Anda di halaman 1dari 10

KUMPULAN ANALISIS DAN RESUME

MATERI 3
Mata Kuliah : Studi Kasus Dalam BK
Dosen Pengampu : Dr. Heru Sriyono, M.M., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2/ Kelas R6D

1. Tiara Nabila (202001500349)


2. Naila Sabila (202001500356)
3. Retno Wulandari (202001500389)
4. Nisa Ismatul Wafa (202001500423)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
1) Tentang Perilaku Siswa
Kata perilaku merupakan kata yang sudah tidak asing lagi bagi semua golongan,
namun demikian tidak sedikit yang mengetahui dan paham tentang definisi dari kata
perilaku tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:671) menjesalkan tentang
definisi perilaku sebagai berikut “perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup. Perilaku adalah reaksi total yang diberikan individu atau
seseorang kepada situasi yang dihadapi. Perilaku erat kaitanya dengan sikap.”
Definisi perilaku di atas dapat diartikan bahwa, perilaku merupakan semua
perbuatan atau tindakan yang dilakukan serta diimplementasikan oleh semua makhluk
hidup, sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapinya. Perilaku dimiliki oleh semua
makhluk hidup tanpa terkecuali. Perilaku juga sangat erat kaitanya dengan sikap, terkait
dengan sikap dibawah ini merupakan penjelasan sikap menurut salah satu ahli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
a) Faktor Internal
Pengaruh yang timbul dari dalam diri seorang seperti emosi atau perasaan, emosi
atau perasaan memiliki peranan yang cukup besar dalam pembentukan perilaku,
bahkan dalam tindakan beragama, atau dengan kata lain ahlak. Tindak agama
seseorang tidak dapat dipahami tanpa mengindahkan emosi atau perasaannya,
bahkan dalam hal ini pengaruh perasaan atau emosi lebih besar bila dibandingkan
dengan logika atau rasio
b) Faktor Eksternal
 Lingkungan Keluarga
Keluarga memiliki peran yang penting dalam pembentukan pribadi yang baik.
Pembentukan pribadi yang baik didalam keluarga dikarenakan keluarga menjadi
tempat yang paling pertama dan paling utama untuk setiap anggotanya.
Perbuatan yang sering dilakukan oleh orang tua akan selalu ditiru oleh semua
anggota keluarga, sehingga sebuah keluarga akn termenjadi baik mana kala
hubungan di dalam keluarga tersebut baik serta sebaliknya.
 Lingungan Sekolah
Sekolah bukan hanya lembaga yang mentransfer knowledge atau pengetahuan.
Sekolah juga mengupayakan dan membimbing peserta didik untuk mencapai
sebuah perkembangan, baik secara jasmani ataupun rohani untuk mencapai
kedewasaan. Pendidikan di sekolah juga mengupayakan untuk membangun
watak, sikap serta kepribadian peserta didik agar menjadi lebih baik, seprti
fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003.
 Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat, memberika peranan penting dan berpengaruh dalam
pembentukan prilaku. Lingkungan masyarakat yang berbagi warna, telah
menyumbangkan berbagai macam bentuk prilaku, seorang yang hidup dalam
lingkungan yang religius akan memiliki prilaku dengan seorang anak yang
hidup dalam lingkungan yang berbeda. Organisasi ataupun lembaga-lembaga
yang berkembang di lingkungan masyarakat jugamemberikan pengaruh yang
besar kepada seseorang, baik itu organisasi atau lembaga ekonomi, keagamaan,
sosial atau yang lainnya.
Bentuk-bentuk perilaku siswa
a) Perilaku Positif
 Jujur
Jujur merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita, namun definisi dari jujur
itu sendiri tidak sedikit dari kita yang belum mengetahuinya. Kamus besar
bahasa Indonesia (2009:8394) telah mendefinisikan kata jujur sebagi berikut
“lurus hati, tidak curang.” Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa, jujur
merupakan perbuatan yang lurus sesuai dengan hati, dan tidak curang.
 Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah “segala kewajiban, memikul segala beban, menanggung
segala akibat yang timbul dari perbuatan ataupun perbuatan orang lain, sesuai
dengan norma kehidupan.” Pendapat tersebut dapat diartikan, bahwa tanggung
jawab adalah sebuah konsekwensi yang harus diterima akibat dari perbuatan
yang telah dilakukan.
 Disiplin
Disiplin merupakan perbuatan atau sikap patuh terhadap segala peraturan yang
berlaku tanpa terkecuali. Menjalankan segala peraturan yang berlaku juga dalam
keadaan sadar dan tanpa ada paksaan.
b) Perilaku Negatif
 Bolos belajar
KBBI (2007:56) menjelaskan bahwa bolos adalah “tidak masuk kerja (sekolah
dan sebaginya). Bolos disini dapat diartikan meninggalkan kelas atau sekolah
tanpa izinpada saat jam pelajaran berlangsung. Mereka melakukan hal ini karena
mera malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolahan.
 Sering meminta izin meninggalkan kelas
Siswa sering meminta izin untuk meninggalkan kelas pada saat pelajaran
tertentu, atau pada saat guru tertentu. Kegiatan seperti ini yang membuat siswa
menjadi tertinggal materi atau penjelasan guru saat menjelaskan materi
pembelajaran, akibatnya siswa menjadi kurang paham terhadap pelajaran.
 Sering datang terlambat
Datang terlambat, kerap sekali terjadi pada siswa. Datang terlambat diakibatkan
karena siswa malas untuk datang lebih awal, atau karena siswa malas bangun
pagi.
 Sering mengganggu teman saat belajar
Menggangu teman saat proses belajar juga prilaku yang menyimpang.
Menggangu teman saat belajar juga bermacam-macam caranya, hal ini juga
sangat menggangu teman bahkan bisa menggangu proses pembelajaran secara
kesluruhan.
 Malas mengerjakan tugas atau PR
Guru selalu mempunya cara agar siswa melakukan proses belajar selain
disekolah, salah satunya dengan memberikan PR. PR yang guru berikan
bertujuan agar siswa selalu belajar meskipun tidak di sekolah, akan tetapi siswa
yang malas mengerjakan PR merupakan sikap yang tidak baik, karena hal
tersebut membuat siswa menjadi tidak disiplin.
2) Makna perilaku siswa sebagai mekanisme pertahanan diri
Dalam Psikologi perilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena
dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari
situasi yang menimbulkan ketegangan. Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri
anak sebenarnya Dikatakan normal apabila dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila
mekanisme pertahan diri dalam taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab tujuan dari
mekanisme pertahanan diri adalah untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan
yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-anak.
Perilaku mekanisme mempertahankan diri ialah :
1. Rasionalisasi
Perilaku rasionalisasi ditunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan atau alasan
yang dapat diterima oleh akal, tapi pada dasarnya bukan penyebab nyata karena
dengan penjelasan tersebut individu bermaksud Menyembunyikan latar belakang
perilakunya.
2. Sikap bermusuhan
Sikap ini nampak pada perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing, dan
mengancam lingkung.
3. Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sendiri dari penyebab utama dari
kesalahan atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain
tidak akan menyukai kiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki
kebutuhan untuk diakui dan disukai amat kuat.
5. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, tekanan,
konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan
kecemasan.
6. Konformitas
Perilaku ini diutnjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dengan atau terhadap
harapan-harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan
terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial ketergantungan
orang lain.
7. Sinis
Perilaku sinis muncul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau berbicara
terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir akan penilaian
orang lain terhadap dirinya, dan perilaku sinis merupakan perilaku menghindar dari
penilaian orang lain.
8. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam
memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia
perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan
untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan
dirinya sendiri.
9. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi
yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik,
intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu
menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau
merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat
dengan .persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat
sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan
memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.
10. Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa
mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak
menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan
frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang
menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang
sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam
pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk
mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang
cukup membantu
11. Denial (menyangkal kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari
sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan
kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
12. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu
cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau
mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.
13. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi
frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang
menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu
yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang
lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan
emperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal
perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi diakukannya. Regresi barangkali
terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri.
Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak
menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh
dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi
karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem
tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian.
14. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan
yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu
tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat
perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain,
individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya
penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain
merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan
menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang
drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
15. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan
menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin
dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara
umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang
menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran
yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan
atau ingatan yang ditekan (represi).
16. Reaction formation (pembentukan reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha
menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara
represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang
sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari
kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang
tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan
menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual
yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan
tindak kebaikan.
3) Konsep perkembangan individu (manusia)
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara
dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus
kehidupan manusia yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman. Menurut
Hurlock, dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara
serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan kemunduran
yang disebut dengan involusi. Pada awal kehidupan manusia yang berperan adalah
evolusi, sedangkan involusi lebih berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-
perubahan yang bersifat mundur. Sikap terhadap perubahan- perubahan perkembangan ini
dipengaruhi oleh penampilan dan perilaku individu, stereotip budaya, nilai-nilai budaya,
perubahan-perubahan peran dan pengalaman pribadi. Salah satu tujuan dari perubahan ini
adalah agar individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga baik secara
fisik maupun psikis sesuai dengan harapan-harapan sosial. Adapun perubahan-perubahan
dalam perkembangan individu merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan
sosio-emosional yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik
individu yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada kematangan. Untuk proses
kognitif meliputi perubahan pada pemikiran, intelegensi dan bahasa individu, sedangkan
proses sosio-emosional meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, serta
perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya.
Tahapan perkembangan meliputi urutan sebagai berikut: periode prakelahiran,
masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak akhir, masa remaja, masa dewasa awal,
masa dewasa madya, dan masa lanjut usia. Pengkajian perkembangan individu ini ada dua
istilah yang sering muncul, pertama perkembangan (development) dan kedua adalah
pertumbuhan (growth). Bila pertumbuhan terkait dengan perubahan fisiologis atau ukuran
tubuh (badan), maka perkembangan lebih difokuskan pada pada perubahan yang bersifat
psikologis atau perubahan psikis. Perubahan secara fisiologis yaitu adanya perubahan
pada jasmani, fisik dan sel-sel otot yang membentuk kematangan fisik seperti
perkembangan sel-sel otak yang matang untuk kemampuan menangkap stimulus yang
masuk, begitu juga perkembangan otot-otot kaki dan tangan yang menjadi keras, untuk
keterampilan berjalan dan mengambil sesuatu. Sedangkan perubahan pisikologis
melibatkan perkembangan manusia pada kehidupan masyarakatnya. Kehidupan
masyarakat tersebut hanya merupakan tempat berkembangnya pribadi-pribadi itu sendiri.
Berarti berkembangnya masyarakat akan memengaruhi perkembangan individu dan
perkembangan individu akan juga berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
Yang sangat berkaitan dengan kehidupan mental pribadinya, dan ketidakmengertian
menjadi mengerti, dari ketidakbisaan menjadi biasa. Oleh karena, sebagian ahli
menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
fungsi organ-organ jasmani, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri.9 Dengan kata lain,
penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ- organ fisik. Jadi, menurut Dalyono, perkembangan tidak
ditekankan pada segi materi yang memungkinkan adanya fungsi itu, atau disebabkan
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dengan demikian, pengertian
perkembangan pribadi individu sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi
kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi
menjadi empat ranah utama, yaitu: 1) perkembangan fisik, 2) emosi, 3) intelektual yang
termasuk kognitif dan bahasa, dan 4) sosial, yang didalamnya juga termasuk
perkembangan moral.
Keempat ranah tersebut akan dibahas dalam makalah ini, masing-masing
ranah menekankan aspek khusus dari perkembangan, ada saling ketergantungan luas di
antara bidang-bidang tersebut. Keterampilan kognitif (cognitive skills), misalnya, bisa
bergantung pada pengalaman sosial dan kesehatan fisik, serta emosi. Seorang anak yang
berada dalam kesehatan fisik dan emosional yang baik dan terbuka pada berbagai
pengalaman sosial, akan mampu belajar lebih daripada anak yang berada dalam situasi
sebaliknya. Perkembangan sosial ini juga dipengaruhi oleh kedewasaan biologis,
pengertian kognitif, dan reaksi emosional. Akibatnya, tiap-tiap ranah merefleksikan ranah
perkembangan yang lain.
Perkembangan individu merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan
Psikologi Perkembangan. Penulis sebagai penyusun makalah Perkembangan individu
mencoba memahami perkembangan dari perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia
(Life- Span Development) berdasarkan pada pendapat Paul Baltes (dalam Pappalia, 2004
dan Santrock, 2002). Life-span human development berusaha menggambarkan,
menjelaskan, meramalkan, dan memengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi dari
pembuahan hingga masa dewasa. Tujuan akhir dari perspektif ini adalah untuk membantu
hidup individu menjadi kehidupan yang berarti dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA

(Ii, 2007)Ariana, R. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 1–23.

Ii, B. A. B. (2007). Analisis Dampak Produk..., Rinto Lukmanul Khakim, FKIP UMP, 2019.
7–23.

Rice, P. Human Development. New Jersey: Prentice Hall. 2001. H. 47.

Hurlock, E.B 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan.

Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga. 1991. H.65.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development. Jilid I. Jakarta: Erlangga. 2002. H. 39.

Baraja, Abu Bakar . Psikologi perkembangan Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya. Jakarta:


PT Rineka Cipta. 2007. H.124.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Ed. Revisi; Jakarta: Rajawali Pers.2013. h.47.
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
H.39.

Fadilah, Nurul. 2021. BIMBINGAN BAGI ANAK BERPERILAKU MASALAH. Unimerz :


Makassar

Anda mungkin juga menyukai