Anda di halaman 1dari 13

DASAR PEMBENARAN PEMUNGUTAN PAJAK OLEH NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Hukum Pajak

Dosen Pengampu : Ashabul Kahfi, S.Ag.,M.H

Disusun oleh :

Nur Rahmayanti

10400121003

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, puji syukur atas nama Allah Swt, berkat rahmat
serta karunianya sehingga makalah dengan judul “Dasar Pembenaran Pemungutan Pajak oleh Negara”
dapat saya selesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari bapak Ashabul Kahfi, S.Ag.,M.H, pada
mata kuliah hukum pajak. Selain itu penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
kepada pembaca tentang hukum pajak.

Penulis menyampaikan ucapan terimaksih kepada bapak Ashabul Kahfi, S.Ag.,M.H, selaku dosen
mata kuliah hukum pajak berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan enulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan masih
melakukan banyak esalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan tidak sesuai
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga berharap banyak adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Enrekang, 25 april 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar belakang..................................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................6
A. Defenisi pajak dan Hukum Pajak......................................................................................................6

B. Syarat Pemungutan Pajak................................................................................................................7

C. Dasar atau Alasan Pemungutan Pajak.............................................................................................8

1. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak Pemungut.............................................................8


2. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak yang Dipungut (Pembayar Pajak).........................8
3. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak Pemungut dan yang Dipungut (Masyarakat)........9
D. Teori yang Mendukung Pemugutan Pajak.....................................................................................10

BAB III..................................................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12

DAFTAR PUATAKA................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hukum selalu berada di tengah-tengah masyarakat, tak lepas dari kehidupan manusia. Oleh karena
itu, membicarakan hukum tidak lepas dari membicarakan kehidupan manusia ataupun masyarakat.

Kehadiran hukum pajak dalam pergaulan masyarakat juga bertujuan untuk menenmuka keadilan,
ketertiban dan kedamaian dalam bidang perpajakan, sehingga dalam hukum pajak juga mengatur
tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak, yaitu negara sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai wajib pajak. Jadi pihak pihak dalam hukum pajak adalah pihak yang lain adalah warga Negara
atau perorangan, termasuk didalamnya adalah badan. 1

Pada dasarnya setiap masyarakat yang mendirikan organisasi (termasuk organisasi yang dinamakan
Negara) bukan merupakan tujuan akhir; tetapi merupakan tujuan awal untuk mewujudkan tujuan
selanjutnya.Demikian pula, negara Indonesia yang didirikan pada 17 Agustus 1945 bukan juga
merupakan tujuan akhir. Karena Indonesia sebagai negara, memiliki tujuan yang telah ditetapkan dalam
alenia ke IV Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang harus diwujudkan. Tujuan
negara Indonesia meliputi:

1. melindungi seluruh tumpah darah Indonesia

2. mencerdaskan kehidupan bangsa

3. memajukan kesejahteraan umum

4. ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia

Guna mewujudkan tujuan negara, pada setiap pemerintahan negara memerlukan berbagai macam
unsur pendudukung, meliputi Struktur organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) , Peraturan perundang-
undangan, Program-pogram kerja, maupun Sumber-sumber penerimaan negara. Contoh, sumber-
sumber menerimaan negara di Indonesia : pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan Hibah.
Meskipun sektor pajak zaman dahulu, masa sekarang maupun masa yang akan datang merupakan salah
satu sumber pendapatan negara, tetapi dalam dalam perkembangannya diperlukan alasan mengapa
negara memiliki kewenangan memungut pajak dari warganya? 2

Dalam membicarakan tentang dasar pembenaran pemungutan pajak oleh negara kepada rakyatnya
maka masalah atau pertanyaan yang dihadapi adalah mengapa negara memungut pajak kepada
rakyatnya ? Dengan kata lain dapat dipertanyakan juga, atas dasar apa negara memungut pajak kepada
rakyatnya ? Atau dengan perkataan lain juga untuk kepentingan siapa pemungutan pajak yang dilakukan

1
Dr. Suparnyo,SH.MS, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas/-cet, 3 – Semarang: penerbit Pustaka Magister,2012.
2
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si, Buku Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia/Yogyakarta:
penerbit Buku Litera Yogyakarta /Cetakan Pertama, Juni 2014.
oleh negara itu, sehingga negara seakan-akan memberi hak kepada diri sendiri untuk membebani rakyat
dengan apa yang disebut pajak itu ? 3

Permasalahan/pertanyaan di atas sudah dibicarakan sejak abad ke 18 yang ditandai dengan


munculnya teori-teori yang memberikan alasan pembenar bagi negara untuk memungut pajak dari
rakyatnya. Teori-teori tersebut didengung-dengungkan oleh penciptanya maupun pengikut-pengikutnya
kepada anggota masyarakat atau rakyat dengan maksud agar segala peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan pajak dinsafi dan ditaati berlakunya.

B. Rumusan Masalah

Mengenai apa yang telah di bahas di ata maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah defenisi dari pajak dan hukum pajak


2. Apasaja yang termasuk kedalam syarat pemungutan pajak
3. Apa dasar atau alasan pemungutan pajak
4. Jelaskan teori yang mendukung pemugutan pajak

BAB II
PEMBAHASAN
3
Dr. Suparnyo,SH.MS, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas/-cet, 3 – Semarang: penerbit Pustaka Magister,2012.
A. Defenisi pajak dan Hukum Pajak

Sebelum masuk kedalam pembahasan terlebih dahulu harus kita ketahui apa yang dimaksud
dengan pajak itu sendiri adapun dafenisi pajak menurut pendapat beberapa ahli berikut yaitu Definisi
pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (dalam Brotodihardjo, 1993): Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Definisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara
(dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
Kemudian Definisi pajak menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun defenisi Hukum Pajak, adalah kumpulan peraturan-peraturan yang dipergunakan untuk
mengatur hubungan hukum antara Negara (Fiscus) sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai
pembayar pajak. Hal itu, menunjukan bahwa di bidang perpajakan akan berhadapan dua subyek hukum,
ialah Negara dengan masyarakat sebagai wajib pajak . Karena keduanya berstatus sebagai subyek
hukum, maka secara yuridis memiliki hak dan kewajiban yang harus diadopsi dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.Di Negara hukum, kebijakan pemungutan
pajak harus dibuatkan landasan hukum, apabila tidak dibuatkan landasan hukumnya maka pemungutan
yang dilakukan oleh Negara bukan masuk katagori pemungutan pajak tetapi merupakan pungutan liar
(pungli). Keberadaan pajak diakibatkan karena fungsi pajak yang dibutuhkan oleh setiap Negara (fungsi
kas Negara dan fungsi mengatur), karena Negara harus memberikan perlindungan dan pelayanan bagi
rakyatnya, sehingga Negara menciptakan pajak untuk mengumpulkan dana, supaya dapat melindungi
dan melayani rakyatnya. Bahwa posisi pajak merupakan pilar (penopang) Negara.Sehingga Bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Papua memiliki potensi yang besar sebagai penopang ekonomi Negara
melalui pemungutan pajak.4

B. Syarat Pemungutan Pajak

4
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si, Buku Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di Indonesia/Yogyakarta:
penerbit Buku Litera Yogyakarta /Cetakan Pertama, Juni 2014 hal 31.
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan
enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena
dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus
memenuhi persyaratan yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam
hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya,
seperti:

a. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

b. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak

c. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran.

2. Pemungutan pajak harus undang-undang

Di Indoneseia pemunutan pajak sesuai dengan Pasal 23A UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang ”, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Undang-undang tentang pajak, yaitu:

a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan undang-undang tersebut harus
dijamin kelancarannya

b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum

c. Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak

3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.Pemungutan pajak jangan
sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok
pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

4. Pemungutan pajak harus efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan
sampai pajak yang diterima lebih rendah dari pada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena
itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah dilaksanakan. Dengan demikian, wajib
pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak, baik dari segi penghitungan
maupun waktu.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem
yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai
sehingga akan memberikan dampak positif bagi wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam
pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang semakin enggan
membayar pajak.

C. Dasar atau Alasan Pemungutan Pajak

Mengenai dasar atau alasan pembenar bagi negara untuk memungut pajak dari rakyatnya dapat
dilihat dari dasar atau alasan pemungutan pajak yang dapat dipisahkan ke dalam : Pertama,
pemungutan pajak adalah untuk kepentingan pemungut. Kedua, pemungutan pajak adalah untuk
kepentingan yang dipunguti. Ketiga, pemungutan pajak adalah untuk kepentingan kedua-duanya, yaitu
pemungut dan yang dipungut.

1. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak Pemungut

Pemungut yang dimaksud di sini adalah seperti raja, penguasa atau penjajah. Dasar pembenar
dan dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan antara rakyat dengan negara. Negara
dibentuk karena adanya persekutuan individu sehingga individu harus membaktikan dirinya pada
negara melalui pembayaran pajak. Pemungutan pajak untuk kepentingan pemungut ini didasarkan
pada “orgaantheori” dari Von Gierke yang menyatakan bahwa negara itu merupakan suatu kesatuan
yang didalamnya setiap warga negara terikat, tanpa ada organ atau lembaga (negara) tersebut maka
individu tidak mungkin dapat hidup (Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, 2004 : 29-30).

Lembaga yang memberi hidup kepada warganya tersebut maka ia (rajaatau penguasa atau
negara) dapat membebani kepada setiap anggota masyarakatnya dengan kewajiban-kewajiban
antara lain adalah kewajiban membayar pajak. Dengan kata lain seorang warga negara dikatakan
berbakti kepada negara, jika rakyat selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban atau sebagai darma bakti. Rakyat harus membaktikan diri kepada lembaga atau organ
yang memberi hidup, sehingga teori ini dikenal dengan TEORI BAKTI. Menurut teori ini hakekat
negara diterima sebagai suatu organisasi paksaan, sehingga atas dasar itulah maka rakyat dipungut
pajak. R. Santoso Brotodiharjo, SH menyebut teori bakti ini dengan TEORI KEWAJIBAN PAJAK
MUTLAK.

2. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak yang Dipungut (Pembayar Pajak)

Pendapat ini pada dasarnya berasal dari falsafah liberalisme. Dalam falsafah liberalisme, antara
kepentingan rakyat dan kepentingan negara terpisah. Dalam falsafah liberalisme diajarkan bahwa
penyediaan dana-dana yang diperlukan oleh penguasa negara seharusnya diambil dari harta negara
sendiri. Jadi, kalau negara memungut pajak dari rakyat adalah bukan untuk kepentingan Negara
melainkan justru untuk kepentingan rakyat yang dipungut pajak tersebut. Campur tangan negara
dalam kehidupan rakyat memang dapat dibenarkan, tetapi hanya terbatas sampai sejauhmana
campur tangan itu memang diperlukan guna kepentingan rakyat. Dari paham liberalisme ini muncul
teori-teori pemajakan yang menekankan bahwa pemungutan pajak adalah untuk kepentingan yang
dipungut (rakyat). Teori-teori tersebut adalah :

3. Teori Badan Umum


Teori ini menghubungkan hakekat pembayaran pajak sama dengan pembayaran iuran oleh para
anggota dari suatu perkumpulan atau badan umum. Jika suatu badan umum atau perkumpulan
melayani kepentingan anggota-anggotanya maka adalah wajar apabila anggota-anggotanya
tersebut juga membayar iuran, karena pembayaran iuran tersebut manfaatnya akan kembali lagi
pada anggota. Oleh karena itu, pembayaran pajak oleh warga negara kepada negara tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk kepentingan warga negara sendiri seperti halnya pembayaran iuran oleh
seorang anggota pada suatu perkumpulan atau badan umum seperti tersebut di atas.
4. Teori Asuransi

Menurut teori ini hakekat pembayaran pajak adalah sama dengan pembayaran premi asuransi
dalam perjanjian asuransi (pertanggungan). Seseorang yang menutup perjanjian asuransi pada
dasarnya melakukan perbuatan itu adalah untuk kepentingan dirinya sendiri atau ahli warisnya.
Dengan pembayaran premi asuransi oleh tertanggung, tiada lain adalah dimaksudkan untuk
kepentingan dirinya sendiri atau ahli warisnya. Hal inilah yang dimaksud dengan pemungutan pajak
adalah untuk kepentingan yang dipungut atau pihak yang membayar pajak.

3. Pemungutan Pajak untuk Kepentingan Pihak Pemungut dan yang Dipungut (Masyarakat)

1. Teori Daya Beli

Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak jika dipandangnya sebagai gejala sosial dapat
disamakan dengan pompa, yaitu mengambil gaya beli dari sebagian anggota masyarakat (rumah
tangga-rumah tangga dalam masyarakat) untuk rumah tangga Negara dan kemudian
menyalurkannya (disemprotkan) kembali ke masyarakat (umum) dengan maksud untuk memelihara
hidup masyarakat dan membawanya ke arah tertentu. Jadi, negara adalah penyelenggara berbagai
kepentingan yang mendukung kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan kepentingan masyarakat
inilah yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu
dan juga bukan kepentingan negara, melainkan untuk kepentingan masyarakat yang meliputi kedua-
duanya, yaitu pembayar pajak dan pemerintah.

2. Teori Deviden

Teori ini menyatakan bahwa kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan. Pemungutan pajak adalah pemungutan atau pengambilan harta
negara sendiri yang sedang berada di tangan penduduk. Pajak adalah dividen milik negara. Jadi,
negara adalah sebagai pemegang saham. Teori deviden mengatakan bahwa pada hakekatnya
pemungutan pajak oleh negara adalah sama dengan pengambilan dividen oleh seorang pesero yang
menanamkan sahamnya dalam suatu perusahaan. Jelasnya negara sebagai pemungut pajak
merupakan pesero atau pemegang saham, sedangkan wajib pajak merupakan pemilik perusahaan
yang di dalamnya terdapat saham negara. Pertanyaan yang muncul adalah, dalam bentuk apa dan
kapan negara menanamkan modal atau sahamnya pada rakyat. Guna memperjelas teori tersebut
maka dapat dikemukakan contoh ilustrasi sebagai berikut :

Apabila negara mengadakan atau menyelenggarakan jaringan lalu lintas umum, keamanan,
jaringan komunikasi, jasa-jasa pekerjaan umum dan berbagai fasilitas lainnya yang kesemuanya itu
dibiayai harta negara, maka secara ilmu ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut dapat diambil
manfaatnya baik di dalam maupun di sekitar daerah operasional dari suatu perusahaan atau setidak-
tidaknya merupakan syarat dasar membuka kemungkinan dilaksanakannya kegiatan di bidang-
bidang lainnya yang pada akhirnya memberikan keuntungan yang diharapkan.
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan ataupun seseorang yang melakukan
kegiatan-kegiatan bukanlah seluruhnya berasal dari faktor internal yang dimilikinya melainkan juga
karena faktor eksternal yang berasal dari harta negara tadi. Negara yang menyediakan fasilitas-
fasilitas umum yang dibiayai dari harta negara itulah yang dianggap sebagai modal atau saham yang
ditanamkan pada rakyat. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan baik
di bidang ekonomi, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, adalah wajar dan adil apabila sebagian
dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan atau seseorang diserahkan kepada negara dalam
bentuk pembayaran pajak.

Teori-teori yang menjadi dasar pembenar pemungutan pajak oleh negara kepada rakyatnya
tersebut mendasarkan pada tujuan dari pemungutan pajak, yaitu apakah pemungutan pajak untuk
kepentingan pemungut, untuk kepentingan yang dipungut, atau untuk kepentingan kedua-duanya.

Apabila kita melihat Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia dan menjadi landasan
filosofis semua kegiatan penyelenggaraan negara, maka pemungutan pajak oleh negara kepada
rakyatnya tersebut dapat dibenarkan jika kita mengacu pada sila kelima yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima Pancasila tersebut mengandung makna bahwa kita perlu
mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong royongan. Pajak adalah salah satu bentuk perbuatan gotong royong
yang tidak perlu disyaratkan, melainkan sudah hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia
yang hanya perlu dikembangkan dan dilestarikan saja.

Gotong royong, termasuk di dalamnya membayar pajak merupakan salah satu pengorbanan
setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa mendapatkan imbalan. Jadi,
pemungutan pajak menurut Pancasila dapat dibenarkan, karena pembayaran pajak akhirnya adalah
untuk kita bersama.

D. Teori yang Mendukung Pemugutan Pajak

Beberapa teori yang memberikan pembenaran kepada negara untuk berhak memungut pajak dari
rakyat.

1. Teori Asuransi

Negara bertugas melindungi orang dan/atau warganya dengan segala kepentingannya, yaitu
keselamatan dan keamanan jiwa dan harta bendanya. Oleh sebab itu, pembayaran pajak dianggap
atau disamakan dengan pembayaran premi karena mendapat jaminan perlindungan dari negara

2. Teori Kepentingan

Teori ini menekankan pembebanan pajak pada penduduk seluruhnya harus didasarkan atas
kepentingan orang masing-masing dalam tugas negara atau pemerintah (yang bermanfaat baginya),
termasuk juga perlindungan atas jiwa orang-orang itu serta harta bendanya. Pembayaran pajak
dihubungkan dengan kepentingan orang-orang tersebut terhadap negara, maka semakin besar
kepentingan seseorang terhadap negara semakin besar pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul


Teori daya pikul mengandung suatu kesimpulan bahwa dasar keadilan dalam pemungutan pajak
adalah terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas
jiwa dan harta bendanya. Untuk memenuhi kepentingan tersebut dibutuhkan adanya biaya yang
harus dipikul oleh warga dalam bentuk pajak. Yang menjadi pokok pangkal teori ini adalah asas
pajak, yaitu tekanan pajak itu haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul seseorang dan untuk mengukur daya pikul dapat dilihat dari penghasilan,
kekayaan dan besarnya pengeluaran seseorang dan memperhatikan besar-kecilnya jumlah
tanggungan keluarga.

4. Teori Bakti

Teori ini didasarkan pada paham organisasi negara yang mengajarkan bahwa negara sebagai
organisasi mempunyai tugas untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Negara mempunyai hak
mutlak untuk memungut pajak dan rakyat harus membayar pajak sebagai tanda baktinya terhadap
negara. Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan negara.

5. Teori Asas Daya Beli

Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga negara, kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat dengan
maksud untuk memelihara kehidupan masyarakat dan untuk membawa ke arah tertentu, yaitu
kesejahteraan. Jadi penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah yang dianggap sebagai dasar
keadilan pemungutan pajak, bukan kepentingan individu, juga bukan kepentingan negara,
melainkan kepentingankepentingan masyarakat yang meliputi keduanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan Hukum Pajak, adalah
kumpulan peraturan-peraturan yang dipergunakan untuk mengatur hubungan hukum antara Negara
(Fiscus) sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai pembayar pajak. Hal itu, menunjukan bahwa di
bidang perpajakan akan berhadapan dua subyek hukum, ialah Negara dengan masyarakat sebagai wajib
pajak . Karena keduanya berstatus sebagai subyek hukum, maka secara yuridis memiliki hak dan
kewajiban yang harus diadopsi dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kemudian syarat perpajakan ada lima yaitu : Pemungutan pajak harus adil, Pemungutan pajak harus
undang-undang, Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian, Pemungutan pajak harus efisien,
Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Dasar atau alasan pembenar bagi negara untuk memungut pajak dari rakyatnya dapat dilihat dari
dasar atau alasan pemungutan pajak yang dapat dipisahkan ke dalam : Pertama, pemungutan pajak
adalah untuk kepentingan pemungut. Kedua, pemungutan pajak adalah untuk kepentingan yang
dipunguti. Ketiga, pemungutan pajak adalah untuk kepentingan kedua-duanya, yaitu pemungut dan
yang dipungut.
DAFTAR PUATAKA

Dr. Suparnyo,SH.MS, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas/-cet, 3 – Semarang: penerbit Pustaka
Magister,2012.
Mustaqiem, Dr., SH., M.Si, Buku Perpajakan Dalam Konteks Teori dan Hukum Pajak di
Indonesia/Yogyakarta: penerbit Buku Litera Yogyakarta /Cetakan Pertama, Juni 2014.
Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A., Ak. Amin Dara, S.E., M.Sc., Ak, Dasar-Dasar Perpajakan, modul 1

Anda mungkin juga menyukai