Skripsi: Universitas Sumatera Utara
Skripsi: Universitas Sumatera Utara
OLEH
MARKUS HUTAHAEAN
130501093
Investasi Di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,April 2017
Penulis
Markus Hutahaean
NIM. 130501093
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa kepada kedua orang tua
saya Soritua Hutahaean dan Alm. Kelly Roni Siahaan yang dengan sabar memberi
dukungan moril dan materil, doa dan nasehat serta semangat yang tulus. Terima
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, Se, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan dan Ibu Inggrita Ningsih Sari Nasution, SE, M.Si selaku
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku dosen Pembanding I dan kepada Bapak
iii
sahabat, sekaligus motivator yang baik bagi penulis. Terima kasih untuk selalu
memberikan dukungan dan semangat serta doa kepada penulis dalam penulisan
6. Kepada kakak tercinta Thresya Memoriana Hutahaean, SE dan lae saya Andrew
Ginting, S.H yang tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada saya baik
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kristik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
Markus Hutahaean
iv
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL...............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian ......................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi ........................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Investasi ................................................................ 8
2.1.2 Jenis-Jenis Investasi ................................................................ 10
2.1.2.1 Jenis Investasi Berdasarkan Asetnya .......................... 10
2.1.2.2 Jenis Investasi Berdasarkan Pengaruhnya .................. 11
2.1.2.3 Jenis Investasi Berdasarkan Jangka Waktunya .......... 12
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi .................................. 15
2.3 Tenaga Kerja ..................................................................................... 16
2.4 PDRB ................................................................................................ 19
2.5 Inflasi ................................................................................................ 20
2.5.1 Jenis-Jenis Inflasi .................................................................... 21
2.6 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 22
2.7 Kerangka Konseptual ........................................................................ 26
2.8 Hipotesis ........................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 28
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ..................................................... 28
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 28
3,4 Defenisi Operasional ......................................................................... 29
3.5 Pengolahan Data ............................................................................... 30
3.6 Statistik Deskriptif ............................................................................ 30
3.7 Analisis Regresi Linier Berganda ..................................................... 30
3.8 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 31
3.8.1 Uji Normalitas......................................................................... 31
vi
vii
viii
Nama Judul
Lampiran I Data Penelitian
Lampiran II Hasil Uji Asumsi Klasi
Lampiran III Hasil Regresi Linier Berganda
ix
keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik, atau dengan kata lain
segala bidang. Pemerintah pusat dan daerah terus bekerja sama untuk melakukan
dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga harus dilihat dari seberapa
kegiatan investasi baik yang bersumber dari dalam atau Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) maupun luar negeri atau Penanaman Modal Asing (PMA).
11 tahun 1970 selain membawa dana masuk, juga membawa serta teknologi
iklim investasi yang kondusif maka pada tahun 1984 dilakukan debirokrasi dan
tersebut ditujukan untuk memperbaiki iklim usaha di dalam negeri sehingga pada
tersedia dalam perekonomian. Penanaman modal yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri dalam suatu daerah ini diharapkan mampu terus memacu
dan ketimpangan.
di segala sektor, Provinsi Sumatera Utara pun tak kalah gencarnya dalam upaya
menarik investor untuk berinvestasi. Namun sejauh ini kita melihat masih
Utara. Data tingkat realisasi PMDN di Indonesia berdasarkan lokasi dapat kita
Tabel 1.1
Realisasi PMDN Berdasarkan Lokasi Tahun 2016
INVESTASI
NO LOKASI PROYEK
(Rp Miliar)
1 Jawa Timur 46.331,6 1.119
2 Jawa Barat 30.360,2 1.169
3 Jawa Tengah 24.070,4 984
4 Banten 12.426,3 496
5 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12.216,9 463
6 Kalimantan Barat 9.015,5 289
7 Sumatera Selatan 8.534,1 165
8 Kalimantan Tengah 8.179,1 121
9 Kalimantan Timur 6.885,1 239
10 Riau 6.613,7 289
11 Kalimantan Selatan 6.163,8 127
12 Lampung 6.031,8 72
13 Sulawesi Utara 5.069,6 74
14 Sumatera Utara 4.864,2 228
15 Jambi 3.884,4 108
16 Sumatera Barat 3.795,6 197
17 Kalimantan Utara 3.345,7 56
18 Sulawesi Selatan 3.334,6 365
19 Aceh 2.456,1 135
20 Gorontalo 2.202,5 20
21 Kepulauan Bangka Belitung 2.202,5 60
22 Sulawesi Tenggara 1.794,2 109
23 Nusa Tenggara Barat 1.342,8 33
24 Sulawesi Tengah 1.081,2 105
25 Bengkulu 949,1 31
26 Daerah Istimewa Yogyakarta 948,6 105
27 Nusa Tenggara Timur 822,2 29
28 Kepulauan Riau 492,5 130
29 Bali 482,3 94
30 Papua 220,5 65
31 Sulawesi Barat 84,1 14
32 Maluku 11,4 8
33 Papua Barat 10,6 6
34 Maluku Utara 8,8 6
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat jumlah realisasi PMDN tiap
pertama realisasi PMDN adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 46.331 miliar rupiah
dengan jumlah proyek sebesar 1.119. Yang menduduki peringkat kedua adalah
Provinsi Jawa Barat dengan nilai realisasi investasi sebesar 30.360 miliar rupiah
dengan jumlah proyek sebesar 1.169. DKI Jakarta sendiri menduduki peringkat
kelima dengan nilai realisasi investasi sebesar 12.216 milyar rupiah dengan
jumlah proyek sebesar 463. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara sendiri hanya
memiliki peluang yang sangat besar untuk aktivitas penanaman modal, baik
(PMA). Provinsi Sumatera Utara memiliki letak geografi yang strategis, Serta
memiliki sumber daya manusia yang cukup tersedia dan sumber daya alam yang
cukup melimpah seperti berupa bahan mentah dari hasil pertanian, perkebunan,
industri. Selain itu terdapat pula potensi yang besar dari sektor-sektor lainnya
jasa. Meskipun memiliki potensi yang unggul, namun daya tarik investor untuk
menanamkan modalnya di Provinsi Sumatera Utara masih dinilai kurang. Hal ini
dapat kita lihat pada tabel 1.1 dimana Provinsi Sumatera Utara hanya menduduki
Hal ini mungkin disebabkan oleh masih minimnya usaha pemerintah untuk
tersebut.
inflasi, PDRB dan tenaga kerja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan yang akan diuji dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Utara.
1. Investor
2. Pemerintah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan”. Dengan perkataan lain,
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain yaitu:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang.
kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh
inflasi.
yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum
modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, asset tak bergerak, hak atas
1. Investasi Riil
Investasi riil merupakan investasi terhadap pada aset yang berwujud nyata
(dapat dilihat secara fisik.) seperti emas, properti, pabrik dll. Investasi ini
disewakan.
2. Investasi Finansial
terlihat, tetapi memiliki nilai yang tinggi. Umumnya aset finansial ini terdapat di
dunia perbankan dan juga pasar modal. Beberapa contoh dari aset finansial antara lain
(Fahmi,2006):
1. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
Investasi Jangka
Pendek
Permanen
Investasi Jangka
Panjang
Non Permanen
Gambar 2.1
Berisiko rendah.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain
terdiri atas :
Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang
Indonesia(SBI).
dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi
dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjual belikan atau menarik
yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki
terus menerus atau ada niat untuk memperjual belikan atau menarik kembali.
Negara
masyarakat.
Investasi non permanen pada suatu saat akan jatuh tempo atau selesai. Pada
dapat berupa:
jatuh tempo.
kelompok masyarakat.
1.Tingkat bunga
Jika tingkat bunga rendah maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi,
Sebaliknya jika tingkat bunga tinggi, maka tingkat investasi akan rendah, karena
tingkat kredit dari bank tidak dapat memberikan keuntungan dalam proyek
investasi.
2. Tingkat inflasi
disebabkan karena apabila tingkat inflasi yang terlalu tinggi maka akan terjadi
penurunan output. Namun inflasi juga dapat berdampak positif terhadap investasi
kepada pengusaha.
datang, walaupun tingkat suku bunga lebih besar dari MEC, maka investasi
faktor insting ini bukan faktor utama, tetapi penting untuk dipertimbangkan oleh
4. Tenaga kerja
Banyaknya tenaga kerja yang tersedia merupakan daya tarik bagi investor
akan semakin besar tingkat investasi tersebut. Namun, secara umum semakin
6.Faktor-faktor lain
ekonomi di masa depan, dan tentunya tingkat pendapatan nasional dan perubahan-
perubahan.
kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini
seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua,
memberikan jasa atau usaha kerja. Mampu bekerja berarti mampu melakukan
fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia
kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja
bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia berumur muda
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja atau Labor Force dan bukan
angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja, (2)
bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan
yang mengurus rumah tangga dan (3) golongan lain-lain atau penerima
adalah penduduk usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai
pekerjaan baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab
seperti menunggu panen, pegawai yang sedang cuti dan sejenisnya. Disamping
itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari atau
melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam seperti (Simanjuntak,
2001):
tukang.
adalah (Simanjuntak,2001):
mendapatkan pekerjaan.
pekerjaan.
mendapatkan pekerjaan.
dan sebagainya.
2.4 PDRB
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah . Cara
1. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan (riil) menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang
2. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (nominal) digunakan
untuk menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
1. Pendekatan Produksi
bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa
2. Pendekatan Pendapatan
3. Pendekatan Pengeluaran
produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar
dari seluruh permintaan akhir atas output yang dihasilkan dalam perekonomian.
2.5 Inflasi
pengertian tersebut terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi agar dapat
1. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada
2. Bersifat Turun-Naik
3. Berlangsung terus-menerus
inflasi jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam
rentang waktu minimal bulanan, sebab dalam sebulan akan terlihat apakah
kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih
panjang adalah triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa inflasi
tahun ini adalah 12% berarti akumulasi inflasi adalah 12% per tahun. Inflasi
setahun.
30%-100% setahun.
Demand-pull inflation
penawaran produksi
Cost-push inflation
biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya
faktor produksi.
Inflasi karena defisit APBN. Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat
akan uang.
tersebut.
adalah metode analisis regresi berganda dengan menggunakan data selama kurun
waktu 1996 – 2005 melalui Ordinary Least Square (OLS). Dari penelitian tersebut
diketahui bahwa:
di Provinsi DKI Jakarta. Hasil ini dikarenakan tingkat inflasi yang terjadi di Jawa
Tengah masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat ekspektasi inflasi dari
para investor. Oleh karena itu meskipun terjadi kenaikan tingkat inflasi, para
keuntungan yang diharapkan masih lebih tinggi dari tingkat inflasi yang terjadi.
terhadap tingkat investasi di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan jika
diketahui bahwa :
positif sebesar 0,214 dan nilai t statistik sebesar 2,146 yang lebih besar dari t
2. Variabel total ekspor memiliki tanda koefisien regresi yang positif sebesar
0,032 dengan nilai t statistik sebesar 2,135 yang lebih besar dari t tabel sebesar
2,120, yang berarti ekspor Sumatera Utara memberikan pengaruh yang positif
3. Variabel tingkat suku bunga dalam negeri memiliki tanda koefisien regresi
yang negatif sebesar -33266,52 dengan tingkat t statistik sebesar -2,090 yang
lebih kecil dari t tabel sebesar -1,746. Hal ini berarti tingkat suku bunga dalam
kepercayaan 90 persen.
sebesar 4847,785 dengan nilai t statistik sebesar 0,595 yang lebih kecil dari t
T hitung inflasi sebesar 0,855 dengan koefisien sebesar 85,182 (arah koefisien
85,182 milyar. Sedangkan t hitung sebesar 1,855 lebih besar dari t tabel
sebesar 1,734 (t hitung > t tabel), maka variabel inflasi berpengaruh positif
investasi sebesar 92,656 milyar. Sedangkan t hitung sebesar –0,111 lebih kecil
dari t tabel sebesar 1,734 (t hitung < t tabel). Artinya suku bunga kredit (SBK)
positif). Maka t hitung sebesar 2,662 lebih besar dari t tabel sebesar 1,734 (t
hitung > t tabel). Artinya tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap investasi dalam negeri. Dimana kenaikan tenaga kerja sebesar 1 jiwa
T hitung KURS sebesar 1.748 sedangkan koefisien kurs sebesar 0.779 (arah
koefisien positif). Maka t hitung sebesar 2,662 lebih besar dari t tabel sebesar
1,734 (t hitung > t tabel). Artinya kurs Rp/US$ berpengaruh positif dan
0,779 milyar.
Inflasi
PDRB Investasi
Tenaga kerja
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
2.8 Hipotesis
terhadap investasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang berbentuk angka-angka dalam bentuk time series yang bersifat
kuantitatif dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sumatera Utara (BPS) dalam bentuk data berkala (time series) dalam kurun waktu
30 tahun yakni dari tahun 1987 sampai 2016. Di samping itu, data lainnya yang
mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti jurnal, bahan –
diteliti
28
langsung berupa data time series yaitu dari tahun 1987 sampai 2016 (30 tahun).
periode 1987-2016, yang dinyatakan dalam miliar rupiah per tahun. Data
PDRB tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
(BPS).
3. Tenaga Kerja merupakan penduduk berumur 15 tahun atau lebih antara lain
terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja yang dinyatakan dalam satuan
jiwa. Data tenaga kerja diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Data inflasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
(BPS).
Pengujian regresi dilakukan dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistic
Y = α + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan:
Y = Investasi PMDN
X1 = Inflasi
X2 = PDRB
X3 = Tenaga Kerja
α = Konstanta
β1-β3 = Koefisien Regresi
e = Koefisien error
Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu (µi)
adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu,
Test. Untuk melihat apakah data telah berdistribusi normal dengan menggunakan
angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila
multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 dan nilai VIF >10. Penelitian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Salah satu cara untuk
signifikansi masing-masing variabel pada hasil regresi > 0.05. Sedangkan apabila
masalah heteroskedastisitas.
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Penelitian ini menggunakan
Run Test untuk mendeteksi gejala autokorelasi. Suatu model dikatakan bebas dari
gejala autokorelasi apabila nilai asymp.sig (2-tailed) > 0.05. Apabila nilai
asymp.sig (2-tailed) < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model terdapat gejala
autokorelasi.
regresi berganda. Penelitian ini menggunakan uji kesesuaian (goodness of fit test)
untuk menguji ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual. Goodness of
fit diukut menggunakan uji F-statistik, uji t- statistik dan uji koefisien determinasi.
dependen. Apabila probability value dalam pengujian kurang dari 5% maka model
regresi yang digunakan telah layak. Apabila probability value dalam pengujian
penelitian dinyatakan ditolak apabila probability value lebih dari 5% yang berarti
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
garis 1°- 4° LU dan 98°-100° BT dengan luas 72.981,23 km2 atau terbesar ke 7
dari luas RI. sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil
berada di Pulau Nias, Pulau- Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian
atau 16.97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau
km2 atau sekitar 9,23%, Kabupaten Tapanuli Utara 3.800,31 km 2 atau sekitar
4,97%. Sedangkan luas terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km 2 atau
34
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Provinsi Sumatera Utara dibagi
dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran tinggi dan Pantai Timur.
4.1.2 Iklim
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas
permukaan air laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,20 C, sebagian daerah
berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi
berada pada daerah dataran tinggi yang suhunya bisa mencapai 13,4 0 C.
jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa
penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil sensus
penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa.
Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2000
meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan selanjutnya pada tahun 2010 menjadi
188 jiwa per km2 . laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sumatera Utara selama
kurun waktu tahun 1990-2000 menjadi 1.22 persen per tahun, dan pada tahun
Berikut ini adalah tabel 4.1 yang menyajikan jumlah penduduk di Provinsi
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota (Jiwa)
tabel berikut.
Tabel 4.2
Perkembangan Investasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara
Tahun PMDN (milyar Rp)
1987 379.088.850.000
1988 395.266.460.000
1989 382.536.360.000
1990 397.488.720.000
1991 408.743,370.000
1992 459.033.560.000
1993 426.653,230.000
1994 441.531,490.000
1995 309.781,990.000
1996 443.599,240.000
1997 240.692,160.000
1998 80.063,680.000
1999 102.716,340.000
2000 119.777,750.000
2001 528.644,950.000
2002 653.034,220.000
2003 813.693,080.000
2004 1.046.028,390.000
2005 821.643,740.000
2006 1.094.245,380.000
2007 1.672.463,330.000
2008 1.291.333,720.000
2009 2.644.965,260.000
2010 1.625.438,970.000
2011 1.904.055,780.000
2012 2.970.186,190.000
2013 3.068.881,400.000
2014 2.231.925,850.000
2015 3.287.417,300.000
2016 4.654.829,290.000
Sumber BPS Provinsi Sumatera Utara, 2017
Sumatera Utara paling rendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar Rp
80.063,680.000. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi moneter yang
naiknya tingkat inflasi sebesar 83,56 persen pada tahun 1998. Kondisi ini
sehingga nilai PMDN yang terjadi relatif lebih kecil dari pada tahun-tahun
inflasi. Angka inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas ekonomi yang
oleh naik turunnya produksi barang dan jasa, distribusinya dan juga disebabkan
oleh peredaran uang di suatu daerah. Tingkat inflasi yang tinggi akan sangat
pada periode tahun 1987 – 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Tingkat Inflasi di Provinsi Sumatera Utara tahun 1987 – 2016
Jika dilihat dari tabel diatas, tingkat inflasi di Propinsi sumatera Utara
Utara mengalami titik tertingginya pada tahun 1998 dimana inflasi yang terjadi
mencapai besaran 83,56 persen. Kondisi tersebut terjadi sebagai dampak dari
Pada tabel diatas dapat dilihat juga, setelah tahun 1998 tingkat inflasi
mulai menurun. Pada tahun 1999, tingkat inflasi mengalami penurunan yang
signifikan sebesar 1,37 persen. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam
perekonomian Provinsi Sumatera Utara pasca krisis ekonomi. Namun pasca krisis
ekonomi yang pernah melanda Indonesia, Provinsi Sumatera Utara juga pernah
mengalami kenaikan tingkat inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2005 sebesar
22,41 persen. Kondisi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga BBM yang
perhitungan angka Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan.
Tabel 4.4
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun
1987-2016 (Triliun Rupiah)
Tahun PDRB
1987 127.145.335.000.000
1988 130.062.475.000.000
1989 133.078.815.000.000
1990 129.934.566.000.000
1991 141.364.634.000.000
1992 178.832.672.000.000
1993 169.915.459.000.000
1994 183.842.024.000.000
1995 202.753.806.000.000
1996 200.714.738.000.000
1997 231.065.405.000.000
1998 88.332.690.000.000
1999 118.278.452.000.000
2000 156.154.112.000.000
2001 240.908.359.000.000
2002 293.189.141.000.000
2003 309.805.609.000.000
2004 337.328.949.000.000
2005 325.897.791.000.000
2006 334.347.404.000.000
2007 351.792.273.000.000
2008 362.172.368.000.000
2009 384.559.225.000.000
2010 377.718.902.000.000
2011 396.587.623.000.000
2012 421.463.954.000.000
2013 411.537.123.000.000
2014 436.573.310.000.000
2015 454.955.850.000.000
2016 463.775.460.000.000
pada tahun 1998 dimana nilai PDRB hanya mencapai 88,3 triliun rupiah. Kondisi
produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan
Tabel 4.5
Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1987-2016 (Jiwa)
Tahun Tenaga kerja
1987 5.559.403
1988 5.853.255
1989 6.147.906
1990 7.324.824
1991 6.868.809
1992 6.254.980
1993 7.457.883
1994 7.693.347
1995 8.594.670
1996 7.944.352
1997 8.466.792
1998 8.644.378
1999 7.705.624
2000 8.992.394
2001 9.023.803
2002 9.119.076
2003 7.890.583
2004 7.997.002
2005 8.067.008
2006 8.208.651
2007 9.378.148
2008 8.919.973
2009 9.408.738
2010 9.520.274
2011 8.759.321
2012 10.834.317
2013 8.931.423
2014 9.498.974
2015 9.551.041
2016 10.641.892
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2017
mean, median dan standar deviasi. Ringkasan informasi tersebut dapat diuraikan
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Banyak observasi 30
sebesar Rp 1.320.000.000.
sebesar 83,56. Secara rata-rata tingkat inflasi di Provinsi Sumatera Utara berada di
angka 9,26.
jiwa dan jumlah maksimumnya sebanyak 10.834.317 jiwa. Secara rata-rata jumlah
Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
menggunakan model regresi. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
dilakukan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) Test. Hasil uji normalitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0.612 yang berarti bahwa lebih besar dari nilai alpha
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.01756
Cases < Test Value 15
Cases >= Test 15
Value
Total Cases 30
Number of Runs 13
Z -.929
Asymp. Sig. (2- .353
tailed)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
(2-tailed) > 0.05. Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.353, lebih besar dari nilai alpha 0,05 (0.353
> 0.05). Dengan demikian, bahwa model regresi bebas dari gejala autokorelasi.
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Keterangan
Inflasi 1.129 Tidak terdapat multikolinearitas
PDRB 1.222 Tidak terdapat multikolinearitas
Tenaga Kerja 1.130 Tidak terdapat multikolinearitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
masing-masing variabel memiliki VIF < 10. Hasil analisis menunjukkan bahwa
seluruh variabel dalam penelitian memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF)
variabel bebas.
ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Hasil uji
Tabel 4.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig. Keterangan
Inflasi 0.527 Tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
PDRB 0.771 Tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
Tenaga Kerja 0.149 Tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
menunjukkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian memiliki nilai > 0.05. Oleh
Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi
a
Coefficients
sebagai berikut:
variabel independen lain tetap dan tingkat inflasi naik satu satuan, maka
tingkat PMDN akan naik sebesar 0,012 atau 1,2%. Koefisien variabel ini
variabel independen lain tetap dan nilai PDRB naik satu satuan, maka
tingkat PMDN akan naik sebesar 0,631 atau 63,1%. Koefisien variabel ini
variabel independen lain tetap dan tenaga kerja naik satu satuan, maka
PMDN akan naik sebesar 0,483 atau 48,3%. Koefisien variabel ini bernilai
Tabel 4.12
Hasil Uji Signifikansi (Uji F)
b
ANOVA
Total 2.796 29
Sumber: Hasil Pengolahan Data
probabilitas lebih kecil dari nilai α (0.000 < 0.005). Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas dalam model ini secara simultan berpengaruh
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
b
Model Summary
sebesar 0,853. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen PMDN dapat
dijelaskan oleh variabel independen yakni inflasi, PDRB dan tenaga kerja sebesar
85,3%, sedangkan sisanya sebesar 14,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
Hasil pengujian signifikansi parsial (Uji t) dapat dilihat pada tabel dibawah
berikut:
Tabel 4.14
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
a
Coefficients
1. Inflasi
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung variabel inflasi sebesar
2,47 dengan nilai signifikansi sebesar 0.020. nilai signifikansi ini lebih kecil dari
nilai taraf signifikansi (0,020 < 0,05). Oleh karena itu H 1 diterima, sehingga
PMDN.
2. PDRB
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung variabel PDRB sebesar
10,019 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00. Nilai signifikasni ini lebih kecil dari
nilai taraf signifikansi (0,00 < 0,05). Oleh sebab itu H2 diterima, sehingga dapat
3. Tenaga Kerja
Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung variabel tenaga kerja
sebesar 2,656 dengan nilai signifikansi sebesar 0.013. nilain signifikansi ini lebih
kecil dari nilai taraf signifikansi (0,00 < 0,05). Oleh sebab itu H3 diterima,
4.6 Pembahasan
Propinsi Sumatera Utara periode tahun 1987-2016. Hal ini menunjukkan tingkat
inflasi yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara masih lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat ekspektasi dari para investor. Oleh karena itu meskipun terjadi
dengan pertimbangan tingkat keuntungan yang didapat masih lebih tinggi dari
Utara
di Propinsi Sumatera Utara periode tahun 1987-2016. Hal ini dikarenakan jumlah
PDRB yang tinggi menggambarkan perekonomian suatu wilayah yang tinggi. Hal
Sumatera Utara
PMDN di Propinsi Sumatera Utara periode tahun 1987-2016. Hal ini dikarenakan
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Artinya, apabila jumlah tenaga kerja
meningkat, maka realisasi investasi PMDN di Propinsi Sumatera Utara juga akan
meningkat.
5.1 Kesimpulan
PDRB dan tenaga kerja terhadap investasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara.
Dari hasil uji statistik yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
Sumatera Utara.
Utara.
3. Dari hasil regresi didapatkan bahwa variabel tenaga kerja ingkat signifikansi
53
5.2 Saran
berkurang.
3. Variabel bebas dalam penelitian ini hanya tiga. Diharapkan kepada peneliti
lain yang serupa dengan penelitian ini, agar menambah variabel bebas
DAFTAR PUSTAKA
Eni Setyowati dan Siti Fatimah N.H. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Jawa Tengah Tahun
1980- 2002.Jurnal Ekonomi Pembangunan,Vol. 8, hal 62-84.
Fahmi, Imran. 2006. Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi dan Politik.
Bandung :Refika Aditama.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta :Salemba Empat.
Herlambang, Tedy dkk. 2001. Ekonomi Makro: Teori, Analisis dan Kebijakan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
55
Prathama, Rahardja dan Mandala Manurung. 2001. Teori Ekonomi Makro: Suatu
Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakulta Ekonomi Universitas
Indonesia.
Putong, Iskandar dan Andjaswati Nd. 2008. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Tarmizi, H.B, Rakhmat Sumanjaya dan Syahrir Hakim Nasution. 2014. Pengantar
Ekonomi Makro. Medan: USU Press.
DATA PENELITIAN
JUMLAH
TAHUN REALISASI PMDN TINGKAT LAJU TENAGA
(Y) INFLASI PDRB KERJA
(X1) (X2) (X3)
1987 379.088.850.000 4,40 127.145,33 5.559.403
1988 395.266.460.000 6,78 130.062,47 5.853.255
1989 382.536.360.000 6,64 133.078,81 6.147.906
1990 397.488.720.000 7,56 129.934,56 7.324.824
1991 408.743,370.000 5,99 141.364,63 6.868.809
1992 459.033.560.000 4,56 178.832,67 6.254.980
1993 426.653,230.000 4,75 169.915,45 7.457.883
1994 441.531,490.000 5,28 183.842,02 7.693.347
1995 309.781,990.000 7,24 202.753,80 8.594.670
1996 443.599,240.000 6,70 200.714,73 7.944.352
1997 240.692,160.000 13,10 231.065,40 8.466.792
1998 80.063,680.000 83,56 88.332,69 8.644.378
1999 102.716,340.000 1,37 118.278,45 7.705.624
2000 119.777,750.000 5,73 156.154,11 8.992.394
2001 528.644,950.000 6,79 240.908,35 9.023.803
2002 653.034,220.000 9,59 293.189,14 9.119.076
2003 813.693,080.000 4,23 309.805,60 7.890.583
2004 1.046.028,390.000 6,80 337.328,94 7.997.002
2005 821.643,740.000 22,41 325.897,79 8.067.008
2006 1.094.245,380.000 6,11 334.347,40 8.208.651
2007 1.672.463,330.000 6,6 351.792,27 9.378.148
2008 1.091.333,720.000 9,72 362.172,36 8.919.973
2009 1.644.965,260.000 2,61 384.559,22 9.408.738
2010 2.625.438,970.000 8,00 377.718,90 9.520.274
2011 2.049.055,780.000 3,67 366.587,62 8.759.321
2012 2.970.186,190.000 3,86 421.463,95 10.834.317
2013 5.068.881,400.000 6,18 431.537,12 8.931.423
2014 4.631.925,850.000 8,17 436.573,31 9.498.974
2015 3.487.417,300.000 3,24 454.955.85 9.551.041
2016 4.954.829.000.000 6,34 463.775.46 10.641.892
1. Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .11281872
Most Extreme Absolute .139
Differences Positive .139
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .759
Asymp. Sig. (2-tailed) .612
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2. Uji Autokorelasi
Unstandardized
Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .11281872
Most Extreme Absolute .139
Differences Positive .139
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .759
Asymp. Sig. (2-tailed) .612
Sumber: Hasil Pengolahan Data
a
Coefficients
4. Uji Heterokedastisitas
a
Coefficients
Lampiran III
2. Hasil Uji F
b
ANOVA
Total 2.796 29
3. Hasil Uji t
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics