A1d019056 - Rizqi Abimanyu Tricaksono - Laporan Acara Iii
A1d019056 - Rizqi Abimanyu Tricaksono - Laporan Acara Iii
PRODUKSI BENIH
ACARA I
PRODUKSI BENIH PADI (ROGUING DAN SERTIFIKASI)
DESKRIPSI VARIETAS
Oleh :
Nama : Rizqi Abimanyu Tricaksono
NIM : A1D019056
Kelas :A
A. Teori Praktikum
B. Tujuan Praktikum
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu tanaman dari varietas
yang akan di candra, sedangkan alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yaitu
alat ukur seperti, penggaris, busur derajat dan lainnya.
B. Cara Kerja
A. Hasil
Gambar 1. Inpari 32
Gambar 2. Inpari 42
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
Padi jenis Inpari 42 dan Inpari 32 sudah terlihat sangat berbeda, perbedaan
tersebut dapat dilihat dari warna daunya dan bentuk dari pada malainya. Padi
Inpari 42 memiliki biji di setiap malainya berbentuk lonjong namun melebar dan
Inpari 32 yang berbentuk lonjong ramping. Pencampuran varietas ini bisa terjadi
oleh beberapa faktor , salah satunya pemilihan benih yang tidak terkontrol dengan
baik sehingga terjadi percampuran varietas Inpari 42 dengan Inpari 32
B. Saran
Muliasari,A. A dan Sugiyanta., 2009. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit pada
Padi Sawah (Oryza sativa L.). Makalah Seminar Departemen Agronomi
dan Hortikultura. IPB ± Bogor.
Priyastomo,V., Yuswiyanto., D.R. Sari., dan S. Hakim. 2006. Peningkatan
Produksi Padi Gogo Melalui Pendekatan Model Pengelolaan Tanaman
dan Sumberdaya Terpadu. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Tobing dan Tampubolon. 1983. Tanaman Pangan/Sela. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Widarto, Y. P dan J. Susilo., 2004. Introduksi Beberapa Varietas Unggul Baru
Padi Gogo di Kabupaten Blora. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Tengah.
VI. LAMPIRAN
Gambar 4. Inpari 32
Gambar 5. Inpari 42
LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI BENIH
ACARA I
PRODUKSI BENIH PADI (ROGUING DAN SERTIFIKASI)
ROGUING
Oleh :
Nama : Rizqi Abimanyu Tricaksono
NIM : A1D019056
Kelas :A
A. Teori Praktikum
B. Tujuan Praktikum
B. Cara Kerja
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada dasarnya teknologi produksi padi untuk konsumsi dan benih adalah
sama. Perbedaannya pada teknologi budidaya benih dilakukan roguing/seleksi
sedang budidaya konsumsi tidak dilakukan. Menurut Suhartina, dkk., (2012)
bahwa roguing adalah kegiatan mengidentifikasi dan menghilangkan tanaman
yang menyimpang. Tujuan roguing adalah untuk mempertahankan kemurnian dan
mutu genetik suatu varietas. Karakteristik varietas dapat digunakan untuk
mengenali dan mengidentifikasi tipe simpang. Produsen benih atau pelaksana
roguing harus mengenali karakteristik varietas dengan baik, termasuk faktor-
faktor yang dapat berpengaruh terhadap karakter tersebut.
Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang
tidakm dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari
pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut
telah memiliki ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal
penangkaran serealia sering disarankan interval sebanyak dua musim tidak
ditanami tanaman sejenis atau tanaman lain yang mengancam kemurnian
genetisnya, tetapi dalam beberapa program sertifikasi satu musim tanam pun
diterima. Melakukan pengolahan tanah dan roguing secara intensif, sistim tanam
tandur jajar, dan persemaian pada areal yang bebas voluntir sangat efektif untuk
mencegah pencemaran genetis pada tanaman padi. S
Pemeriksaan lapangan dilaksanakan dengan tujuan untuk memastikan
kesesuaian pola tanam dengan formulir permohonan dan tingkat kemurnian
pertanaman sehingga mutu benih padi yang dihasilkan akan terjamin, baik dalam
hal kemurnian fisik maupun genetik. Sebelum pemeriksaan lapangan oleh
pengawas benih, penangkar harus merouging (membuang campuran varietas lain)
pada pertanaman karena campuran varietas lain (CVL) menentukan kelulusan
hasil pemeriksaan lapangan.
Dalam areal produksi benih bersertifikat, tidak dikehendaki adanya
tanaman-tanaman yang tidak diizinkan. Tanaman tersebut dapat berupa tipe
simpang, tanaman yang berpenyakit berbahaya dan gulma yang berbahaya. Gulma
disamping sebagai inang beberapa hama dan penyakit, juga menyebabkan
persaingan untuk mendapatkan unsur hara, air, ruang tempat tumbuh dan sinar
matahari. Tingkat masalah yang ditimbulkan oleh gulma cukup beragam,
tergantung pada jenis tanah, suhu, letak lintang, ketinggian tempat, cara budidaya,
cara tanam, pengelolaan air, tingkat kesuburan, dan teknologi pengendalian gulma
(Suparyono & Setyono 1993). Jatmiko et al. (2002) menambahkan bahwa tingkat
persaingan gulma dengan tanaman juga tergantung kerapatan gulma, lamanya
gulma bersama tanaman, serta umur tanaman saat gulma mulai bersain
Kegiatan reguing adalah membuang tanaman-tanaman tersebut, yang dapat
dilakukan pada fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif. Tipe simpang dapat
muncul karena tanaman memiliki keragaman yang luas dan benih yang digunakan
berasal dari hasil persilangan. Hal hal yang perlu diketahui oleh petugas yang
melakukan roguing : 1) karakteristik (diskripsi) varitas, 2) karakteristik tipe
simpang, 3) penyakit terbawa benih yang sukar dikendalikan dengan perawatan
benih, 4) gulma yang berbahaya, 5) ketidak normalan tanaman (stress hara, suhu
dan kelembaban tanah), 6) pengambilan contoh dan cara penghitungan untuk
sertifikasi. Pemeriksaan lapang dilakukan pada fase vegetatif dan generatif
Pemeriksaan lapangan umumnya dilakukan pada fase pertumbuhan tanaman
padi tertentu sebanyak tiga kali, yaitu fase vegetatif, fase berbunga, dan fase
masak (sebelum panen) sebagai berikut:
1. Fase vegetatif dengan tujuan untuk mengetahui jumlah campuran lain pada
fase vegetatif tanaman. Pada fase ini dilakukan pemeriksaan tipe
pertumbuhan, kehalusan daun, warna daun, telinga daun, lidah daun, pangkal
batang.
2. Fase berbunga dengan pemeriksaan dilakukan pada tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna daun, bentuk / tipe malai dan sudut daun bendera.
3. Fase Masak (Sebelum panen) dengan pemeriksaan yang dititikberatkan pada
posisi sudut daun bendera, tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah,
warna gabah dan warna pada ujung gabah.
Dalam kegiatan produksi benih bersetifikat digunakan benih dari kelas yang
lebih tinggi dengan mutu yang baik, yaitu memenuhi persyaratan kemurnian, daya
berkecambah, bebas dari benih varitas lain, biji gulma dan penyakit yang terbawa
benih. Untuk memperoleh benih sebar, digunakan benih sumber, benih pokok, dan
seterusnya untuk kelas benih yang lain. Skema alur kelas benih sumber padi
seperti berikut:
Breeder
Seed/BS
ROG
UING
Foundation
Seed/FS
ROG
Extension UING
Seed/ES
(Benih Sebar)
Lahan yang akan digunakan untuk areal produksi benih perlu diketahui
untuk menghindari munculnya tanaman voluntir dan penyebaran penyakit.
Tanaman voluntir merupakan tanaman dari varitas lain yang tumbuh dari
pertanaman yang telah dipanen sebelumnya. Untuk memproduksi benih padi
bersertifikat, lahan yang akan digunakan bekas tanaman padi maka areal tersebut
harus dari varitas yang sama atau bekas varitas lain yang sifat sifat fisiknya mudah
dibedakan dengan varitas yang akan ditanam dengan persyaratan : a) produsen
mau dan mampumengerjakan pengolahan tanah dan melakukan roguing secara
intensif, b) sistem tanam harus tandur jajar, dan c) persemaian dilakukan pada
areal yang bebas voluntir. Kepastian benih sumber dan sejarah lahan dilakukan
pada saat pemeriksaan pendahuluan. Ketentuan isolasi diterapkan untuk
menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varitas yang berbeda,
menghindari tercampurnya varitas lain pada saat panen, dan penyebaran hama dan
penyakit dari tanaman inang yang lain. Kemudian memperhatikan pertanaman
yang dapat dihitung dengan menghitung jumlah CVL dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan dinyatakan dengan persen sebagai
berikut:
Σ CVL dan Tipe Simpang 1
x x 100 %
ΣContoh Pemeriksaan Populasi Sampel
Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik.
Isolasi jarak dimaksudkan bahwa pada areal produksi benih suatu varitas perlu
mempunyai jarak dengan pertanaman varitas yang lain agar tidak terjadi
percampuran. Sifat penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi.
Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi
tanaman yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi
persilangan. Diterapkan dengan memberikan selang waktu tanaman yang berbeda
antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga pada saat
pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari).
Ekspresi genetik karakter tanaman, dalam batas-batas tertentu, seringkali
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Fenomena itu menyebabkan munculnya
keragaman, akibatnya kesesuaian karakter tanaman pada saat pemeriksaan lapang
seringkali diragukan atau dianggap sebagai campuran (tidak murni). Pemeriksaan
kebenaran varietas pada saat pemeriksaan lapang hendaknya tidak hanya
didasarkan pada bagian-bagian tertentu, artinya jika pedoman karakteristik utama
tidak bisa menjawab perbedaan varietas, maka dapat dialihkan dengan
menggunakan kriteria lainnya. Pengamatan dilakukan pada waktu masak. Pada
saat pelaksanaan roguing di kelompok tani Karngwangkal diduga tanaman yang
menyimpang. Ketidaksesuaian varietas dilihat dari rumpun warna daun yang
berbeda, serta belum masaknya malai pada tanaman. Tinggi tanaman juga tidak
sesuai. Terdapat tanaman yang tumbuh kurang. Petani tidak memberikan jeda atau
tidak mengistirahatkan tanah dari tanaman varietas sebelumnya, sehingga
kemungkinan ada varietas sebelumnya yang terbawa. Terduga varietas tersebut
adalah Inpari 42 yang tercampur dengan inpari 32.
Perbedaan hasil tanam padi tersebut merupakan ketidaknormalan tanaman
termasuk stres nutrisi, suhu dan kelembaban tanah. Menurut Fagi (1988),
penambahan tinggi tanaman akan berlangsung terus dari awal penanaman sampai
berakhirnya fase generatif. Laju penambahan tinggi tanaman yang paling cepat
terjadi pada fase vegetatif. Menurut Sastroutomo (1990), tanaman membutuhkan
hara yang banyak pada awal pertumbuhannya untuk pembelahan sel,
perpanjangan sel, dan tahap pertama diferensiasi sel.
Efektivitas roguing tergantung pada perbedaan rogue dan juga pada
keterampilan melaksanakan rogue. Kemampuan petugas rogue untuk mengenali
kultivar lain atau tipe simpang tergantung pada ketegasan atau besaran perbedaan
dan pengalamannya melaksanakan rogue. Perhatian utama pelaksanaan roguing
adalah pada bagian-bagian tempat kebanyakan rogues dijumpai, seperti pintu
gerbang, tempat timbunan-timbunan terdahulu, dan tempat ternak diberi makan.
Praktikan berjalan perlahan-lahan bolak-balik di seluruh pertanaman sambil
menyelidiki tanaman dengan cermat dalam suatu Setiap rogue yang terlihat
dicabut, sehingga tidak ada yang tertinggal dan tumbuh kembali, dan disimpan di
dalam kantong. Tumbuh-tumbuhan ini dikeluarkan dari lapang.
Penyebaran penyakit dalam suatu pertanaman dapat dihalangi dengan me-
roguing tanaman yang terserang penyakit tersebut. Selanjutnya kebersihan yang
baik dalam gudang dan tempat-tempat penyimpanan benih dapat mencegah hama
dan penyakit terbawa benih ke musim tanam berikutnya. Kontaminasi serbuk sari
selain dapat berasal dari tanaman-tanaman yang ada di areal produksi (dari
tanaman tipe simpang) dapat juga berasal dari tanamantanaman yang berada di
luar areal produksi benih yang sedang ditangani.
Teknik pesemaian harus memungkinkan dilakukannya roguing secara
efektif serta penggunaan benih yang tersedia secara maksimal (persediaan benih
terbatas). Semua peralatan yang digunakan untuk panen, pengangkutan, dan
penyimpanan harus sangat bersih dan bebas dari benih varietas lain. Dengan cara
demikian diperkirakan benih murni mencapai 99,9%. Benih penjenis ni sdah siap
diperbanyak enjadi benih dasar. Pemeliharaan sebagian benih penjenis perlu
dilakukan oleh pemulia tanaman untuk cadangan sumber benih penjenis (a
continuation breeder’s stock) dari suatu varietas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Fagi, A.M & I. Las. 1988. Lingkungan tumbuh padi. Padi, buku 1. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor
Suhartina, Purwantoro, Abdullah T., dan Novita N. 2012. Panduan Roguing
Tanaman dan pemeriksaan benih kedelai. Kementerian Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi. Malang
Suparyono & A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zimdahl, R. L. 1980. Weed Crop Competition. A. Review. IPPC. Orego
VII.LAMPIRAN
ACARA I
PRODUKSI BENIH PADI (ROGUING DAN SERTIFIKASI)
SERTIFIKASI
Oleh :
Nama : Rizqi Abimanyu Tricaksono
NIM : A1D019056
Kelas :A
A. Teori Praktikum
B. Tujuan Praktikum
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini antara lain benih padi yang
ingin disertifikasi. Sedangkan alat yang diperlukan yaitu alat tulis dan laptop.
B. Cara Kerja
A. Hasil
Kelas Benih
Parameter
BS BD BP BR
Kadar air maks. (%) 13 13 13 13
Beih Murni min. (%) 99 99 98 98
Kotoran Benih maks. (%) 1 1 2 2
Benih Tanaman Lain maks. (%) 0 0 0,2 0,2
Biji Gulma maks. (%) 0 0 0 0
Daya Berkecambah min. (%) 80 80 80 80
Sumber: Petunjuk Pengawas Benih. PBT Madya, BPSB Jawa Tengah.
> 2 -4 8
> 4 -7 12
> 7-10 16
A. Kesimpulan
B. Saran