Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 21

TUGAS 2
Tutor: Mufarizzuddin, S.Pd., M.Pd.

TUGAS 2
MKDK4002 / Perkembangan peserta didik 21
Nur asiah
Nim 857140562

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Sarjana (s-1) universitas terbuka
Jakarta
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
 
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sesungguhnya tidak ada yang berhak
disembah, selain Dia. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
pembawa risalah kebenaran dan penutup utusan Tuhan. Tugas 2 (dua) ini disusun sebagai tugas mata kuliah
“Perkembangan peserta didik 21” yang diajarkan oleh Mufarizzuddin, S.Pd., M.Pd.
  Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Mufarizzuddin, S.Pd., M.Pd. yang telah
mengajarkan berbagai pengetahuan tentang mata kuliah “Perkembangan peserta didik 21”.
Penulis senantiasa membuka diri untuk menerima berbagai saran dan kritikan yang membangun
guna menambah serta meningkatkan kualitas Ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan
dengan tugas 2 (dua) ini.
  Permohonan maaf dari lubuk hati saya yang dalam kepada bapak dosen atas segala
kelebihan dan kekurangan yang ada dalam menjawab dan menjabarkan tugas 2 (dua) ini. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi siapa saja yang
selalu ingin menuntut ilmu pengetahuan.
 
Jakarta, 28 Mei 2022
 

Nur Asiah
Perkembangan Peserta didik 21
1. Sebutkan dan Jelaskan komponen penyusunan Bahasa?
Komponen penyusun bahasa:
• Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar dalam
bahasa tertentu. Adapun pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji bunyi-
bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antar bunyi yang
membentuk silabel atau suku kata (Chaer 2009: 5). Dalam fonologi, terdapat dua pandangan
dalam mempelajari bunyi, yaitu fonetik dan fonemik. fonetik adalah cabang fonologi yang
membahas bunyi ujar tanpa memperhatikan fungsi bunyi tersebut, contohnya kata “bebek”
(unggas) dan kata “bebek” (rujak yang ditumbuk). Sementara itu, fonemik adalah cabang
fonologi yang membahas bunyi dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna, contohnya penggunaan bunyi “s” pada “sari”, dan bunyi “d” pada kata
“dari”. Perbedaan satu bunyi akan membedakan arti.
 Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji pembentukan kata
atau morfem morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya membahas bagaimana
kata itu terbentuk, tetapi juga membahas seluk beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata. Seperti yang sudah dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
membahas bentuk kata. Dalam pembentukan kata, terdapat unsur kecil yang disebut dengan
morfem. Dalam bahasa Indonesia, morfem dapat ditemukan pada kata yang menggunakan
imbuhan, seperti membaca kata morfem dalam kata tersebut adalah “meN”; pada kata
mempelajari, maka morfem imbuhannya adalah awalan “meN” dan akhiran “i”.
 Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna yang
terkandung dalam bahasa, code, atau jenis lain dari representasi. Semantik akan memiliki
hubungan yang erat kaitannya dengan syntax dan pragmatic yang akan dibahas selanjutnya.
 Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu dimengerti dengan benar.
Sebagai contoh, Ani berkata kepada ibunya, “Aku sedang buah dan sayur makan”. Kalimat
tersebut tidak dituliskan atau diucapkan dengan kata-kata yang baik sehingga makna yang
akan disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain. Maka dari itu, sintax berfungsi dalam
menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh.
 Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa
yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Contoh: gambar sapi
Haikal berkata, “Lihat itu ada anjing”.
Secara tata kata, anak tersebut sudah mengatakannya dengan benar. Namun, jika ditinjau dari
konteks, kalimat tersebut salah karena seharusnya ia mengatakan bahwa hewan di gambar itu
adalah sapi, bukan anjing.
2. Jelaskan Teori perspektif empiris, Teori perspektif nativisme dan Teori perspektif interaksi!
• Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukkan bahwa ketika bayi
dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Kita berbicara dengannya setiap waktu walaupun
kita tahu kalau mereka tidak dapat mengerti dan merespon apa yang kita sedang bicarakan.
Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu merupakan salah satu cara bagaimana bayi
belajar memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara yang sering mereka
dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan meniru peraturan tata
bahasa berdasarkan apa yang mereka dengar. Pencetus teori empiris menegaskan betapa
pentingnya persetujuan orang tua dan penghargaan positif kepada anak dalam mempengaruhi
suara, kata, dan kalimat yang akan diproduksi oleh bayi nantinya.
 Teori nativisme : Noam Chomsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan bahwa
manusia terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau language equisition device (LAD).
Chomsky tidak mempercayai jika bayi belajar mengembangkan bahasa dengan cara
mengikuti perkataan orang dewasa di sekitarnya karena orang dewasa sangat jarang berbicara
dengan menggunakan tata bahasa yang benar. Hal tersebut tidak memungkinkan anak belajar
mengembangkan bahasa dari orang dewasa.
perhatikan percakapan yang dilakukan oleh orang dewasa berikut :
Ika: kamu lagi ngapain?
Sarah: baca buku
Ika: boleh gak pinjem?
Sarah: gak karena ini buku aku seneng suka banget
Percakapan di atas menggunakan kata-kata yang tidak perlu dan berlebihan. Dapatkah anda
bayangkan bagaimana anak akan mengerti mana sintaks yang benar dan tidak benar saat
mendengarkan percakapan tersebut? Studi yang membahas macam-macam kesalahan yang
dilakukan oleh anak-anak membuat mereka lebih memahami penggunaan bahasa tersebut
dibandingkan mereka belajar memperbaiki tata kata. LAD menggambarkan bagian otak dan
terdapat bukti bahwa ada bagian di otak manusia yang bekerja untuk mengolah atau
mengembangkan bahasa.
 Teori interaksi: teori ini menjelaskan interaksi antara perkembangan bahasa, perkembangan
kognitif, dan kemampuan berpikir secara umum. Teori ini banyak terkait mengenai teori
kognifitas dan Piaget. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah sebuah proses genetik
yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan semakin
bertambahnya umur seseorang semakin kompleks susunan sel sarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuannya. Oleh karena itu kemampuan anak umur 1 dan 3 berbeda
dalam proses belajar. Berikut adalah tahapan pemerolehan bahasa yang terjadi.
ada seseorang berbicara - didengar oleh orang lain - diingat oleh orang tersebut – diingat
kembali kata-kata yang memiliki arti - terjadi proses berpikir - mengucapkan apa yang telah
disampaikan dalam ingatan.
3. Sebutkan karakteristik perkembangan Jelaskan bagaimana cara memecahkan masalah secara
matematis?
Menurut Stoltz (2000: 14) dalam Widyastuti, Usodo, dan Riyadi (2015), terdapat tiga macam cara
manusia dalam memecahkan masalah sebagai berikut:
• Climbers merupakan sekelompok orang yang selalu berupaya mencapai puncak kesuksesan,
siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan dirinya pada kesuksesan.
 Campers merupakan sekelompok orang yang masih ada keinginan untuk menanggapi
tantangan yang ada, tetapi tidak mencapai puncak kesuksesan dan mudah puas dengan apa
yang sudah dicapai.
 Quitters merupakan sekelompok orang yang lebih memilih menghindar dan menolak
kesempatan yang ada, mudah putus asa, mudah menyerah, cenderung pasif, dan tidak
bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan.

4. Penalaran adaptif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah dalam
operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika. Kata “penalaran adaptif “ lebih dipilih
daripada “penyelesaian penjumlahan dan pengurangan” karena banyaknya kemungkinan untuk
menyelesaikan permasalahan yang sama dengan menjumlahkan atau mengurangi. Coba Anda
berikan contoh berbeda dari yang ada di modul!
Indikator dan soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran adaptif dalam
penelitian adalah (1) kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, bersesuaian dengan soal
nomor 1, (2) kemampuan menarik kesimpulan secara logis terhadap suatu pernyataan,
bersesuaian dengan soal nomor 2, (3) kemampuan memeriksa kesahihan suatu argument,
bersesuaian dengan soal nomor 3, (4) kemampuan memberikan alasan terhadap kebenaran suatu
pernyataan, bersesuaian dengan soal nomor 4, dan (5) kemampuan menemukan pola pada suatu
gejala matematis, bersesuaian dengan soal nomor 5. Data hasil penelitian berupa skor hasil tes
kemampuan penalaran adaptif dikonversi ke nilai dalam bentuk persentase, kemudian
dikelompokkan dalam kategori kemampuan penalaran adaptif dengan kriteria (1) sangat tinggi,
jika persentase skor 90% - 100%; (2) tinggi, jika persentase skor 80% - 89%; (3) sedang, jika
persentase skor 65% - 79%; (4) rendah, jika persentase skor 55% - 64%; (5) sangat rendah, jika
persentase skor kurang dari 55% (Purwanto, 2009:72). Hasil penelitian kemampuan penalaran
adaptif siswa untuk tiap-tiap indikator dinyatakan dalam tabel berikut. Tabel 1 Kemampuan
Siswa pada Indikator Mengajukan Konjektur Kategori Jumlah Presentase Sangat Tinggi 0 siswa
0% Tinggi 10 siswa 27,8% Sedang 8 siswa 22,2% Rendah 0 siswa 0% Sangat Rendah 18 siswa
50% Berdasarkan Tabel 1, kemampuan penalaran adaptif siswa dalam indikator mengajukan
dugaan atau konjektur sebagian besar termasuk dalam kategori sangat rendah karena terdapat 18
siswa (50%) hanya berhasil mencapai skor dalam rentangan 0 - 3 (dengan skor maksimal 6),
delapan (8) siswa (22,22%) mempunyai kemampuan sedang dengan total skor 4, dan hanya 10
siswa (27,78%) yang mempunyai kemampuan tinggi dengan total skor 5. Namun demikian,
kemampuan siswa dalam mengajukan dugaan dilihat dari analisis deskripsi jawaban, hampir
seluruh siswa berusaha memberikan jawabannya dengan mengajukan dugaan atau konjektur,
meskipun terdapat beberapa yang tidak disertai alasan dan beberapa siswa memberikan alasan
tetapi tidak sesuai dengan materi. Hasil analisis deskripsi jawaban siswa pada soal nomor 1a,
terdapat 9 siswa memberikan jawaban salah dengan empat variasi jawaban yang berbeda dan 3
siswa tidak memberikan jawaban. Sedangkan pada soal nomor 1b terdapat 4 siswa yaitu 2 siswa
mengajukan dugaan yang tidak sesuai dengan kondisi masalah yang disajikan atau diluar dari
kondisi masalah yang disajikan tanpa disertai alasan, dan 2 siswa lainnya mengajukan dugaan
yang tidak sesuai dengan kondisi masalah yang disajikan dengan disertai alasan tetapi konsep
yang digunakan salah. Terdapat pula 10 siswa mengajukan dugaan sesuai dengan kondisi masalah
yang disajikan tanpa 6 disertai alasan, serta 6 siswa mengajukan dugaan sesuai dengan kondisi
masalah yang disajikan dan disertai alasan, tetapi konsep yang digunakan salah. Selain itu,
terdapat 13 siswa mengajukan dugaan sesuai dengan kondisi masalah yang disajikan,
menggunakan konsep yang tepat dan disertai alasan, tetapi tidak lengkap. Terdapat juga 3 siswa
yang tidak memberikan jawaban. Dari deskripsi jawaban siswa diatas, terlihat bahwa tidak ada
siswa yang mencapai skor maksimal pada soal 1 dengan indikator mengajukan dugaan atau
konjektur.
Sumber Refrensi
1. Buku materi pokok mata kuliah perkembangan peserta didik 21
2. https://media.neliti.com/media/publications/193928-ID-kemampuan-penalaran-adaptif-siswa-
dalam.pdf

Jakarta, 28 Mei 2022


 

Nur asiah

Anda mungkin juga menyukai