proses yang tidak efisien. Maka dari itu, untuk meminimalisir hal keefisiensian

kita harus mampu meningkatkan produktivitas. Kita disarankan sebagai perusahaan mampu

mengimbangi untuk memajukan kualitas dan produktivitas secara bersama-sama.

25
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Baldric. Suripto, Bambang. Hapsoro, Dody. Widodo Lo, Eko. 2013. Akuntansi
Manajemen. Yogyakarta. Salemba Empat.

26

Anda mungkin juga menyukai