Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EVALUASI PROGRAM

“LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROGRAM “

Dosen Pengampu :

Elsa Rahmayanti, M.Pd

Reni Kurnia, M.Eng

Disusun Oleh :

1. Ahmad Fauzi (20004038)


2. Alimah Tussadiyah (20004001)
3. Husnul Annisa (20004061)
4. Rina Aprillia Saparida (20004025)
5. Wanda Winata (20004033)

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Langkah-langkah
Evaluasi Program “ dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat beserta salam kami doakan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini. kami berterimakasih kepada dosen pengampu yaitu Elsa
Rahmayanti, M.Pd dan Reni Kurnia, M.Eng. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Penelitian Kualitatif.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh Karena itu
kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat kami terima dengan senang
hati agar kami dapat memperbaikinya dimasa yang akan datang . akhir kata katmi mengucapkan
terimakasih.

Padang, 03 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................ 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Persiapan Evaluasi Program ............................................................................................................. 6
B. Pelaksanaan Evaluasi Program ......................................................................................................... 9
C. Tahap Monitoring (Pelaksanaan).................................................................................................... 22
BAB III ................................................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................................................ 25
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................................................. 25
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.

Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan
berikutnya. Evaluasi sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi
dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program
yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian
program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program.

Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu
atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data terkumpul
dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu. Dalam evaluasi program, pelaksana
(evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum
tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya.
Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil.
Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui
keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan.

Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu


melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab.
Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan
kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan

4
kebijakan dan implementasi program). Model evaluasi merupakan suatu desain yang
dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi.

Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat.
Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau
instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai
hasil yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Apa persiapan dalam melakukan evaluasi program?


2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi program?
3. Bagaimana tahap monitoring pada evaluasi program?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui persiapan dalam evaluasi program.


2. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluai program.
3. Untuk mengetahui monitoring dalam evaluasi program.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persiapan Evaluasi Program


Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan persiapan
secara cermat. Persiapan tersebut antara lain berupa penyusunan evaluasi, validasi
instrumen evaluasi, menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi,
dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.

Penyusunan evaluasi terkait dengan model seperti apa yang akan diterapkan dalam
melakukan kegiatan evaluasi progam. Model-model tersebut dapat berupa model CIPP,
model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glasr,
model Michael Scriven, Model Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment.
Pemilihan model ini bergantung pada tujuan evaluasi program yang akan dilaksanakan
dan kriteria keberhasilan program, sehingga dalam penyusunan evaluasi hal penting yang
harus diketahui oleh seorang evaluator adalah tujuan program dan kriteria keberhasilan
program.

Setelah mengetahui tujuan dan kriteria keberhasilan program maka seorang evaluator
baru dapat menentukan metode pengumpulan data, alat pengumpul data, sasaran evaluasi
program, dan jadwal evaluasi program yang akan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan evaluasi program. Sistematika dan/atau komponen-komponen
yang harus ada dalam evaluasi program secara garis besar sebagai berikut: latar belakang
masalah, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrumen, dan sumber
data.

Setelah rencana evaluasi tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen


evaluasi. Instrumen evaluasi yang disusun bergantung pada metode pengumpulan data

6
yang dipilih. Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah metode wawancara
maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman wawancara.Apabila metode
pengumpulan data yang dipilih adalah metode observasi, maka instrumen evaluasi yang
harus disusun adalah lembar pengamatan. Apabila metode pengumpulan data yang dipilih
adalah metode angket maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah angket.
Apabila metode pengumpulan data yang dipilih adalah metode dokumentasi maka
instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman dokumentasi atau menyusun
tabel-tabel untuk merekam dokumen yang diperlukan. Apabila metode pengumpulan data
yang dipilih adalah metode tes maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah tes.

Langkah-langkah menyusun instrumen evaluasi:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Contoh:
tujuan menyusun lembar pengamatan adalah untuk mengetahui aktivitas belajar
peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variable dan jenis instrumen yang
akan digunakan. Untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan ini
dikembangkan dari kisi-kisi objek yang akan dievaluasi.
3) Membuat butir-butir instrumen, sesudah kisi-kisi tersusun maka langkah selanjutnya
adalah membuat butir-butir instrumen.
4) Menyunting instrumen, hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
a. Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk
mempermudah pengolahan data;
b. Menuliskan petunjuk pengisian, identitas, dan sebagainya;
c. Memuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada
orang lain (pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, lembar pengamatan
cukup membuat identitas yang menunjuk pada sumber data dan identitas pengisi).

Instrumen yang telah tersusun tidak secara otomatis dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen tersebut masih perlu divalidasi untuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Penentuan tingkat validitas dan
reliabilitas bisa Anda lihat pada buku-buku statistik dan metodologi penelitian yang
membahas tentang reliabilitas dan validitas instrumen.

7
Evaluasi program adakalanya memiliki wilayah populasi yang cukup luas dan/atau
banyak. Apabila hal ini terjadi, seorang evaluator tidak mungkin menjadikan seluruh
subjek dalam wilayah populasi itu menjadi sumber data karena, disamping memakan
waktu lama juga memakan biaya yang tidak sedikit. Cara yang dapat ditempuh untuk
mengatasi hal tersebut dengan mengambil sebagian dari seluruh anggota populasi untuk
dijadikan sumber data. Cara yang demikian disebut metode sampling. Sementara itu,
metode penentuan subjek dengan menjadikan seluruh anggota populasi sebagai sumber
data disebut metode populasi.

Metode populasi adalah metode penentuan subjek evaluasi dengan mengambil seluruh
subjek yang ada menjadi sumber data. Contoh: jika seorang evaluator ingin mengevaluasi
kesulitan belajar matematika siswa SD Negeri kelas 5 maka seluruh siswa SD Negeri
kelas 5 dijadikan sebagai sumber data.

Metode sampling adalah metode penentuan subjek evaluasi dengan hanya mengambil
sebagian individu yang ada dalam populasi. Contoh: Jika seorang evaluator ingin meneliti
kesulitan belajar Matematika siswa SD Negeri kelas 5 maka evaluator hanya mengambil
sebagian siswa SD Negeri kelas 5 sebagai sumber data (mungkin empat SD, lima SD, dan
seterusnya). Dari kedua contoh di atas maka yang disebut populasi adalah seluruh siswa
SD Negeri kelas 5, dan yang disebut sampel adalah siswa SD Negeri kelas 5 dari empat
SD yang berbeda. Teknik sampling ini dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu random sampling dan nonrandom sampling. Random sampling adalah pengambilan
sampel secara random atau tanpa pandang bulu (semua individu dalam populasi diberi
peluang yang sama). Nonrandom sampling artinya tidak semua individu diberi peluang
yang sama untuk menjadi anggota sampel.

Ada beberapa jenis sampel, antara lain:

1) Proportional sample, mengambil sampel dari tiap subpopulasi dengan


memperhitungkan besar kecilnya subpopulasi.
2) Stratified sample, digunakan jika populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang
mempunyai susunan bertingkat.
3) Purposive sample, teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

8
4) Quota sample, tujuan sampel yang akan diteliti telah ditetapkan terlebih dahulu.
5) Double sample, atau sampel kembar, artinya dalam menentukan sampel kita
kelompokkan menjadi dua untuk keperluan-keperluan tertentu.
6) Area probability sample, membagi daerah populasi ke dalam sub-sub daerah yang
lebih kecil.
7) Cluster sample, hampir sama dengan area probability, tetapi dalam cluster
sample satuan sampel tidak terdiri dari individu, melainkan kelompok individu
atau cluster.

Langkah perencanaan setelah menentukan sampel evaluasi, yaitu menyamakan persepsi


antar evaluator tentang berbagai hal sebelum pengambilan data dimulai. Pada
pelaksanaannya kegiatan evaluasi tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang evaluator
saja, melibatkan beberapa bahkan banyak evaluator. Apabila hal ini terjadi maka perlu
kesamaan persepsi antar evaluator agar tidak terjadi salah persepsi (miss perception).
Beberapa hal yang perlu disamakan persepsinya, yaitu tujuan program, tujuan evaluasi,
kriteria keberhasilan program jenis data yang diperlukan, metode pengumpulan data,
instrumen pengumpul data, wilayah generalisasi, teknik sampling dan jadwal kegiatan
evaluasi program. Manfaat penyamaan persepsi antar evaluator adalah agar tidak terjadi
bias dalam pengambilan data, sehingga data yang terkumpul adalah data yang
representatif, dapat dianalisis, dan kesimpulan yang diperoleh adalah kesimpulan yang
akurat.

B. Pelaksanaan Evaluasi Program


Evaluasi program dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu evaluasi reflektif,
evaluasi rencana, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Evaluasi reflektif digunakan untuk
mengevaluasi kurikulum sebagai suatu ide. Istilah reflektif diambil dari artikel yang
ditulis oleh Cohen (1976) dalam Suharsimi, 2010:. Jenis evaluasi ini mencoba mengkaji
ide yang dikembangkan dan dijadikan landasan bagi kurikulum. Evaluasi terhadap ide ini
dapat dilakukan pada waktu pertama kali suatu ide dikemukakan oleh seseorang. Hal ini
terjadi karena biasanya penerjemahan suatu ide menjadi suatu rencana memerlukan

9
kajian, yaitu berupa operasionalisasi ide tersebut. Evaluasi terhadap ide dapat pula
dilakukan pada waktu program sebagai rencana telah selesai ditulis.

Evaluasi rencana merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan orang terutama setelah
banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan program. Persyaratan-persyaratan
program sebagai rencana seperti format, keterbacaan, hubungan antarkomponen,
organisasi vertikal dan horizontal dari pengalaman belajar, biasanya merupakan hal yang
menuntut perhatian evaluator pada waktu melakukan evaluasi program sebagai suatu
rencana.

Seperti juga evaluasi reflektif, evaluasi rencana dapat dilakukan baik pada waktu proses
penulisan program sebagai suatu rencana sedang berlangsung maupun pada waktu
penulisan itu telah selesai dikerjakan. Evaluasi yang dilakukan saat rencana program
sedang ditulis tentu saja dapat segera memberi upan balik kepada para pengembang
rencana sehingga perbaikan dapat segera dilakukan. Evaluasi rencana memberikan
masukan yang berharga bagi para pengembang program.

Studi yang dilakukan oleh Andersen (1983, dalam Suharsimi, 2010: ) berhubungan
dengan evaluasi jenis ini ditemukan bahwa bahasa yang digunakan oleh pengembang
program ternyata kurang komunikatif. Istilah teknis yang digunakan seperti discovery,
inquiry, ternyata memberi pengertian yang berbeda antara para pengembang program
dengan para guru. Demikian pula studi yang dilakukan oleh Hasan (1984, dalam
Suharsimi, 2010: ) juga menemukan gejala yang sama.

Evaluasi proses kadang-kadang disebut pula dengan istilah implementasi program.


Menggunakan istilah proses dimaksudkan untuk memperkuat pengertian program sebagai
suatu proses. Lagi pula, istilah evaluasi proses dianggap lebih memberi kedudukan yang
sama antara dimensi program sebagai ide, rencana, hasil, dan program sebagai suatu
kegiatan.

Evaluasi proses membuat perhatian evaluator diarahkan tidak saja kepada apa yang
terjadi dengan program sebagai kegiatan, tetapi evaluasi telah pula mencoba melihat
mengenai berbagai faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program sebagai
kegiatan. Evaluasi terhadap kepemimpinan kepala sekolah, pengetahuan dan sikap serta

10
kegiatan guru, faktor siswa, dan peralatan belajar dianggap sebagai fokus yang penting.
Demikian pula interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Buku evaluasi yang terbit setelah tahun 1980-an antara lain tulisan Raizan dan Rossi
(1981), Cronbach (1982), Guba dan Lincoln (1985), serta Rossi dan Freeman (1985).
Buku tulisan para ahli tersebut memberi perhatian serius terhadap evaluasi proses.

Evaluasi hasil merupakan jenis evaluasi program yang paling tua. Bahkan pada mulanya
yang dimaksud evaluasi identik dengan evaluasi hasil. Lebih lanjut hasil yang dimaksud
adalah hasil belajar dalam pengertian pengetahuan yang dapat diserap oleh peserta didik.
Jumlah pengetahuan yang dimiliki peserta didik, merupakan indikator keberhasilan suatu
program pembelajaran.

Pandangan yang demikian memang banyak dianut dalam evaluasi hasil bahkan masih
merupakan pandangan yang dominan. Aspek lain dari hasil belajar hampir dapat
dikatakan tidak diperhatikan sama sekali. Contoh: untuk menentukan kriteria bahwa
suatu sekolah termasuk kategori ‘unggul’ biasanya dilihat dari tingginya pencapaian nilai
rata-rata UAN. Anggapan yang demikian ini sedikit demi sedikit perlu diluruskan,
mengingat tujuan pendidikan tidak hanya mencerdaskan peserta didik melainkan untuk
membentuk manusia yang utuh (bertaqwa, berkepribadian, bertanggungjawab, jujur,
cerdas, terampil, dan sebagainya).

Keempat jenis evaluasi di atas mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan


metode dan alat pengumpul data yang digunakan. Agar kegiatan pengumpulan data dapat
dilakukan dengan baik, berikut ini akan diuraikan bagaimana mengumpulkan data yang
baik dengan menggunakan berbagai alat pengumpul data.

1. Pengambilan Data dengan Tes

Pengumpulan data evaluasi dengan tes dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

o Buka buku versus tutup buku;


o Tes diumumkan versus tes dirahasiakan;
o Tes lisan atau tes tertulis;
o Tes tindakan atau praktik.

11
Teks buka buku (open books test) artinya penyelenggaraan tes yang
memperbolehkan testee untuk membuka buku, menggunakan kalkulator, menggunakan
tabel, ataupun menggunakan kamus. Keuntungan penyelenggaraan tes model
ini testee tidak merasa tegang dalam menghadapi tes, menghilangkan
kemungkinan testee untuk melakukan tindakan curang (menyontek).
Keterbatasannnya testee akan malas membaca buku atau catatan dengan alas an dalam
ujian akan bebas melihat buku atau catatan.

Tes tutup buku (closed books test) artinya penyelanggaraan tes yang tidak member
kesempatan pada testee untuk membuka buku, menggunakan kalkulator, menggunakan
tabel, ataupun menggunakan kamus. Keuntungan dari tes ini adalah membiasakan
para testee untuk memahami isi buku atau catatan yang dimiliki. Keterbatasan tes bentuk
ini ada kemungkinan bagi testee yang malas belajar cenderung melihat pekerjaan
temannya.

Tes diumumkan artinya pelaksanaan tes yang telah diumumkan terlebih dulu sebelum tes
diselenggarakan. Pada umumnya para ahli psikologi kurang setuju dengan
penyelenggaraan tes yang tidak umumkan terlebih dahulu (dirahasiakan). Namun,
pelaksanaan tes yang dirahasiakan masih dapat memenuhi tujuan tes tertentu, karena
memiliki kelebihan, antara lain adalah:

 Dapat mengukur pengetahuan siap yang dimiliki testee;


 Dapat memotivasi/meningkatkan usaha belajar secara terus-menerus;
 Dapat digunakan sebagai alat disiplin belajar.

Tes lisan adalah tes yang diselenggarakan secara lisan, artinya pertanyaannya diajukan
secara lisan dan jawabannya juga secara lisan. Tes tertulis adalah tes yang tertulis dan
dijawab secara tertulis pula. Kekuatan tes tertulis adalah kemampuan memilih kata-kata,
kekayaan informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan memadukan ide-ide dan proses
berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata. Adapun keteratasannya khusus untuk tes
bentuk esai menuntut tugas peserta tes yang terlalu berat. Keuntungan tes secara lisan
dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih cermat dan dapat
dilakukan probing sehingga penguji mengetahui persis di mana posisi hasil belajar

12
peserta didik yang bersangkutan. Adapun keterbatasan tes lisan kurang ekonomis, dan
objektivitas penilaian tidak terjamin.

Tes tindakan atau praktik adalah tes yang mengharapkan seorang testee melakukan
tindakan tertentu. Keuntungannya terjadi pengecekan terhadap terbentuk atau tidaknya
keterampilan yang dirumuskan dalam TIK, sedangkan keterbatasannya tidak semua
bahan dapat diujipraktikkan.

2. Pengambilan Data dengan Observasi

Bila seorang evaluator memutuskan untuk memanfaatkan metode observasi sebagai


metode pengumpul data maka perlu menjaga agar reliabilitas observasi dapat
dipertanggungjawabkan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, seorang evaluator
hendaknya mengetahui sumber-sumber kesesatan observasi.

Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari proses
biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting, yaitu proses pengamatan dan
ingatan. Pada masing-masing proses ini terkandung sumber kesesatan yang perlu
mendapat perhatian dengan saksama.

Dua indra yang sangat vital dalam pengamatan adalah mata dan telinga. Jika mata
digunakan sebagai alat penangkap fakta-fakta, ada tiga hal penting yang perlu diketahui
oleh seorang evaluator. Pertama, evaluator harus percaya bahwa penglihatannya adalah
baik dan dapat menangkap fakta-fakta dengan benar. Kedua, sungguhpun ia percaya pada
penglihatannya, ia harus menyadari bahwa penglihatan orang memiliki keterbatasan-
keterbatasan. Ketiga, menyadari kelemahan dan keterbatasan alat penglihatan maka
evaluator harus berusaha untuk mengatasi keterbatasan tersebut.

Terdapat tiga cara mengatasi keterbatasan tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Sediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang kompleks dari
berbagai segi, jurusan, secara berulang-ulang;
b. Menyediakan observer yang lebih banyak untuk melihat objeknya dari segi-segi
tertentu dan mengintegrasikan hasil penyelidikan mereka untuk memperoleh
gambaran tentang keseluruhan objek;

13
c. Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang terbatas
dapat disoroti objek-objek itu dari segi yang berbeda-beda oleh penyelidik yang
terbatas jumlahnya.

Tidak semua orang memiliki ingatan yang setia, dan tidak semua orang memiliki ingatan
yang luas pula. Kedua dimensi ingatan ini meletakkan batasan-batasan dalam realitas
pengamatan. Karena itu, jika ada cara-cara tertentu yang dapat mengatasi kelemahan
kesetiaan dan keluasan ingatan, maka perlu dipertimbangkan untuk digunakan. Cara-cara
tersebut, antara lain:

 Mengadakan pencatatan dengan check list;


 Menggunakan alat perekam (kamera foto, tape recorder, video tape);
 Menggunakan lebih banyak observer,
 Memusatkan perhatian pada data-data yang relevan;
 Mengklasifikasikan gejala dalam golongan-golongan yang tepat;
 Menambah bahan apersepsi tentang objek yang akan diamati.

3. Pengambilan Data dengan Angket

Metode observasi yang baru dibahas merupakan cara yang sangat baik untuk mengamati
tingkah laku manusia yang dapat dilihat dengan mata, yaitu tingkah laku dalam ruang
waktu, dan keadaan tertentu. Sungguhpun begitu, masih banyak hal yang tidak dapat
diungkap dengan observasi, misalnya perbuatan yang sangat pribadi dan perbuatan di
masa lampau. Untuk mengungkap data tentang hal tersebut metode angketlah yang paling
tepat. Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-
reports. Adapun asumsi yang digunakan dalam menggunakan metode ini ialah:

 Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri;


 Apa yang dinyatakan subjek kepada evaluator adalah benar dan dapat dipercaya;
 Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya
adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh evaluator.

Agar memperoleh informasi yang lebih relibel kadang kala diperlukan dukungan dari
orang yang berpengaruh dalam suatu wilayah populasi. Contoh: bila evaluator

14
menginginkan informasi dari guru maka akan lebih baik bila angket yang disampaikan
diketahui penilik sekolah.

Format dan susunan angket hendaknya menarik, menyenangkan untuk dilihat, mudah
dipahami maksudnya, dan mengundang jawaban. Pertanyaan hendaknya disusun secara
rapi dan tidak meminta pengorbanan waktu dan pikiran yang terlalu banyak.

4. Pengambilan Data dengan Wawancara

Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data maka wawancara akan
berfungsi sebagai metode primer. Sebaliknya, bila digunakan sebagai alat untuk mencari
informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, maka akan menjadi metode
pelengkap.

Pada saat-saat tertentu, metode wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan
kemantapan suatu data yang diperoleh dengan cara lain. Apabila digunakan untuk hal
yang demikian, metode wawancara menjadi kriteriu. Dalam fungsinya
sebagai kriterium maka waancara harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sangat tidak
dibenarkan bila metode wawancara kriterium diselenggarakan secara tergesa-tergesa,
tanpa persiapan yang matang.

Untuk memperoleh informasi yang objektif evaluator tidak dapar bersikap egois, dalam
arti hanya mementingkan kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan
responden yang diwawancarai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara, antara
lain:

a) Adakan pembicaraan pemanasan dengan penuh keramahan pada permulaan


wawancara;
b) Kemukakan tujuan wawancara dalam bahasa yang mudah dipahami dangan
kerendahan hati dan bersahabat;
c) Hubungkan pokok-pokok pembicaraan dengan perhatian responden, dan tariklah
minatnya kearah pokok-pokok yang akan ditanyakan;
d) Timbulkan suasana yang bebas sehingga responden tidak merasa tertekan baik
oleh pertanyannya maupun oleh suasana disekitarnya;

15
e) Evaluator tidak boleh menunjukkan sikap yang tergesa-gesa, sikap kurang
menghargai jawaban, atau sikap kurang percaya;
f) Berikan dorongan kepada responden yang menimbulkan kesan ia adalah orang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
5. Pengambilan Data dengan Metode Analisis Dokumen dan Artifak

Dokumen adalah catatan mengenai kejadian di masa lalu yang ditulis atau dicetak, seperti
surat, catatan harian, dan dokumen lainnya yang relevan. Dalam perkembangan terakhir,
orang membedakan istilah dokumen dengan rekaman. Rekaman adalah setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu
peristiwa atau menyajikan akunting (Guba & Lincol dalam Moleong,
2007:216). Dokumen sangat bermanfaat dalam analisis konsep dan studi yang bersifat
historis.

Artifaks adalah objek materiil dan simbol dari kejadian masa lalu dan saat ini, kelompok,
orang, atau organisasi. Dengan kata lain, artifaks adalah segala sesuatu yang dihasilkan
atas kecerdasan manusia.

Dokumen terdiri dari dua jenis, pribadi dan resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau
karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
Dari dokumen pribadi, peneliti bisa mengumpulkan data mengenai situasi sosial, dan
mengenai situasi sosial, dan arti berbagai faktor yang ada di sekitar subjek penelitian
yang tereksplisit maupun terimplisitkan dalam dokumen tersebut. Terangkum dalam
dokumen pribadi ialah:

o Buku harian;
o Surat pribadi;
o Otobiografi.

Dokumen resmi terdiri atas dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal berupa
memo, pengumuman, instruksi, aturan yang berlaku bagi pihak intern. Termasuk dalam
dokumen internal adalah risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan, dan lain
sejenisnya. Dokumen seperti ini dapat menyajikan informasi mengenai keadaan, aturan,

16
disiplin, dan dapat menunjukkan perilaku orang-orang. Khususnya para pemegang
kebijakan.

Dokumen eksternal terdiri atas bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada
media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk mengkaji
konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.

6. Teknik Mempelajari Dokumen melalui Analisis Konten

Teknik yang paling umum untuk mempelajari dokumen adalah analisis konten (kajian
isi). Kajian isi digunakan untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan
kuantitatif tentang manifestasi komunikasi sehingga dapat ditarik kesimpulan atasnya.

Mayring dalam Suharsimi, 2010: mengenalkan beberapa langkah yang bisa diikuti dalam
melakukan analisis konten, yaitu sebagai berikut.

Dalam metode pengumpulan data dengan dokumen dan artifak, aktivitas


instrumen/peneliti bisa dirangkum dalam kegiatan di bawah ini.

a. Exploring. Peneliti harus menggali dan mencari data atau bukti peninggalan
(artifak) yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dalam hal ini, perlu kejelian
fisik dan pengetahuan peniliti dalam menggali dokumen dan artifak yang
diharapkan dapat memberikan informasi bermakna.
b. Scanning. Setelah dokumen dan artifak terkumpul, selanjutnya diperlakukan
kemampuan peneliti dalam menelaah secara cepat hal-hal yang terpancar dari
dokumen dan keawetan dari sumber data tersebut, juga bisa menghemat waktu
dan tenaga jika dihadapkan dengan setting sumber dan kompleksitasnya.
c. Organizing. Dokumen artifak (setelah dikonversi dalam bentuk yang lebih
interaktif dan fleksibel) kemudian disusun berdasarkan urutan kepetingan
penelitian. Dalam mengurut, kita bisa menggunakan teknik kategorisasi
berdasarkan parameter-parameter tertentu. Penyusunan sumber data dimaksudkan
untuk memudahkan peneliti dalam menafsirkan temuan-temuan yang bisa digali
dari kedua sumber tersebut.

17
d. Interpreting. Data fisik ataupun yang terdokumentasi, yang terkumpul kemudian
ditafsirkan. Di sini peran sensitivitas teoritis dari peneliti digunakan. Ia harus
mampu membaca simbol yang terkandung dalam setiap petunjuk, grafik ataupun
tampilan visual lainnya dalam data fisik. Menerjemahkan kata, frase, (puak, kata),
paragraf, sampai dengan teks secara utuh ke dalam makna yang sebenarnya ingin
diungkapkan oleh data tersebut.
e. Analyzing. Kegiatan ini juga mengandalkan sensitivitas teoretis peneliti. Hasil
penafsiran kemudian diurai ke dalam term yang lebih mudah dipahami,
dibandingkan, dan dikaitkan dengan teori-teori yang relevan dengan fokus
penelitian .
7. Pengambilan data dengan teknik lainnya

Peneliti kualitatif menggunakan berbagai macam teknik tambahan untuk mendapatkan


temuan yang kredibel. Teknik ini adalah pendekatan yang dipilih untuk membantu
menafsirkan, mengelaborasi atau kolaborasi data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi, dokumen, dan artifak. Seperti contoh penggunaan film atau slide dan teknik
visual lainnya. Ada juga teknik kelompok fokus (fokus group), menggambar, dan survei.

Wawancara kelompok sebagai suatu yang membatasi pada situasi dimana kelompok
yang dibangun cukup kecil untuk membangun diskusi di antara sesama anggotanya.
Selain itu, wawancara secara kelompok juga bermanfaat bagi penggalian data secara utuh
dan mendalam.

Kelompok fokus menyiratkan adanya suatu situasi di mana pewawancara bertanya pada
anggota kelompok dengan pertanyaan yang sangat khusus tentang topik sesudah hasil
penelitian sementara dilaksanakan. Kreuger (dalam Meleong, 2007:227) menyatakan
bahwa kelompok fokus adalah diskusi yang dirancang untuk memperoleh persepsi dalam
kondisi yang permisif dan tidak menekan. Patilima (2005:76) menyiratkan bahwa dalam
diskusi kelompok terfokus ini kegiatan dipandu oleh seorang fasilitaor dan seorang
notulen dengan peserta seluruh informan penelitian.

Metode menggambar merupakan salah satu teknik penilaian yang digunakan untuk
mendapatkan gambar mengenai lingkungan yang terkait dengan pelaku. Gambar dalam

18
pengumpulan data komulatif dimaksudkan sebagai alat bantu dalam melakukan
wawancara semi terstruktur dan diskusi kelompok terfokus. Teknik ini akan sangat
membantu peneliti memperdalam pengungkapan data dan informasi yang kurang
terungkap melalui teknik lain. Selain itu, gambar juga diharapkan menjadi alat bagi
informan untuk mengekspresikan diri mereka, berbagi pengetahuan, dan pengalaman
mengenai lingkungan merekan.

8. Ringkasan Alat-Alat Pengumpul Data

Tabel di bawah ini meringkas masing-masing alat pengumpul data selama pelaksanaan
evaluasi program.

Alat Kapan Dilakukan Keuntungan Kelemahan


Tes, kuesioner Dilakukan ketika  Bisa dilakukan  Bisa
, survei atau membutuhkan data secara anonim mendapatkan feedback
daftar cek list. yang banyak secara  Pengolahannya yang tidak seksama
cepat dan mudah dari murah  Respons (tanggapan)
orang-orang tanpa  Mudah bisa menyimpang
merasa terancam/tidak membandingkan  Impersonal
nyaman dan  Dalam survei, perlu
menganalisisnya keahlian sampling
 Mampu menggali  Tidak akan
data dari banyak mendapatkan cerita
orang sepenuhnya
 Bisa memperoleh
data yang banyak
 Banyak contoh
tes, kuesioner,
daftar yang sudah
ada, tanpa harus
repot
membuatnya

19
Wawancara Ketika menghendaki  Mendapatkan  Memakan banyak
pemahaman, kesan informasi yang waktu
atau pengalaman, penuh dan  Bisa sulit melakukan
seseorang atau mendalam analisis dan
unit kerja/organisasi,  Membangun perbandingan
atau juga untuk hubungan  Bisa membutuhkan
mempelajari secara dengan dana yang banyak
lebih jauh jawaban responden/infor
tes/kuesioner mereka man
 Fleksibel

Analisis Ketika menghendaki  Mendapatkan data  Kadang memakan


dokumen dan kesan bagaimana yang banyak waktu
artifak program berjalan komperhensif dan  Data mungkin saja
tanpa menggangu sifatnya hitoris tidak lengkap
program atau orang-  Tidak  Harus jelas apa yang
orang yang terlibat menghentikan akan dicari
dalam pelaksanaan ritinitas orang-  Bukan alat yang
program orang dalam fleksibel untuk
melaksanakan menggali data, hanya
aktivitasnya terbatas apa yang
 Data akan terdapat pada dokumen
senantiasa siap atau artifak itu
digali
 Kadang bisa bias

Observasi Untuk mendapatkan  Memandang  Sulit menafsirkan


data yang akurat pelaksanaan perilaku yang tampak
tentang bagaimana program  Bisa rumit dalam

20
program sebenarnya sebagaimana mengkatetogisasikan
berjalan, khususnya adanya observsi
mengenai proses  Bisa beradaptasi  Bisa mempengaruhi
dengan kejadian perilaku para pelaksana
yang sedang program (efek
berlangsung hawthorne)
 Bisa memakan biaya
banyak

Kelompok Menggali  Alat cepat dan  Bisa sulit menganalisis


fokus suatu topik secara terpercaya untuk respons
mendalam melalui mendapatkan  Perlu fasilitator yang
diskusi kelompok. kesan bagus demi keamanan
Misalnya reaksi atas  Alat yang paling dan pendekatan
pengalaman atau efisien dalam  Sulit menjadwal waktu
saran pada program, mendapatkan data
atau memahami dengan waktu
keluhan yang singkat
 Dapat menangkap
inti program

Dokumen tidak hanya terbatas pada bahan-bahan tertulis melainkan termasuk juga benda-
benda hasil budaya, seperti alat-alat rumah tangga dari batuan, candi, dan sebagainya.
Data yang terkandung dalam dokumen dapat digali, dicacah, dikumpulkan, dengan
menggunakan daftar cek list atau pedoman dokumentasi. Akan lebih sempurna bila
menggunakan alat perekam seperti kamera foto maupun kamera video.

21
C. Tahap Monitoring (Pelaksanaan)
1. Fungsi Pemantauan

Pemantauan memliki dua fungsi pokok, yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
program dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program
yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan. Fungsi kedua merupakan fungsi terpenting, mengingat pemantauan harus
dapat mengenali sejak dini peluang terjadinya perubahan positif sesuai dengan harapan.
Dapat saja terjadi pelaksanaan program tidak menghasilkan perubahan apapun, atau yang
terjadi justru perubahan negatif, yaitu menurunya proses pembelajaran. Apabila terjadi
hal-hal negatif tersebut harus segera dicermati penyebabnya, dan ditemukan langkah-
langkah perbaikannya. Tentunya akan jauh lebih baik bila dapat segera mencegah
terjadinya hal-hal negatif sebagai akibat yang ditimbulkan dari suatu pelaksanaan
program daripada program telah berjalan lama dan memakan biaya banyak, sementara
akibat negatifnya tidak dapat tercegah atau tidak dapat dikendalikan.

Sumber kegagalan program ada tiga kemungkinan. Kemungkinan pertama, pelaksanaan


program menyimpang dari rencana program. Kemungkinan kedua, rencana program yang
mengandung kesalahan (kesalahan asumsi atau konsep dasar, kesalahan menerjemahkan
konsep) dijadikan rencana program operasional. Kemungkinan ketiga, berasal dari luar
rancangan program, misalnya kendala dari jajaran birokrasi, kekurangmampuan tenaga
praktisi.

2. Sasaran Pemantauan

Sasaran pemantauan adalah menentukan hal-hal berikut:

 Seberapa jauh pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana program;


 Seberapa jauh pelaksanaan program telah menunjukan tanda-tanda tercapainya
tujuan program;
 Apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak
direncanakan;

22
 Apakah terjadi dampak sampingan yang negatif, merugikan, atau kegiatan yang
mengganggu.

Temuan dampak sampingan negatif dan merugikan perlu ditindaklanjuti dengan upaya
mengurangi atau menidakannya sama sekali bila mungkin. Sebaliknya, terjadi hal tidak
terduga yang positif perlu diikuti dengan upaya untuk lebih mengintensifkannya.

3. Teknik dan Alat Pemantauan

Fungsi pokok pemantauan adalah mengumpulkan data tentang pelaksanaan


program. Adapun teknik dan alat pemantauan adalah sebagai berikut.

a. Teknik pengamatan partisipatif dengan menggunakan lembar pengamatan, catatan


lapangan, dan alat perekam elektronik. Pengamatan partisipatif adalah bahwa
pengamatan dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan
program.
b. Teknik wawancara, secara bebas atau terstruktur dengan alat pedoman wawancara
dan perekam wawancara. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang sepenuhnya
dipandu oleh pedoman wawancara
c. Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi seperti daftar hadir, satuan
pelajaran, hasil kerja siswa, hasil karya guru, dan sebagainya.
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data tentang perilaku, aktivitas, dan proses-
proses lainnya. Dengan pengamatan dapat direkam pula data kualitatif. Wawancara
diperlukan untuk mengungkap data yang hanya dapat diungkap dengan kata-kata secara
lisan oleh sumbernya. Data tentang sikap, pendapat, wawasan, dapat diungkap dengan
teknik wawanancara. Catatan lapangan sangat cocok untuk mencacat data kualitatif,
kasus istimewa atau untuk melukiskan suatu proses. Misalnya, untuk melukiskan
bagaimana sekelompok siswa menemukan konsep cirri binatang pemamah biak. Alat
perekam elektronik seperti tape recorder sangat membantu untuk merekam pembicaraan
atau wawancara. Video recorder yang sekarang populer dapat merekam bukan saja suara,
tetapi lengkap dengan gambar visualnya sehingga sangat baik untuk merekam kegiatan
atau objek yang bergerak. Data yang bersifat statis seperti hasil karya siswa, hasil karya

23
guru, arsip, daftar hadir, lembar kerja, dan yang sejenisnya paling tepat digali dengan
analisi dokumen , atau analisis data sekunder.
4. Pelaku Pemantauan

Pemantauan program dilakukan oleh evaluator bersama dengan pelaku/praktisi atau


pelaksana program. Dapat pula dilengkapi atau dibantu oleh pihak lain yang diperlukan
seperti kepala sekolah dan tokoh masyarakat.

5. Perencanaan pemantauan

Perencanaan pemantauan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

o Perumusan tujuan pemantauan, berisi informasi tentang apa yang diinginkan,


untuk siapa, dan untuk kepentingan apa
o Penetapan sasaran pemantauan, apa yang akan dijadikan sebagai objek
pemantauan. Contoh: kesulitan belajar dan jenis-jenis kesalahan konsepsi
matematika yang masih dialami para siswa
o Penjabaran data yang dibutuhkan pemantauan, penjabaran, dari sasaran. Contoh:
guru perlu dapat memilah kesalahan karena kecerobohan atau ketidaktelitian
dengan kesalahan karena kurang memahami makna dan cara penyelesaian soal.
6. Pemanfataan Hasil Pemantauan

Data yang telah terkumpul dari hasil pemantauan harus secepatnya diolah dan dimaknai
sehingga dapat segera diketahui apakah tujuan pelaksanaan program tercapai atau tidak.
Pemaknaan hasil pemantauan ini menjadi dasar untuk merumuskan langkah-langkah
berikutnya dalam pelaksanaan program. Jika perlu perubahan, perubahan apa dan
bagaimana rancangannya. Jika tidak ada hal mendasar yang memerlukan perubahan
mungkin masih dapat pula dirumuskan bagian mana dari rancangan program yang
memerlukan perhatian yang lebih banyak, sehingga aspek- aspek program yang sudah
baik menjadi lebih baik.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi dapat dikatakan sebagai serangkaian upaya atau langkah-langkah strategis untuk
mengambil keputusan dinamis yang ditujukan pada pembuatan standart proses
pembelajaran atau pengajaran. Secara garis besar tahapan Evaluasi Program meliputi :
tahapan persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring.

Apabila diterapkan dalam proses pembelajaran maka evaluasi bisa diartikan sebagai
sebuah proses membandingkan suatu kegiatan pembelajaran di lapangan dengan rencana
yang telah dibuat untuk menentukan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

B. Saran
Sebaiknya evaluator program harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta
hati-hati dan bertanggung jawab.

25
Daftar Pustaka

Ananda, Rusidi. 2017.Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana


Publishing

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

https://id.scribd.com/embeds/307798432/content?start_page=1&view_mode=scro
ll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Patilima, 2005. Teknik Analisis Data. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

26

Anda mungkin juga menyukai