Anda di halaman 1dari 142

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

KHISAN MUYASYARAH
P27220019073

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
2022
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS


PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

KHISAN MUYASYARAH
P27220019073

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
2022

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Khisan Muyasyarah

NIM : P27220019073

Program Studi : D III Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatatan Kementerian Kesehatan Surakarta.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surakarta, 17 Juni 2022

Pembimbing Pembuat Pernyataan

Sunarto, S.ST., Ners., M.Kes Khisan Muyasyarah


NIP. 19751217 200812 1 001 NIM.P27220019073

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Khisan Muyasyarah NIM P27220019073 dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Pemenuhan Aktivitas pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta”

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surakarta, 17 Juni 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sunarto, S.ST., Ners., M.Kes Widodo,MN


NIP.19751217 200812 1 001 NIP.19700604 199803 1 002

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Khisan Muyasyarah NIM P27220019073 dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Pemenuhan Aktivitas pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta”

telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 23 Juni 2022.

Dewan Penguji

Ketua Penguji Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Suyanto, S.Kp., M.Kes Widodo, MN Sunarto, S.ST., Ners., M.Kes


NIP.19660713 198903 1 001 NIP. 1970 0604 199803 1 002 NIP.19751217 200812 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan

Widodo, MN
NIP. 1970 0604 199803 1 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Pemenuhan Aktivitas pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan

RSUD Dr.Moewardi Surakarta”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Satino, SKM, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba

ilmu di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta.

2. Widodo, M.N, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah memberikan

kesempatan untuk menimba ilmu di Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Surakarta sekaligus selaku anggota penguji I yang telah

membimbing dan memberikan dorongan.

3. Sunarsih Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

4. Sunarto, S.ST., Ners., MKes, selaku dosen pembimbinng 2 yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

v
studi kasus ini.

5. Suyanto,S.Kp.,M.Kes, selaku penguji yang telah banyak mengarahkan dan

memberi dorongan pada studi kasus ini.

6. Semua dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang

bermanfaat

7. Kedua orangtuaku, bapakku Hardiyanto dan ibuku Siti Marwiyah yang selalu

menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan

8. Pasien dan keluarga yang telah menjadi responden dalam penelitian ini

9. Kakakku tersayang, Muh.Wildan Al-Ghifari dan adikku tersayang, Kamila Ar

Rosyidah yang selalu memberikan dukungan kepada penulis

10. Teman baikku, Kartika Nur Puspitasari dan Irma Dwi Wulandari yang telah

berjuang bersama, saling membantu, dan saling memberikan motivasi untuk

menyelesaikan tugas akhir ini

11. Para oppa penyemangat (BTS, Seventeen, Stray Kids) dan para husbu

penyemangat yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

12. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu per satu

Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan,

Aaamiin.

Surakarta, 17 Juni 2022

Penulis

vi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan
RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Khisan Muyasyarah1 , Widodo2, Sunarto3


Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Pasien Diabetes Melitus tipe II dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan aktivitas. Diabetes Melitus tipe II merupakan salah satu penyebab
kematian terbesar di dunia. Salah satu intervensi yang dilakukan yaitu latihan
aktivitas bertahap meliputi ROM dan melatih gerakan sederhana.
Tujuan : Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
aktivitas pada pasien Diabetes Melitus tipe II
Metode : Penulis menggunakan metode studi kasus deskriptif dengan
menggambarkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Diabetes Melitus tipe II
Hasil : Hasil dari pemberian asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas
pada Ny.N dan Ny.W dengan masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
dengan hasil Ny.N dapat lebih leluasa menggerakkan kedua kakinya dan Ny.W
lebih leluasa menggerakkan tangan dan kaki kirinya
Kesimpulan : Asuhan keperawantan pemenuhan kebutuhan aktivitas ini efektif
untuk meningkatkan toleransi aktivitas pada pasien dengan Diabetes Melitus tipe
II yang mengalami intoleransi aktivitas
Saran : Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai cara mengatasi intoleransi aktivitas pada
pasien dengan Diabetes Melitus tipe II
Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe II, Latihan Aktivitas bertahap, ROM

vii
Nursing Care Fulfilling Activity Needs
On Type II Diabetes Mellitus Patients in the Flamboyant Room
RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Khisan Muyasyarah1 , Widodo2, Sunarto3


Diploma III of Nursing, Surakarta Health Polytechnic

ABSTRACT

Background : Type II Diabetes Mellitus patient with impaired compliance


activity needs. Type II Diabetes Mellitus is one of the biggest cause of death in
the world. One of the interventions carried out is gradual activity exercises include
ROM and practicing simple movements
Purpose : To describe nursing care fulfilling activity needs in type II Diabetes
Mellitus patients
Methods : The autor uses a descriptive case study method with describe nursing
care fulfilling activity needs in type II Diabetes Mellitus patients
Results : The results of providing nursing care fulfilling activity needs on Mrs.N
and Mrs.W with activity intolerance problems partially resolved with the results
that Mrs.n was able to move her legs more freely and Mrs.W is more free to move
her leg and hand.
Conclution : Nursing care fulfilling activity needs is effective to increase activity
tolerance in patients with type II Diabetes Mellitus who have activity intolerance
Suggestion : The autor hopes that this research can improve knowledge and
insight on how to overcome activity intolerance in patients with type II Diabetes
Mellitus
Keywords : Diabetes Mellitus type II, Exercise activity in stages, ROM

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus................................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Konsep Diabetes Melitus Tipe II ................................................................. 7
1. Pengertian .......................................................................................... 7
2. Etiologi............................................................................................... 8
3. Patofisiologi ....................................................................................... 9
4. Pathway ............................................................................................ 12
5. Manifestasi Klinik............................................................................ 13
6. Komplikasi ....................................................................................... 13
7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 14
8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus ................................................... 15
B. Konsep Aktivitas .................................................................................. 18
1. Pengertian ........................................................................................ 18
2. Batasan Aktivitas ............................................................................. 18
C. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 20
1. Pengkajian ........................................................................................ 20
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 27
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 28
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 31
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 32
D. Kerangka Teori ..................................................................................... 33
E. Kerangka Konsep ................................................................................. 33

ix
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 34
A. Desain Atau Rancangan Studi Kasus ........................................................ 34
B. Subyek Studi Kasus .............................................................................. 34
C. Fokus Studi Kasus ................................................................................ 35
D. Definisi Operasional ............................................................................. 35
E. Tempat Dan Waktu ............................................................................... 36
F. Pengumpulan Data ................................................................................ 36
G. Analisa Data Dan Penyajian Data .............................................................. 38
H. Etika Studi Kasus ................................................................................. 38
BAB IV HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN ............................................... 42
A. Hasil Studi ............................................................................................ 42
1. Pengkajian ........................................................................................ 42
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 48
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 50
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 50
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 57
B. Pembahasan .......................................................................................... 59
1. Pengkajian ........................................................................................ 59
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 63
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 63
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 65
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 68
C. Keterbatasan ......................................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72
A. Kesimpulan ........................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus tipe II ...................................................... 12

Gambar 2.2 Kerangka Teori Diabetes Melitus tipe II ........................................... 33

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian .......................................................................... 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Penelitian.


Lampiran 2: Permohonan Izin Penelitian.
Lampiran 3: Jawaban Izin Penelitian.
Lampiran 4: Ethical Clearance.
Lampiran 5: Surat Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian.
Lampiran 6: Permohonan Calon Responden.
Lampiran 7: Informed Consent.
Lampiran 8: Laporan Asuhan Keperawatan.
Lampiran 9: Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
Lampiran 10: Lembar SOP Aktivitas Bertahap
Lampiran 11: Lembar Konsultasi Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

xii
DAFTAR SINGKATAN

ROM : Range Of Motion


DM : Diabetes Mellitus
TTV : Tanda-tanda vital
Tpm : Tetes per menit
Mg : Miligram
G : Gram
iU : International unit
Infus NaCl : Infus natrium klorida
Infus RL : Infus ringer laktat
TD : Tekanan darah
mmHg : Milimeter air raksa
RR : Respiratory rate
SOP : Standar operasional prosedur
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
SMA : Sekolah Menengah Atas
IRT : Ibu Rumah Tangga
SD : Sekolah Dasar

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang saat ini secara

serius sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Diabetes Melitus

merupakan salah satu penyakit endokrin yang saat ini masih banyak diderita

penduduk di dunia. Penyakit tersebut terjadi ketika pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah). Dari

keseluruhan kasus DM 90% merupakan DM tipe II dengan karakteristik

gangguan sensitivitas insulin dan atau gangguan sekresi insulin. DM tipe II

secara klinis muncul ketika tubuh tidak mampu lagi memproduksi cukup

insulin untuk mengkompensasi peningkatan insulin resisten (Decroli, 2019).

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang paling tinggi angka

kenaikan prevelensinya saat ini dan masuk 10 besar penyebab kematian di

dunia. Lebih dari 81 % orang dewasa penderita DM tinggal di negara

berpenghasilan rendah dan menengah (Ajanto, 2021).

Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan

sedikitnya terdapat 436 juta orang pada usia 20-70 tahun di dunia menderita

DM pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevelensi 9,3% dari total

penduduk pada usia yang sama. Angka diprediksi terus meningkat hingga

mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045. Jika prevelensi

1
2

DM di dunia diperingkatkan, negara di wilayah Arab-Afrika Utara dan

Pasifik Barat menempati peringkat pertama dan kedua dengan prevelensi DM

pada penduduk umur 20-79 tahun sebesar 12,2 % dan 11,4 % (Syamsari,

2021).

Di Indonesia sendiri terjadi prevalensi kasus DM tipe II meningkat 6,2 %

dibandingkan tahun 2019 lalu, jumlahnya mencapai 18 juta penderita pada

tahun 2020 (Pranita, 2021). Indonesia menempati urutan ketujuh diseluruh

dunia berdasarkan perhitungan pada tahun 2020 (Pranita, 2021). Berdasarkan

data Kementrian Kesehatan RI edisi 13 Oktober 2020 Satgas Covid-19

mengatakan bahwa dari 1488 pasien ada sekitar 34,5 % pasien yang

menderita DM tipe II. Dari 1488 pasien yang meninggal dunia akibat Covid-

19 didapati 11,6 % menderita DM tipe II (Pranita, 2021).

Menurut profil kesehatan Jawa Tengah (2015, 2016, dan 2017) prevelensi

DM pada tahun 2015 sebesar 18,33%, sedangkan pada tahun 2016 prevelensi

DM sebesar 16,42% dan pada tahun 2017 prevelensi DM sebesar 19,22%

(terdiri dari 40.473 kasus DM tipe I dan 265.885 kasus DM tipe II). Pada

tahun 2017 jumlah kasus DM di kabupaten Surakarta ada 721 kasus DM tipe

1 dan 6.543 kasus DM tipe II ( Syafitri, 2018).

Menurut Laporan Kinerja RSUD Dr.Moewardi bulan Mei (2017 dan 2018)

Non Insulin Dependent DM Without Complication termasuk dalam 10 besar

penyakit rawat inap dan rawat jalan, sedangkan pada tahun 2018 Non Insulin

Dependent DM With Renal Complication menjadi 10 besar penyakit yang

menyebabkan kematian di RSUD Dr.Moewardi. Pada tahun 2017 jumlah


3

pasien DM rawat inap ada 138 pasien sedangkan jumlah pasien DM rawat

jalan ada 558 pasien (Syafitri, 2018).

Sehubungan dengan hal tersebut, DM tipe II ini harus diwaspadai. Di

samping karena kegagalan tubuh memanfaatkan insulin, DM tipe II dapat

terjadi karena beberapa faktor yaitu gaya hidup, makanan yang dikonsumsi,

pola istirahat, aktivitas fisik manajemen stres, usia dan genetik. Faktor usia

dan genetik tidak dapat diubah, namun faktor gaya hidup, makanan yang

dikonsumsi, pola istirahat, aktivitas fisik dan manajemen stres dapat diubah

(Vianasari, 2017).

Pada penderita DM tipe II terjadi penurunan aktivitas fisik dan energi, oleh

karena itu, memungkinkan munculnya intoleransi aktivitas pada penderita

DM tipe II. Hal ini disebabkan kegagalan tubuh memanfaatkan insulin untuk

mengubah glukosa menjadi glukagon yang mana merupakan energi dalam

beraktivitas sehari-hari. Intoleransi aktivitas merupakan ketidakmampuan

seseorang untuk beraktivitas sehari-hari karena ketidakcukupan energi

(Vianasari, 2017). Dengan adanya kenaikan dan penurunan kadar gula pada

penderita DM tipe II maka energi yang dimiliki oleh penderita DM tipe II

akan mengalami kenaikan dan penurunan pula. Sehingga menyebabkan

terjadinya intoleransi aktivitas pada penderita DM tipe II (Vianasari, 2017).

Penyakit DM sering dikenal sebagai penyakit silent killer yang berarti

penyakit ini membunuh penderitanya secara diam-diam. Sering kali

penderita DM tidak mengetahui kalau memiliki penyakit DM, dan komplikasi

sudah terjadi ketika penderita baru menyadari dirinya memiliki penyakit DM


4

tersebut. DM merupakan penyebab kematian keempat di Indonesia dan

merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati. Sekitar 75% dari

penderita DM mengalami kematian akibat komplikasi vaskular (Irma Hartati,

dkk, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, penderita DM tipe II memiliki risiko terjadinya

intoleransi aktivitas, namun banyak penderita DM tipe II yang mengabaikan

hal tersebut dan menganggapnya hal yang wajar sehingga tidak sedikit

penderita DM tipe II yang tiba-tiba pingsan ataupun merasa cepat kelelahan.

Penderita DM tipe II yang memiliki intoleransi aktivitas seperti itu dapat

menjadi salah satu faktor tidak terkontrolnya kadar gula darahnya. Intoleransi

aktivitas dapat menyebabkan faktor resiko independen untuk penyakit kronis

dan diestimasikan dapat menyebabkan kematian secara global. Kadar gula

darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa reiiko penyakit

seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal (Nurayati, 2017).

Barnes (2012) menyebutkan bahwa aktivitas fisik secara langsung

berhubungan dengan kecepatan pemulihan gula darah otot. Saat aktivitas

fisik, otot menggunakan glukosa yang disimpan sehingga glukosa yang

tersimpan akan berkurang. Hal tersebut menyebabkan otot mengambil

glukosa di dalam darah sehingga glukosa di dalam darah menurun, yang

mana hal tersebut dapat meningkatkan kontrol gula darah (Nurayati, 2017).

Karena hal tersebut peneliti ingin memberikan tindakan yang tepat bagi

penderita DM tipe II yang mengalami intoleransi aktivitas agar penderita DM

tipe II dapat beraktivitas dengan nyaman dan tanpa keterbatasan energi. Oleh
5

karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di

Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada peneltian

ini adalah “Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang

Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan Umum : Mendiskripsikan asuhan keperawatan pemenuhan

kebutuhan aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

Tujuan Khusus :

1. Mendiskripsikan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan

kebutuhan aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II

2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

3. Mendiskripsikan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

4. Mendiskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

5. Mendiskripsikan evaluasi tindakan pada pasien pemenuhan kebutuhan

aktivitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.


6

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk Pelayanan Keperawatan dan Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam memberikan pemenuhan

kebutuhan aktivitas pada penderita Diabetes Mellitus tipe II yang dapat

dilakukan oleh pelayanan keperawatan. Sedangkan untuk masyarakat

penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam beraktivitas agar dapat

memenuhi kebutuhan aktivitas semaksimal mungkin, terkhusus bagi

penderita Diabetes Mellitus tipe II.

2. Untuk Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dalam pendidikan dan

pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan. Selanjutnya, penelitian

ini dapat dijadikan literatur untuk pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan keperawatan dalam melakukan hal-hal tertentu, terkhusus

dalam hal pemenuhan kebutuhan aktivitas pada penderita Diabetes

Mellitus tipe II.

3. Untuk Penulis

Penelitian ini dapat digunakan untuk memecahkan rumusan masalah

yang terurai di atas dan membuat keputusan yang tepat. Di samping

itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan dalam

pembuatan karya-karya yang lain. Kemudian dengan penelitian ini

penulis dapat menemukan hal-hal yang baru akan hal-hal yang

bersangkutan dengan judul yang diangkat oleh penulis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus Tipe II

1. Pengertian

Menurut Fatimah (2015) Diabetes Melitus adalah penyakit yang

ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan

secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. DM tipe II

merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin.

Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal.

Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka DM tipe II

dianggap sebagai non insulin dependen diabetes mellitus.

Sedangkan menurut Sujaya (2010) Diabetes Mellitus adalah gangguan

metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan

manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang

penuh secara klinis maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan

postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. Selain

itu, Saputri (2020) berpendapat bahwa DM tipe II adalah suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (tingginya kadar

gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi (pengeluaran) insulin,

kerja insulin atau keduanya.

7
8

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa DM tipe II

adalah sebuah penyakit yang disebabkan adanya gangguan metabolisme

baik secara genetik ataupun klinis, dengan karakteriktik terjadinya

hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin atau kerja insulin.

2. Etiologi

Menurut Sujono Riyadi & Sukarmin (2013) penyebab resistensi insulin

pada DM sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan

atara lain:

a. Kelainan genetik. DM dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap DM. Ini terjadi karena DNA pada orang DM akan ikut

diinformasikan kepada gen berikutnya terkait dengan penurunan

produksi insulin.

b. Usia. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

drastis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan

ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk

memproduksi insulin.

c. Gaya hidup stres. Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari

makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula.

Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga

akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan

akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.

Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak

pada penurunan insulin.


9

d. Pola makanan yang salah . Kurang gizi atau kelebihan berat badan

sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat

merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan ganguan kerja

atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung

terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.

e. Obesitas. Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi

insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban

metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi

sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi. Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat

rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan

fungsi pankreas.

3. Patofisiologi

DM tipe II terjadi karena kerusakan molekul insulin atau gangguan

reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan fungsi insulin untuk

mengubah glukosa menjadi energi. Pada dasarnya pada DM tipe II jumlah

insulin dalam tubuh adalah normal bahkan jumlahnya bisa meningkat,

namun karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang

menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel lebih sedikit. Hal tersebut

akan terjadi kekurangan jumlah glukosa dan kadar glukosa menjadi tinggi

dalam pembuluh darah (Ermawati, 2015).


10

Menurut Rafli (2019) Patofisiologi DM tipe II dapat terjadi karena

genetik, imunologi, lingkungan, gaya gidup, penuaan/usia, dan kehamilan.

Pada DM tipe II yang disebabkan oleh genetik berawal dari rusaknya sel

imun penghasil insulin hal ini dapat menyebabkan defisiensi insulin.

Sedangkan DM tipe II yang disebabkan oleh imunologi, lingkungan, gaya

gidup, penuaan/usia, dan kehamilan hal ini dapat menyebabkan sel B

pankreas masuk terganggu sehingga produksi insulin menurun yang

mengarah pada defisiensi insulin.

Defisiensi insulin menyebabkan seseorang mengalami hiperglikemia,

hal ini dapat memicu glikosuria dan glukosa intrasel menurun. Glukosuria

menyebabkan terjadinya osmotikdeurisis sehingga seseorang mengalami

dehidrasi. Jika dehidrasi tidak tertangani dengan baik maka seseorang akan

mengalami hemokonsentrasi yaitu pengentalan darah akibat perembesan

plasma ditandai dengan nilai hematokrit, apabila nilai semakin tinggi

artinya semakin rendah nilai serum darah.

Hal ini dapat menyebabkan trombosis sehingga terjadi ateroskelosis

yaitu penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di dalam dan di dinding

arteri. Ateroskelosis memicu makrovaskuler dan mikrovaskuler, pada

makrovaskuler akan berakibat pada jantung, serebral, dan ekstremitas.

Pada ekstremitas akan menimbulkan gangren sehingga seseorang akan

mengalami gangguan integritas kulit.

Sedangkan apabila glukosa intrasel menurun maka akan menyebabkan

terjadinya peningkatan pada glukoregenesis sehingga cadangan lemak dan


11

protein berkurang, hal ini menyebabkan seseorang mengalami penurunan

berat badan dan penurunan energi. Apabila seseorang mengalami

penurunan berat badan maka akan menyebabkan gangguan nutrisi kurang

dari kebutuhan dan apabila seseorang mengalami penurunan energi akan

menyebabkan kelemahan dan kelemasan sehingga akan terjadi intoleransi

aktivitas.

Di samping terjadinya peningkatan pada glukoregenesis, glukosa yang

menurun juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan gula darah

kronik. Hal ini akan menyebabkan gangguan fungsi imun, sehingga dapat

menimbulkan infeksi. Apabila infeksi tidak tertangani dengan baik maka

akan berisiko nekrosis sehingga perlu dilakukan tindakan amputasi atau

pembedahan.
12

4. Pathway

Genetik Imunologi, lingkungan, gaya hidup, penuaan,


kehamilan

Rusaknya sel Sel B pankreas masuk


imun terganggu

Penghasil insulin Produksi insulin menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemi
a

Glikosuri Glukosa intrasel menurun


a

Osmotikdeuresis
Glukoregenesis Peningkatan gula darah kronik
meningkat
Dehidrasi
Gangguan fungsi imun
Cadangan lemak
Hemokonsentrasi dan protein
berkurang
Infeksi

Thrombosi
s Energi menurun Nekrosis
Osteroskerosi
BB Menurun
s Lemah, Lemas
Mikrovaskuler Amputasi/
Gangguan pembedahan
Makrovaskuler nutrisi dari Intoleransi
kebutuhan aktivitas
Jantung Gangguan citra
tubuh
Serebral

Gangguan
Ekstremitas Gangren integritas kulit

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus Tipe II (Rafli, 2019).


13

5. Manifestasi Klinik

Menurut Fitriyanti, Febrianti, & Yanti (2019) manifestasi klinis

tergantung pada tingkat hiperglikemia yang dialami oleh pasien.

Manifestasi klinis khas yang dapat muncul yaitu:

a. Cepat haus (Polidipsi)

b. Cepat lapar (Polifagia)

c. Sering berkemih (Poliuria)

d. Mengantuk

e. Penurunan berat badan

f. Rasa lelah dan lemah yang tidak biasa

g. Pandangan kabur

h. Pemulihan luka yang lama atau sering infeksi, dan

i. Warna kulit menggelap

6. Komplikasi

Menurut Sujono & Riyadi (2013) salah satu komplikasi yang terjadi

pada penderita DM yaitu ulkus diabetik, namun ada beberapa komplikasi

yang lain sebagai berikut :

a. Komplikasi akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari

ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik

dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut.

b. Komplikasi kronik. Yang termasuk komplikasi kronik ini adalah

makrovaskuler yang mana komplikasi ini menyerang pembuluh darah

besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah


14

kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Menurut Decroli

(2019) Komplikasi makrovaskular yang sering pada penderita DM tipe

II adalah penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer, dan penyakit

pembuluh arteri karotis. DM tipe II merupakan faktor risiko utama dari

penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab kematian

terbanyak pada penderita DM tipe II. Komplikasi kronik yang ketiga

yaitu neuropati yang mengenai saraf, dan yang terakhir menimbulkan

gangren.

c. Komplikasi jangka panjang. Dapat menyebabkan penyakit jantung dan

gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur

bahkan kebutaan), luka infeksi dalam , penyembuhan luka yang jelek.

d. Komplikasi pembedahan. Dalam perawatan pasien post debridement

komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak

ditangani dengan prinsip steril.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikaan Penunjang menurut Brunner & Suddarth (2013) adapun

pemeriksaan penunjang untuk penderita DM antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : Melihat pada daerah kaki bagaimana produksi

keringatnya dan bulu pada jempol kaki berkurang.

2) Palpasi : Akral teraba dingin, kulit pecah- pecah , pucat, kering

yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal / lembek
15

3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk mencegah

terjadinya ulkus

b. Pemeriksaan Vaskuler

1) Pemeriksaan Radiologi

Meliputi Gas subkutan, adanya benda asing, osteomelietus.

2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu),

GDP (Gula Darah Puasa),

b) Pemeriksaan urine, urine diperiksa ada atau tidaknya

kandungan glukosa pada urine tersebut. Pemeriksaan

dilakukan menggunakan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat

dilihat dari perubahan warna yang ada : Hijau (+), kuning

(++), merah (+++), dan merah bata (++++).

c) Pemeriksaan kultur pus bertujuan untuk mengetahui jenis

kuman yang terdapat pada luka dan untuk observasi dilakukan

rencana tindakan selanjutnya.

d) Pemeriksaan jantung meliputi EKG sebelum dilakukan

tindakan pembedahan

8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita

setelah menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan

perawatan dalam jangka panjang. Berikut dijabarkan tentang

penatalaksanaan secara medis dan keperawatan.


16

a. Medis menurut Padila (2019) penatalaksaan secara medis sebagai

berikut :

1) Obat hiperglikemik oral

2) Insulin

a) Ada penurunan BB dengan drastis

b) Hiperglikemi berat

c) Munculnya ketoadosis diabetikum

d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.

3) Pembedahan pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan

pembedahan yang bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke

jaringan yang masih sehat, tindakannya antara lain :

a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus

diabetikum.

b) Neukrotomi

c) Amputasi

b. Keperawatan menurut Padila (2019) dalam penatalaksaan medis

secara keperawatan yaitu :

1) Diit. Diit harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan

glukosa.

2) Latihan fisik bertahap. Latihan pada penderita dapat

dilakukan seperti olahraga kecil, jalan-jalan sore, senam

diabetik untuk mencegah adanya ulkus.

3) Pemantauan. Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gu-


17

la darahnya secara mandiri dan optimal.

4) Terapi insulin. Terapi insulin dapat diberikan setiap hari

sebanyak 2 kali sesudah makan dan pada malam hari.

5) Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi

bagi penderita ulkus DM supaya penderita mampu

mengetahui tanda gejala komplikasi pada dirinya dan

mampu menghindarinya.

6) Nutrisi. Nutrisi berperan penting untuk penyembuhan luka

debridement, karena asupan nutrisi yang cukup mampu

mengontrol energi yang dikeluarkan.

7) Stres mekanik. Untuk meminimalkan berat badan pada

ulkus. Modifikasinya adalah seperti bedrest, yang mana

semua pasien beraktivitas di tempat tidur jika diperlukan.

Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan

pemeriksaan dan perawatan (medikasi) untuk mengetahui

perkembangan luka dan mencegah infeksi luka setelah

dilakukan operasi debridement tersebut.

8) Tindakan pembedahan. Fase pembedahan menurut Wagner

ada dua klasifikasi antara lain : Derajat 0 : perawatan lokal

secara khusus tidak dilakukan atau tidak ada. Derajat I–IV:

dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan

dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan

luka terkontrol dengan baik (Brunner & Suddarth, 2013)


18

B. Konsep Aktivitas

1. Pengertian

“Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup di mana

aktivitas sebagai suatu aksi energi atau keadaan bergerak” (Tarwoto &

Wartonah, 2009). Sedangkan “Intoleransi aktivitas merupakan

ketidakcukupan psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau

diinginkan” (Huda, dkk, 2016).

2. Batasan Aktivitas

Menurut Carpenito (2009), batasan karakteristik aktivitas terdiri dari

batasan karakteristik mayor dan batasan karakteristik minor. Mayor (80%-

100%) yaitu terganggunya kemampuan untuk bergerak secara sengaja di

dalam lingkungan (misalnya, mobilitas di tempat tidur, berpindah tempat,

ambulasi), dan keterbatasan rentang gerak (range of motion/ROM). Minor

(50%-80%) yaitu keterbatasan gerak dan keengganan untuk bergerak

(kelelahan, kelemahan). Batasan karakteristik (Carpenito, 2009) :

a. Mayor

1) Selama aktivitas : Klien merasa lemah, merasa pusing, dan dispnue

2) Tiga menit setelah aktivitas : Klien merasa pusing, dispneu,

keletihan akibat aktivitas, frekuensi nafas >24 kali/ menit dan

frekuensi nadi >95 kali/ menit

b. Minor : Klien merasa konfusi, vertigo, dan tampak pucat


19

Menurut Alimul (2012) pengkajian kemampuan aktivitas

dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak, duduk, berdiri,

bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan

aktivitas adalah sebagai berikut:

1) Tingkat 0 : Mampu merawat diri sendiri secara penuh

2) Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan alat/peralatan

3) Tingkat 2 : Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain

4) Tingkat 3: Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan

5) Tingkat 4 : Semua tindakan sangat tergantung dan tidak bisa

berpartisipasi dalam melakukan atau merawat diri sendiri

Pengkajian terhadap intoleransi aktivitas meliputi tingkat aktivitas

tingkat kelelahan, gangguan pergerakan, pemeriksaan fisik utama pada

ekstremitas perubahan seperti nadi, tekanan darah, serta perubahan tanda-

tanda vital selama melakukan aktivitas dan perubahan posisi. Menurut

Nikmatur & Saiful (2012) pengkajian terhadap kekuatan otot juga perlu

diperhatikan untuk menentukan derajat kekuatan otot (0–5). Derajat ini

menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbeda-beda sebagai berikut :

1) Skala 0 dengan kekuatan otot 0% ditandai dengan paralisis total

2) Skala 1 dengan kekuatan otot 10% ditandai tidak ada gerakan,

teraba/terlihat ada kontraksi

3) Skala 2 dengan kekuatan otot 25% ditandai gerakan otot penuh

menentang gravitasi dengan sokongan


20

4) Skala 3 dengan kekuatan otot 50% ditandai dengan gerakan menentang

gravitasi

5) Skala 4 dengan kekuatan otot 75% ditandai gerakan normal penuh

menentang gravitasi dengan sedikit penahan

6) Skala 5 dengan kekuatan otot 100% ditandai gerakan normal penuh,

menentang gravitasi dengan penahanan penuh.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Penulis menggunakan teori menurut Myra Levine pada konsep asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas, karena konsep yang

disampaikan oleh Myra Levine lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan

aktivitas pada klien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan

aktivitas (Purwanto, 2016).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan. Tahapan ini

merupakan tahapan yang sangat penting karena keberhasilan perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan sangat ditentukan dari seberapa jauh

perawat bisa mengkaji masalah yang dihadapi pasien sehingga dapat

menentukan langkah langkah selanjutnya untuk membantu mengatasi atau

menyelesaikan masalah pasien (Purwanto, 2016).

a. Identitas

Meliputi identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, status

marital, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, agama, warga negara,


21

suku/bangsa, bahasa yang dipakai, alamat, no.rekam medis, diagnosa

medis, dan dokter yang merawat. Identitas penangggungjawab yaitu

nama, hubungan dengan pasien, umur, pendidikan.

b. Keadaan umum

1) Keluhan utama

Keluhan utama ditulis singkat jelas, dua atau tiga kata yang

merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan

pelayanan kesehatan, pada klien diabetes mellitus keluhan utama

badan terasa lemas disertai penglihatan kabur, disertai banyak

kencing atau poliuria. Pada intoleransi aktivitas klien menyatakan

selama ativitas lemas dan setelah beraktivitas merasa letih.

2) Kesadaran

a) Kualitatif : Tingkat kesadaran klien seperti kompos mentis, apatis,

somnolen/letargi, sporo comatous, atau comatous

b) Kuantitatif (Glasgow Coma Scale): Respon membuka mata :( maks

4); Respon bicara : (maks 5) ; Respon motorik : (maks 6 )

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

b) CRT

c) Nadi (frekuensi)

d) Pernapasan (frekuensi dan suara napas tambahan)

e) Suhu
22

c. Riwayat penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada

kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa

berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga

mengeluh poliuria, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB

menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot,

gangguan tidur/istirahat, sering haus, pusing/sakit kepala, kesulitan

orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

2) Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan aktivitas seperti adanya riwayat penyakit sistem

neurologi, riwayat penyakit infark miokart, gagal ginjal kronik dan

diabetes mellitus.

3) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga diabetes mellitus atau penyakit keturunan yang

menyebabkan terjadinya difesiensi insulin misal, hipertensi, jantung.

Serta genogram minimal dengan 3 keturunan dari keluarga pasien

d. Pola pengkajian aktivitas

Pola klien dengan DM gejala yang ditimbulkan antara lain

kelemahan, keletihan, kelelahan saat aktivitas, dan seringnya

mengantuk pada pagi hari. Pengkajian pola aktivitas sehari-hari


23

meliputi jenis aktivitas yang dilakukan dan lamanya latihan fisik

(Purwanto, 2016). Pemeriksaan fisik pada pola aktivitas meliputi:

a) Aktivitas harian (tingkat kemampuan melakukan aktivitas)

Penderita dengan DM akan mengalami penurunan gerak kelemahan

fisik, kram otot, dan penurunan tonus otot. Pada pengkajian

didapatkan terjadi penurunan skor kekuatan otot pada ekstermitas.

Range of motion (ROM) dari rentang persendian juga mengalami

penurunan derajat sudutnya. Penderita juga dapat mudah jatuh

karena penurunan glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja

pusat keseimbangan. Berikut ADL yang perlu dikaji :

1) Makan : 0-4 5) BAB : 0-4

2) Mandi : 0-4 6) BAK : 0-4

3) Berpakaian : 0-4 7) Mobilisasi di tempat tidur : 0-4

4) Kerapihan : 0-4 9) Ambulasi : 0-4

Catatan :

0 : Mandiri 3 : Bantuan orang lain dan alat

1 : Bantuan dengan alat 4 : Bantuan penuh

2 : Bantuan orang lain

b) Rentang gerak

Gambaran rentang gerak klien, seperti bebas; terbatas, karena;

adakah pembengkakan; adakah nyeri; adakah kontraktur; adakah

kelemahan; adakah kelumpuhan. Gambaran otot klien apakah

atrofi atau normal


24

c) Extremitas Atas dan Bawah

Gambaran ekstremitas atas dan bawah seperti adakah kelemahan

yaitu akibat dari ketidakstabilan kadar gula darah dan edema

yaitu penumpukan cairan baik di anggota gerak/ badan.

Edema Kelemahan

ka ki ka ki

ka ki ka ki

e. Pemeriksan fisik

1) Kepala

Tujuan : Mengetahui bentuk dan ada atau tidaknya gejala yang

mengarah pada edema akibat komplikasi DM

Inspeksi : Ada atau tidak ada terlihat lesi dan hematoma pada kepala

pasien

Palpasi : Adanya pembekakan/ penonjolan, dan tekstur rambut

2) Mata

Tujuan: Mengetahui bentuk, fungsi mata dan adanya kelainan pada

mata.

Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,

bola mata, warna konjungtiva, dan sklera (anemis/ikterik), penggunaan

kacamata/ lensa kontak dan respon terhadap cahaya.

3) Hidung
25

Tujuan : Untuk mengatahui bentuk, fungsi hidung, menentukan

kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.

Inspeksi : Bentuk, ukuran, warna dan kesimetrisan, adanya kemerahan,

lesi dan tanda infeksi pada hidung internal.

Palpasi dan perkusi : Frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan

deviasi septum hidung)

4) Telinga

Tujuan : Mengetahui keadaan telinga luar, kanalis bersih atau tidak,

gendang telinga, adanya pembesaran pada daun telinga atau tidak.

Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, posisi telinga,

warna, liang telinga (serumen/tanda-tanda infeksi) dan penggunaan

alat bantu dengar

Palpasi : Adanya nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus

5) Mulut dan Gigi

Tujuan : Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan kebersihan

mulut.

Inpeksi : Warna mukosa mulut, adanya lesi dan stomatitis, penggunaan

gigi palsu, perdarahan/ radang gusi

6) Leher

Tujuan : Untuk menentukan struktur integritas leher, untuk mengetahui

bentuk leher, dan ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid

Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid : Adanya pembesaran,batas,

konsistensi, nyeri tekan.


26

7) Paru-paru

Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kanan.

Palpasi : Biasanya fremitus sama antara kiri dan kanan

Perkusi : Biasanya bunyi normal sonor

Auskultasi : Biasanya suara normal vesikuler.

8) Jantung
Inspeksi : Biasanya iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Biasanya iktus kordis teraba

Perkusi : Biasanya batas jantung normal

Auskultasi : Biasanya suara vesikuler.

9) Abdomen

Tujuan : Mengetahui ada tidaknya muntah, penurunan BB,

kekakuan/distensi abdomen, asites, wajah meringis pada palpitasi,

bising usus lemah/menurun.

Inspeksi : Biasanya simetris, tidak ada asites

Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : Biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : Biasanya bising usus pasien terdengar

10) Genetalia
Tujuan: Mengetahui organ dalam kondisi normal dalam genetalia

Inspeksi : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi

pada pria, dan sulit orgasme pada wanita

Palpasi : Letak, ukuran, konsistensi dan massa


27

11) Integumen

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan ganggren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku

Inspeksi : Kebersihan, warna, pigmentasi, lesi, pucat, sianosi, dan

ikterik

Palpasi : Kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor

kulit, dan edema (Purwanto, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan Diabetes Melitus (SDKI, 2016)

Beberapa diagnosa keperawatan pada penderita DM tipe II yang mungkin

muncul, sebagai berikut :

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

cadangan lemak dan protein berkurang (D.0056)

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak-

mampuan mengabsorbsi nutrisi ditandai dengan berat badan menurun

(D.0019)

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

ditandai dengan adanya gangren (D.0129)

3. Intervensi Keperawatan

Menurut SIKI – SLKI (2018) intervensi yang dapat disusun yaitu :


28

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

cadangan lemak dan protein berkurang (D.0056)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan toleransi aktivitas

meningkat

Kriteria hasil (L.05047) :

1) Keluhan lelah dan lemas berkurang

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

3) Saturasi oksigen membaik

4) Frekuensi nadi dalam rentang normal ( 80-100 x/menit)

5) Kekuatan tubuh meningkat

Intervensi keperawatan (I.05178) :

1) Identifikasi gangguan tubuh yang menyebabkan kelemahan

R/ mengetahui bagian tubuh yang menyebabkan kelemahan

2) Manitor kelelahan fisik dan emosional

R/ mengetahui perasaan klien

3) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

R/ agar mendapat penanganan yang tepat

4) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

R/ memberikan rasa nyaman bagi klien

5) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif

R/ mengurangi kekakuan dan risiko kelumpuhan

6) Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan

R/ mengurangi kejenuhan klien


29

7) Fasilitasi duduk di tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau

berjalan

R/ memberikan kenyamanan bagi klien

8) Anjurkan tirah baring

R/ mengurangi kelelahan dan kelemahan

9) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

R/ membiasakan klien untuk beraktivitas agar tidak kaku

10) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan yaitu

beristirahat apabila merasa kelelahan

R/ memberikan kenyamanan bagi klien

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi ditandai dengan berat badan

menurun (D.0019)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status

nutrisi membaik

Kriteria hasil (L 03030) :

1) Berat badan meningkat

2) Frekuensi makan membaik

3) Nafsu makan membaik

4) Bising usus membaik

5) Membran mukosa membaik

Intervensi keperawatan (I.03119) :

1) Identifikasi status nutrisi


30

R/ menentukan kebutuhan klien

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

R/ menentukan menu yang sesuai

3) Monitor berat badan

R/ mengetahui keberhasilan implementasi

4) Berikan makanan sesuai kebutuhan klien/ sesuai diit

R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien

5) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

R/ memberikan kenyamanan bagi klien

6) Ajarkan diit yang diprogramkan

R/ menambah pengetahuan klien

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi

ditandai dengan adanya gangren ( D.0129)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas

kulit dan jaringan membaik

Kriteria hasil (L 14125) :

1) Kerusakan jaringan berkurang

2) Nyeri berkurang

3) Perdarahan berkurang

4) Nekrosis berkurang

5) Kemerahan berkurang

Intervensi keperawatan (I. 11353) :

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit


31

R/ menentukan tindakan yang tepat

2) Monitor karakteristik luka, jika ada

R/ menentukan tindakan yang tepat

3) Monitor tanda-tanda infeksi

R/ menentukan tindakan yang tepat

4) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

R/ meminimalisir terjadinya edema dan atau kematian jaringan

5) Lakukan perawatan luka gangren, jika perlu

R/ menghindari infeksi

6) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

R/ mengurangi risiko perburukan luka

7) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

R/ menambah pengetahuan klien

8) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

R/ menambah pengetahuan klien

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu permasalahan kesehatan pasien menuju

kesehatan yang lebih baik serta menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan dari tindakan tersebut (Potter & Perry, 2011).

Implementasi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dilakukan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan


32

kesehatan individu, keluarga, dan komunitas. Tindakan keperawatan

adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat

untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (SIKI, 2018).

Komponen tahap implementasi antara lain:

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan keperawatan edukatif.

c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap

asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses

keperawatan. Hal-hal yang dievaluasikan adalah keakuratan,

kelengkapan, kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan

pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan (Nursalam

dalam Mediarti dkk, 2016).

Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap

intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah

sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung proses evaluasi.

Selain itu juga dapat menetapkan kembali untuk mengganti atau

menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan

sesuai dengan kondisi klien (Nursalam dalam Mediarti dkk, 2016).

D. Kerangka Teori
33

Diabetes Tanda dan Gejala


Melitus tipe II 1.Merasa lemas
2.Mudah lelah
3.Dispneu setelah beraktivitas
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
2.Perumusan Diagnosa
Keperawatan
Penurunan Intoleransi Aktivitas 3.Intervensi Keperawatan(Terapi
kekuatan otot Aktivitas)
4.Implementasi Keperawatan
5.Evaluasi Keperawatan(SOAP)
Dampak Intoleransi Aktivitas pada Diabetes
Melitus tipe II

1.Perubahan pada sistem musculoskeletal


2.Perubahan pada sistem integument
3.Perubahan pada konsep diri

Gambar 2.2 Kerangka teori Diabetes Melitus tipe II dengan Intoleransi Aktivitas

Keterangan: : Konsep yang diutamakan.

: Tidak diteliti dengan fokus.

: Berhubungan

E. Kerangka Konsep

Diabetes
Melitus tipe II

Penurunan Intoleransi Terapi Kekuatan


kekuatan otot Aktivitas Aktivitas otot
meningkat

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Atau Rancangan Studi Kasus

Rancangan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus dengan

metode deskriptif. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan tentang

pemberian asuhan keperawatan dengan pemberian terapi aktivitas DM tipe

II dalam meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot.

Penulis melakukan serangkaian proses keperawatan dalam pemberian

terapi aktivitas mulai dari pengkajian untuk mengumpulkan data, penetapan

diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data, perencanaan tindakan

keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi

keperawatan serta mendokumentasikannya sebagai bukti pertanggung-

jawaban dan pertanggunggugatan (Nursalam, 2016).

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan pada studi kasus ini yaitu pada 2 orang pasien

dengan masalah DM tipe II yang dirawat di ruang Flamboyan selama 3 hari.

Dengan sampel yang mempunyai inklusi sebagai berikut:

1. Pasien yang berusia 25-80 tahun

2. Pasien dengan Diabetes Melitus tipe II yang mengalami gangguan

aktivitas

3. Pasien dengan Diabetes Melitus tipe II yang bersedia

34
35

Sedangkan kriteria eksklusi yang dimaksud antara lain:

1. Pasien yang dibawah berusia 25 dan berusia diatas 80 tahun

2. Selain pasien dengan Diabetes Melitus tipe II yang tidak mengalami

gangguan aktivitas

3. Pasien dengan Diabetes Melitus tipe II yang menolak berpartisipasi

C. Fokus Studi Kasus

Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi ialah asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien DM tipe II yang

mengalami intoleransi aktivitas.

D. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari judul Karya Tulis Ilmiah yang telah

dilakukan ini yaitu:

1. Diabetes Melitus tipe II adalah sebuah penyakit yang disebabkan adanya

gangguan metabolisme baik secara genetik ataupun klinis, dengan

karakteriktik terjadinya hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin

atau kerja insulin.

2. Aktivitas adalah keadaan bergerak yang dihasilkan oleh otot rangka dan

memerlukan energi dalam beraktivitas sehari-hari.

3. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis dan

fisiologis seseorang untuk melakukan sebuah kegiatan sehari-hari.

Ditandai dengan keluhan sering merasa lemah, merasa pusing, dan sesak

setelah beraktivitas.
36

E. Tempat Dan Waktu


Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Dr. Moewardi Surakarta di Ruang Flamboyan pada bulan April 2021.

F. Pengumpulan Data

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini adalah:

a. Data Primer merupakan data yang didapatkan secara langsung

melalui:

1) Wawancara

Wawancara yaitu hasil anamnesa berisi identitas pasien, keluhan

utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, riwayat aktivitas sehari-hari dan

bagaimana kejadian terserang stroke. Sumber data yang didapat

berasal dari pasien, keluarga atau rekam medis.

2) Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang

kondisi pasien, peneliti mengamati keadaan umum pasien, tanda

dan gejala yang muncul serta hasil laboratorium.

3) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk menilai kondisi dan status

penyakit pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki atau disebut

head to toe. Adapun teknik yang digunakan yaitu: inspeksi:

inspeksi adalah pemeriksaan yang menggunakan indera

penglihatan, pendengaran maupun penciuman, dengan cara


37

meminta pasien untuk mengangkat ekstremitas atas dan bawah

untuk melihat apakah terdapat gangguan, palpasi: adalah

pemeriksaan yang menggunakan indera peraba untuk mengetahui

tekstur, massa, serta bentuk, perkusi: adalah pemeriksaan yang

dilakukan dengan cara mengetuk permukaan tubuh dan

mengidentifikasi suara yang dihasilkan, auskultasi: adalah

pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan stetoskop

untuk menilai bunyi jantung, suara nafas, irama nafas, dan bising

usus serta pemeriksaan nervus cranial, pemeriksaan refleks

fisiologis, pemeriksaan refleks patologis dan pemeriksaan

kekuatan otot.

c. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui rekam medis pasien, pemeriksaan diagnostik, dan catatan

keperawatan pasien.

2. Instrumen studi kasus

Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah

a. Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas (Dokumen

terlampir di lampiran 8 )

b. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) (Dokumen

terlampir di lampiran 9)

c. Standar Operasional Prosedur (SOP) terapi aktivitas (Dokumen

terlampir di lampiran 10)


38

G. Analisa Data Dan Penyajian Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan

fakta-fakta mengenai populasi secara sistematis, dan akurat (Nursalam, 2016).

Penyajian data dari penulis berupa pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi bentuk narasi.

H. Etika Studi Kasus

Terdapat etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yang terdiri dari:

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti dan

responden dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan

ini diberikan kepada responden yang akan diteliti. Lembar ini juga

dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Lembar

persetujuan ditandatangani oleh subjek jika subjek bersedia. Pada

penelitian ini ada beberapa responden yang terkadang menolak untuk

terlibat dalam penelitian sehingga penulis harus menunggu beberapa

waktu lagi untuk mencari responden yang lain. Selanjutnya dalam

mencari responden peneliti menjelaskan apa-apa saja yang akan dilakukan

selama penelitian agar responden paham dan bersedia terlibat dalam

proses penelitian. Pasien yang bersedia dan menyetujui untuk dilakukan

penelitian serta asuhan keperawatan yaitu Ny. N dan Ny.W yang diikuti

dengan menandatangani lembar persetujuan (Dokumen terlampir di

lampiran 7)
39

2. Anonymity (tanpa nama)

Etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dan

penggunaan responden dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur. Untuk menjaga kerahasiaan

pasien, peneliti tidak mencantumkan nama dan nomer rekam medis pada

lembar pengumpulan data, peneliti hanya menuliskan inisial pada masing-

masing lembar pengumpulan data dengan nomor rekam medis urutan tiga

terakhir peneliti samarkan, yaitu Ny. N dengan No RM 01571xxx dan

Ny.W dengan No RM 01568xxx.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Kerahasiaan hasil studi kasus, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil studi kasus. Peneliti akan menggunakan cara memberikan password

pada file yang berisi data pasien saat melakukan pengolahan data, hal

tersebut dilakukan agar data yang didapatkan tetap aman dan rahasia.

4. Ethical Clearance

Dalam studi kasus ini peneliti memerlukan surat ethical clearance

sebagai bukti uji kelayakan etik sebagai pernyataan mengenai rencana

kegiatan penelitian yang tergambar dalam protokol bahwa peneliti telah

melakukan kajian dan telah memenuhi kaidah etik sehingga layak untuk

dilakukan penelitian.
40

Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan permohonan Ethical

Clearence ke Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) RSUD

Dr.Moewardi Surakarta dan dinyatakan layak etik yang dibuktikan dengan

diterbitkannya Ethical Clearence pada tanggal 09 Februari 2022 dengan

nomor surat 146/II/HREC/2022. Setelah Ethical Clearence terbit maka

peneliti melanjutkan proses penelitian dengan menyerahkan Ethical

Clearence ke bagian Pendidikan dan Pelatihan RSUD Dr.Moewardi

kemudian diberikan surat izin yang dikeluarkan pada tanggal 25 Februari

2022 dengan nomor surat 045/2.012/2022. Setelah surat izin keluar maka

peneliti meneruskan proses penelitian dengan menyerahkan berkas-berkas

penelitian (surat izin penelitian, ethical clearence, surat keterangan selesai

melakukan penelitian, serta checklist penilaian dari bagian Pendidikan dan

Pelatihan RSUD Dr.Moewardi Surakarta) kepada kepala Ruang Bangsal

Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi untuk meminta izin melakukan

penelitian dan koordinasi dalam pengambilan kasus di bangsal. Setelah itu

peneliti diperbolehkan mengambil data sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang berlaku dan diberikan waktu penelitian selama 4 bulan yang dimulai

dari tanggal 25 Februari 2022 s/d 24 Juni 2022.

5. Penanganan yang Adil

Memberikan Ny.N dan Ny.W hak yang sama untuk dipilih atau terlibat

dalam studi kasus tanpa diskriminasi, diberikan penanganan yang sama

dengan menghormati seluruh persetujuan yang disepakati, dan diberikan

penanganan terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam


41

studi kasus. Semua responden mempunyai kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi dalam studi kasus ini dan mendapatkan perilaku yang sama

dari peneliti.

6. Hak Mendapatkan Perlindungan

Klien dilindungi dari eksploitasi. Peneliti menyamarkan identitas pasien

yang menjadi responden dan menjaga privasi pasien dengan tidak

menyebarluaskan data yang telah didapat dari hasil penelitian yang

dilakukan. Hal ini merupakan usaha yang dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu studi kasus dan

memaksimalkan manfaat dari studi kasus.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi hasil studi kasus dan pembahasan dari asuhan keperawatan

yang dilakukan pada Ny.N dan Ny.W dengan masalah utama Diabetes Mellitus

tipe II dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas di Ruang Flamboyan RSUD

Dr.Moewardi Surakarta. Data didapatkan melalui wawancara, observasi, dan

status pasien. Studi kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Pasien 1

Pengkajian pada pasien dilakukan pada 18 April 2022 pukul

13.00 WIB di Ruang Flamboyan 8 kamar nomor 801 A RSUD

Dr.Moewardi Surakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara dan

catatan medis pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut :

Pasien bernama Ny.N, berumur 68 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama Kristen, status cerai mati, pendidikan

terakhir SD, pekerjaan sekarang pengemis, beralamat di Kadipiro.

Pasien mengatakan merupakan anak perempuan dari 5 bersaudara

terakhir dari 3 saudara laki-laki dan 1 saudari perempuan, kedua

orangtuanya sudah meninggal, ibunya mempunyai 1 saudara laki-

laki sedangkan ayahnya memiliki 2

42
43

saudari perempuan dan 1 saudara laki-laki, pasien mengatakan

tidak memiliki anak. Penanggungjawab atas pasien adalah Tn.A

dari dinas sosial.

Keluhan utama, pasien mengatakan kedua kakinya susah

digerakkan. Pasien mengatakan diantarkan oleh satpol PP ke

rumah sakit tanggal 17 April 2022 pukul 10.00 WIB dengan

keluhan kedua kaki susah digerakkan, terasa lemas, dan tidak bisa

berjalan. Pasien mengatakan kedua kakinya terasa lemas sejak 6

bulan lalu, dan merasa tidak kuat untuk berjalan sejak 3 hari yang

lalu. Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 5

tahun yang lalu dan setibanya di rumah sakit dilakukan

pemeriksaan kadar gula darah pada pasien didapatkan hasilnya 230

mg/dl.

Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan memiliki

hipertensi. Pasien mengatakan keluarganya memiliki penyakit

keturunan yaitu hipertensi, yang mengalami penyakit tersebut

adalah ayah dan kakak pasien, namun keluarga pasien tidak

memiliki penyakit menular seperti HIV dan Malaria.

Pasien mengatakan selama di rumah sakit untuk aktivitas

sehari-hari seperti mobilisasi, BAB, BAK, dan mandi dibantu oleh

perawat karena pasien mengalami kesulitan jika melakukan

aktivitas sendiri, sedangkan kegiatan makan dan berpakaian pasien

dapat melakukannya sendiri. Gambaran rentang gerak pasien


44

terbatas, karena terjadi kelemahan pada ekstremitas bawah baik

kanan maupun kiri. Gambaran otot pasien normal dengan kekuatan

otot ekstremitas atas baik kanan maupun kiri bernilai 5, sedangkan

untuk ekstremitas bawah baik kanan maupun kiri bernilai 3 dengan

kaki kanan terdapat edema.

Pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, tekanan darah 148/79 mmHg, suhu 35,6 ˚C, nadi

101x/menit, frekuensi napas 21x/menit, saturasi O2 98%.

Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan hasil sebagai berikut

rambut pasien tampak tumbuh merata, pendek dan beruban; mata

pasien tampak sklera putih, konjungtiva anemis, reflek cahaya ada,

pupil isokor; hidung pasien tampak bersih, tidak terdapat sekret,

tidak ada tanda-tanda infeksi / perdarahan; mulut pasien tampak

pucat, tidak ada gigi palsu, ada beberapa gigi yang tanggal, gigi

berwarna putih kekuningan, dan tidak terdapat stomatitis baik pada

lidah; telinga pasien tampak simetris, tidak terdapat lesi, tidak

terdapat gangguan pendengaran dan tidak terdapat alat bantu

dengar; paru-paru didapatkan inspeksi bentuk dada simetris dan

tidak tampak retraksi dada, auskultasi suara napas vesikuler,

perkusi sonor, palpasi tidak terdapat nyeri tekan; jantung

didapatkan inspeksi tidak ada lesi dan bentuk simetris, auskultasi

bunyi jantung normal dan tidak ada bunyi tambahan, perkusi

redup, palpasi tidak ada benjolan dan ictus cordis teraba; abdomen
45

didapatkan inspeksi simetris dan tidak ada lesi maupun benjolan,

auskultasi bising usus 12x/menit, perkusi timpani, palpasi tidak

terdapat nyeri tekan; kulit tampak kering, tekstur kulit kasar, kulit

berwarna sawo matang; genetalia tidak terpasang kateter, tidak ada

edema dan infeksi, tidak terdapat benjolan.

Pemeriksaan kimia klinik pasien pada tanggal 17 April 2022

pukul 12.30 WIB didapatkan hasil sebagai berikut : HbA1c 11,3%,

Glukosa darah puasa 203 mg/dl, Glukosa 2 jam PP 253 mg/dl,

Asam urat 4,8 mg/dl, Kolesterol total 58 mg/dl, Kolesterol LDL 25

mg/dl, Kolesterol HDL 15 mg/dl, Trigliserida 49 mg/dl.

Program terapi pada tanggal 18 April 2022 yang telah

didapkan pasien yaitu Nacl 0,9% 22 tpm, Inj.Metamizol 1 gr/8 jam,

Inj.Novorapid 4-4-4, Ramipril tablet 5 mg/24 jam, Omeprazole

tablet 20 mg/24 jam

b. Pasien 2

Pengkajian pada pasien dilakukan pada 25 April 2022 pukul

14.00 WIB di Ruang Flamboyan 8 kamar nomor 810 C RSUD

Dr.Moewardi Surakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara dan

catatan media pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut :

Pasien bernama Ny.W berumur 52 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama Islam, status cerai mati (janda), pendidikan

terakhir SMA, pekerjaan sekarang IRT, beralamat di Palur. Pasien

mengatakan merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara yang terdiri


46

dari 4 laki-laki dan 3 perempuan, kedua orangtuanya sudah

meninggal, ibunya mempunyai 2 saudara laki-laki, ayahnya

mempunyai 1 saudari perempuan, pasien memiliki 4 anak laki-laki.

Penanggungjawab pasien adalah Sdr.B yang merupakan anak laki-

laki pertama pasien.

Keluhan utama, pasien mengatakan tangan kiri dan kaki kiri

terasa lemas dan susah digerakkan. Pasien mengatakan diantarkan

oleh keluarga ke rumah sakit pada 24 April 2022 pukul 08.30 WIB

dengan keluhan tangan kiri dan kaki kiri terasa lemas dan susah

digerakkan. Pasien mengatakan mulai merasa lemas dibagian

tangan dan kaki kirinya sejak sabtu malam, lalu keesokan harinya

diantarkan oleh keluarga ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit

dilakukan pemeriksaan kadar gula darah pada pasien didapatkan

hasilnya 300 mg/dl.

Pasien mengatakan sudah memiliki penyakit DM tipe II sejak

6 tahun yang lalu, disamping itu pasien mengatakan memiliki

hipertensi sejak 4 tahun lalu. Pasien mengatakan keluarganya

memiliki penyakit keturunan yaitu DM, yang mengalami adalah

ayah pasien, namun keluarga pasien tidak memiliki penyakit

menular seperti HIV dan Malaria.

Pasien mengatakan selama di rumah sakit untuk akvitas sehari-

hari seperti membersihkan diri, mobilisasi, memakai baju, BAB,

dan BAK dibantu oleh anaknya, namun pasien dapat makan


47

sendiri. Gambaran rentang gerak pasien terbatas karena pasien

mengalami kelemahan pada tangan dan kaki kirinya. Gambaran

otot pasien pada ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri bernilai 2,

sedangkan ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan bernilai 5.

Pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36,9 ˚C, nadi

91x/menit, frekuensi napas 20x/menit, saturasi O2 99%.

Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan hasil sebagai berikut

rambut pasien tampak tumbuh merata, rambut pasien panjang dan

berwarna hitam; mata pasien tampak sklera putih, konjungtiva

tidak anemis, reflek cahaya ada, pupil isokor; hidung pasien

tampak bersih, tidak terdapat sekret; mulut pasien tampak pucat,

tidak ada gigi palsu, gigi bagian belakang tanggal, gigi berwarna

putih kekuningan, tidak ada gusi yang berdarah, tidak terdapat gigi

yang goyang, dan tidak terdapat stomatitis baik pada lidah; telinga

pasien tampak simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat gangguan

pendengaran dan tidak terdapat alat bantu dengar; paru-paru

didapatkan inspeksi pengembangan dada kanan kiri simetris,

perkusi sonor, palpasi tidak terdapat nyeri tekan, auskultasi suara

napas vesikuler; jantung didapatkan inspeksi tidak ada lesi dan

bentuk simetris, perkusi redup, palpasi tidak ada benjolan dan ictus

cordis teraba, auskultasi bunyi jantung normal; abdomen

didapatkan inspeksi simetris dan tidak ada lesi maupun benjolan,


48

auskultasi bising usus 14x/menit, perkusi timpani, palpasi tidak

terdapat nyeri tekan; kulit tampak sawo matang, kulit kering, akral

teraba hangat, tidak terdapat luka; genetalia tampak bersih, tidak

terpasang kateter, tidak ada edema dan infeksi, tidak terdapat

benjolan.

Pemeriksaan kimia klinik pasien pada tanggal 24 April 2022

pukul 10.30 WIB didapatkan hasil sebagai berikut : HbA1c 13.0%,

Glukosa darah puasa 134 mg/dl, Glukosa 2 jam PP 152 mg/dl,

Asam urat 5,2 mg/dl, Kolesterol total 175 mg/dl, Kolesterol LDL

111 mg/dl, Kolesterol HDL 38 mg/dl, Trigliserida 116 mg/dl.

Program terapi pada tanggal 25 April 2022 yang telah

didapkan pasien yaitu Inf.RL 20 tpm, Inj.Omeprazole 40 mg/12

jam, Inj.Mecobalamin 1 amp/24 jam, Inj.Furosemid 40 mg/8 jam,

Insulin rapid 8-8-8 iu, Ramipril 5 mg/24 jam, Amlodipin 10 mg/ 24

jam.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pasien 1

Dari pengkajian diatas diperoleh data subjektif yaitu pasien

mengatakan kedua kakinya susah digerakkan, terasa lemas, dan

sulit berjalan, pasien mengatakan merasakan hal tersebut sejak 6

bulan lalu dan semakin parah sejak 3 hari yang lalu sehingga

diantar ke RS. Data objektif yang diperoleh yaitu kedua kaki

pasien tampak sulit untuk digerakkan, pasien tampak perlu bantuan


49

saat melakukan aktivitas, pasien tampak perlu bantuan apabila

berpindah posisi misal dari berbaring menjadi duduk, dan tampak

edema pada kaki kanan pasien.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pasien dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan yaitu intoleransi aktivitas fisik berhubungan

dengan kelemahan yang ditandai dengan terjadinya kelemahan

pada kedua kaki pasien dan terdapat edema pada kaki kanan

pasien.

b. Pasien 2

Dari pengkajian diatas diperoleh data subjektif yaitu pasien

mengatakan tangan dan kaki kirinya susah digerakkan dan terasa

lemas, pasien mengatakan merasakan hal tersebut sejak sabtu

malam lalu dikeesokan harinya keluarga pasien membawa pasien

ke RS. Data objektif yang diperoleh yaitu tangan dan kaki kiri

pasien tampak susah digerakkan, pasien tampak perlu bantuan saat

melakukan aktivitas, dan pasien perlu bantuan apabila ingin

berpindah posisi misal dari berbaring menjadi duduk, BAB, BAK.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pasien dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan yaitu intoleransi aktivitas fisik berhubungan

dengan kelemahan yang ditandai dengan terjadinya kelemahan

pada tangan dan kaki sebelah kiri pasien.


50

3. Intervensi Keperawatan

Sesuai diagnosa yang telah ditegakkan yaitu intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam dengan per kunjungan 1 x 3 jam

diharapkan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dapat

teratasi dengan kriteria hasil keluhan lelah dan lemas berkurang,

kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, saturasi oksigen

membaik, frekuensi nadi dalam rentang normal ( 80-100 x/menit),

kekuatan tubuh meningkat. Penulis berfokus pada kemampuan pasien

dalam beraktivitas, sehingga dapat disusun intervensi yaitu identifikasi

bagian tubuh yang mengalami gangguan berupa kelemahan, monitor

lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, lakukan

latihan rentang gerak pasif dan aktif, anjurkan melakukan aktivitas

secara bertahap.

4. Implementasi Keperawatan

Setelah disusun intervensi keperawatan maka dilakukan

implementasi sebagai berikut:

a. Pasien 1

Pada tanggal 18 April 2022 dilakukan beberapa

implementasi, pukul 13.30 WIB mengidentifikasi bagian tubuh

yang mengalami gangguan berupa kelemahan, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan kedua kakinya mengalami

kelemahan sehingga susah digerakkan, dan data objektif kedua


51

kaki pasien tampak susah digerakkan dan tampak lemas. Pada

pukul 13.45 WIB melakukan latihan rentang gerak pasif,

didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia dan

mengatakan agak kesullitan menggerakkan bagian kedua

kakinya, dan data objektif pasien tampak kooperatif selama

latihan rentang gerak pasif dilakukan. Pada pukul 14.15 WIB

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara

bertahap seperti menggeser kakinya ke kanan dan ke kiri baik

sendiri atau dibantu oleh perawat, menggerakkan jari-jari

kakinya, didapatkan data subjektif pasien mengatakan akan

melakukannya dengan bantuan perawat dulu karena belum

sanggup bila menggerakkan sendiri, data objektif pasien

tampak kooperatif dan pasien tampak mencoba menggerakkan

jari kakinya.

Pada hari kedua, pada 19 April 2022 dilakukan beberapa

implementasi, pukul 09.00 WIB memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan masih belum bisa menggerakkan

kedua kakinya secara leluasa karena terasa sangat lemah, dan

data objektif pasien tampak masih belum bisa menggerakkan

kedua kakinya secara leluasa dan perlu bantuan jika perlu

berpindah posisi. Pada pukul 09.15 WIB melakukan latihan

rentang gerak pasif, didapatkan data subjektif pasien


52

mengatakan bersedia, pasien mengatakan bahwa semalam

sebelum tidur melakukan latihan rentang gerak pasif dibantu

oleh perawat, dan pasien mengatakan pagi ini kakinya terasa

lebih nyaman, dan data objektif kedua kaki pasien tampak lebih

mudah digerakkan dari kemarin. Pada pukul 10.00 WIB

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas bertahap

seperti belajar mengangkat kakinya pelan-pelan dan belajar

untuk menekuk kakinya baik sendiri ataupun dibantu oleh

perawat, didapatkan data subjektif pasien mengatakan akan

melakukannya dengan dibantu perawat dan pasien mengatakan

akan melakukan latihan ini lagi nanti setelah makan siang dan

sebelum tidur, dan data objektif pasien tampak kooperatif,

pasien mencoba menekuk kakinnya satu per satu baik dengan

bantuan ataupun sendiri.

Pada hari ketiga, pada 20 April 2022 dilakukan beberapa

implementasi, pada pukul 09.00 WIB memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan kedua kakinya terasa lebih

nyaman daripada kemarin dan pasien mengatakan masih

merasa kurang leluasa menggerakkan kedua kakinnya, dan data

objektif kedua kaki pasien tampak lebih leluasa digerakkan

daripada kemarin, gerakkannya seperti menggeser kakinya,

menggerakan jari kakinya dan menggerakkan pergelangan kaki.


53

Pada 09.30 WIB melakukan latihan rentang gerak pasif,

didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia dan

pasien mengatakan kakinya terasa lebih nyaman setelah

beberapa kali melakukan latihan rentang gerak pasif ini, dan

data objektif kaki pasien tampak lebih mudah digerakkan

daripada kemarin dan pasien mencoba melakukan beberapa

gerakkan latihan rentang gerak pasif sendiri, gerakkan yang

dilakukan seperti menekuk kakinya, mengangkat kakinya

perlahan, menggerakkan pergelangan kaki, dan menggerakkan

jari kakinya. Pada pukul 10.15 WIB menganjurkan pasien

untuk melakukan aktivitas bertahap seperti belajar untuk

mengangkat kakinya lebih tinggi dari sebelumnya sendiri

secara perlahan, belajar untuk menekuk kakinya sendiri secara

perlahan, dan belajar untuk duduk, didapatkan data subjektif

pasien mengatakan akan mencoba melakukannya secara

perlahan, dan data objektif pasien tampak mencoba

mengangkat kakinya lebih tinggi dari sebelumnya namun

masih perlu bantuan, dan pasien tampak mencoba duduk

sendiri dengan perlahan.

b. Pasien 2

Pada 25 April 2022 dilakukan beberapa implementasi, pada

pukul 14.30 WIB mengidentifikasi bagian tubuh yang

mengalami gangguan berupa kelemahan, didapatkan data


54

subjektif pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya terasa

lemas dan susah digerakkan, dan data objektif tangan dan kaki

kiri pasien tampak susah digerakkan dan tampak lemas. Pada

pukul 14.45 WIB melakukan latihan rentang gerak pasif,

didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia, dan data

objektif pasien tampak kooperatif selama latihan rentang gerak

pasif dilakukan dan terkadang kaki kiri pasien melakukan

perlawanan tanpa sadar selama latihan rentang gerak pasif

dilakukan, seperti kaki kiri pasien kaku sehingga sedikit sulit

dilakukan latihan rentang gerak pasif. Pada pukul 15.20 WIB

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara

bertahap seperti menggeser kaki kirinya ke kanan atau ke kiri

dan mengangkat tangan kirinya secara perlahan baik sendiri

atau dibantu oleh keluarga, menggerakkan jari-jari tangan dan

kaki kirinya, didapatkan data subjektif pasien mengatakan akan

mencoba melakukannya secara perlahan, data objektif pasien

tampak kooperatif, dan pasien tampak mencoba melakukannya

dengan bantuan.

Pada hari kedua, pada 26 April 2022 dilakukan beberapa

implementasi, pukul 09.00 WIB memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan masih belum bisa menggerakkan

kaki dan tangan kirinya secara leluasa karena terasa sangat


55

lemah, dan data objektif pasien tampak masih belum bisa

menggerakkan kaki dan tangan kirinya secara leluasa dan perlu

bantuan jika perlu berpindah posisi. Pada pukul 09.15 WIB

melakukan latihan rentang gerak pasif, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan

bahwa semalam sebelum tidur melakukan latihan rentang gerak

pasif dibantu oleh keluarga, dan pasien mengatakan pagi ini

kaki dan tangan kirinya terasa lebih nyaman meskipun masih

terasa lemas, dan data objektif kedua kaki pasien tampak lebih

mudah digerakkan dari kemarin dan tidak terjadi perlawanan

selama latihan rentang gerak pasif. Pada pukul 10.00 WIB

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas bertahap

seperti belajar mengangkat kaki dan tangan kirinya pelan-

pelan, belajar untuk menekuk kaki dan tangan kirinya baik

sendiri ataupun dibantu oleh keluarga dan belajar untuk

menggengam dengan tangan kirinya, didapatkan data subjektif

pasien mengatakan akan mencoba melakukannya secara

perlahan, dan data objektif didapatkan pasien tampak belajar

menggenggam dengan tangan kirinya secara perlahan dan

belajar untuk menekuk tangan dan kaki kirinya secara perlahan.

Pada hari ketiga, pada 27 April 2022 dilakukan beberapa

implementasi, pada pukul 09.00 WIB memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, didapatkan data


56

subjektif pasien mengatakan kaki dan tangan kirinya terasa

lebih nyaman daripada kemarin dan pasien mengatakan masih

merasa kurang leluasa menggerakkan kaki dan tangan kirinya,

dan data objektif kedua kaki pasien tampak lebih leluasa

digerakkan daripada kemarin, gerakkannya seperti menggeser

kaki kiri dan mengangkat tangan kirinya, menggerakan jari

kaki dan tangan kirinya, dan menggenggam jari-jari tangan

kirinya. Pada 09.30 WIB melakukan latihan rentang gerak

pasif, didapatkan data subjektif pasien mengatakan bersedia

dan pasien mengatakan kaki dan tangan kirinya terasa lebih

nyaman setelah beberapa kali melakukan latihan rentang gerak

pasif ini, dan data objektif kaki dan tangan kiri pasien tampak

lebih mudah digerakkan daripada kemarin dan tampak pasien

mencoba melakukan beberapa gerakkan latihan rentang gerak

pasif sendiri, gerakkan yang dilakukan seperti menekuk kaki

dan tangan kirinya, mengangkat kaki dan tangan kirinya

perlahan, dan menggerakkan jari kaki dan tangan kirinya, dan

data objektif didapatkan pasien tampak kooperatif selama

latihan rentang gerak, tidak ada perlawanan dari pasien, dan

tangan dan kaki kiri pasien tampak lebih mudah mengikuti

instruksi yang diberikan. Pada pukul 10.15 WIB menganjurkan

pasien untuk melakukan aktivitas bertahap seperti belajar untuk

pindah posisi sendiri secara perlahan, belajar untuk menekuk


57

kaki dan tangan kirinya sendiri secara perlahan, belajar untuk

mulai berdiri dengan bantuan, dan belajar untuk menggengam

barang yang empuk, didapatkan data subjektif pasien

mengatakan akan melakukannya secara perlahan dan pasien

mengatakan sudah bisa menggenggam dengan tangan kirinnya

meskipun belum terlalu kuat genggamannya, dan data objektif

pasien tampak mencoba berpindah posisi namun masih perlu

bantuan, pasien tampak sudah bisa menggenggam dengan

tangan kirinya, pasien tampak sudah dapat menggerakkan kaki

kirinya lebih leluasa, pasien tampak belajar berdiri disamping

bed dengan bantuan keluarganya.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Pasien 1

Pada 20 April 2022 pukul 11.00 WIB dilakukan evaluasi

keperawatan dengan metode SOAP pada diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan mengerti jika kedua kakinya

mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan, pasien

mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan kedua kakinya,

pasien mengatakan akan melakukan latihan rentang gerak baik

sendiri ataupun dengan bantuan, pasien mengatakan akan mulai

belajar untuk berjalan jika kedua kakinya sudah dirasa lebih kuat

dengan diawali belajar berdiri dengan tumpuan atau bantuan dulu.


58

Data objektif kedua kaki pasien tampak lebih leluasa dalam

bergerak daripada hari pertama saat pengkajian, pasien tampak

dapat melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun dengan

bantuan, pasien tampak dapat mulai duduk disamping bed dengan

tumpuan ataupun bantuan perawat, dan kekuatan otot pasien

ekstremitas atas baik kanan dan kiri bernilai 5 dan ekstremitas

bawah baik kanan dan kiri bernilai 3. Analisis data didapatkan

masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian. Perencanaan /

planning yaitu intervensi dilanjutkan yaitu menganjurkan pasien

untuk melakukan latihan rentang gerak aktif maupun pasif dan

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

b. Pasien 2

Pada 27 April 2022 pukul 11.00 WIB dilakukan evaluasi

keperawatn dengan metode SOAP pada diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan mengerti jika tangan dan kaki kirinya

mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan, pasien

mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan tangan dan kaki

kirinya, pasien mengatakan akan melakukan latihan rentang gerak

baik sendiri ataupun dengan bantuan baik selama di rumah sakit

ataupun dirumah, pasien mengatakan akan mulai belajar untuk

berjalan jika kaki kirinya sudah lebih kuat dan akan sering belajar

menggenggam dengan tangan kirinya. Data objektif tangan dan


59

kaki kirinya pasien tampak lebih leluasa dalam bergerak daripada

hari pertama saat pengkajian, pasien dapat melakukan latihan

rentang gerak baik sendiri ataupun dengan bantuan, pasien tampak

dapat mulai berdiri disamping bed dengan tumpuan ataupun

bantuan keluarga dan dapat menggenggam dengan tangan kirinya

meskipun genggamannya belum kuat, dan kekuatan otot pasien

bernilai untuk ekstremitas kanan baik atas dan bawah bernilai 5

dan ekstremitas kiri baik atas dan bawah bernilai 4. Analisis data

didapatkan masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian.

Perencanaan / planning yaitu intervensi dilanjutkan yaitu

menganjurkan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif

maupun pasif dan menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas

secara bertahap.

B. Pembahasan

Pada sub bab ini akan menguraikan hasil sebelum dan sesudah

pemberian asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas pada

penderita Diabetes Melitus tipe II meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan

dan upaya untuk mengumpulkan data yang lengkap dan sistematis

mulai dari identitas sampai evaluasi status kesehatan pasien (Tarwoto,

2013). Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 18 April 2022 dan hari
60

Senin, 25 April 2022 di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi

Surakarta. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dengan

pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik, dan observasi secara langsung.

Dari hasil pengkajian data fokus yang didapatkan dari kasus nyata

sebagai berikut:

a. Kelemahan

Kelemahan yang dialami oleh penderita DM tipe II dikarenakan

ketikdakstabilan kadar gula darah. Karena hal tersebut, maka

penderita DM tipe II akan mengalami gangguan dalam mengelola

gula darah, sedangkan gula darah sendiri merupakan sumber energi

bagi tubuh (Fatimah, 2015). Pada kasus diperoleh data kedua

pasien mengalami kelemahan, pada Ny.N mengalami kelemahan

pada kedua kakinya dan Ny.W mengalami kelemahan pada tangan

dan kaki kanannya. Kedua pasien mengatakan aktivitas sehari-

harinya terganggu akibat kelemahan yang dialami sehingga perlu

bantuan orang lain saat beraktivitas. Keluarga pasien mengatakan

bahwa sejak pasien masuk rumah sakit harus selalu menemani

pasien untuk membantu memenuhi kebutuhan. Karena hal tersebut

maka masalah ini dapat diangkat menjadi diagnosa utama pada

penelitian ini.

b. Kemampuan aktivitas

Pengkajian kemampuan aktivitas dilakukan untuk menilai

kemampuan gerak pasien. Kategori kemampuan aktivitas pasien


61

terdiri dari skor 0 sampai 4, dimana skor 0: mandiri, skor 1:

dibantu sebagian, skor 2: perlu dibantu orang lain, skor 3: perlu

dibantu orang lain dan alat, skor 4: tidak mampu. Hasil pengkajian

skor kemampuan aktivitas seperti mandi, BAK, BAB, berpakaian,

ambulasi dan makan atau minum pada kedua pasien berada di skor

2 yang berarti dibantu. Gambaran kemampuan aktivitas pada kedua

pasien berada di skor 3 sehingga dapat dijadikan data penguat

untuk diagnosa utama.

c. Ketidakseimbangan kadar gula darah

Ketidakseimbangan kadar gula darah merupakan salah satu tanda

utama seseorang mengalami diabetes mellitus (Decroli, 2019).

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang paling tinggi

angka kenaikan prevelensinya saat ini dan masuk 10 besar

penyebab kematian di dunia. Lebih dari 81 % orang dewasa

penderita DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan

menengah (Ajanto, 2021). Pada kasus diperoleh data kedua pasien

sama-sama mengalami ketidakseimbangan kadar gula darah, hal ini

ditunjukkan saat pemeriksaan kadar gula darah yaitu pada Ny.N

diperoleh hasil yaitu 230 mg/dL dan Ny.W diperoleh hasil yaitu

300 mg/dL.

d. Edema

Edema merupakan terjadinya penumpukan cairan yang disebabkan

oleh kelebihan cairan yang terjebak dalam jaringan tubuh. Edema


62

merupakan salah satu komplikasi dari diabetes mellitus (Sujono &

Riyadi, 2013). Pada kasus diperoleh data Ny.N mengalami edema

pada kaki kanannya, namun Ny.W tidak mengalami edema

dibagian tubuh tertentu. Karena hal tersebut tidak saling

mendukung maka tidak bisa diangkat sebagai diagnosa.

e. Terapi pengobatan yang diperoleh

Ny.N mendapatkan infus Nacl 0,9% 22 tpm sedangkan Ny.W

mendapatkan RL 20 tpm kedua infus tersebut berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan cairan, Ny.N mendapatkan Inj.Metamizol 1

gr/8 jam untuk mengurangi rasa nyeri, lalu Ny.W mendapatkan

Inj.Mecobalamin 1 amp/24 jam untuk mengobati neuropati perifer,

dan Ny.W mendapatkan Inj.Furosemid 40 mg/8 jam untuk

mengobati tekanan darah tinggi, Ny.N mendapatkan Insulin rapid

4-4-4 iu sedangkan Ny.W mendapatkan Insulin rapid 8-8-8 iu

untuk menurunkan kadar gula darah, kedua pasien mendapatkan

Ramipril tablet 5 mg/24 jam untuk mengobati tekanan darah tinggi,

Ny.N mendapatkan Omeprazole tablet 20 mg/24 jam sedangkan

Ny.W mendapatkan Inj.Omeprazole 40 mg/12 jam untuk

menghambat produksi asam lambung agar tidak berlebihan, Ny.W

mendapatkan Amlodipin tablet 10 mg/24 jam untuk menurunkan

tekanan darah sedangkan Ny.N tidak mendapatkannya (Fatimah,

2015).
63

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny.N dan

Ny.W yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

ditandai dengan terjadinya kelemahan pada kedua kaki Ny.N dan

terjadinya kelemahan pada tangan dan kaki kiri Ny.W (PPNI, 2016).

Faktor utama yang menyebabkan kelemahan yang terjadi pada kedua

klien adalah meningkatnya kadar gula darah diatas rentang normal,

karena nilai rujukan gula darah adalah 100-200 mg/dl (Sujono Riyadi

& Sukarmin, 2013). Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara normal

sehingga menyebabkan seseorang memerlukan bantuan orang lain

untuk beraktivitas (SDKI, 2016). Penegakan diagnosa ini didukung

dengan data yang didapatkan dari Ny.N yang mengatakan bahwa

merasa kedua kakinya lemas dan susah untuk digerakkan dan Ny.W

yang mengatakan tangan dan kaki kirinya terara lemas dan sulit untuk

digerakkan. Hal ini tampak pada aktivitas sehari-hari kedua pasien,

karena kedua pasien perlu bantuan orang lain saat beraktivitas.

Diagnosa ini menjadi diagnosa prioritas karena penulis hanya berfokus

pada pemenuhan kebutuhan aktivitas yang mengalami gangguan.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana tindakan yang disusun menurut SDKI (2016)-SIKI (2018)

intervensi untuk intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

sebagai berikut :
64

Pada diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dengan per kunjungan 1 x 3

jam diharapkan yaitu keluhan lelah dan lemas berkurang, kemudahan

dalam melakukan aktivitas sehari-hari, saturasi oksigen membaik,

frekuensi nadi dalam rentang normal ( 80-100 x/menit), kekuatan

tubuh meningkat (SLKI, 2018). Diharapkan intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan dapat teratasi. Sehingga dapat disusun

intervensi keperawatan sebagai berikut mengidentifikasi bagian tubuh

yang mengalami gangguan berupa kelemahan hal ini bertujuan untuk

mengetahui penanganan yang tepat bagi kasus klien terhadap

kelemahan yang dialami, menurut Alimul (2012) identifikasi tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak, duduk,

berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas yang bertujuan untuk

mengidentifikasi perkembangan terhadap intervensi yang dilakukan

dapat berhasil atau tidak, menurut Nikmatur & Saiful (2012)

monitoring ketidaknyamanan selama beraktivitas juga diperlukan

untuk menentukan batasan kemampuan pasien. Melakukan latihan

rentang gerak pasif dan aktif yang bertujuan untuk mengembalikan

kemampuan pasien menggerakkan ototnya, pada penderita dengan DM

biasanya akan mengalami penurunan gerak kelemahan fisik, kram otot,

dan penurunan tonus otot sehingga perlu dilakukannya Range of


65

motion (ROM) baik aktif ataupun pasif (Nikmatur & Saiful, 2012).

Menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap bertujuan

untuk melatih agar terbiasa melakukan gerakan-gerakan sederhana dan

agar mudah menyesuaikan dengan kemampuan pergerakan yang

lakukan, serta memfleksibelkan pergerakan otot dan sendi (Kusumo,

2020)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi pada kasus ini hanya berfokus pada pemenuhan

kebutuhan aktivitas untuk kedua klien yang mengalami gangguan

berupa kelemahan sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini tidak hanya berfokus

pada klien saja, namun keluarga klien juga harus bisa memahami apa-

apa saja yang bisa keluarga lakukan selama klien mengalami

kelemahan akibat DM tipe II yang dialami klien. Menurut Kusumo

(2020) bahwa peran keluarga juga dibutuhkan agar pasien termotivasi

untuk sembuh dan beraktivitas seperti semula. Sehingga diberikan

implementasi mengidentifikasi bagian tubuh yang mengalami

gangguan berupa kelemahan, memonitor lokasi dan ketidaknyamanan

selama melakukan aktivitas, melakukan latihan rentang gerak pasif dan

aktif, menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.

Implementasi ini melibatkan peran keluarga untuk mencapai hasil yang

maksimal.
66

Menurut Padila (2019) pada penderita DM tipe II apabila

kelemahan perlu melakukan latihan-latihan yang berhubungan dengan

pergerakan sehingga memudahkan penderita DM tipe II dapat

melakukan aktivitas sehari-hari dengan maksimal dan agar tidak

mengurangi kemampuan dalam beraktivitas sehari-hari meskipun

harus tetap memperhatikan batasan kemampuan dan kekuatan yang

dimiliki oleh penderita DM tipe II. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Kusumo (2020) bahwa dengan melakukan

aktivitas-aktivitas ringan akan sangat membantu penderita DM tipe II

dalam melakukan aktivitas kedepannya, selain itu aktivitas-aktivitas

ringan tersebut dapat memfleksibelkan pergerakan otot dan sendi agar

tidak kaku dan bisa menyesuaikan dengan keadaan yang sedang

dialami oleh penderita DM tipe II.

Pada kasus ini, klien mengatakan bahwa merasa ada bagian tubuh

yang mengalami kelemahan sehingga susah untuk bergerak dan

beraktivitas sehari-hari, maka dari itu diberikan implementasi untuk

membantu mengurangi kelemahan yang dialami klien dengan

mengidentifikasi bagian tubuh yang mengalami gangguan berupa

kelemahan untuk menilai kemampuan gerak, duduk, berdiri, bangun

dan berpindah tanpa bantuan, memonitor lokasi dan ketidaknyamanan

selama melakukan aktivitas untuk menentukan batasan kemampuan

pasien, melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif untuk

mengembalikan kemampuan pasien menggerakkan ototnya,


67

menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap yang menurut

Kusumo (2020) aktivitas bertahap ini untuk memfleksibelkan

pergerakan otot dan sendi.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis berpendapat bahwa asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas yang diberikan kepada

klien dan melibatkan keluarga klien dengan implementasi keperawatan

yang diberikan mampu untuk meningkatkan kemampuan beraktivitas

ringan, dibuktikan dengan adanya data bahwa Ny.N sudah dapat

menggerakkan jari kakinya, dapat mengangkat kakinya secara perlahan

tanpa bantuan, dan berencana untuk latihan berjalan dengan bantuan

perawat, sementara Ny.W sudah dapat menggerakkan jari tangan dan

kaki kirinya, dapat menggenggam dengan tangan kirinya meskipun

tidak sekuat genggaman tangan kanan, dapat menekuk kaki kirinya

meskipun tidak seperti kaki kanannya, dan dapat berpindah posisi

meskipun masih dengan bantuan.

Hambatan dalam pelaksaan implementasi pemenuhan kebutuhan

aktivitas fisik yaitu dikarenakan kedua klien memiliki umur > 40 tahun

sehingga perlu penjelasan berulang selama melakukan implementasi,

terkadang sewaktu implementasi dilakukan tidak ada keluarga yang

mendampingi sehingga perlu beberapa saat untuk menunggu kehadiran

salah seorang keluarga atau perawat selama implementasi dilakukan.


68

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien setelah

diberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas selama

3 x 24 jam dengan per kunjungan 1 x 3 jam diharapkan. Menurut

Tarwoto dan Wartonah (2015) masalah dapat dikatakan teratasi

sepenuhnya jika kriteria hasil bisa tercapai dan masalah dapat

dikatakan tidak teratasi jika tidak ada satupun kriteria hasil yang dapat

tercapai.

a. Evaluasi pada pasien 1 (Ny.N)

Evaluasi keperawatan pada pasien dilakukan pada hari ketiga

yaitu hari Rabu, 20 April 2022 pukul 11.00 WIB dilakukan

evaluasi keperawatan dengan metode SOAP pada diagnosa

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, didapatkan

data subjektif pasien mengatakan mengerti jika kedua kakinya

mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan, pasien

mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan kedua kakinya,

pasien mengatakan akan melakukan latihan rentang gerak baik

sendiri ataupun dengan bantuan, pasien mengatakan akan mulai

belajar untuk berjalan jika kedua kakinya sudah dirasa lebih kuat

dengan diawali belajar berdiri dengan tumpuan atau bantuan dulu.

Data objektif kedua kaki pasien tampak lebih leluasa dalam

bergerak daripada kemarin, pasien tampak mencoba melakukan

latihan rentang gerak baik sendiri ataupun dengan bantuan, pasien


69

tampak mencoba mulai berdiri disamping bed dengan tumpuan

ataupun bantuan perawat. Analisis data didapatkan masalah

intoleransi aktivitas teratasi sebagian. Perencanaan / planning yaitu

intervensi dilanjutkan yaitu menganjurkan pasien untuk melakukan

latihan rentang gerak aktif maupun pasif dan menganjurkan pasien

untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

b. Evaluasi pada pasien 2 (Ny.W)

Evaluasi keperawatan pada pasien dilakukan pada hari ketiga

yaitu hari Rabu, 27 April 2022 pukul 11.00 WIB dilakukan

evaluasi keperawatan dengan metode SOAP pada diagnosa

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan teratasi

sebagian, didapatkan data subjektif pasien mengatakan mengerti

jika tangan dan kaki kirinya mengalami kelemahan sehingga sulit

digerakkan, pasien mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan

tangan dan kaki kirinya, pasien mengatakan akan melakukan

latihan rentang gerak baik sendiri ataupun dengan bantuan baik

selama di rumah sakit ataupun dirumah, pasien mengatakan akan

mulai belajar untuk berjalan jika kaki kirinya sudah lebih kuat dan

akan belajar menggenggam dengan tangan kiri jika sudah merasa

lebih baik. Data objektif tangan dan kaki kirinya pasien tampak

lebih leluasa dalam bergerak daripada kemarin, pasien tampak

mencoba melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun

dengan bantuan, pasien tampak mencoba mulai berdiri disamping


70

bed dengan tumpuan ataupun bantuan keluarga dan mencoba

menggenggam dengan tangan kirinya. Analisis data didapatkan

masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian. Perencanaan /

planning yaitu intervensi dilanjutkan yaitu menganjurkan pasien

untuk melakukan latihan rentang gerak aktif maupun pasif dan

menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

C. Keterbatasan

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

memiliki banyak keterbatasan dari aspek teoritis, penulisan, maupun hal-

hal yang menghambat jalannya penelitian.

Pada aspek teoritis, pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien

dengan Diabetes Melitus tipe II dapat dipenuhi dengan bantuan orang lain,

baik keluarga ataupun tenaga kesehatan. Asuhan keperawatan yang

diberikan oleh peneliti terbukti berhasil sebagian meskipun pasien belum

sepenuhnya dapat beraktivitas seperti sehari-hari, namun hal itu dapat

menjadi bukti bahwa pasien dengan Diabates Melitus tipe II memerlukan

asuhan pemenuhan kebutuhan aktivitas karena ada beberapa pasien dengan

Diabates Melitus tipe II kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Adapun hal-hal yang menghambat dalam penelitian ini, penulis sedikit

mengalami kesulitan ketika mencari responden dengan diagnosis yang

sama dan jika sudah mendapat responden yang sama terkadang calon

responden menolak untuk terlibat dalam penelitian sehingga penulis harus

menunggu beberapa waktu lagi untuk mencari responden yang lain, serta
71

selama penelitian penulis hanya mengkaji satu shift saja dan sekali

kunjungan hanya mengobservasi selama 3 jam dikarenakan penelitian

dilaksanakan ketika masih pandemi sehingga dari RS terdapat pembatasan

waktu, tetapi selama penulis tidak berada di tempat penulis berkolaborasi

dengan perawat yang berada di bangsal untuk memantau perkembangan

pasien dan memantau pemberian terapi pengobatan karena terapi

pengobatan hanya boleh diberikan oleh perawat bangsal atau mahasiswa

praktik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan RSUD Dr.Moewardi Surakarta maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian keperawatan yang dilakukan kepada kedua pasien

mengatakan hanya mengonsumsi obat yang telah diresepkan saja dan

tidak melakukan latihan-latihan tertentu, sedangkan keluarga kedua

pasien juga tidak melakukan atau mengajarkan latihan-latihan tertentu

kepada kedua pasien untuk meringankan kelemahan yang dialami

kedua pasien.

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh merasa

lemah, sulit bergerak, dan perlu bantuan dalam menjalani aktivitas

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan yaitu mengidentifikasi

bagian tubuh yang mengalami gangguan berupa kelemahan,

memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas,

melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif, menganjurkan

melakukan aktivitas secara bertahap.

72
73

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada kedua pasien

didasarkan pada rencana yang telah disusun dalam intervensi.

5. Evaluasi keperawatan pada kedua pasien dengan diagnosa intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan menunjukkan bahwa

masalah teratasi sebagian dengan hasil evaluasi kedua kaki Ny.N

tampak lebih leluasa dalam bergerak daripada kemarin, Ny.N tampak

mencoba melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun dengan

bantuan, Ny.N tampak mencoba mulai berdiri disamping bed dengan

tumpuan ataupun bantuan perawat. Sedangkan tangan dan kaki kiri

Ny.W tampak lebih leluasa dalam bergerak daripada kemarin, Ny.W

tampak mencoba melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun

dengan bantuan, Ny.W tampak mencoba mulai berdiri disamping bed

dengan tumpuan ataupun bantuan keluarga dan mencoba

menggenggam dengan tangan kirinya.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan keterbatasan dan

kesimpulan adalah :

1. Diharapkan lebih teliti lagi dalam melakukan pengkajian sehingga data

yang diperoleh benar-benar sesuai dengan kondisi pasien, khususnya

berguna untuk penanganan pasien dengan DM tipe II dan umumnya

lebih cekatan dalam melakukan asuhan keperawatan terutama pada

kasus DM tipe II sehingga angka mortalitas dapat diminimalkan.


74

2. Dalam menentukan diagnosa dalam kasus DM tipe II difokuskan pada

data yang paling menonjol agar penanganan pasien dengan DM tipe II

dapat dilakukan secara maksimal.

3. Dalam membuat intervensi harus tetap mempertimbangkan dengan

teori yang telah ada agar lebih kompleks

4. Dalam melaksanakan implementasi diperlukan penguasaan

keterampilan intelektual dan pendekatan selama proses perawatan

pasien berlangsung agar hasilnya dapat maksimal.

5. Diharapkan evaluasi yang dilakukan oleh perawat merupakan hasil

nyata dari implementasi yang telah dilakukan selama perawatan

berlangsung tanpa tambahan data yang dipalsukan.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2012). Konsep Dasar Manusia. Edisi 2. Surabaya : Health Book
Publishing
Brunner, & Suddarth. 2013. Keperawatan medikal bedah vol 2. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Edisi 10.
Jakarta : EGC
Decroli, Eva. (2019). Diabetes Melitus Tipe II. Padang: Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam.
Ermawati, T. (2015). Periodontitis dan Diabetes Mellitus . Stomatognatic (J. K. G
Unej), 9 (3), 153.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe II . Journal Majotiry, Vol. 4 No. 5.
Fitriyanti, M. E., Febrianti, H., & Yanti, L. (2019, Oktober). Pengalaman
Penderita Diabetes Mellitus Dalam Pencegahan Ulkus Diabetik. Jurnal
Ilmiah , 102.
Hidayat, A A Aziz. (2012). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Huda, dkk. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction
Irma Hartanti, dkk. (2019). Hubungan Self Care dengan Kualitas hidup Pasien
Diabetes Melitus di Poli Penyakit dalam RSUD Langsa . Jurnal Kesehatan
Menara Ilmu, Vol.2 No.2.
Kusumo, Mahendro P. (2020). Buku Pemantauan Aktivitas Fisik. Yogyakarta :
The Journal Publishing
Nikmatur & Saiful. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta
: Media
Nurayati, Laila. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. RESEARCH STUDY DOI :
10.2473/amnt.v1i2.2017.80-87. Surabaya : Universitas Airlangga
Nursalam. (2013). Proses Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Edisi
2. Jakarta: Salemba
Padila, P. (2019). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika

75
PPNI.(2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Pranita, E. (2021). Pasien Diabetes Meningkat Selama Pandemi, Indonesia
Peringkat 7 Terteinggi di dunia. Diakses Oktober 27, 2021, from
KOMPAS.com: https://www.kompas.com
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.

Rafli. (2019). Pathway Diabetes Melitus. Pekanbaru. KTI Rafli


Sujaya, I Nyoman. (2010) Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada.
(1);75-81. Tabanan
Sujono Riyadi & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta. Graha
Ilmu
Syamsari, S.M. (2021). Diabetes Melitus. Diakses November 23, 2021, from
Takalarkab.go.id: https://portal.takalarkab.go.id
Syafitri, Vania Wafiqa. (2018). Asuhan Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe II di
RSUD dr.Moewardi Kota Surakarta. Yogyakarta : Poltekkes Yogyakarta
Tarwoto & Wartonah. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawtan. Edisa 3. Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endekrin.
Jakarta : TIM
Utomo, A.A. (2020). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2: A Systematic
Review . Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat, 44-52
Vianasari, K.O.(2017). Asuhan Keperawatan pada Klien Diabetes Melitus dengan
Masalah Intoleransi Aktivitas di Ruang Melati RSUD Banggil Pasuruan.
Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus. Jombang, Jawa Timur, Indonesia:
STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA.

76
LAMPIRAN

77
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN STUDI KASUS

No. Jenis Kegiatan 2021 2022

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun


1 Pengajuan judul
2 Penyusunan
proposal
3 Presentasi
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Perijinan
6 Pengumpulan data
7 Analisis data
8 Penulisan hasil
laporan
9 Presentasi uji hasil
10 Perbaikan uji hasil
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5

SURAT PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Khisan Muyasyarah

Prodi : D III Keperawatan

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta.

1. Dengan ini meminta Bapak/Ibu/Keluarga untuk ikut berpartisipasi dengan

sukarela dalam penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II”.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah penulis mampu menggambarkan

asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus tipe II dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

3. Keuntungan yang Bapak/Ibu/Keluarga peroleh dalam keikutsertaan pada

penelitian ini adalah Bapak/Ibu/Keluarga dapat terlibat aktif dalam proses

perawatan atau tindakan yang diberikan.

4. Prosedur pengambilan data dari Bapak/Ibu/Keluarga dengan cara observasi dan

wawancara yang akan berlangsung sekitar 20 menit sesuai dengan kesepakatan

yang telah dibuat. Wawancara akan dimulai setelah mendapatkan persetujuan

informed consent

5. Seandainya Bapak/Ibu/Keluarga tidak menyetujui prosedur ini maka

Bapak/Ibu/Keluarga dapat menolak. Partisipasi Bapak/Ibu/Keluarga bersifat


Lampiran 5

sukarela, tidak ada paksaan dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

6. Kegiatan ini hanya untuk keperluan penelitian sehingga nama, jati diri dan

seluruh informasi yang Bapak/Ibu/Keluarga sampaikan akan tetap di

rahasiakan.

7. Jika Bapak/Ibu/Keluarga membutuhkan informasi sehubungan dengan

penelitian ini, silahkan menghubungi Khisan Muyasyarah dengan nomor

telepon 085713997059.

Peneliti

Khisan Muyasyarah
NIM. P2722001907
Lampiran 6
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 7
Lampiran 8

Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Diabetes Melitus Tipe II


di Ruang Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi

Nama mahasiswa : Khisan Muyasyarah Tgl/jam MRS : 17/4/2022/10.00


Tgl/jam pengkajian : 18/4/2022/13.00 No.RM : 01571xxx
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus Ruangan : 801 A Flamboyan

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.N
b. Umur : 60 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status : Cerai mati
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Pengemis
g. Alamat : Kadipiro
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Tn.A dari Dinsos
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Kaki susah digerakkan
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan kurang lebih 6 bulan yang lalu mulai merasakan
kelemahan pada kakinya. Kemudian mulai terasa parah 3 hari yang
lalu hingga sulit untuk berjalan. Sebelumnya pasien memeriksakan
dirinya ke puskesmas lalu pihak puskesmas menyarankan untuk
dirujuk ke RS. Karena keterbatasan biaya akhirnya pasien dibawa ke
IGD RSUD Dr.Meowardi bersama satpol PP pada hari Minggu, 17
April 2022 pukul 10.00 WIB dengan keluhan sulit untuk berjalan serta
lemas, pusing. Ketika di cek GDS pasien yaitu 230 mg/dL. Kemudian
pasien dipindahkan ke bangsal Flamboyan 8 di ruang 801 A.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi. Pasien juga
menderita penyakit DM sejak 5 tahun yang lalu. Selain itu pasien
pernah mengalami penyakit seperti batuk, pilek dan pusing.
Lampiran 8

d. Riwayat kesehatan keluarga:


1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan ayahnya dan kakaknya memiliki penyakit
Hipertensi
2) Kecelakaan/jatuh
Pernah jatuh tersungkur ketika berjalan
3) Pernah dirawat
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS
4) Pernah operasi
Pasien mengatakan belum pernah dioperasi
e. Riwayat alergi:
1) Makanan : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan
apapun
2) Obat : Pasien mengatakan memiliki alergi obat ampicilin
3) Reaksi : Gatal-gatal ruam di seluruh badan
f. Genogram:

Keterangan:
: Meninggal
: Laki-laki

: Perempuan Pasien
Lampiran 8

4. Pengkajian Pola Aktivitas dan Latihan


a. Aktivitas harian
No. Aktivitas Skor
1 Makan 0
2 Mandi 2
3 Berpakaian 0
4 Kerapihan 0
5 BAB 2
6 BAK 2
7 Mobilisasi di bed 2
8 Ambulasi 2
TOTAL SKOR 10
Keterangan :
0 = Mandiri 3 = Bantuan orang lain dan alat
1 = Bantuan dengan alat 4 = Bantuan penuh
2 = Bantuan orang lain
b. Rentang gerak
1) Gambaran rentang gerak klien
Pergerakan pasien terbatas, karena terjadi kelemahan pada kedua
kaki pasien
2) Gambaran otot klien
Otot pasien tampak normal
3) Ekstremitas gerak
Pada kaki kanan pasien terdapat edema dan kedua kaki pasien
mengalami kelemahahan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Ku baik, composmentis
b. TTV
1) TD : 148/ 79 mmHg 4) RR : 21 x/menit
2) Suhu : 35,6 ˚C 5) SpO2 : 98%
3) Nadi : 101 x/menit
c. Kepala
1) Rambut : Pertumbuhan rambuh merata, rambut pendek dan
beruban
2) Mata : Sklera putih, konjungtiva anemis, reflek cahaya ada,
pupil isokor.
3) Hidung : Lubang hidung bersih, tidak terdapat sekret, tidak ada
tanda-tanda infeksi perdarahan
4) Mulut : Bibir pucat, tidak ada gigi palsu, gigi sedikit ompong,
dan berwarna putih kekuningan, terdapat stomatitis pada lidah
Lampiran 8

5) Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat


gangguan pendengaran dan tidak terdapat alat bantu dengar.
d. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat sesak nafas
Auskultasi : Suara napas vesikuler
Perkusi : Sonor
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e. Jantung
Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris.
Auskultasi : Bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan.
Perkusi : Redup
Palpasi : Tidak ada benjolan dan ictus cordis teraba.
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka dan tidak ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus 14x/menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri
e. Integumen : Kulit kering, tekstur kulit kasar, kulit berwarna sawo
matang
f. Genetalia : Tidak terpasang kateter, tidak ada edema dan infeksi,
tidak terdapat benjolan.
g. Ekstremitas
Atas kanan : Dapat bergerak bebas
Atas kiri : Terpasang infus
Bawah kanan : Tidak dapat bergerak bebas
Bawah kiri : Tidak dapat bergerak bebas
Kekuatan otot:
5 5
2 2
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kimia klinik (17/4/2022 // 12.30 WIB)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HbA1c 11,3 % 4,8-5.9
Glukosa darah puasa 203 mg/dl 70-100
Glukosa 2 jam PP 253 mg/dl 80-140
Asam urat 4,8 mg/dl 2,4-6,1
Kolesterol total 58 mg/dl 50-200
Kolesterol LDL 25 mg/dl 89-210
Kolesterol HDL 15 mg/dl 37-91
Trigliserida 49 mg/dl <150
Lampiran 8

7. Terapi Obat
a. NaCL 0,9% 22 tpm
b. Inj Metamizol 1 gr/8 jam
c. Inj Novorapid 4-4-4
d. Ramipril tablet 5 mg/24 jam
e. Omeprazole tablet 20 mg/24 jam

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Fokus Etiologi Problem
DS : Kelemahan Intoleransi
a. Pasien mengatakan kedua kakinya terasa aktivitas
lemas
b. Pasien mengatakan sejak 3 hari yang lalu
kedua kakinya sulit digerakkan
c. Pasien mengatakan sulit berjalan dengan
keadaan kakinya yang sekarang
DO :
a. Kedua kaki pasien tampak sulit untuk
digerakkan
b. Pasien tampak perlu bantuan saat
melakukan aktivitas
c. Pasien tampak perlu bantuan apabila
berpindah posisi misal dari berbaring
menjadi duduk
d. Kekuatan otot
5 5
2 2
Lampiran 8

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi bagian tubuh 1) Untuk mengetahui bagian tubuh
aktivitas keperawatan selama 3 x 24 jam yang mengalami gangguan yang menyebabkan kelemahan
berhubungan dengan per kunjungan 1 x 3 jam berupa kelemahan 2) Untuk mengetahui penanganan
dengan diharapkan intoleransi aktivitas 2) Monitor lokasi dan yang tepat
kelemahan dapat teratasi dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan selama 3) Untuk mengurangi kekakuan otot
1. Keluhan lelah dan lemas melakukan aktivitas dan risiko kelumpuhan
berkurang 3) Lakukan latihan rentang 4) Untuk membiasakan klien
2. Kemudahan dalam melakukan gerak pasif dan aktif beraktivitas agar tidak kaku
aktivitas sehari-hari 4) Anjurkan melakukan
3. Saturasi oksigen membaik aktivitas secara bertahap.
4. Frekuensi nadi dalam rentang
normal ( 80-100 x/menit)
5. Kekuatan tubuh meningkat

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Implementasi Respon TTD
Intoleransi 18/4/2022
aktivitas b.d 13.30 WIB Mengidentifikasi bagian tubuh yang S : Pasien mengatakan kedua
kelemahan mengalami gangguan berupa kelemahan kakinya mengalami kelemahan
sehingga susah digerakkan
O : Kedua kaki pasien tampak susah
digerakkan dan tampak lemas
Lampiran 8

13.45 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif S : Pasien mengatakan bersedia dan
dan aktif mengatakan agak kesullitan
menggerakkan bagian kedua kakinya
O :Pasien tampak kooperatif selama
latihan rentang gerak pasif dilakukan

14.15 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas S : Pasien mengatakan akan


secara bertahap seperti menggeser melakukannya dengan bantuan
kakinya ke kanan dan ke kiri baik sendiri perawat dulu karena belum sanggup
atau dibantu oleh perawat, menggerakkan bila menggerakkan sendiri
jari-jari kakinya O : Pasien tampak kooperatif, pasien
tampak mencoba menggerakkan jari
kakinya
Intoleransi 19/4/2022
aktivitas b.d 09.00 WIB Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan S : Pasien mengatakan masih belum
kelemahan selama melakukan aktivitas bisa menggerakkan kedua kakinya
secara leluasa karena terasa sangat
lemah
O : Pasien tampak masih belum bisa
menggerakkan kedua kakinya secara
leluasa dan perlu bantuan jika perlu
berpindah posisi

09.15 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif S : Pasien mengatakan bersedia,
dan aktif pasien mengatakan bahwa semalam
sebelum tidur melakukan latihan
rentang gerak pasif dibantu oleh
perawat, dan pasien mengatakan pagi
Lampiran 8

ini kakinya terasa lebih nyaman


O : Kedua kaki pasien tampak lebih
mudah digerakkan dari kemarin

10.00 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas S : Pasien mengatakan akan


secara bertahap seperti belajar melakukannya secara perlahan dan
mengangkat kakinya pelan-pelan dan akan melakukannya lagi dengan
belajar untuk menekuk kakinya baik dibantu perawat dan pasien
sendiri ataupun dibantu oleh perawat mengatakan akan melakukan nanti
setelah makan siang dan sebelum
tidur.
O : Pasien tampak kooperatif, pasien
mencoba menekuk kakinnya satu per
satu baik dengan bantuan ataupun
sendiri
Intoleransi 20/4/2022
aktivitas b.d 09.00 WIB Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan S : Pasien mengatakan kedua
kelemahan selama melakukan aktivitas kakinya terasa lebih nyaman
daripada kemarin dan pasien
mengatakan masih merasa kurang
leluasa menggerakkan kedua
kakinnya
O : Kedua kaki pasien tampak lebih
leluasa digerakkan daripada kemarin,
gerakkannya seperti menggeser
kakinya, menggerakan jari kakinya,
dan menggerakkan pergelangan kaki.
Lampiran 8

09.30 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif S : Pasien mengatakan bersedia dan
dan aktif pasien mengatakan kakinya terasa
lebih nyaman setelah beberapa kali
melakukan latihan rentang gerak
pasif ini
O : Kaki pasien tampak lebih mudah
digerakkan daripada kemarin dan
tampak pasien mencoba melakukan
beberapa gerakkan latihan rentang
gerak pasif sendiri, gerakkan yang
dilakukan seperti menekuk kakinya,
mengangkat kakinya perlahan, dan
menggerakkan jari kakinya

10.15 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas S : Pasien mengatakan akan


secara bertahap seperti belajar untuk melakukannya sendiri dengan
mengangkat kakinya lebih tinggi dari didampingi oleh perawat karena
sebelumnya sendiri secara perlahan, masih takut jika terjadi hal yang
belajar untuk menekuk kakinya sendiri tidak diinginkan
secara perlahan, dan belajar duduk O : Pasien tampak mencoba
mengangkat kakinya lebih tinggi dari
sebelumnya namun masih perlu
bantuan dan pasien mencoba duduk
dengan bantuan. Pasien tampak
belajar duduk namun masih perlu
bantuan
Lampiran 8

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Evaluasi TTD
Keperawatan
Intoleransi 20/4/2022 S:
aktivitas b.d 11.00 a. Pasien mengatakan mengerti jika kedua kakinya mengalami
kelemahan WIB kelemahan sehingga sulit digerakkan
b. Pasien mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan kedua kakinya
c. Pasien mengatakan akan melakukan latihan rentang gerak baik sendiri
ataupun dengan bantuan
d. Pasien mengatakan akan mulai belajar duduk sendiri jika merasa
kakinya lebih kuat lagi
O:
a. Kedua kaki pasien tampak lebih leluasa dalam bergerak daripada hari
pertama saat pengkajian
b. Pasien tampak dapat melakukan latihan rentang gerak baik sendiri
ataupun dengan bantuan
c. Pasien tampak dapat mulai duduk disamping bed dengan tumpuan
ataupun bantuan perawat.
d. Kekuatan otot
5 5
3 3
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif maupun
pasif
2) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Lampiran 8

Asuhan Keperawatan pada Ny.W dengan Diabetes Melitus Tipe II


di Ruang Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi

Nama mahasiswa : Khisan Muyasyarah Tgl/jam MRS : 24/4/2022/08.30


Tgl/jam pengkajian : 25/4/2022/14.00 No.RM : 01568xxx
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus Ruangan : 810C Flamboyan

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.W
b. Umur : 52 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status : Cerai mati
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Alamat : Palur
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Sdr.B
b. Hubungan dengan pasien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dibawa ke IGD RSUD. Dr Moewardi pada tanggal 24 April
2022 pukul 08.30 WIB dengan keluhan lemas, pusing yang dirasakan
sejak sore sebelum masuk RS. Lemas yang dirasakan pasien
mengakibatkan pasien tidak bisa beraktivitas apapun dan hanya dapat
berbaring di tempat tidur. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal
seperti ini 2 minggu yang lalu. Keluhan seperti ini biasanya muncul
ketika gula darah pasien tinggi. Pada saat di cek gula darah pasien
mencapai 300 mg/dl.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi tidak lama
setelah menderita DM. Pasien menderita penyakit DM sejak 6 tahun
yang lalu. Selain itu pasien pernah mengalami penyakit seperti batuk,
pilek dan pusing.
d. Riwayat kesehatan keluarga:
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan ayahnya memiliki penyakit DM
Lampiran 8

2) Kecelakaan/jatuh
Pasien mengatakan tidak pernah jatuh
3) Pernah dirawat
Pasien mengatakan 2 minggu yang lalu dirawat di Rumah sakit
karena DM juga.
4) Pernah operasi
Pasien mengatakan pernah operasi cantengan di ibu jari kaki
e. Riwayat alergi:
1) Makanan: Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan
apapun
2) Obat : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat apapun
f. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan : Tinggal serumah

: Pasien

4. Pengkajian Pola Aktivitas dan Latihan


a. Aktivitas harian
No. Aktivitas Skor
1 Makan 0
2 Mandi 2
3 Berpakaian 2
4 Kerapihan 2
5 BAB 2
6 BAK 2
7 Mobilisasi di bed 2
8 Ambulasi 2
TOTAL SKOR 14
Lampiran 8

Keterangan :
0 = Mandiri 3 = Bantuan orang lain dan alat
1 = Bantuan dengan alat 4 = Bantuan penuh
2 = Bantuan orang lain
b. Rentang gerak
1) Gambaran rentang gerak klien
Pergerakan pasien terbatas, karena terjadi kelemahan pada
tangan dan kaki kirinnya
2) Gambaran otot klien
Otot pasien tampak normal
c. Ekstremitas gerak
Pada tangan dan kaki kiri pasien mengalami kelemahahan.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Ku baik, composmentis
b. TTV
1) TD : 180/100 mmHg 4) RR : 20 x/menit
2) Suhu : 36,9 ˚C 5) SpO2 : 99%
3) Nadi : 91 x/menit
c. Kepala
1) Rambut : Pertumbuhan rambuh merata, rambut panjang dan
berwarna hitam
2) Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis, reflek
cahaya ada, pupil isokor.
3) Hidung : Bentuk hidung simetris, lubang hidung bersih, tidak
terdapat sekret.
4) Mulut : Mulut tampak kering, bibir pucat, tidak ada gigi palsu, gigi
bagian belakang tanggal, gigi berwarna putih kekuningan, tidak
terdapat stomatitis pada lidah, tidak ada gusi yang berdarah, tidak
terdapat gigi yang goyang.
5) Telinga : Telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
gangguan pendengaran dan tidak terdapat alat bantu dengar.
d. Paru-paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan kiri simetris
Perkusi : Sonor.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara napas vesikuler
e. Jantung
Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk simetris.
Perkusi : Redup.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan ictus cordis teraba.
Lampiran 8

Auskultasi : Bunyi jantung normal


f. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada luka dan tidak ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus ada, bising usus 12x/menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri
g. Integumen : Kulit berwarna sawo matang, kulit kering, akral teraba
hangat, tidak terdapat luka.
h. Genetalia : Bersih, tidak terpasang kateter, tidak ada edema dan
infeksi, tidak terdapat benjolan.
i. Ekstremitas:
Atas kanan : Terpasang infus
Atas kiri : Tidak dapat bergerak bebas
Bawah kanan : Dapat bergerak bebas
Bawah kiri : Tidak dapat bergerak bebas
Kekuatan otot: 5 3
5 3
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Kimia Klinik (24/4/2022 // 10.30 WIB)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
HbA1c 13,0 % 4,8-5.9
Glukosa darah puasa 134 mg/dl 70-110
Glukosa 2 jam PP 152 mg/dl 80-140
Asam urat 5,2 mg/dl 2,4-6,1
Kolesterol total 175 mg/dl 50-200
Kolesterol LDL 111 mg/dl 89-210
Kolesterol HDL 38 mg/dl 37-91
Trigliserida 116 mg/dl <150
8. Terapi
a. Infus RL 20 tpm d. Amplodipin 10 mg/24 jam
b. Inj omeprazole 40 mg/12 jam e. Insulin 8-8-8
c. Mecobalamin 1 ml/ 24 jam/drip
Lampiran 8

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Fokus Etiologi Problem
DS : Kelemahan Intoleransi aktivitas
a. Pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya terasa lemas
b. Pasien mengatakan sejak sabtu malam merasa lemas pada bagian tangan dan kaki
kirinya sehingga sulit digerakkan
c. Pasien mengatakan terkadang jika gula darahnya tinggi akan mengalami hal yang
serupa
DO :
a. Pasien tampak kesulitan menggerakkan tangan dan kaki kirinya
b. Pasien tampak perlu bantuan saat melakukan aktivitas
c. Pasien tampak perlu bantuan apabila berpindah posisi misal dari berbaring
menjadi duduk
d. Kekuatan otot : 5 3
5 3

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi bagian tubuh 1) Untuk mengetahui bagian tubuh
aktivitas keperawatan selama 3 x 24 jam yang mengalami yang menyebabkan kelemahan
berhubungan dengan per kunjungan 1 x 3 jam gangguan berupa 2) Untuk mengetahui penanganan
dengan diharapkan intoleransi aktivitas kelemahan yang tepat
kelemahan dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2) Monitor lokasi dan 3) Untuk mengurangi kekakuan otot
a. Keluhan lelah dan lemas ketidaknyamanan selama dan risiko kelumpuhan
berkurang melakukan aktivitas 4) Untuk membiasakan klien
b. Kemudahan dalam melakukan 3) Lakukan latihan rentang beraktivitas agar tidak kaku
Lampiran 8

aktivitas sehari-hari gerak pasif dan aktif


c. Saturasi oksigen membaik 4) Anjurkan melakukan
d. Frekuensi nadi dalam rentang aktivitas secara bertahap.
normal ( 80-100 x/menit)
e. Kekuatan tubuh meningkat

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Implementasi Respon TTD
Intoleransi 25/4/2022
aktivitas b.d 14.30 WIB Mengidentifikasi bagian tubuh yang S : Pasien mengatakan tangan dan
kelemahan mengalami gangguan berupa kelemahan kai kirinya terasa lemas dan susah
digerakkan
O : Tangan dan kaki kiri pasien
tampak susah digerakkan dan tampak
lemas

14.45 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif dan S : Pasien mengatakan bersedia
aktif O : Pasien tampak kooperatif selama
latihan rentang gerak pasif dilakukan
dan terkadang kaki kiri pasien
melakukan perlawanan tanpa sadar
selama latihan rentang gerak pasif
dilakukan, seperti kaki kiri pasien
kaku sehingga sedikit sulit dilakukan
latihan rentang gerak pasif
Lampiran 8

15.15 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas secara S : Pasien mengatakan akan mencoba
bertahap seperti menggeser kaki kirinya ke melakukannya dengan bantuan
kanan atau ke kiri dan mengangkat tangan keluarga dulu karena belum sanggup
kirinya secara perlahan baik sendiri atau bila menggerakkan sendiri
dibantu oleh keluarga, menggerakkan jari- O : Pasien tampak kooperatif dan
jari tangan dan kaki kirinya pasien tampak mencoba
melakukannya dengan bantuan
Intoleransi 26/4/2022
aktivitas b.d 09.00 WIB Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan S : Pasien mengatakan masih belum
kelemahan selama melakukan aktivitas bisa menggerakkan kaki dan tangan
kirinya secara leluasa karena terasa
sangat lemah
O : Pasien tampak masih belum bisa
menggerakkan kaki dan tangan
kirinya secara leluasa dan perlu
bantuan jika perlu berpindah posisi

09.15 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif dan S : Pasien mengatakan bersedia,
aktif pasien mengatakan bahwa semalam
sebelum tidur melakukan latihan
rentang gerak pasif dibantu oleh
keluarga, dan pasien mengatakan
pagi ini kaki dan tangan kirinya
terasa lebih nyaman meskipun masih
terasa lemas,
O : Tangan dan kaki kiri pasien
tampak lebih mudah digerakkan dari
kemarin dan tidak terjadi perlawanan
Lampiran 8

selama latihan rentang gerak pasif.

10.00 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas secara S : Pasien mengatakan akan


bertahap seperti belajar mengangkat kaki melakukannya dengan dibantu
dan tangan kirinya pelan-pelan, belajar keluarga dan pasien mengatakan
untuk menekuk kaki dan tangan kirinya akan melakukan nanti sore dan
baik sendiri ataupun dibantu oleh keluarga, sebelum tidur
dan belajar menggenggam dengan tangan O : Pasien tampak mencoba belajar
kirinya menggenggam dengan tangan kirinya
secara perlahan dan belajar untuk
menekuk tangan dan kaki kirinya
secara perlahan
Intoleransi 27/4/2022
aktivitas b.d 09.00 WIB Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan S : Pasien mengatakan kaki dan
kelemahan selama melakukan aktivitas tangan kirinya terasa lebih nyaman
daripada kemarin dan pasien
mengatakan masih merasa kurang
leluasa menggerakkan kaki dan
tangan kirinya
O : Tangan dan kaki kiri pasien
tampak lebih leluasa digerakkan
daripada kemarin, gerakkannya
seperti menggeser kaki kiri dan
mengangkat tangan kirinya,
menggerakan jari kaki dan tangan
kirinya, dan menggenggam jari-jari
tangan kirinya
Lampiran 8

09.30 WIB Melakukan latihan rentang gerak pasif dan S : Pasien mengatakan bersedia dan
aktif pasien mengatakan kaki dan tangan
kirinya terasa lebih nyaman setelah
beberapa kali melakukan latihan
rentang gerak pasif ini.
O : Pasien tampak kooperatif selama
latihan rentang gerak, tidak ada
perlawanan dari pasien, dan tangan
dan kaki kiri pasien tampak lebih
mudah mengikuti instruksi yang
diberikan

10.15 WIB Menganjurkan melakukan aktivitas secara S : Pasien mengatakan akan


bertahap seperti belajar untuk pindah melakukannya secara perlahan, dan
posisi sendiri secara perlahan, belajar pasien mengatakan sudah bisa
untuk menekuk kaki dan tangan kirinya menggenggam dengan tangan
sendiri secara perlahan, belajar untuk kirinnya meskipun belum terlalu kuat
menggengam barang yang empuk, dan genggamannya
belajar untuk mulai berdiri dengan bantuan O : Pasien tampak mencoba
berpindah posisi namun masih perlu
bantuan, pasien tampak sudah bisa
menggenggam dengan tangan
kirinya, pasien tampak sudah dapat
menggerakkan kaki kirinya lebih
leluasa, pasien tampak belajar berdiri
disamping bed dengan bantuan
keluarga pasien
Lampiran 8

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Evaluasi TTD
Keperawatan
Intoleransi 27/4/2022 S :
aktivitas b.d 11.00 WIB a. Pasien mengatakan mengerti jika tangan dan kaki kirinya mengalami kelemahan
kelemahan sehingga sulit digerakkan
b. Pasien mengatakan merasa lebih leluasa menggerakkan tangan dan kaki kirinya
c. Pasien mengatakan akan melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun
dengan bantuan baik selama di rumah sakit ataupun dirumah
d. Pasien mengatakan akan mulai belajar untuk berjalan jika kaki kirinya sudah
lebih kuat
e. Pasien mengatakan akan sering belajar menggengam barang dengan tangan
kirinya
O:
a. Tangan dan kaki kirinya pasien tampak lebih leluasa dalam bergerak daripada
hari pertama saat pengkajian
b. Pasien tampak dapat melakukan latihan rentang gerak baik sendiri ataupun
dengan bantuan
c. Pasien tampak dapat mulai berdiri disamping bed bantuan keluarga
d. Pasien tampak dapat menggenggam barang dengan tangan kirinya meskipun
genggamannya belum kuat
e. Kekuatan otot
5 4
5 4
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif maupun pasif
2) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
Lampiran 9

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

NO RM : 01571xxx
Nama Pasien : Ny. N
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal / Profesi Hasil Pemeriksaan, Analisis, Rencana Instruksi Profesional Review
Jam Pemberi Penatalaksanaan Pasien. Pemberi Asuhan, dan
Asuhan termasuk Paska Verifikasi
Diisi dengan menggunakan format Bedah/Prosedur DPJP
SOAP (bubuhkan nama dan paraf di
tiap akhir catatan) (Instruksi ditulis
dengan jelas dan rinci)
Senin, Perawat S: Pasien mengatakan kedua kakinya
18/04/2022 susah digerakkan
18.00 WIB O: a. Ku: CM
b. TTV: TD : 145/80 mmHg
N: 98x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,0oC
SpO2 : 98%
c. Pasien terlihat lemah
d. Kekuatan otot ekstremitas
kanan atas 5, kiri atas 5, kanan
bawah 2, kiri bawah 2.
e. Respon motorik
5 5
2 2
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi KU dan TTV
2. Latih pasien dan keluarga untuk
melakukan ROM pasif
3. Dampingi pasien melakukan
kegiatan
4. Kolaborasi dengan perawat
bangsal.

Selasa, Perawat S: Pasien mengatakan selama tidak


19/04/2022 ada peneliti pasien melakukan latihan
14.30 WIB dibantu perawat ruangan saat akan
tidur atau saat pasien ingin latihan,
pasien mengatakan capek setelah
Lampiran 9

melakukan latihan, pasien mengatakan


kedua kakinya masih sulit digerakkan.
O: a. Ku: CM
b. TTV: TD : 138/87 mmHg
N : 90x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,3oC
SpO2 : 99%.
c. Pasien tampak kelelahan setelah
melakukan latihan
d. Kekuatan otot ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 5, kanan bawah
2, kiri bawah 2
e. Respon motorik
5 5
2 2
A: Gangguan mobilitas belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi KU dan TTV
2. Identifikasi kemampuan pasien
dalam melakukan pergerakan
3. Lakukan latihan ROM pasif
4. Anjurkan pasien untuk istirahat
setelah melakukan ROM pasif
5. Dampingi pasien selama
beraktivitas
6. Kolaborasi dengan perawat
bangsal

Rabu, Perawat S: Pasien mengatakan kedua kakinya


20/04/2022 bisa digerakkan tetapi belum bisa
14.30 WIB menahan tekanan secara maksimal
yang diberikan oleh perawat.
O: a. KU: CM
b. TTV: TD : 130/80 mmHg
N : 87x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,7oC
SpO2 : 99%
c. Pasien terlihat dapat
menggerakan, menekuk dan
meluruskan kaki kirinya secara
perlahan serta mampu
menahan tahanan tetapi tidak
maksimal.
Lampiran 9

d. Kekuatan otot sebelum latihan


ROM pasif, ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 5, kanan bawah
2, kiri bawah 2.
Respon motorik
5 5
2 2
e. Kekuatan otot setelah latihan
ROM pasif, ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 5, kanan bawah
3, kiri bawah 3
Respon motorik
5 5
3 3
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk tetap
melakukan pergerakan secara
perlahan
2. Dampingi pasien selama
beraktivitas
3. Anjurkan pasien tetap melakukan
ROM
Lampiran 9

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

NO RM : 01568xxx
Nama Pasien : Ny. W
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal / Profesi Hasil Pemeriksaan, Analisis, Rencana Instruksi Profesional Review
Jam Pemberi Penatalaksanaan Pasien. Pemberi Asuhan, dan
Asuhan termasuk Paska Verifikasi
Diisi dengan menggunakan format Bedah/Prosedur DPJP
SOAP (bubuhkan nama dan paraf di
tiap akhir catatan) (Instruksi ditulis
dengan jelas dan rinci)
Senin, Perawat S: Pasien mengatakan tubuhnya terasa
25/04/2022 lemas terutama bagian kiri tubuh
18.30 WIB O: a. Ku: CM
b. TTV: TD : 173/93 mmHg
N: 98x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,5oC
SpO2 : 98%
c. Pasien terlihat lemah
d. Kekuatan otot ekstremitas
kanan atas 5, kiri atas 3, kanan
bawah 5, kiri bawah 3.
e. Respon motorik
5 3
5 3
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi KU dan TTV
2. Latih pasien dan keluarga untuk
melakukan ROM pasif
3. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien melakukan
kegiatan
4. Kolaborasi dengan perawat
bangsal.

Selasa, Perawat S: Pasien mengatakan selama tidak


26/04/2022 ada peneliti pasien melakukan latihan
14.30 WIB dibantu keluarga saat akan tidur atau
saat pasien ingin latihan, pasien
Lampiran 9

mengatakan capek setelah melakukan


latihan, pasien mengatakan tangan dan
kaki kirinya masih sulit digerakkan
dan terasa lemas.
O: a. Ku: CM
b. TTV: TD : 150/90 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6oC
SpO2 : 99%.
c. Pasien tampak kelelahan setelah
melakukan latihan
d. Kekuatan otot ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 3, kanan bawah
5, kiri bawah 3
e. Respon motorik
5 3
5 3
A: Gangguan mobilitas belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi:
1. Observasi KU dan TTV
2. Identifikasi kemampuan pasien
dalam melakukan pergerakan
3. Lakukan latihan ROM pasif
4. Anjurkan pasien untuk istirahat
setelah melakukan ROM pasif
5. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien selama
beraktivitas
6. Kolaborasi dengan perawat
bangsal

Rabu, Perawat S: Pasien mengatakan tangan dan kaki


27/04/2022 kirinya bisa digerakkan tetapi belum
14.30 WIB bisa menahan tekanan secara
maksimal yang diberikan oleh
perawat.
O: a. KU: CM
b. TTV: TD : 145/87 mmHg
N : 87x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,4oC
SpO2 : 99%
c. Pasien terlihat dapat
menggerakan, menekuk dan
meluruskan tangan dan kaki
Lampiran 9

kirinya secara perlahan serta


mampu menahan tahanan
tetapi tidak maksimal.
d. Kekuatan otot sebelum latihan
ROM pasif, ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 3, kanan bawah
5, kiri bawah 3.
Respon motorik
5 3
5 3
e. Kekuatan otot setelah latihan
ROM pasif, ekstremitas kanan
atas 5, kiri atas 4, kanan bawah
5, kiri bawah 4
Respon motorik
5 4
5 4
A: Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk tetap
melakukan pergerakan secara
perlahan
2. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi pasien selama
beraktivitas
3. Anjurkan pasien tetap melakukan
ROM
Lampiran 10

SOP TERAPI AKTIVITAS

PENGERTIAN Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual tertentu


untuk memulihkan keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas
individu atau kelompok
TUJUAN 1. Memperbaiki fleksibilitas otot dan sendi
2. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot
3. Membantu mengelola stres
INDIKASI 1. Pasien dengan intoleransi aktivitas
2. Pasien dengan tirah baring terlalu lama
3. Pasien dengan bantuan selama beraktivitas
PETUGAS 1. Perawat
2. Mahasiswa Keperawatan
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Persiapan alat
3. Mencuci tangan
4. Membawa alat kedekat klien
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan teraupetik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
C.Tahap Kerja
1. Observasi
a. Identifikasi komplikasi tingkat aktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. Bekerja) dan waktu
luang
f. Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
2. Terapeutik
a. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan komplikasi yang
dialami
b. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
d. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
f. fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
g. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi, dan
Lampiran 10

perawatan diri), sesuai kebutuhan


i. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu, tempat, atau gerak
j. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
k. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika
sesuai
l. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
m. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori dan emosional
(mis. Kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia,
jika sesuai
n. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
o. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis. Vocal
group, bola vol, tenis meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
p. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
q. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
r. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
s. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
t. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, Jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
d. Anjurkan tertibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
e. Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
SUMBER Kusumo, Mahendro P. (2020). Buku Pemantauan Aktivitas Fisik.
Yogyakarta :The Journal Publishing
PPNI.(2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Lampiran 11

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Khisan Muyasyarah


NIM : P27220019073
Nama Pembimbing : Sunarto, S.ST., Ners., MKes
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan
RSUD Dr.Moewardi

No Hari/ Materi Saran TTD


Tanggal Bimbingan Pembimbing
1. Rabu, Pengajuan Feedback (13/10/2021)
13/10/2021 Judul Tata kalimat judul disempurnakan
Proposal Tidak harus menyertakan tempat
KTI
2 Senin, Pengajuan Feedback (18/10/2021)
18/10/2021 perbaikan Bila menggunakan model askep
Judul maka sasaran kliennya harus jelas
Proposal Contoh : “ASUHAN
KTI KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS PADA PASIEN…”
Ambil masalah yang paing
banyak muncul
Boleh mengambil pasien berbeda
ruang namun diagnosa yang
digunakan harus sama dalam 1 RS
Ambil 2 pasien

3 Selasa, Pengajuan Feedback (19/10/2021)


19/10/2021 perbaikan ACC Judul:
Judul “ASUHAN KEPERAWATAN
Proposal PEMENUHAN KEBUTUHAN
KTI AKTIVITAS PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE II”
Lampiran 11

4 Kamis, Konsultasi Feedback (21/10/2021)


21/10/2021 Pasien Pasien ditentukan saat bulan
untuk KTI Februari ke depan
Menentukan pasien setelah
proposal lulus
5 Jum’at, Konsultasi Feedback (11/11/2021)
29/10/2021 BAB I Hilangkan kata yang sama yaitu
Proposal “pemenuhan”
KTI Tambahkan kata pengantar
Tanggal pada lembar persetujuan
ditulis tanggal awal judul disetujui
Tanggal pada lembar pengesahan
ditulis tanggal proposal di ACC
Berikan keterangan pada penguji
1 yaitu nama dan NIP penguji
utama serta penguji 2 yaitu nama
dan NIP pembimbing
Daftar isi dilengkapi
Sesuaikan tata halaman dengan
panduan
Pada latar belakang dilarang
menyampaikan pengertian
Perbaiki penulisan sitasi
Pada awal paragraf ke-2
sampaikan dari pandangan dunia
lalu dipersempit
Bahas masalah DM kemudian
mengerucut pada topik sesuai
judul
Dilarang menyingkat tulisan
Bisa dilanjutkan bab 2
6 Sabtu, Konsultasi Feedback (6/12/2021)
27/11/2021 revisi BAB Tambahkan kata “proposal”
1 dan BAB bukan hanya “karya tulis ilmiah”
2 Perbaiki nama dan gelar untuk
ketua prodi
Untuk penguji 1 dan ketua jurusan
jadikan satu karena merupakan
orang yang sama
Perbaiki daftar isi
Tambahkan daftar lampiran
Tata letak halaman sesuaikan
dengan panduan
Awali latar belakang dengan hal-
hal yang umum terkait DM
Jangan menyampaikan pengertian
Lampiran 11

di latar belakang
Perbaiki kata menjadi “peneliti
tertarik untuk…”
Tambahi kata “II”
Sesuaikan spasi dengan panduan
Atur tata urutan tulis
Perbaiki penulisan sitasi/sumber
kutipan
Cari sumber primer kutipannya
Masalah pada pathway hendaknya
ditulis semua
Buat tabel sendiri
Silakan menggunakan pengkajian
utama terkait DM
Sesuaikan diagnosa dengan SDKI
Sesuaikan intervensi dengan SIKI
Perbaiki penyusunan tabel
intervensi
Susunlah implementasi sesuai
dengan gambaran awal SIKI
Susunlah evaluasi sesuai dengan
gambaran awal SLKI
Daftar pustaka sesuaikan dengan
panduan
Lanjutkan membuat bab 3
7 Selasa, Perbaikan Feedback (10/12/2021)
7/12/2021 BAB 1 dan Sesuaikan ukuran font yang
2 digunakan
Kurang spasi pada beberapa kata
Perbaiki tulisan, bukan “karya
tulis ilmiah” namun “proposal”
Sesuaikan daftar isi dengan nomor
halaman
Perbaiki penomoran tabel
Perbaiki penomoran gambar
Tambahkan daftar lampiran
Ubah kalimat menjadi kalimat
efektif atau di paraphrase
Awali latar belakang dengan
bercerita tentang hal umum
mengenai DM
Jadikan dalam 1 paragraf apabila
dari sumber yang sama
Tambahkan sumber kutipan
Lengkapi dengan pengertian DM
terbaru
Lampiran 11

Sesuaikan spasi dengan panduan


Berikan nomor pada sub
Pathway dijadikan dalam 1
halaman
Cara menomori gambar “bila
terletak dibab 2 maka cara
menulisnya 2.1 dst”
Sesuaikan penulisan kutipan
dengan panduan
Perbaiki tata tulis
Perbaiki spasi yang digunakan
Pembuatan tabel disesuaikan
dengan panduan
Ubah kalimat dalam konsep pada
format asuhan keperawatan
menjadi kalimat deskripsi
Gunakan penomoran sesuai
panduan
Berikan kalimat pengantar
sebelum memasuki diagnosa
keperawatan
Perbaiki implementasi, kurang
rinci
Gunakan bahasa proposal
Harus tahu alasan penetapan
inklusi
Perbaikan kata menjadi “bersedia”
Konsultasi ; “selain”
BAB 3 Tidak boleh menggunakan lawan
kata
Perbaiki definisi operasional
dengan sumber teori yang terbaru
Tambahkan lampiran asuhan
keperawatan
Tambahkan ethical clearance
Lengkapi proposal sesuai panduan
8 Senin Perbaikan Feedback ( 14/12/2021)
13/12/2021 BAB 1,2, Samakan cara penulisan urutan
dan 3 NIP dan ukuran fontnya
Hapus kalimat di angka 6 pada
kata pengantar
Cek urutan halaman dan tata
tulisan masih ada yang salah
Ganti “adalah” menjadi
“merupakan”
Hapus kalimat “gejala…” pada
Lampiran 11

latar belakang, karena merupakan


etiologi
Sampaikan kesimpulan dengan
kalimat penulis sendiri
Perbaiki spasi sesuai panduan
Perbaiki cara penulisan tabel
Hilangkan kalimat “dari
patofisiologi…” pada diagnosa
dan tambahkan “yang mungkin
muncul”
Berikan sumber pada rancangan
studi kasus
Tambahkan “2” pada pasien yang
digunakan sebagai sampel
Sampaikan definisi operasional
dengan bahasa penulis sendiri
Tambahkan “dengan pengambilan
data pada…”
Tambahkan SOP dan kata
“terlampir” pada instrumen
Perbaiki rencana kegiatan / jadwal
kegiatan studi kasus
Tambahkan format askep menurut
siapa
9 Rabu, Perbaikan Feedback (15/12/2021)
15/12/2021 BAB 1,2, Ubah spasi pada NIP
dan 3 Samakan tata tulisan pada NIP
Samakan warna font pada daftar
isi
Perbaiki urutan penomoran pada
daftar isi
Untuk tabel diubah menjadi
deskripsi tidak apa-apa
10 Rabu, Perbaikan Feedback (15/12/2021)
15/12/2021 BAB 1,2, ACC untuk ujian proposal
dan 3

11 Senin. Konsultasi Feedback (8/06/2022)


23/05/2022 BAB 4 KTI Berikan prolog untuk bab 4
Silakan penulisan yang kalimat
yang ganda digabung
Apakah benar kalau pendidikan
S1 pekerjaannya pengemis
Hilangkan kata ganti nama orang
seperti “Ny.N” diubah menjadi
Lampiran 11

“Pasien”
Berikan data
penanggungjawabnya
Sampaikan keluhan utama
Sesuaikan antara waktu pasien
masuk dan waktu pengkajian
Berikan satuan pada GDS
Upayakan jangan mengulang
kalimat yang sama
Silakan cara menyusun dalam
satu alinea subjek ditata diawal,
selanjutnya menggunakan kata
pengganti subjek atau keterangan
Perbaiki cara memberikan
keterangan
Silakan dijelaskan sesuai
pemeriksaan
Penulisannya harusnya
“Pemeriksaan laboratorium pada
tanggal…didapatkan hasil..”
Penulisan seharusnya “Program
terapi pada tanggal…yang
didapatkan..”
Perbaiki dosis obat
Perbaiki penulisan dosis sesuaikan
semua sesuai baku
Berikan pengantar yang umum
baru masuk ke fokus yang
digunkaan studi kasus
Penulisan seharusnya “selama
3x24 jam dengan per kunjungan
1x3 jam diharapkan…”
Silakan penulisan terkait subjek
ditata
Perbaiki evaluasi pakai
SOAP/SOAPIER
Pada pembahasan mulailah dari
data awal ditemukan misal tanda
dan gejala yang disampaikan
dibuat bisa per point atau dalam
bentuk alinea data karakteristik
bisa masuk dalam prolog
Penjelasan pada pengkajian hanya
sebagai penguat, silakan
tambahkan penjelasan lagi
Perbaiki penulisan kutipan
Lampiran 11

Ubah menjadi “kedua pasien”


Pada evaluasi apabila dilakukan
bersama maka membahasnya
beriringan, bila sama ditulis kedua
pasien, bila beda maka apa yang
beda
12 Jum’at, 17 Konsultasi Feedback ( 17/06/2022)
Juni 2022 revisi bab 4 Perbaiki bab 3,4,5 kurang sedikit
dan bab Lengkapi KTI sesuai panduan
1,2,3,5 Cek ulang seluruh bab
Tahun cover diganti menjadi
“2022”
Semua tanggal diubah menjadi
per tanggal hari ini
Pengambilan data tuliskan saat
bulan mendapatkan pasien saja,
jadi cukup tulis bulan April saja
ACC untuk sidang hasil
Siapkan untuk Ujian
13 Kamis, 23 Sidang Perbaiki KTI sesuai saran yang
Juni 2022 KTI sudah diberikan

13 Kamis, 30 Konsultasi ACC


Juni 2022 Post Sidang
KTI

Surakarta, 30 Juni 2022

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing I


D-III Keperawatan

Sunarsih Rahayu, S.Kep.,Ns., M.Kep Sunarto, S.ST., Ners., M.Kes


NIP : 1964 1001 198603 0001 NIP.19751217 200812 1 001
Lampiran 11

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Khisan Muyasyarah


NIM : P27220019073
Nama Pembimbing : Widodo, M.N
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan
RSUD Dr.Moewardi

No. Hari, Materi Saran TTD


tanggal Bimbingan Pembimbing
1 Selasa, 28 Seminar Feedback (28/12/2021)
Desember Proposal Tambahkan jumal kasus
2021 di RS yang dituju pada
latar belakang
Perbaiki tata tulisan
Sesuaikan diagnosa
keperawatan dengan
yang mungkin muncul
dilahan
2 Jum’at, 31 Perbaikan Feedback ( 4/01/2022)
Desember Proposal KTI Perbaiki typo
2021 Perbaiki tata tulisan
Perbaiki format
pengkajian, sesuaikan
dengan kasus yang akan
diambil
Hilangkan no.2 pada
kriteria inklusi
Perbaiki keterangan
tentang ethical
clearance
Lampiran 11

3 Selasa, 4 Perbaikan Feedback (6/01/2022)


Januari Proposal KTI Perbaiki penulisan kata
2022 Hindari penggunaan
kata ganti orang
Perhatikan ketelitian
penulisan
Perhatikan penulisan
huruf kapital
Tambahkan keterangan
lampiran keberapa
Perbaiki pengertian
inform consent
Bagaimana cara
mengelola data agar
tetap rahasia
Tambahkan keterangan
pada etichal clearance
4 Jum’at, 7 Perbaikan Feedback (11/01/2022)
Januari Proposal KTI ACC
2022

5 Selasa, 14 Konsultasi KTI Feedback (16/06/2022)


Juni 2022 Penulisan urutan dewan
penguji silakan lihat
contoh di pedoman
Sesuaikan tanggal pada
kata pengantar dengan
tangggal hari ini
Titik harusnya
dibelakang kurung tutup
Hilangkan kata ganti
orang : “kita, saya,
mereka”
Tambahkan 1-2
paragraf terkait
pentingnya pemenuhan
kebutuhan aktivitas
dana pa dampaknya jika
tidak terpenuhi sehingga
ini menjadi penting
Lampiran 11

untuk dilakukan studi


kasus
Pada laporan ini sudah
tidak ada lagi kata-kata
apabila tetapi
dilaporkan kondisi
rielnya : adakah yang
menolak ttd dan
bagaimana solusinya
untuk mendapatkan 2
pasien
Tambahkan S seperti
pada nomer 1, misal
anonyminty…
EC terlampir dimana
Permohonan ijin
terlampir dimana
Surat pengantar
penelitian terlampir
dimana
Tambahkan subjek pada
bab 3 bagian
“penanganan yang adil”
Perbaiki kesalahan
ejaan dan penulisan kata
Jelaskan jaminan yang
diberikan kepada pasien
Ungkapkan tentang
pemenuhan kebutuhan
aktivitas pada DM pada
keterbatasan, apakah
memadahi atau tidak
dan bagaimana
solusinya
Daftar singkatan
seharusnya diletakkan
dihalaman depan setelah
daftar lampiran
Urutkan isi lampiran
Lampiran 11

6 Kamis, 16 Konsultasi Feedback (16/06/2022)


Juni 2022 revisi KTI Penempatan
pembimbing dan
penguji terbalik
dilembar pengesahan
Perbaiki salah ejaan dan
penulisan kata
7 Jum’at, 17 Konsultasi Acc
Juni 2022 revisi KTI Siapkan Ujian

8 Kamis, 23 Sidang Perbaiki kalimat yang


Juni 2022 KTI masih rancu
Tambahkan lembar
CPPT
Perbaiki penulisan kata

9 Rabu, 29 Konsultasi Post ACC


Juni 2022 Sidang
KTI

Surakarta, 29 Juni 2022

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing II


D-III Keperawatan

Sunarsih Rahayu, S.Kep.,Ns., M.Kep Widodo, MN


NIP : 19641001 198603 0001 NIP. 19700604 199803 1 002
Lampiran 11

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Khisan Muyasyarah


NIM : P27220019073
Nama Pembimbing : Suyanto, S.Kp., M.Kes
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Flamboyan
RSUD Dr.Moewardi Surakarta
No. Hari, Materi Saran TTD
tanggal Bimbingan Pembimbing
1 Kamis, 23 Sidang Ganti penggunaan kata
Juni 2022 KTI “Parese” karena DM
bukan penyakit yang
berkaitan dengan saraf
Perbaiki “Saran” mengacu
pada kesimpulan yang
dibuat
2 Rabu, 29 BAB V Perbaiki “Saran” mengacu
Juni 2022 pada kesimpulan yang
dibuat

3 Rabu, 29 BAB I - V ACC


Juni 2022

Surakarta, 29 Juni 2022

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing II


D-III Keperawatan

Sunarsih Rahayu, S.Kep.,Ns., M.Kep Suyanto, S.Kp.,M.Kes


NIP : 1964 1001 198603 0001 NIP.19660713 198903 1 001

Anda mungkin juga menyukai