Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK( TAK ) STIMULASI PERSEPSI PADA KLIEN


DENGAN NAPZA

A. Topik
Pencegahan Penyalahgunaan Napza

Sesi 1 : Melindungi Pasien dari Resiko Perilaku Kekerasan

Sesi 2 : Meningkatkan Harga Diri Pasien

Sesi 3 : Menggunakan Mekanisme Koping yang Adaptif

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok,
berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang
diberikan
2. Tujuan Khusus
Sesi 1
a. Klien dapat meningkatkan harga diri
b. Klien dapat berpikir positif terhadap dirinya
Sesi 2
a. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
b. Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
C. Landasan Teori
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya

(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA

(Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks,

yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan

kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang

dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam

Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau

digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila

disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu

maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.

1. Pengertian Napza

NAPZA atau NARKOBA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi

kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat

menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA,

yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

2. Jenis-jenis Napza

a. Narkotika

Yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintesis maupun semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, menghilangkan rasa nyeri menurut undang – undang nomor 22

tahun 1997 narkoba di bagi menurut potensi yang menyebabkan

ketergantungan.

1) Narkotika golongan I

Contoh : heroin, kokain dan ganja

2) Narkotika golongan II

Contoh : morfin, penitin dan metadon

3) Narkotika golongan III

Contoh : kodein

b. Psikotropika

Yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf dan
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Menurut potensi yang dapat menyebabkan ketergantungan psikotropika di

bagi menjadi :

1) Psikotropika golongan I

Contoh : MDMA (ekstasi ), LSD dan STP

2) Psikotropika golongan II

Contoh : amfetamin, metam fetamin (sabu), fensikidin dan ritalin

3) Psikotropika golongan III

Contoh : pentobarbitar dan flunitrazepam

4) Psikotropika golongan IV

Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbitas, barbital, klorazepam, klodia

zeposide dl.

c. Zat Psiko-aktif lain

Yaitu zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang

berpengaruh pada kerja otak. Yang sering disalah gunakan adalah :

1) Alkohol terdapat dalam minuman keras

2) Inhalansia atau solven yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang

terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga

3) Nikotin terdapat pada tembakau

4) Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala

tertentu.

Penggolongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain menurut organisasi

kesehatan atau WHO adalah :

1) Ganja

Opiodia : Mengurangi rasa nyeri, turunnya kesadaran opium marfin,


hendin. Ganja menyebabkan perasaan riang dan meningkatkan daya

khayal.

2) Kokain dan daun koka tergolong stimulansia

3) Golongan amfetamin (stimulansia) amfetamin ektasi, sabu.

4) Alkohol terdapat pada minuman keras.

5) Halusinogen memberikan halusinasi (khayal) LSD

6) Setadira dan hipnotika

7) PCP (fensiklidin)

8) Solven dan inhalasi gas atau uap yang di hirup

9) Nikotin terdapat pada tembakau

10) Kafein terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau

nyeri dan minuman kola.

3. Penyebab

a. Faktor individual

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang

mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri

remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA, seperti

kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan

sebagainya.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan

kurang baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat,

seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai,

kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan

sebagainya.
4. Gejala Klinis Penyalahgunaan Napza

a. Perubahan Fisik

Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo

(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan

dosis (Overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba

dingin bahkan meninggal. Saat sedang ketagihan (Sakau) : mata merah,

hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi,

kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak

sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas

suntikan pada lengan.

b. Perubahan sikap dan perilaku

Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering

membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah,

bergadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat

kerja. Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa

ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghidar

bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering mendapat telpon dan

didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain. Sering

berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan, tapi tidak jelas

penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau

keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.

Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan,

pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.


5. Dampak Pecandu Napza

Banyak sekali akibat yang ditimbulkan mengkonsumsi narkoba antara lain :

a. Sistim saraf apabila mengkonsumsi narkoba lama-kelamaan akan rusak

b. Tubuh akan kelihatan kurus

c. Ketergantungan

d. Prestasi disekolah menurun

e. Kematian

6. Pencegahan penggunaan Napza di Kalangan Remaja

Upaya pencegahan meliputi 3 hal : mengenali remaja resiko tinggi

penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan

untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan

NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak

menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,

agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi

dengan baik.

Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan

menghormati pendapat anak. Memperkuat kehidupan beragama. Yang diutamakan

bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang

terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang

tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan

anak.

7. Undang-undang penyalahgunaan Napza

a. Pasal 111

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara, memiliki, menyimpan,mengusai,menyediakan narkotika golongan


I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penajara paling singkat 4

(empat) tahundan paling lama 12 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp

8.000.000,00 ( delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

8000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)

b. Pasal 118

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan II di pidana

dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dan

pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 ( delapan ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp 8000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)

c. pasal 123

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum

memproduksi ,mengekspor,mengimpor atau menyalurkan narkotika golongan

III, dipidana dengan penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun dan

pidana denda R 400.000.000,00 ( empat ratus juta rupiah) dan paling banyak

3.000.000.000,00 ( tiga miliar rupiah).

d. Pasal 128

Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 yang sengaja tidak melapor,

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling

banyak Rp 1.000.000,00 ( satu juta rupiah).

e. Pasal 134

Pecandu narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja sebagai

mana yang dimaksud dalam pasal 55 ayat 2 dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 6 bulan atau pidana denda Rp 2.000.000,00 ( dua juta rupiah).
D. Klien
1. Kriteria
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien dengan harga diri rendah kronis
c. Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
d. Klien dengan resiko perilaku kekerasan
2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi klien sehari- hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai
perilaku klien sehari- hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/ tanggal : Kamis, 28 Januari 2021
b. Jam : 09. 00 – 10. 00
c. Acara
1) Pembukaan
2) Perkenalan Pada Klien
3) Perkenalan TAK
4) Penutup
d. Tempat : RSKD PROVINSI SUL-SEL
e. Jumlah pasien : 6 Pasien
2. Tim Terapis
a. Leader
Tugas Leader:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
4) Kontrak waktu
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Menutup acara
b. Co Leader
Tugas Co Leader :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. fasilitator
Tugas fasilitator
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer
Tugas observer :
1) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
2) Mendampingi peserta TAK
3) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
4) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
e. Anggota
Tugas Anggota :
1) Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

3. Metode dan media


a. Metode
1) Diskusi
2) Permainan
b. Alat :
1) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
2) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
c. Setting :
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.

CO LEADER LEADER

PASIEN PASIEN

PASIEN PASIEN

FASILITATOR FASILITATOR

PASIEN PASIEN OBSERVER

F. Pembagian Tugas
Leader : Nilasari Deby
Co Leader : Irmasari Sa’buaran
Observer : Trisky Lidyana
Fasilitator : Iska
Sesi 1
Stimulasi persepsi : Pencegahan Penyalahgunaan Napza
Mencegah Keinginan untuk Perilaku Kekerasan

Tujuan :

1. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan atau dorongan untuk perilaku
kekerasan
2. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Setting :

1. Terapis dank lien duduk bersama secara melingkar


2. Tempat nyaman dan tenang.

Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.


2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.

Metode

1. Diskusi dan Tanya jawab


2. Permainan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan Resiko Bunuh Diri
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah keinginan untuk
perilaku kekerasan
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan30 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
c. Terapis menanyakan apakah klien masih ada keinginan perilaku
kekerasan
d. Terapis menanyakan apa yang dilakukan klien saat keinginan tersebut
muncul
e. Terapis menjelaskan cara mengalihkan bila keinginan untuk perilaku
kekerasan muncul dengan modifikasi lingkungan psikis.
f. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut.
c. Terapis meminta klien menceritakan kembali cara mengalihkan bila
keinginan perilaku kekerasan muncul secara tertulis.
5. Kontrak yang akan datang.
a. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu mengidentifikasi hal positif
yang dimiliki untuk meningkatkan harga diri
b. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK sesi 2 stimulasi persepsi : pencegahan Resiko Perilaku Kekerasan, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mampu menceritakan kembali cara mencegah bila ada
keinginan perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Nama Peserta TAK

No Aspek yang Dinilai

1 Menyebutkan cara yang selama ini


digunakan untuk mengalihkan bila
muncul keinginan perilaku
kekerasan

2 Menyebutkan efektivitas cara

3 Memperagakan mengalihkan bila


keinginan perilaku kekerasan
muncul

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki oleh klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi , TAK stimulasi persepsi
pencegahan keinginan untuk perilaku kekerasan. Klien mampu menuliskancara
mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul dan tingkatkan reinforcement (pujian).
Sesi 2

Stimulasi persepsi : Pencegahan Penyalahgunaan Napza


Meningkatkan Harga Diri Klien

Tujuan

1. Klien dapat mengidentifikasik pengalaman yang tidak menyenangkan.


2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya

Setting

1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruang nyaman dan tenang.

Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.


2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.

Metode

1. Diskusi
2. Permainan

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri,
harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan kien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal positif
diri sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri,
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasanya dilakukan di rumah dan
dirumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara
bergiliran sampai semua klien mendapat giliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
c. Kontrak yang akan dating.
1. menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi presepsi: harga diri rendah sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan
adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif
(kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 2

Stimulasi Presepsi: Harga Diri Rendah

Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri

No. Nama klien Menulis pengalaman yang Menulis hal positif diri
tidak menyenangkan sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda cek jika klien mampu dan
tanda silang jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperaawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi harga
diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak menyenangkan,
mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri.Anjurkan klien menulis kemampuan
dan hal positif dirinya dan tingkatkan rinforcement (pujian).

Sesi 3

Stimulasi persepsi : Pencegahan Penyalahgunaan Napza


Menggunakan mekanisme koping yang adaptif

Tujuan :

1. Klien dapat mengenali hal-hal yang ia sayangi


2. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
3. Klien dapat merencanakan dan menetapkan masa depan yang realistis

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama secara melingkar


2. Tempat nyaman dan tenang.

Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.


2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.

Metode

1. Diskusi dan Tanya jawab


2. Permainan

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik.
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan TAK
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada kien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan30 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu buah untuk
setiap klien
b. Terapis meminta klien menuliskan siapa orang yang paling disayangi dan
dicintai
c. Terapis meminta klien memilih dari salah satu orang yang dicintai, siapa yang
paling dekat dan paling dipercaya oleh klien
d. Terapis menjelaskan pentingnya koping yang adaptif dan menganjurkan klien
untuk berbagi masalah kepada orang yang paling dekat dan dipercaya agar
klien tidak merasa tertekan dan terbebani
e. Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup (masa depan) agar
bersemangat berusaha mewujudkan dan optimistis
f. Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan hidup (masa depan)
klien di kertas yang telah dibagikan.
g. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup (masa depan) yang
telah ditulisnya secara bergantian
h. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain jika satu
orang klien telah selesai membacakan.
i. Terapis meminta klien melihat lagi tujuan hidupnya (masa depannya),
mencoret tujuan yang sulit (tidak mungkin) dicapai.
j. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup (masa depan) yang
benar-benar realistis ( seperti langkah d).
k. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai membacakan tujuan
hidupnya.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan menuliskan lagi\
tujuan hidup yang mungkin masih ada dan pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan bersama orang yang dicintai dan membacanya kembali agar bisa
menggunakan mekanisme koping yang adaptif
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang,
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk TAK

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi : Menggunakan mekanisme koping yang adaptif pada
sesi III, kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu menggunakan mekanisme
koping yang adaptif dan mampu menentukan masa depan yang realistis. Formulir
evaluasi sebagai berikut :

Nama Peserta TAK

No Aspek yang Dinilai

1 Menyebutkan orang yang paling


dicintai dan disayangi

2 Memilih orang yang paling dekat


dan dipercaya

3 Menyebutkan cara menggunakan


koping yang adaptif

4 Menuliskan tujuan hidup (masa


depan)
5 Membaca tujuan hidup (masa
depan)

6 Memilih tujuan hidup (masa


depan) yang realistis

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4, TAK stimulasi persepsi :
Menggunakan Mekanisme Koping yang Adaptif. Misalnya : Klien mampu berbagi
masalah dengan keluarga. Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan
pujian.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti.Jakarta: Erlangga.

Atkinson (1999).Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Kartono, K. (1981). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition.Washington, DC,


Amerika Psychiatric Association, 1994.

Anda mungkin juga menyukai