Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
a. Extremely absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air > 1500%,
b. Highly absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air 800% -
1500%,
c. Moderately absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air 300-
800%, dan
d. Slightly absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air < 300%.
Kadar Sudut
Kohesi
Jenis Gambut Serat Friksi Referensi
(%) C (kPa) φ (ᵒ)
Hemic 59.6 0.5 25-42 (Yulianto, 2017)
AllCU 1-5 (Rahayu dkk 2015)
Hemic1 20-33 6-17 3-25 (Sutejoa, 2016)
Fibric to
19.5-38 1 27 (Susila, 2012)
amorphousCU
Sapric 6-12 6-20 (Al-ani et al., 2013)
Amorphous1 3.4 29.6 (Dykes et al, 2008)
Fibric 31 (Hendry et al, 2012)
Fibric1,2 1.1-3 26-27 (Rowe et al, 1984)
All 0-18 19-25 (Hsi et al, 2005)
2-3 27-33 Landva (1980)
SapricCU 12.98 11-12 23-30 (Azhar, 2017)
Hemic1 39,27 32,33 (Prasetyo, 2014)
HemicCU 25-30 (Sanjaya, 2003)
HemicCU 32,60 34,37 (Karisma A. , 2012)
All 2 25 (Yusa dkk 2019)
AllCU 40-60 (Michael, 2005)
Keterangan: 1 = Berdasarkan uji Direct Shear
2 = Berdasarkan uji Direct Simple shear
10
Tabel 2.1 menunjukkan nilai parameter kuat geser gambut oleh beberapa
penelitian sebelumnya. Lahan gambut merupakan frictional material/non kohesive
material (Yulianto, 2017), sehingga kuat gesernya hanya mengandalkan kekuatan
sudut geser dalam nya (φ), oleh karena itu distribusi serat pada lahan gambut
sangat mempengaruhi besar nilai sudut geser dalamnya.
11
12
Perbedaan antara vane cone shear test dan vane shear test adalah ada atau
tidak adanya beban vertikal. Vane shear test dapat mengukur kuat geser tanah,
tetapi tidak bisa menentukan sudut geser dalam dan kohesi tanah karena vane
shear test tidak dapat memakai beban vertikal pada bidang geser. Disisi lain, vane
cone shear test dapat memakai beban vertikal pada bidang geser dengan
menyalurkan beban kearah tongkat/batang.
Kekuatan penetrasi (qdk) diperoleh dengan membagi gaya penetrasi statis
saat menggunakan cone penetrasi dari metode yang sudah ditentukan dengan luas
penampang cone yaitu 1,76 x 104 m2. Nilai kekuatan penetrasi maksimum sekitar
2800 kN/m2 dengan peralatan standar (maksimum 500 N). Rumus kekuatan
penetrasi (qdk) dapat diliat di bawah ini:
[II. 2]
′ [II. 4]
2,4 10 [II. 5]
14
[II. 6]
Untuk mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek internal digunakan metode
korelasi dimana sumbu horizontal sebagai tegangan vertikal dan sumbu vertikal
sebagai tegangan geser, setiap kedalaman titik pengukuran tanah dibuat Y-intersep
(sebagai nilai kohesi tanah) dan garis slope (tanφ sebagai nilai sudut gesek internal
φ) dari persamaan regresi. Metode untuk memperoleh nilai kohesi dan sudut gesek
internal ini didapat dari melakukan uji kuat geser di laboratorium (one-plane shear
test atau triaxial compression test), dan persamaan korelasi dibuat dari
perbandingan antara keduanya. Dalam hal ini, nilai kohesi adalah cdk dan sudut
gesek internal adalah φdk.
dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan
medan induksi.
Untuk pengukuran tahanan listrik perlapisan batuan di bawah permukaan
bumi, maka dilakukan penempatan sepasang elektroda arus ( A dan B ) dan
sepasang elektroda potensial ( M dan N ) di permukaan bumi dalam satu garis
lurus, dimana untuk elektroda-elektroda arus A dan B diletakkan di bagian luar
dan elektroda-elektroda potensia M dan N diletakkan di bagian dalam seperti
Gambar 2.2 di bawah ini.
∆
&' ( [II. 9]
*
Dimana:
&' = Tahanan Jenis Semu (ohm.m)
( = Faktor geometri konfigurasi
16
Nilai resistivitas gambut relatif lebih rendah dari sekitarnya karena secara
umum gambut merupakan lapisan tanah yang memiliki porositas yang besar.
Rongga-rongga pada pori gambut yang besar tersebut terisi oleh air, air pada
umumnya kaya akan ion. Akibatnya lapisan gambut ini memiliki nilai resistivitas
yang rendah
Y = a + Bx [II. 10]
Dimana:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
18
3 .2/ 0 .2 ./
4 3 .5 6 0 .2 6
[II. 12]
Kekuatan dan arah hubungan linier di antara kedua variabel tersebut bisa
dijelaskan dengan ukuran statistik yang dinamakan dengan “koefisien korelasi”.
Koefisien korelasi memiliki nilai antar -1 dan 1. Koefisien bernilai 0 jika tidak ada
hubungan yang linier antara dua variabel tersebut. Rumus koefisien korelasi
sebagai berikut:
8.2/0 .2 ./
7 [II. 13]
93.5 6 0 .2 6 93.: 6 0 ./ 6
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn [II. 15]
Dimana:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
19
Tabel 2.5 merupakan contoh tabel hasil analysis toolpak, hal yang perlu
diketahui tentang tabel di atas adalah sebagai berikut:
a. Multiple r
r majemuk adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat keeratan hubungan
linear antara variabel terikat dengan seluruh variabel bebas secara bersama-sama.
Pada kasus dua variabel (satu variabel terikat dan satu variabel bebas), besaran r
(biasa dituliskan dengan huruf kecil untuk dua variabel) dapat bernilai positif
maupun negatif (antara -1 – 1), tetapi untuk lebih dari dua variabel, besaran r
selalu bernilai positif (antara 0 – 1). Nilai r yang lebih besar (+ atau -)
menunjukkan hubungan yang lebih kuat.
b. R Square (R2)
Dalam dunia statistik, R Square ini dikenal dengan nama Koefisien determinasi
Berganda. Koefisien determinasi berganda, fungsinya adalah untuk mengukur
kebaikan suai (goodness of fit) dari persamaan regresi; yaitu memberikan proporsi
atau persentase variasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel
bebas. Nilai R2 terletak antara 0 – 1, dan kecocokan model dikatakan lebih baik
kalau R2 semakin mendekati 1.
c. Adjusted R Square
21
Suatu sifat penting R2 adalah nilainya merupakan fungsi yang tidak pernah
menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh karenanya,
untuk membandingkan dua R2 dari dua model, harus memperhitungkan banyak
nya variabel bebas yang ada dalam model. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan “adjusted R square”. Istilah penyesuaian berarti nilai R2 sudah
disesuaikan dengan banyaknya variabel (derajat bebas) dalam model. Memang, R2
yang disesuaikan ini juga akan meningkat bersamaan meningkatnya jumlah
variabel, tetapi peningkatannya relatif kecil. Seringkali juga disarankan, jika
variabel bebas lebih dari dua, sebaiknya menggunakan adjusted R square.
d. Standard Error
Standard Error merupakan standar kesalahan dari estimasi variabel terikat.
Angka ini dibandingkan dengan standar deviasi dari permintaan. Standard error
dipengaruhi oleh banyaknya sampel. Semakin banyak sampel maka standard
error semakin kecil maka sampel semakin represntatif (mewakili).
e. ANOVA
Nilai F pada tabel tersebut menunjukkan nilai uji statistik. Jika nilai uji pada
tabel tersebut bernilai lebih rendah daripada nilai F tabel maka hipotesis bahwa
hubungan tersebut tidak ada bernilai benar. Apabila nilai significance F lebih
rendah daripada taraf signifikasi (α) yang digunakan, biasanya peneliti
menggunakan taraf signifikasi sebesar 1% dan 5% maka hipotesis tidak ada
hubungan ditolak. Nilai P-value pada koefisien hubungan juga menunjukkan jika
nilainya lebih kecil dari taraf signifikasi (α) yang digunakan peneliti maka
hipotesis tidak ada hubungan antara variasi dapat ditolak.