Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Karakteristik Gambut


Definisi gambut berdasarkan ASTM D 4427 - 92 (2002) adalah tanah yang
mempunyai kandungan organik yang tinggi atas dekomposisi material tumbuhan
dan dibedakan dari material organik lainnya dari kandungan abunya, <25% abu
dari berat keringnya. Lahan gambut merupakan campuran fragmen organik yang
berasal dari vegetasi yang telah berubah menjadi fosil secara kimiawi. Lahan
gambut termasuk dalam kategori tanah organik karena mempunyai kandungan
organik yang cukup signifikan sehingga mempengaruhi sifat geoteknik tanah.
Gambut atau (peat) adalah tanah organik yang kandungan organiknya tinggi.
Standar tingginya organik untuk membedakan gambut dari tanah organik secara
umum ternyata berbeda di setiap negara, rentang perbedaan tersebut sangat tinggi,
yaitu antara 25% dan 75%. Tanah yang disebut gambut di satu negara belum tentu
memenuhi kriteria gambut di negara lain (Handali & Royano, 2014).
Gambut diketahui sebagai tanah yang mempunyai karakteristik sangat
berbeda, jika dibandingkan dengan tanah lempung. Perbedaan ini terlihat jelas
pada karakteristik fisik dan karakteristik mekanisnya. Secara fisik lahan gambut
dikenal sebagai tanah yang memiliki kandungan bahan organik dan kadar air yang
sangat tinggi, angka pori yang besar, dan adanya serat-serat, sedangkan secara
mekanis yang sangat penting untuk lahan gambut adalah pemampatan yang tinggi,
terjadinya pemampatan primer yang singkat, adanya pemampatan akibat ‘creep’
(pamampatan yang terjadi pada tekanan efektif yang konstan), dan kemampuan
mendukung beban yang rendah (Ditra, 2016).
Salah satu sifat lahan gambut yang penting untuk diketahui adalah sifat
mengering yang tidak dapat kembali (irreversible drying). Bila terjadi
pengeringan yang berlebihan, sifat ini menunjukkan bahwa apabila lahan gambut
menjadi terlalu kering maka tidak dapat lagi menjadi basah karena lahan gambut
ini tidak manpu menyerap air kembali. Akibat dari sifat ini dapat mengurangi
kemampuan retensi air dan sangat peka terhadap erosi (Trisurya, 2008).
6
7

Ciri-ciri lahan gambut pada umumnya berwarna coklat tua sampai


kehitaman karena mengalami proses dekomposisi yaitu proses penguraian kembali
oleh mikroorganisme sehingga muncul senyawa-senyawa humus yang berwarna
agak gelap. Gambut juga bersifat dapat menyerap air yang cukup tinggi yaitu
dapat menyerap air 2 sampai 4 kali dari beratnya, terlebih pada gambut lumut
(moss peat) yang belum terdekomposisi dapat menahan air 12 sampai 15 kali
bahkan ada yang sampai 20 kali dari beratnya (Trisurya, 2008).

2.2 Klasifikasi Gambut


ASTM D4427 – 92 tahun 2002 mengklasifikasikan lahan gambut
berdasarkan kandungan serat, kandungan abu, tingkat keasaman dan tingkat
penyerapannya. Menurut ASTM D 2607 (1969), lahan gambut dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada jenis tumbuhan pembentuk serat dan kandungan
serat yang ada di dalamnya. Sedangkan ASTM D5715-00 mengklasifikasikan
lahan gambut berdasarkan tingkat humifikasinya. Klasifikasi lahan gambut
berdasarkan kandungan seratnya, yaitu (ASTM D4427-92):
a. Fibric, yaitu lahan gambut dengan kadar serat > 67%,
b. Hemic, yaitu lahan gambut dengan kadar serat antara 33% - 67%,
c. Sapric, yaitu lahan gambut dengan kadar serat < 33%
Klasifikasi lahan gambut berdasarkan kandungan abunya, yaitu (ASTM
D2974):
a. Low ash, yaitu lahan gambut dengan kadar abu < 5%,
b. Medium ash, yaitu lahan gambut yang dengan kadar abu antara 5% - 15%, dan
c. High ash, yaitu lahan gambut dengan kadar abu >15%.
Klasifikasi lahan gambut berdasarkan tingkat keasamannya, yaitu (ASTM
D2976):
a. Highly acidic, yaitu lahan gambut dengan pH < 4.5
b. Moderately acidic, yaitu lahan gambut dengan pH antara 4.5-5.5,
c. Slightly acidic, yaitu lahan gambut dengan pH antara 5.5-7, dan
d. Basic, yaitu lahan gambut dengan pH ≥ 7.
Klasifikasi lahan gambut berdasarkan tingkat penyerapannya, yaitu (ASTM
D2980):
8

a. Extremely absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air > 1500%,
b. Highly absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air 800% -
1500%,
c. Moderately absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air 300-
800%, dan
d. Slightly absorbent, yaitu lahan gambut yang dapat menampung air < 300%.

2.3 Kuat Geser Gambut


Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan. Kuat geser diperlukan untuk analisis
stabilitas lereng, kapasitas daya dukung tanah dan gaya dorong dinding penahan
tanah (Atmaja at al., 2013) Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami
pembebanan akan ditahan oleh Hardiyatmo (2002):
a Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser,
b Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya.
Kuat geser merupakan kontribusi dari gaya tarik antar partikel tanah yang
sering disebut kohesi (c) dan gaya friksi (friction force) yang besarnya
dipengaruhi oleh sudut geser dalam (ϕ). Menurut coulomb (1776) kekuatan geser
tanah menunjukkan hubungan linier antara tegangan normal (σ) dan sudut geser
dalam (ϕ) yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
τ = c + σ tan ϕ [II. 1]
Dimana :
τ = kuat geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)
ϕ = sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern (derajat)

Cara untuk menentukan kuat geser tanah antara lain :


a Uji Geser Langsung (direct shear test)
b Uji Triaxial (triaxial test)
9

c Uji Tekan Bebas (unconfined compression test)


d Uji Geser Kipas (vane shear test)

Penambahan serat organik dapat meningkatkan kekuatan ultimit untuk


kondisi gambut yang dikeringkan dan tidak dikeringkan. Hal ini karena serat dapat
bertindak sebagai penguat. Direct shear test memberikan perkiraan kekuatan yang
lebih tinggi dari pada direct simple shear. Ini terjadi karena mekanisme geser yang
dikenakan pada sampel atau karena ukuran sampel dan cara penanganan sampel.
Selain itu, kekuatan geser dari gambut meningkat jika kadar air berkurang. Nilai
kohesi kecil memiliki sudut gesekan internal yang tinggi. Kondisi ini tidak
tercermin untuk kekuatan geser tinggi tetapi akan mempengaruhi serat dan
memodifikasi perilaku kekuatan geser (Kazemian, et al., 2011).

Tabel 2. 1 Parameter Kuat Geser Lahan Gambut

Kadar Sudut
Kohesi
Jenis Gambut Serat Friksi Referensi
(%) C (kPa) φ (ᵒ)
Hemic 59.6 0.5 25-42 (Yulianto, 2017)
AllCU 1-5 (Rahayu dkk 2015)
Hemic1 20-33 6-17 3-25 (Sutejoa, 2016)
Fibric to
19.5-38 1 27 (Susila, 2012)
amorphousCU
Sapric 6-12 6-20 (Al-ani et al., 2013)
Amorphous1 3.4 29.6 (Dykes et al, 2008)
Fibric 31 (Hendry et al, 2012)
Fibric1,2 1.1-3 26-27 (Rowe et al, 1984)
All 0-18 19-25 (Hsi et al, 2005)
2-3 27-33 Landva (1980)
SapricCU 12.98 11-12 23-30 (Azhar, 2017)
Hemic1 39,27 32,33 (Prasetyo, 2014)
HemicCU 25-30 (Sanjaya, 2003)
HemicCU 32,60 34,37 (Karisma A. , 2012)
All 2 25 (Yusa dkk 2019)
AllCU 40-60 (Michael, 2005)
Keterangan: 1 = Berdasarkan uji Direct Shear
2 = Berdasarkan uji Direct Simple shear
10

CU = Berdasarkan uji Triaxial (CU)


All = Seluruh jenis tanah gambut (fibric, hemic, sapric)

Tabel 2.1 menunjukkan nilai parameter kuat geser gambut oleh beberapa
penelitian sebelumnya. Lahan gambut merupakan frictional material/non kohesive
material (Yulianto, 2017), sehingga kuat gesernya hanya mengandalkan kekuatan
sudut geser dalam nya (φ), oleh karena itu distribusi serat pada lahan gambut
sangat mempengaruhi besar nilai sudut geser dalamnya.

2.4 Karakteristik Fisik Gambut


Secara fisik lahan gambut dikenal sebagai tanah yang memiliki kandungan
bahan organik dan kadar air yang sangat tinggi, angka pori yang besar, dan adanya
serat-serat, serta berat volume yang kecil (Fadhillah, 2011). Penelitian mengenai
karakteristik fisik lahan gambut di Indonesia telah banyak dilakukan yaitu pada
penelitian Nugroho dkk (2010), Karisma (2012), Waruwu dkk (2012), Panjaitan
(2013), Prasetyo (2014) dan Yulianto (2017). Kadar air, berat jenis, specific
gravity, kadar serat, kadar organik, dan kadar abu merupakan properti fisik lahan
gambut yang paling sering diuji untuk penelitian. Di Pulau Sumatera penelitian
mengenai karakteristik fisik lahan gambut yang pernah diteliti yakni di daerah
Bolungkut Kecamatan Merbau Labuhan Batu Utara, Bagansiapiapi, dan
Bengkalis. Di Pulau Kalimantan lahan gambut berada di daerah Tapanuli dan
Palangkaraya. Pada Pulau Jawa lahan gambut terdapat di daerah Rawa Pening.
Tabel 2.2 menunjukkan data lahan gambut yang diperoleh dari beberapa tempat di
Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar organik (perbandingan berat
antara zat padat organik dengan mineral tanah) ada yang mencapai angka 90%
yang berarti jumlah zat padat organik hampir sama banyak nya dengan jumlah
mineral tanah ditinjau dari segi beratnya. Tinggi nya persentase zat organik dalam
lahan gambut menyebabkan besarnya volume pori, menyebabkan tingginya kadar
air dan rendahnya specific gravity dan berat volume tanah.
Tabel 2. 2 Properti Fisik Lahan gambut di Indonesia

Sumatera Kalimantan Jawa


Parameter Bolungkut Bengkalis Palangkaraya Rawa Pening
Bagansiapiapi Tapanuli selatan
(Waruwu, (Nugroho dkk, (Yulianto, (Prasetyo,
(Waruwu, 2012) (Panjaitan, 2013)
2012) 2010) 2017) 2014)
Batas Cair - - 126,31 - - -
Batas Plastis - - 89,75 - -
Spesific Gravity 1,38 1,81 1,64 1,74 1,37 1,67
Berat Jenis Basah
14,26 11,30 11,46 12,84 9,72 9,60
(kN/m3)

Berat Jenis Kering


2,34 1.57 - 3,63 1,36 4,61
(kN/m3)
Kadar Air (%) 511,95 624,33 191,73 251,81 670 279,70
Kadar Abu (%) 1,46 5,46 53,33 52,73 2 28,38
Kadar Serat (%) 5,12 30,99 69,77 57,80 59,6 39,272
Kadar Organik
20,62 94,54 - 47,27 98 71,62
(%)
Angka Pori 5,053 9,30 3,34 6,04 - -
pH - - - - 3,5 – 5,5 -

11
12

2.5 Alat Dosoukyo


ukyoudokensabou
Dosoukyoudoke
dokensabou disingkat dengan dokenbo merupakan
meru tongkat
pemeriksa ketahanan
hanan tanah yang dikembangkan oleh Public
ic W
Works Research
Institute untuk secara cepat mengukur kedalaman dan kekuatan
tan lapisan
lap atas tanah
lunak (lapisan tanah) hingga beberapa meter di bawah tanahh (Paten
(Pat Jepang No.
3613591 Metode
de dan
da peralatan pengukuran kekuatan geser).
eser). Teknologi ini
dikembangkan untuk tujuan menemukan tempat-tempat berbahay
rbahaya seperti tanah
longsor yang merupak
erupakan bencana yang dapat terjadi dimana saja di
d Jepang. Juga,
dalam beberapa tahun terakhir, telah digunakan untuk berbagai
gai keperluan
ke seperti
tanah pondasi tanggul
tanggu sungai dan tanggul (National Research
ch Institute
Ins of Public
Works Research
ch Institute
In Geological and Geotechnical
al Re
Research Group
Geological, 2019).. Dokenbo
Do yang akan digunakan pada penelitian
litian ini
i dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut:
beri

Gambar 2. 1 Bagian-bagian Dokenbo


Dari alat dokenbo
doken ini bisa mendapatkan nilai parameterr kuat geser dan nilai
penetrasi tanah secara langsung di lapangan. Untuk mendapatkan
atkan nilai parameter
kuat geser, alat ini menggunakan
m vane cone shear test yang di tancapkan pada
kedalaman yangg sudah
suda ditentukan sebelumnya pada lapisan tanah
tanah, dan memutar
bacaan torsi yang
ng diu
diukur dalam berbagai beban. Sedangkan nilai penetrasi tanah
menggunakan vane
ne shear
s test dengan cone yang lebih kecil dan memakai beban
vertikal.
13

Perbedaan antara vane cone shear test dan vane shear test adalah ada atau
tidak adanya beban vertikal. Vane shear test dapat mengukur kuat geser tanah,
tetapi tidak bisa menentukan sudut geser dalam dan kohesi tanah karena vane
shear test tidak dapat memakai beban vertikal pada bidang geser. Disisi lain, vane
cone shear test dapat memakai beban vertikal pada bidang geser dengan
menyalurkan beban kearah tongkat/batang.
Kekuatan penetrasi (qdk) diperoleh dengan membagi gaya penetrasi statis
saat menggunakan cone penetrasi dari metode yang sudah ditentukan dengan luas
penampang cone yaitu 1,76 x 104 m2. Nilai kekuatan penetrasi maksimum sekitar
2800 kN/m2 dengan peralatan standar (maksimum 500 N). Rumus kekuatan
penetrasi (qdk) dapat diliat di bawah ini:

[II. 2]

Qdk = W + (m0 + n x m1) x g [II. 3]


Dimana:
qdk = Kekuatan penetrasi
Qdk = Ujung cone penetrasi (N)
A = Luas Penampang ujung cone (1,76 x 104 m2)
W = Bacaan beban vertikal (N)
m0 = Berat total (kg) dari cone dan tongkat 450 mm
n = Jumlah tongkat 500 mm
m1 = Berat 1 tongkat 500 mm (kg)
g = Akselerasi gravitasi standar 9,81 m/s2

Kekuatan penetrasi sederhana yang tidak memperhitungkan berat rod


(batang) disebut kekuatan penetrasi semu (qdk’) dan dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini:

′ [II. 4]

Rumus empiris berikut digunakan untuk mengetahui tegangan vertikal dan


tegangan geser menggunakan alat dokenbo.

2,4 10 [II. 5]
14

[II. 6]

! 1,5 10# $ [II. 7]


$ $ % $ [II. 8]
Dimana:
WVC = Beban vertikal pada vane cone (N)
TVC = Torsi yang dipasang pada vane cone (N.m)
WN = Bacaan beban vertikal (N)
TN = Torsi rotasi maksimum dengan vane cone dan WN (N.m)
T0 = Torsi rotasi maksimum dengan vane shear test dan tidak ada
beban (N.m)

Untuk mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek internal digunakan metode
korelasi dimana sumbu horizontal sebagai tegangan vertikal dan sumbu vertikal
sebagai tegangan geser, setiap kedalaman titik pengukuran tanah dibuat Y-intersep
(sebagai nilai kohesi tanah) dan garis slope (tanφ sebagai nilai sudut gesek internal
φ) dari persamaan regresi. Metode untuk memperoleh nilai kohesi dan sudut gesek
internal ini didapat dari melakukan uji kuat geser di laboratorium (one-plane shear
test atau triaxial compression test), dan persamaan korelasi dibuat dari
perbandingan antara keduanya. Dalam hal ini, nilai kohesi adalah cdk dan sudut
gesek internal adalah φdk.

2.6 Uji Geolistrik


Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan
mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan
salah satu metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem.
Tujuan utama dari metode ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau tahanan
jenis dari batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter
yang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik. Batuan yang
memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk
dialiri oleh arus listrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat
15

dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan
medan induksi.
Untuk pengukuran tahanan listrik perlapisan batuan di bawah permukaan
bumi, maka dilakukan penempatan sepasang elektroda arus ( A dan B ) dan
sepasang elektroda potensial ( M dan N ) di permukaan bumi dalam satu garis
lurus, dimana untuk elektroda-elektroda arus A dan B diletakkan di bagian luar
dan elektroda-elektroda potensia M dan N diletakkan di bagian dalam seperti
Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2. 2 Aliran Arus pada Medium Homogen Isotropis


Prinsip dasar penyelidikan menggunakan metoda geolistrik cara tahanan
jenis adalah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui
sepasang elektroda arus A dan B, kemudian mengukur beda potensial melalui
sepasang elektroda potensial M dan N. Seandainya bumi dianggap sebagai
medium yang homogen isotropis, maka tahananjenis yang terukur adalah tahanan
jenis yang sebenarnya, namun oleh adanya pengaruh lapisan-lapisan dengan
tahananjenis yang berbeda maka tahanan jenis yang terukur bukan merupakan
tahananjenis sebenarnya melainkan harga nisbi atau semu, yang biasa disebut
tahanan jenis semu (ρa). Nilai tahanan jenis semu dapat dihitung menggunakan:


&' ( [II. 9]
*

Dimana:
&' = Tahanan Jenis Semu (ohm.m)
( = Faktor geometri konfigurasi
16

∆+ = Beda Potensial (volt)


, = Arus listrik (ampere)

Metode geolistrik resistivitas memiliki beberapa kelebihan yaitu bersifat


tidak merusak lingkungan, pengoperasian mudah dan cepat, biayanya murah, dan
dapat mengidentifikasi kedalaman sampai beberapa meter sehingga banyak
dipakai dalam survei lingkungan seperti diantaranya untuk menentukan stabilitas
lereng, survei daerah rawan dan investigasi pergerakan massa (mass movement)
(Supeno dan Gusfan, 2008).
Tahanan listrik dari lahan gambut pada penelitian ini ditentukan dengan
melakukan pengujian sesuai dengan standar Australia AS 1289.4.4.1-1997
(Standar Australia, 1997): penentuan resistivitas listrik dari metode tanah untuk
pasir dan bahan granular.

Gambar 2. 3 Diagram Skematik Sistem untuk Mengukur Resistivitas Listrik


dari Sampel Tanah
Gambar 2.3 menunjukkan diagram skematik sistem yang digunakan untuk
mengukur resistivitas listrik sampel tanah. Koneksi antara kotak pengujian
resistivitas yang diisi dengan spesimen tanah dan mesin uji resistensi tanah AEMC
dibuat seperti yang ditunjukkan pada gambar. Elektroda pelat arus C1 dan C2
17

masing-masing dihubungkan ke kenop arus H dan E dari penguji tahanan tanah.


Pin pengukur potensial P1 dan P2 masing-masing dihubungkan ke tombol
potensial S dan ES. Arus disuntikkan ke dalam spesimen tanah melalui elektroda
pelat luar. Penurunan potensial di P1 dan P2 ditentukan untuk menghitung
resistensi R dari spesimen.

Tabel 2. 3 Parameter Resistivitas Lahan Gambut

Referensi Resistivitas (ohm.m)


(Yendra & Salam, 2017) 5 – 100
(Santoso dkk, 2015) 25,3 – 108
(Satria & Yudha, 2015) 87,90 – 123,14
(Yusa dkk, 2019) 20 – 150

Nilai resistivitas gambut relatif lebih rendah dari sekitarnya karena secara
umum gambut merupakan lapisan tanah yang memiliki porositas yang besar.
Rongga-rongga pada pori gambut yang besar tersebut terisi oleh air, air pada
umumnya kaya akan ion. Akibatnya lapisan gambut ini memiliki nilai resistivitas
yang rendah

2.7 Regresi Linear


Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier dengan menggunakan
program bantu Microsoft Excel. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan
secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:

Y = a + Bx [II. 10]
Dimana:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
18

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus di bawah


ini:
./ 01 .2
- 3
[II. 11]

3 .2/ 0 .2 ./
4 3 .5 6 0 .2 6
[II. 12]

Kekuatan dan arah hubungan linier di antara kedua variabel tersebut bisa
dijelaskan dengan ukuran statistik yang dinamakan dengan “koefisien korelasi”.
Koefisien korelasi memiliki nilai antar -1 dan 1. Koefisien bernilai 0 jika tidak ada
hubungan yang linier antara dua variabel tersebut. Rumus koefisien korelasi
sebagai berikut:
8.2/0 .2 ./
7 [II. 13]
93.5 6 0 .2 6 93.: 6 0 ./ 6

R2 = (r)2 [II. 14]


Dimana:
n = Banyak pasangan data.
R2 = Indeks determinasi

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai
variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn [II. 15]
Dimana:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
19

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Koefisien korelasi pada analisis regresi tidak diartikan sebagai ukuran


keeratan hubungan variabel bebas (X) dan variabel tidak bebas (Y), sebab dalam
analisis regresi asumsi normal bivaria tidak terpenuhi. Untuk itu, agar koefisien
korelasi yang diperoleh dapat diartikan maka dihitung indeks determinasinya.
Indeks determinasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk menjelaskan
persentase variasi dalam variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh
bervariasinya variabel bebas (X). Hal ini menunjukkan bahwa variasi dalam
variabel tidak bebas (Y) tidak semata-mata disebabkan oleh bervarisinya variabel
bebas (X), bisa saja variasi dalam variabel tidak bebas tersebut juga disebabkan
oleh variasi variabel bebas lainnya yang mempengaruhi variabel tak bebas tetapi
tidak dimasukkan dalam model persamaan regresinya.
Kriteria validitas koefisien korelasi dapat di liat pada Tabel 2.4 berikut:
Tabel 2. 4 Kriteria Validasi Instrumen Tes
Nilai r Interpretasi
0,80 – 1 Tinggi
0,60 – 0,80 Cukup
0,40 – 0,60 Agak Rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Sumber : Arikunto (1991)

2.8 Analysis ToolPak


Analysis Toolpak adalah add ins pada Microsoft Excel yang digunakan
untuk melakukan analisis data statistik seperti antara lain: analisis regresi excel, uji
F dan uji T, Z test, T paired excel, independen T test excel, dan lain-lain. Dengan
Add ins analysis toolpak ini akan memudahkan kita untuk melakukan analisis
secara cepat dan mudah dengan excel. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
analysis toolpak untuk menganalisis regresi linier berganda. Contoh tabel regresi
hasil analysis ToolPak dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:
20

Tabel 2. 5 Hasil regression statistics analysis ToolPak


Keterangan Nilai
Multiple R 0,290255
R Square 0,084248
Adjusted r Square 0,034748
Observations 40
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 1302,685576 651,343 5,23138 0,009981611
Residual 37 4606,75197 124,507
Total 39 5909,437545
Standard Lower Upper
Coefficients t Stat P-value
Error 95% 95%
Intercept 82,77345 19,90427 4,158578 0,000182 42,44357 123,1033
Kadar Air (%) -0,00177 0,00751 -0,23617 0,8146 -0,01700 0,0135
Berat Volume
-4,96930 2,05445 -2,41879 0,020608 -9,13201 -0,8066
Basah (kN/m3)

Tabel 2.5 merupakan contoh tabel hasil analysis toolpak, hal yang perlu
diketahui tentang tabel di atas adalah sebagai berikut:
a. Multiple r
r majemuk adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat keeratan hubungan
linear antara variabel terikat dengan seluruh variabel bebas secara bersama-sama.
Pada kasus dua variabel (satu variabel terikat dan satu variabel bebas), besaran r
(biasa dituliskan dengan huruf kecil untuk dua variabel) dapat bernilai positif
maupun negatif (antara -1 – 1), tetapi untuk lebih dari dua variabel, besaran r
selalu bernilai positif (antara 0 – 1). Nilai r yang lebih besar (+ atau -)
menunjukkan hubungan yang lebih kuat.
b. R Square (R2)
Dalam dunia statistik, R Square ini dikenal dengan nama Koefisien determinasi
Berganda. Koefisien determinasi berganda, fungsinya adalah untuk mengukur
kebaikan suai (goodness of fit) dari persamaan regresi; yaitu memberikan proporsi
atau persentase variasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel
bebas. Nilai R2 terletak antara 0 – 1, dan kecocokan model dikatakan lebih baik
kalau R2 semakin mendekati 1.
c. Adjusted R Square
21

Suatu sifat penting R2 adalah nilainya merupakan fungsi yang tidak pernah
menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh karenanya,
untuk membandingkan dua R2 dari dua model, harus memperhitungkan banyak
nya variabel bebas yang ada dalam model. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan “adjusted R square”. Istilah penyesuaian berarti nilai R2 sudah
disesuaikan dengan banyaknya variabel (derajat bebas) dalam model. Memang, R2
yang disesuaikan ini juga akan meningkat bersamaan meningkatnya jumlah
variabel, tetapi peningkatannya relatif kecil. Seringkali juga disarankan, jika
variabel bebas lebih dari dua, sebaiknya menggunakan adjusted R square.
d. Standard Error
Standard Error merupakan standar kesalahan dari estimasi variabel terikat.
Angka ini dibandingkan dengan standar deviasi dari permintaan. Standard error
dipengaruhi oleh banyaknya sampel. Semakin banyak sampel maka standard
error semakin kecil maka sampel semakin represntatif (mewakili).
e. ANOVA
Nilai F pada tabel tersebut menunjukkan nilai uji statistik. Jika nilai uji pada
tabel tersebut bernilai lebih rendah daripada nilai F tabel maka hipotesis bahwa
hubungan tersebut tidak ada bernilai benar. Apabila nilai significance F lebih
rendah daripada taraf signifikasi (α) yang digunakan, biasanya peneliti
menggunakan taraf signifikasi sebesar 1% dan 5% maka hipotesis tidak ada
hubungan ditolak. Nilai P-value pada koefisien hubungan juga menunjukkan jika
nilainya lebih kecil dari taraf signifikasi (α) yang digunakan peneliti maka
hipotesis tidak ada hubungan antara variasi dapat ditolak.

Anda mungkin juga menyukai