Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU FIKIH
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU FIKIH SERTA SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU FIKIH

Disusun oleh:
Suratmantari (60400122001)
Fajar (60400122004)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINTEK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa membimbing dan menyayangi
umatnya hingga akhir zaman. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah 
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ilmu Fikih“, selain itu dapat memberikan 
pengetahuan dasar tentang apa itu ilmu fikih.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu selaku dosen mata kuliah ini yang telah
membimbing dan memberikan materi demi kelancaran dan terseleseikannya makalah ini.Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan, pedoman dan tuntutan bagi kita dalam mempelajari bahasa
arab, Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada
kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………………………...
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….
1.2. Tujuan …………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………….
2.1. Pengertian ilmu fikih…………..……………………………………………………………....
2.2. Ruang lingkup ilmu fikih………………..…………………………………………………….
2.3. Sejarah berkembangnya ilmu fikih…………………………………………….… ……..…….
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………..
3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………
3.2. Saran …………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian ilmu fikih?
b. Apa ruang lingkup ilmu fikih?
c. Bagaimana sejarah berkembangnya ilmu fikih?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian ilmu fikih.
b. Untuk mengetahui Ruang lingkup ilmu fikih.
c. Untuk mengetahui Sejarah berkembangnya ilmu fikih.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Fikih


Secara etimologis, kata “fiqh” itu berasal dari istilah “faqqaha yufaqqihu fiqhan” yang
artinya ‘pemahaman’. Artinya, ilmu fiqih adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
pemahaman akan agama Islam secara utuh dan komprehensif. Apabila dianalisis secara bahasa,
kata “fiqh” ini pun masih sama berartikan ‘pemahaman’, sesuai dengan firman Allah SWT pada
QS. Hud ayat 91.
Sedangkan secara terminologi, fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang
bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperenci.
Menurut Ulama-Ulama Hanafiah ilmu fikih adalah Ilmu yang menerangkan segala hak
dan kewajiban serta berhubungan dengan amalan para mukallaf.
Menurut Imam Syafi’I ilmu fikih Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang
berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang dikeluarkan (diistimbatkan) dari dalil-dalil
yang terperinci.
Menurut Abdul Wahab Khallaf ilmu fikih adalah suatu ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan hukum-hukum syara’ (agama) yang didapatkan dari dalil-dalil yang
terperinci.
Dari beberapa definisi fiqh tersebut di atas, dapat dipahami bahwa fiqh merupakan hasil
daya upaya pemahaman terhadap hukum syara’ yang bersifat praktis untuk memahaminya
diperlukan proses ijtihad.
Sebagai produk pemikiran manusia, fiqh bukanlah sesuatu yang rigid terhadap perubahan
dan perkembangan zama, oleh karenanya fiqh dituntut untuk dapat memberikan jawaban yuridis
terhadap berbagai tuntutan dan persoalan hidup dan kehidupan manusia, sedangkan dinamika
kehidupan senantiasa berkembang sehingga melahirkan berbagai perubahan. Sebagai produk
pemikiaran manusia, fiqh sangat bersifat temporal dan bersifat local karena terkait dengan
kemampuan mujtahid dalam mengakses sumber-sumber hukum dan mengadaptasinya dengan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu harus dilakukan upaya berkelanjutan
agar fiqh Islam senantiasa memiliki akseptabilitas di tengah masyarakat, salih likulli zaman wa
makan dengan melakukan pendekatan kontekstual agar adaptif dengan kondisi kekinian dan
keakanan. Karena itu pula, kajian fiqh harus senantiasa terbuka, dan harus dilakukan dengan
memperhatikan implikasi-implikasi sosial dari penerapan produk-produk pemikiran hukumnya,
di samping tetap menjaga relevansinya dengan kehendak doktrin al-Qur’an dan al-Sunnah
(Maqashid al-Syari’ah) tentang tingkah laku manusia.

2. Ruang Lingkup Ilmu Fikih


Secara umum, pembahasan akan ilmu ini memang hanya mencakup 2 bidang saja yakni
fiqh ibadah dan fiqh muamalah. Menurut buku Pembelajaran Fiqih karya Dr. Hafsah, pada fiqh
ibadah lebih mengatur pada bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya, seperti ibadah
shalat, zakat, memenuhi nazar, haji, dan lainnya. Lalu, pada fiqh muamalah lebih mengatur
bagaimana hubungan manusia dengan manusia, seperti ketentuan jual-beli, perkawinan, sewa-
menyewa, warisan, dan lainnya.

Nah, dalam hal ini pun Musthafa A. Zarqa sudah membagi ruang lingkup dalam kajian ilmu fiqh
menjadi 6 bidang, yakni:

1. Fiqih Ibadah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan bidang


Ubudiyah. Mulai dari shalat, puasa, hingga ibadah haji.
2. Ahwal Syakhsiyah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan kehidupan
keluarga. Mulai dari perkawinan, nafkah, perceraian, hingga ketentuan nasab.
3. Fiqih Muamalah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan hubungan
sosial di antara umat Islam, dengan konteks bidang ekonomi dan jasa. Mulai dari gadai
barang, jual-beli, hingga sewa-menyewa.
4. Fiqih Jinayah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan sanksi-sanksi
atas tindak kejahatan kriminal. Mulai dari hudud, diat, hingga qiyas.
5. Fiqih Siyasah, yakni ketentuan-ketentuan yang berkenaan pada hubungan warga negara
pada suatu pemerintahan negara. Biasanya, cenderung berhubungan pada politik dan
birokrasi pemerintahan suatu negara.
6. Ahlam Khuluqiyah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan pada bagaimana
etika pergaulan seorang muslim dalam tatanan kehidupan sosial.
3. Sejarah Perkembangan Ilmu Fikih

lmu fiqih merupakan sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Dimana didalam sejarah
perkembangannya melalui tahapan -- tahapan yang panjang. Berikut pengklasifikasian
perkembangan fiqih secara periodik:

1. Periode Pertumbuhan

Periode ini dimulai sejak turunnya wahyu ( Al -- Quran) dan berakhir dengan wafatnya
Nabi Muhammad SAW pada tahun 11 H. Peride ini merupakan cikal dari tahapan fiqih secara
periodic, yang artinya merupakan masa pertumbuhan dan pembentukan fiqih islam atau suatu
masa turunnya syariat islam dalam artian sebenarnya. Proses turun dan ditetapkannya hukum --
hukum syariat hanya terjadi pada periode ini. 

Mengapa demikian, sebab wahyu merupakan aturan yang turun dari Allah SWT secara
langsung kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, dan meskipun Rasulullah SAW
selaku penyampai risalah itu, Rasulullah sendiri tidak mempunyai kekuasaan untuk membuat
hukum -- hukum syariah, akrena tugas Nabi dan Rosul adalah menyampaikan risalah itu kepada
kaum atau umatnya.

Atas dasar inilah dapat dipahami, bahwa kerja Fuqaha Mutjahidin bukanlah membuatv
hukum, tetapi mencari dan menyimpulkannya dari sumber -- sumber hukum yang benar.
Sedangkan sumber -- sumber hukum yang digunakan sebagai rujukan para Mutjahidin adalah
wahyu, baik Al -- Quran (wahyu yang dibacakan) maupun Sunah (wahyu yang tidak dibacakan)
sera ijtihad Nabi Muhammad SAW. 

Secara garis besar, pada periode ini Allah SWT telah menurunkan ajaran -- ajaran yang
berkenaan dengan amaliah. Baik yang ditujukan untuk kepentingan perorangan, masyarakat,
maupun hukum -- hukum yang berkaitan dengan kepemerintahan, diantaranya ialah hukum
dalam bidang ibadah, keluarga, perdata, perang, acara, tata Negara, dll. 
Dalam periode ini ijtihad para sahabat belum bisa dianggap sebagai salah satu sumber
fiqih dikarenakan para sahabat masih meminta pertimbangan Nabi Muhammad SAW ketika
hendak memberikan keputusan peradilan atau dalam memberi fatwa. 

Atas dasar itupun, dapat kita ketahui bersama bahwa yang berkuasa menetapkan hukum
pada periode ini adalah Nabi Muhammad SAW, dengan mendapat bimbingna dari Allah SWT
melalui Al -- Quran (wahyu ladzi) maupun Hadits (secara maknawi). Sebab dalam konteks
syariah Allah SWT yang menetapkan hukum sebagaiman aterdapat dalam definisi Syariat

2. Periode Pembinaan

Periode ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 11 H (632 M),
dan berakhir ketika Muawiyah bin Abi Sofyan menjabat sebagai Khalifah pada tahun 41 H (661
M). dengan demikian bisa dikatakan periode ini berlangsung selama masa Khulafarrasyidin.
Dengan mengalaminya sebuah kemajuan pada periode ini daerah islam bertambah luas hingga
sampai ke daerah Mesir, Syria, Irak, Iran dan lain -- lain. 

Dengan semakin bertambahnya daerah islam. Maka tentu saja hal ini membuat semakin
beragam pola pikir dan kebudayaannya. Oleh sebab itu muncullah sebuah persoalan -- persoalan
hukum baru, yang sebelumnya belum pernah terjadi dimasa Nabi. Atas dasar perebdaan
keberagaman inilah yang akhirnya membuat ulama merasa berkewajiban untuk memberi
penjelasan dan penafsiran nash Al -- Quran dan As -- Sunnah dengan berijtihad. 

Dengan demikian pada periode pembinaan ini, dalam konteks keberadaan sumbernya
fiqih telah memiliki dua sumber utama, yaitu Al -- Quran dan As -- Sunnah, serta ijtihad sebagai
satu sumber pelengkap. Pada periode ini telah muncul dua besar dalam ranah pemikiran fiqih
islam yaitu Pertama: aliran alul Hadits yang dalam elakukan ijtihad sangat terikat engan Nash
dan bunyi. Aliran ini berkembang di daerah Hijaz. Kedua : aliran Ahlul Rayi yang banyak
memperguankan pikiran dalam berijtihad. Aliran ini tumbuh dan berkembang sangat pesat di
daerahIrak.
3. Periode Perkembangan

Periode ini berlangsung selama masa pemerintahan bani Umayah dan bani Abbasiyah.
Periode ini dimulai pada tahun 41 H/661 M sampai pada tahun 656 H/1528 M. periode ini
merupakan periode terlama dalam catatan sejarah fiqih islam. Hasil dari ketekunan dan
keseriusan para ulama pada periode ini, ilmu fiqih telah mencapai kemajuan yang amat
pesat. Dan dari itensitas kegiatan ijtihda dikalangan ulama telah ditemukannya metode - metode
ilmiah dalam menggali dan menetapkan suatu hukum. Mereka yang menggunakan metode ini
untuk mengeluarkan dan menetapkan keputusan hukum menyangkut suatu masalah yang muncul
dikalangan masyarakat muslim dikenal dengan Ilmu Mujtahid (Imam Madzab).

Pada periode ini ditemukan suatu fakta bahwa penulisan fiqih dan ushul fiqih dalam
bentuk kitab menjadi salah satu bentuk kegiatan paling menonjol dikalangan intelektual muslim.
Hal ini disebabakan oleh beberapa faktor diantaranya, Besarnya perhatian para khalifah terhdapa
ilmu fiqih, adanya kebebasan dalam memberikan pendapat, semakin banyaknya persoalan yang
timbul, Adanya rujuakan referensi sumber hokum Al -- Quran hadist, fatwa sahabat dan fatwa
tabi'in telah dibukukan, perkembangannya diskusi dan forum -forum ilmiah, adanya penerjemah
berbagai ilmu pengetahuan kedalam bahasa Arab.

Ilmu fiqih terus mengalami perkembangan, sehingga ilmu hukum syaria't ini menjadi
delapan belas aliran madzab, diantaranya masih bekembang sampai sekarang, yaitu madzab
Hanafi, Maliki, Hanbali, Syiah Zaidiyah, Syiah Imamiyah, Ibadi & Zahiri. Dan sebagian tidak
eksis lagi seperti Auzai, Laisi, Tsauri, dll. Meskipun masing -- masing madzab memiliki ciri khas
tertentu. Tetapi mereka sependapat bahwa sumber dan dasar syariat adalah Al -Quran dan As -
Sunnah. Serta semua hukum berlawanan dengan hukum kedu ahukum ini wajib kita tolak,
masing - masing madzab juga saling menghormati. 

Pada periode ini kajian ilmu fiqih semakin meluas, seperti membahas tentang persoalan
yang kemungkinan akan terjadi dimasa depan yang disebut dnegan obyek kajian fiqih iftiradli
yang pertumbuahnnya disponsori oleh ulama kalangan madzab Hanafi. Sebagia bapak ushul
fiqih Imam Syafii meletakkan dasar-dasar metodologi pembentukan hukum islam. Dalam
kitabnya Ar-Risalah, Imam Syafi'I mengembangkan ushul fiqih menjadi satu disiplin ilmu.
Secara metodologis, beragam pendekatan dan tata cara istmbath hukum dalam ijtihad ini telah
berkembang dan mencapai sepuluh macam strategi yakni, ijma, qiyas, istidlal, istihsan, istishab,
fatwa sahabat, urf, masalih mursalah, zara'I dan syariat sebelum islam.

Anda mungkin juga menyukai