Anda di halaman 1dari 8

Editorial

Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung


dalam Sistem Pelayanan Kesehatan*

Firman Lubis

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas

Pendahuluan yang didirikan pada tahun 1851. Satu-satunya alasan


Sebagai insan pendidikan kedokteran, sudah sepa- pendirian pendidikan dokter Jawa adalah kebutuhan tenaga
tutnya terus menerus mengacu pada pertanyaan mendasar untuk menanggulangi wabah penyakit yang banyak meminta
yaitu: “Untuk apa kita mendidik dokter? Apa sesungguhnya korban jiwa pada waktu itu yaitu cacar, pes dan malaria.
tujuan menghasilkan dokter?” Dengan demikian, pendidikan dokter Jawa awalnya adalah
Untuk menjawab pertanyaan mendasar tadi sebenarnya mendidik tenaga pencacar atau vaccinateur untuk
tidaklah sulit; yang diperlukan hanyalah kemauan dan menghindari penyakit yang sangat menakutkan itu. Hal
keberanian untuk berpikir lebih luas dan menanggalkan tersebut berarti, latar belakang pendidikan dokter di Indone-
atribut atau kepentingan kelompok yang lebih sempit. Hal sia berbeda dengan sejarah pendidikan dokter atau “tenaga
itu perlu ditekankan, karena dari pengalaman selama ini, penyembuh” di negara barat maupun di negara lainnya. Di
berbagai masalah yang dihadapi terutama disebabkan masih negara barat maupun di Cina dan India, pendidikan dokter
banyaknya di antara kita yang lebih mementingkan bermula dari kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
kelompok dan dirinya sendiri ketimbang kemajuan bangsa. tenaga healer yang sudah ada, agar lebih “ilmiah” dalam
Oleh sebab itu tidaklah heran kalau bangsa kita terus terpuruk mengobati penyakit yang diderita orang perorangan.
selama ini. Pendidikan dokter di Indonesia bukan merupakan up-
Salah satu acuan yang dapat digunakan untuk grading atau evolusi peningkatan tenaga “penyembuh” atau
menjawab pertanyaan di atas adalah sejarah pendidikan dukun yang sudah ada, tetapi untuk menghasilkan tenaga
kedokteran di Indonesia. Untuk itu, mari kita tengok cikal kesehatan baru guna mengatasi masalah kesehatan
bakal pendidikan kedokteran yaitu Sekolah Dokter Jawa masyarakat khususnya wabah penyakit infeksi menular. Oleh
sebab itu, pendidikan dokter Jawa tidak merekrut tenaga
dukun atau penyembuh dan mendidik mereka dengan ilmu
* Disampaikan pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap
pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada tanggal 29 yang lebih modern, tetapi merekrut anak-anak muda dan
Desember 2007 mendidiknya menjadi profesional baru yang waktu itu disebut

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008 27


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

sebagai Dokter Jawa. prinsipnya sebenarnya sama saja. Tujuannya sama, yaitu
Karena pendidikan Dokter Jawa didirikan untuk bagaimana agar masyarakat menjadi lebih sehat.
kepentingan rakyat maka pendidikan dibiayai sepenuhnya Pembangunan kesehatan dijalankan karena pemba-
oleh anggaran negara. Para siswa tidak membayar uang ngunan bangsa dan negara menetapkan untuk bertumpu dan
sekolah, ditempatkan di asrama yang ditanggung berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia
sepenuhnya, malah diberikan uang saku yang lumayan (SDM) atau human resources development (HRD). Karena
jumlahnya. Setelah tamat, mereka dipekerjakan di dinas pembangunan bangsa akan jauh lebih berhasil bila lebih
kesehatan sebagai pegawai pemerintah. Umumnya, mereka mengandalkan SDM ketimbang sumber daya alam.
ditempatkan di berbagai daerah, termasuk daerah terpencil, Pembangunan HRD juga sangat dianjurkan oleh Perserikatan
namun dengan gaji yang cukup untuk hidup yang layak. Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga mereka menerbitkan daftar
Sistem pendidikan itu berlangsung terus hingga pendidikan human development index (HDI) dan Indonesia selalu
STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) menempati peringkat bawah sekitar urutan 110-120 dari sekitar
pada permulaan abad ke-20.1 180 negara, di atas Kamboja, Laos dan negara-negara Afrika.
Sistem pendidikan dokter yang berorientasi kepentingan Pentingnya SDM untuk kemajuan bangsa sudah terbukti
“publik” itu mulai bergeser setelah STOVIA ditingkatkan misalnya dari Belanda dan Jepang. Mereka menjadi bangsa
menjadi pendidikan tinggi yang dikenal sebagai yang kuat karena SDM yang lebih baik. Belanda tidak punya
Geneeskundige Hoge School (GHS) pada tahun 1927. sumber daya alam yang berarti kecuali rumput, tetapi karena
Pendidikan dokter GHS berubah menjadi lebih “swasta” atau pandai berdagang dan berlayar ke berbagai benua, mereka
“semi swasta” karena masih mendapat subsidi negara. maju dan menjajah kita yang luas wilayahnya serta jumlah
Pendidikan yang tadinya gratis, sekarang harus membayar penduduknya jauh lebih besar. Jepang juga begitu. Tidak
uang kuliah. Mahasiswa tidak lagi diasramakan tetapi boleh mempunyai sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi
tinggal di mana saja dan sesudah lulus tidak usah bekerja di atau sumber mineral seperti besi. Tanahnyapun hanya
pemerintah tetapi boleh membuka praktik swasta. Perubahan seperlima saja yang dapat digunakan untuk pertanian karena
tersebut membawa konsekuensi dalam sistem pendidik- kebanyakan adalah bebatuan vulkanik akibat letusan gunung
annya. Pendidikan yang terstruktur secara ketat berubah berapi tetapi dapat menjadi bangsa kedua terkaya di dunia.
menjadi “liberal” atau studi bebas (vrije studie) mengikuti Kualitas SDM ditentukan sekali oleh dua faktor utama
sistem di Belanda sehingga jumlah lulusannya setiap tahun yaitu, taraf kesehatan dan pendidikan. Oleh sebab itu, sektor
tidak banyak. pendidikan dan kesehatan harus benar-benar diperbaiki dan
Pada akhir tahun 1950-an, sistem pendidikan dokter di ditingkatkan. Sayangnya, kedua sektor tersebut masih belum
FKUI dikembalikan lagi seperti STOVIA dan dokter Jawa. mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari para
Mahasiswa tidak usah membayar bahkan menerima beasiswa penentu kebijakan. Sektor kesehatan misalnya, hanya
dalam bentuk ikatan dinas setiap bulannya. Sistem itu memperoleh anggaran tidak lebih dari 2,8% dari seluruh
diberlakukan karena kebutuhan mendesak tenaga dokter anggaran negara. Padahal WHO menganjurkan minimal
untuk ditempatkan di berbagai daerah. Kemudian, sistem sebesar 5%.3 Dengan desentralisasi, anggaran kesehatan di
berubah lagi menjelang pertengahan tahun 1960-an, ketika daerah juga berkisar 4-6 % saja sedangkan negara tetangga
keuangan negara menjadi buruk dan kebutuhan dokter tidak kita mencapai 7-9 %.
darurat seperti sebelumnya. Mahasiswa diharuskan
membayar uang kuliah lagi, keharusan ikatan dinas dihapus, Sistem Pelayanan Kesehatan
namun masih diberikan subsidi oleh pemerintah. Pendidikan Unsur terpenting dalam pembangunan kesehatan adalah
tetap terstruktur ketat. Sistem tersebut masih terus berlaku tersedianya sistem pelayanan kesehatan (SPK) yang efektif
di fakultas kedokteran negeri hingga sekarang tetapi tidak dan berkualitas. SPK di Indonesia masih perlu terus
demikian untuk fakultas kedokteran swasta karena seluruh diperbaiki dan ditingkatkan. Cukup banyak keluhan yang
biaya pendidikan ditanggung oleh mahasiswa.2 disampaikan masyarakat mengenai kurang baiknya pelayanan
kesehatan baik dari segi ketersediannya, kemudahannya,
Pembangunan Kesehatan Nasional keterjangkauannya maupun mutunya. Tidak heran, kalau ada
Walaupun awalnya pendidikan dokter diarahkan untuk sebagian masyarakat yang lebih memilih berobat ke luar negeri
menghasilkan tenaga medis guna meningkatkan kesehatan sedangkan orang luar negeri yang berobat ke Indonesia boleh
rakyatnya, namun di jaman itu belum digunakan istilah dibilang hampir tidak ada.
kesehatan masyarakat. Juga belum dikenal program Masih lemahnya SPK juga terbukti dari belum baiknya
pembangunan kesehatan nasional tetapi lebih dikenal taraf kesehatan masyarakat yang tercermin dari masih
sebagai program higiene atau preventif, kemudian sebagai terbelakangnya berbagai indikator kesehatan seperti angka
upaya kesehatan rakyat yang dijalankan oleh Dinas kematian bayi, anak dan ibu serta angka kesakitan (morbi-
Kesehatan Rakyat (Dienst der Volksgezondheids atau DVG). dity rates) khususnya penyakit infeksi menular dan angka
Upaya kesehatan rakyat dan kesehatan masyarakat pada harapan hidup rata-rata. Keadaan tersebut harus menjadi

28 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008


Pengaruh Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

kepedulian kita sebagai tenaga pendidik kedokteran maupun yang menggambarkan proporsi masyarakat yang mem-
profesi dokter. butuhkan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat.
Tersedianya SPK yang berfungsi baik merupakan
prasyarat mutlak atau conditio sine quanon untuk menjaga
1000 Orang
dan meningkatkan taraf kesehatan. SPK yang baik harus
mencakup berbagai bentuk pelayanan yang dibutuhkan 800 Ada Gejala
masyarakat secara sustainable. Secara sederhana, hal
tersebut mencakup pelayanan horizontal yang dijalankan
baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, maupun 327 Mempertimbangkan Mencari
pelayanan secara vertikal pada strata primer, sekunder dan Pertolongan Medis
tersier secara utuh sebagai suatu kesatuan sistem. Secara 217 Ke Dokter
ringkas, sistem pelayanan horizontal dan vertikal itu dapat Pelayanan Primer
dilihat pada Gambar 1.
65 Pergi ke CAM
21 Ke Outpatient RS

14 Home Health
13 Ke Emergency Dept
Tersier 8 Masuk RS
< 1 Ke Academic
Health

Sekunder Gambar 2. Kebutuhan akan Pelayanan Kesehatan

Dari Gambar 2. terlihat bahwa bagian terbesar atau


21,7% penduduk memerlukan pelayanan kesehatan primer
setiap bulannya sedangkan yang memerlukan pelayanan
Primer kesehatan sekunder dan tersier atau pelayanan rumah sakit
(RS) hanya 3-4% saja.4

Peran Profesi Dokter dalam SPK


Tenaga pelayanan kesehatan yang paling utama adalah
Masyarakat
Swasta
profesi dokter. Dokter dianggap sebagai “pusat” konstelasi
Pemerintah tenaga profesi kesehatan. Itulah sebabnya mengapa tenaga
kesehatan seperti para perawat dan bidan sering disebut
Gambar 1. Dimensi Sistem Pelayanan Kesehatan sebagai tenaga “paramedik”.
Dalam SPK di negara manapun, tenaga pelayanan
kesehatan yang utama adalah dokter. Oleh sebab itu, salah
SPK yang baik harus lebih memperhatikan pelayanan satu indikator utama dalam menilai baik buruknya SPK di
kesehatan pada strata primer guna mengurangi beban sosial suatu komunitas atau negara adalah rasio jumlah dokter dan
dan biaya ekonomi yang jauh lebih besar untuk pelayanan jumlah penduduk.
strata sekunder dan tersier. Hal tersebut disebabkan ± 80% Di negara maju, dengan SPK yang lebih teratur dan
dari semua masalah kesehatan sebenarnya cukup ditangani berjalan baik, tenaga utama pemberi pelayanan kesehatan
di strata primer. Dengan demikian segmen pelayanan strata adalah dokter, baik di tingkat primer apalagi di tingkat sekunder
primer jauh lebih besar dari segmen pelayanan strata dan tersier. Oleh sebab itu, pendidikan dokter harus selalu
sekunder, apalagi tersier (Gambar 1). mengacu pada upaya bagaimana agar lulusan dokter dapat
Pelayanan strata primer juga harus lebih mengutamakan turut memperkuat SPK.
upaya promotif-preventif seperti menanamkan perilaku hidup Di Indonesia, salah satu bentuk pelayanan kesehatan
bersih dan sehat, medical check-ups, early diagnosis and ialah pelayanan oleh dokter praktik umum. Pelayanan itu telah
prompt treatment. Upaya tersebut bertujuan untuk efisiensi lama dikenal dan digunakan masyarakat terutama di daerah
guna mengurangi kerugian akibat beban dan biaya yang jauh perkotaan. Hanya saja, jumlah dan cakupannya masih terbatas
lebih besar untuk pengobatan dan tindakan pada stadium karena jumlah dokter belum cukup khususnya di pedesaan.
lanjut, kecacatan maupun kematian yang diakibatkannya. Meskipun demikian, peran dokter praktik umum akan terus
Pentingnya menekankan upaya pelayanan kesehatan meningkat sejalan dengan bertambahnya lulusan dokter dan
pada strata pelayanan primer dapat dilihat pada Gambar 2. pertumbuhan sosial-ekonomi masyarakat. Apalagi kalau

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008 29


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

sistem pendanaan kesehatan seperti asuransi dan Jaminan pocket. Masih sedikit yang membayar melalui sistem
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) atau managed care benar- asuransi atau JPK. Karena sistem pembayaran yang
benar berjalan.5 bebas tersebut maka biaya pelayanan dokter praktik
Pada saat ini terdapat lebih dari 60 000 dokter. Mayo- cenderung “mahal”. Selain itu juga terjadi “komer-
ritasnya yaitu sekitar 75% adalah dokter praktik umum. Setiap sialisasi” karena ketidaktahuan pasien akan penyakit dan
tahun dihasilkan sekitar 2 500 dokter baru. Kebanyakan dari pengobatannya.
mereka tidak akan dan tidak mungkin untuk bekerja di sektor
pemerintah nantinya. Sekarang saja terdapat sekitar 2 000 4. Mutu pelayanan yang kurang
tenaga dokter pasca PTT setiap tahunnya yang harus mencari Berbagai keluhan banyak disampaikan mengenai mutu
pekerjaan sehingga bekerja di sektor swasta terutama secara pelayanan dokter praktik umum seperti kurang
mandiri. Pekerjaan dokter secara mandiri memang komunikatif, kurang informasi, kurang ramah, cepat-cepat,
merupakan ciri utama profesi dokter. kurang nyaman dan sebagainya. Mutu itu terkait dengan
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan perlengkapan yang kurang, keterampilan dan
pelayanan kesehatan yang efektif dan berkualitas, perlu kompetensi dokter yang terbatas, pembayaran yang
dipikirkan dan dikembangkan SPK yang dapat memanfaatkan “bebas” dan praktik doctors shopping yang masih
tenaga dokter yang terus bertambah sekaligus memenuhi banyak terjadi.
kebutuhan masyarakat tersebut
5. Pelanggaran etik dan standar profesi medik
Pelayanan Dokter Praktik Swasta Masih banyak terjadi pelanggaran terhadap etik dan
standar pelayanan medik seperti pemberian obat yang
Sejauh ini, kebanyakan dokter menjalankan praktik
tidak rasional, kolusi dengan perusahaan farmasi/apotik,
swasta sebagai praktik dokter secara solo (sendirian). Praktik
pemeriksaan penunjang yang tidak perlu, tidak melakukan
yang terbanyak adalah dokter praktik umum. Dari berbagai
informed consent dan lain-lain. Hal itu terutama karena
penelitian dan laporan terdapat kelemahan pelayanan dokter
masih lemahnya pengawasan praktik dokter.
praktik umum swasta yaitu:
1. Tempat praktik dan perlengkapan kurang memadai 6. Penapisan dan sistem rujukan yang kurang berjalan
Tempat praktik biasanya hanya terdiri atas satu kamar SPK yang efektif dan berkualitas harus terstruktur rapi,
pemeriksaan dan ruang tunggu saja. Luasnyapun mempunyai sistem penapisan dan rujukan yang berjalan
terbatas sekali, bahkan tidak jarang hanya berupa baik. Seyogyanya, pasien tidak langsung ke spesialis
ruangan 3x2 meter persegi. Perlengkapanpun minimal, kecuali dalam keadaan darurat. Pasien sebaiknya selalu
seringkali hanya meja kerja, tempat tidur periksa ke dokter praktik umum langganannya terlebih dulu
sederhana, stetoskop, tensimeter dan buku resep. Jarang (dokter keluarga) dan jika ada indikasi untuk dirujuk,
yang mempunyai tempat tidur periksa ginekologi, akan dilakukan oleh dokter umum tersebut. Hal itu
otoskop, oftalmoskop apalagi alat seperti USG, EKG dan diperlukan untuk pelayanan holistik, komprehensif dan
perlengkapan bedah minor. efisien. Sayangnya, sistem penapisan dan rujukan yang
2. Jenis pelayanan kesehatan terbatas terstruktur dengan baik tidak berjalan sehingga
menyebabkan SPK menjadi terkotak-kotak, spesialistik
Pelayanan yang diberikan seringkali terbatas pada
dan kurang manusiawi. Pasien sering lebih dilihat pada
pelayanan pengobatan “khas dokter umum” yang sering
organnya yang sakit saja.
secara berkelakar disebut sebagai “dokter batuk pilek”
karena terbatasnya penyakit dan masalah kesehatan
yang ditanganinya. Padahal, selama pendidikan mereka Sebetulnya, praktik dokter umum di tengah pemukiman
mempelajari ilmu penyakit dalam, kebidanan dan masyarakat merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang
kandungan, bedah, pediatri, neurologi, psikiatri, THT sangat strategis sehingga menjadi tulang punggung SPK di
dan lain-lain. Setelah lulus, jarang sekali mereka mena- banyak negara. Sayangnya, dengan perkembangan
ngani penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, peme- pelayanan dokter spesialis, praktik dokter umum menjadi
riksaan antenatal, pertolongan partus, masalah kejiwaan, terbelakang. Pelayanan yang mereka berikan secara bertahap
masalah anak, penyakit saraf, dan lain-lain yang menjadi berkurang karena kalah “pamor” dan “bersaing”
mestinya sebagian besar dapat ditangani dengan baik. dengan dokter spesialis serta faktor ketidaktahuan
Sekitar 80% penyakit sebenarnya dapat ditangani oleh masyarakat. Hal itu juga karena belum berjalannya sistem
dokter praktik umum. pendanaan kesehatan oleh pihak ketiga seperti asuransi dan
JPK sehingga terjadi no-system atau free fight liberalism
3. Biaya pelayanan yang mahal yang kalau dibiarkan akan menghasilkan “sistem” pelayanan
Hingga saat ini SPK lebih banyak menganut sistem kesehatan yang lebih tidak efektif dan efisien lagi dan
pembayaran langsung atau fee for service atau out of merugikan masyarakat.

30 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

Pengembangan Dokter keluarga keluarga dan anggotanya dapat terus terjaga kesehatannya
Mengingat keadaan di atas, sejak 2-3 dasawarsa yang serta mengurangi beban sosial-ekonomi yang dikeluarkan
lalu muncullah konsep dokter keluarga untuk meningkatkan untuk berobat.
dan menggantikan dokter praktik umum. Konsep tersebut Secara ringkas, yang dimaksud dengan dokter keluarga
diilhami oleh pengalaman dokter praktik umum sebelum tahun ialah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan
60-an di banyak negara yang lebih menjalankan praktiknya ciri-ciri utama sebagai berikut:7
sebagai dokter keluarga. Di Indonesia pada tahun 50-an juga 1. Pelayanan kesehatan lini pertama
dikenal huisarts yaitu dokter praktik umum yang menjadi Artinya memberikan pelayanan pada strata primer, yaitu
langganan keluarga. ditengah-tengah pemukiman masyarakat sehingga
Banyak negara, terutama negara maju, telah menjadikan mudah dicapai. Setiap keluarga sebaiknya mempunyai
dokter praktik umum sebagai pemberi pelayanan lini terdepan. dokter keluarga yang dapat mereka hubungi bila
Misalnya huisarts di Belanda, hausartz di Jerman, GPs (gen- memerlukan pertolongan kesehatan.
eral practitioners) di negara Commonwealth seperti Inggris,
Singapura dan Australia serta family physician di Amerika. 2. Pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum
Beberapa dasawarsa yang lalu terbentuk WONCA, yaitu Artinya memberikan pelayanan untuk masalah kesehatan
organisasi federasi perkumpulan dokter keluarga sedunia atau penyakit yang tergolong umum dan bukan
yang didukung WHO. WHO menganjurkan agar dokter spesialistik. Pelayanan dokter yang bersifat umum juga
keluarga merupakan pemberi pelayanan kesehatan utama di dikenal dengan istilah berobat jalan walaupun kadang-
tingkat pelayanan kesehatan strata primer.6 WHO juga kadang dapat pula diberikan di rumah untuk kasus
mencanangkan konsep Five Star Doctor sesuai konsep tertentu misalnya pasien yang sulit berjalan.
dokter keluarga yang mencakup kompetensi dokter untuk 3. Bersifat holistik dan komprehensif
mampu bertindak sebagai:
Holistik artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis
1. Care provider pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang
2. Decision maker sosial-budaya pasien yang mungkin berkaitan dengan
3. Communicator/educator penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat dari
4. Community leader pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, radang
5. Manager saluran napas, radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit
tersebut tidak ditangani secara holistik dan hanya terfokus
Sejauh ini, berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak akan benar-
di Indonesia seperti SKN telah menetapkan dokter keluarga benar berhasil disembuhkan.
sebagai pemberi pelayanan dokter strata pertama karena Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada
pembangunan kesehatan dikaitkan dengan pembangunan pelayanan pengobatan atau kuratif saja, tetapi meliputi
keluarga. Juga karena keluarga merupakan unit terkecil aspek lainnya mulai dari promotif-preventif hingga
masyarakat yang sangat penting fungsinya dan strategis rehabilitatif. Misalnya, konseling, edukasi kesehatan,
sekali dalam pembangunan sosial. Dalam SKN tahun 2004 imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS
disebutkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu dan rehabilitasi medik.
menerapkan konsep dokter keluarga kecuali di daerah yang
sangat terpencil yang masih dipadukan dengan pelayanan 4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan
puskesmas. Hal itu juga sudah dituangkan dalam Peraturan Artinya, pelayanan kesehatan dilakukan terus menerus
Presiden No 27/2005 (Rencana Pembangunan Jangka kepada pasien maupun keluarganya guna memelihara dan
Menengah Nasional 2004-2009) Bab 28, D point 4: Program meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain,
upaya kesehatan perorangan (individu) yang harus dilakukan hubungan dokter-pasien yang lebih kontinu atau
ialah pengembangan pelayanan dokter keluarga. Selain itu, sebagai dokter langganan. Hubungan yang berke-
terdapat pula perubahan “konotasi” sesuai UU 40/2004/UU sinambungan itu menguntungkan karena menjadi lebih
SJSN: Sejalan dengan pengembangan Sistem Jaminan Sosial saling kenal dan lebih akrab sehingga memudahkan dalam
Nasional Bidang Kesehatan, pemerintah tidak lagi me- mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien/keluarga
nyelenggarakan pelayanan kesehatan individu melalui tersebut.
puskesmas.
Paradigma baru pembangunan kesehatan yaitu 5. Pendekatan Keluarga
paradigma sehat sangat membutuhkan model pendekatan Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit sasaran
pelayanan dokter keluarga. Hal itu karena paradigma sehat pelayanan kesehatan daripada perorangan. Pasien
menekankan upaya pemeliharaan kesehatan yang me- umumnya merupakan anggota sebuah keluarga yaitu
ngutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif agar sebagai suami, isteri atau anak. Pendekatan keluarga

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Januari 2008 31


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

mempunyai berbagai keuntungan terutama untuk WHO menganjurkan agar ilmu kedokteran keluarga
dukungan yang diperlukan guna mengatasi masalah digabungkan ke dalam ilmu kedokteran komunitas karena
kesehatan. Misalnya seorang anak akan banyak banyak persamaannya.8 Di National University of Singapore
memerlukan pengertian dan dukungan orang tuanya. nama departemen yang menangani ilmu kedokteran keluarga
Suami yang menderita hipertensi perlu dukungan isteri adalah Department of Community, Family and Occupational
dan anaknya. Isteri yang sedang hamil, perlu dukungan Medicine.
suaminya dan banyak lagi contoh lain. Di FKUI, sejak hampir 20 tahun yang lalu telah dibentuk
subbagian tersendiri untuk ilmu kedokteran keluarga di
Pelayanan dokter keluarga sudah dikembangkan dan bawah Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Beberapa
diterapkan di banyak negara terutama negara maju sebagai staf muda telah dikirim untuk memperdalam ilnu kedokteran
tulang punggung dalam SPK mereka. Oleh sebab itu, konsep keluarga di Universitas Singapura dan Filipina. Subbagian
pelayanan dokter keluarga sudah menjadi kebijakan ilmu kedokteran keluarga juga telah mengembangkan klinik
pemerintah cq. Departemen Kesehatan RI untuk diterapkan. dokter keluarga (KDK) di Kiara dan Kayu Putih sebagai
Kebijakan itu didukung Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan model percontohan dan untuk mendidik mahasiswa dalam
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). pelayanan dokter keluarga.9
Dalam muktamar IDI tahun 2003 dicanangkan Visi IDI
“Dokter keluarga 2010”. Berbagai seminar, lokakarya, 2. Pengembangannya kurang terencana, terpadu, terstruk-
pelatihan dan penataran, buku pedoman dan sebagainya telah tur dan terkoordinasi dengan baik
dibuat untuk mendorong terlaksananya pelayanan dokter Karena terdapatnya perbedaan persepsi ketika konsep
keluarga. Sayangnya, pelayanan dokter keluarga dengan dokter keluarga mulai muncul, pengembangan dan
ciri-ciri di atas masih belum banyak berjalan walaupun sudah penerapannya tidak berjalan secara utuh, terencana,
dicoba lebih dari 20 tahun yang lalu. Mengapa? Apa yang terstruktur dan terkoordinasi dengan baik. Selama ini,
menjadi hambatan selama ini? Bagaimana memperbaikinya pengembangan dan penerapan dokter keluarga dijalankan
dan mempercepat terlaksananya pelayanan dokter ke- secara parsial oleh berbagai pihak sesuai persepsi dan
luarga?” kepentingan masing-masing. Sebagai contoh, karena dokter
keluarga dikaitkan dengan kepentingan pengembangan
Hambatan Utama sistem pendanaan JPKM, maka Depkes menjalankan berbagai
kegiatan pelatihan dokter keluarga berdasarkan kepentingan
Hambatan utama mengapa pelayanan dokter keluarga
mereka melalui anggaran proyek Depkes. Mereka lebih melihat
kurang berjalan adalah:
dokter keluarga sebagai “dokter umum” biasa ditambah
dengan sekedar pengetahuan mengenai aspek JPKM untuk
1. Kurangnya pemahaman pemangku kepentingan menjadi Penyedia Pelayanan Kesehatan dalam sistem JPKM
Secara umum, berbagai pemangku kepentingan (stake yang ingin dikembangkan. Maka dijalankanlah berbagai
holders) seperti DepKes, KKI, IDI, Direktorat Jenderal pelatihan singkat terhadap dokter-dokter termasuk dokter
Pendidikan Tinggi, dan AIPKI telah membuat kebijakan dan puskesmas yang dikaitkan dengan proyek percontohan
mendukung pengembangan pelayanan dokter keluarga, JPKM. Selain Depkes, kegiatan kursus dan pelatihan serupa
namun dalam aplikasinya masih banyak ditemui mispersepsi juga dijalankan oleh PT Asuransi Kesehatan (Askes) dalam
dan perbedaan. Misalnya, apakah dokter keluarga merupakan kaitannya dengan pengembangan sistem JPK dan
ilmu tersendiri atau bukan? Apakah sama seperti dokter umum menamakan dokter yang telah direkrutnya sebagai dokter
yang selama ini dikenal, tetapi hanya namanya saja yang keluarga PT Askes. Hal itu mencerminkan persepsi bahwa
berubah sehingga setiap dokter umum secara otomatis dapat dokter keluarga sama saja dengan dokter umum biasa bukan
menyebut dirinya sebagai dokter keluarga? keahlian atau spesialisasi tertentu sebagaimana yang berlaku
Ternyata, persepsi pemangku kepentingan terhadap di negara maju.
pertanyaan itu belum sama. Perbedaan persepsi itu mem- Karena dijalankan secara parsial, berorientasi proyek
punyai konsekuensi dalam pengembangannya. Sebagai dan kepentingan jangka pendek, maka semua upaya untuk
contoh, kalau merupakan ilmu atau disiplin tersendiri, harus mengembangkan profesi dokter keluarga boleh dikatakan
ada unit atau bagian tersendiri dan para ahlinya di fakultas gagal. Selama ini, banyak dilakukan trial and error
kedokteran sebagai institusi pendidikan dan keilmuan. Di berdasarkan persepsi beberapa orang pengurusnya saja.
banyak negara, khususnya negara maju, dokter keluarga Mulanya, dianggap di bawah 4 bidang spesialis yaitu ilmu
merupakan ilmu atau disiplin kedokteran yang berdiri sendiri penyakit dalam, bedah, kebidanan dan ilmu kesehatan anak,
dan merupakan spesialisasi bidang kedokteran tersendiri. karena dokter keluarga dipersepsikan sebagai dokter umum
Ada program pendidikan profesinya yang dikelola oleh unit yang perlu diberikan kursus tambahan dari ke-4 bidang
tersendiri di fakultas kedokteran dan ada perkumpulan tersebut. Maka dilakukanlah penataran singkat dengan
profesinya. dukungan proyek dan pengajarnya terutama dari ke-4 bidang

32 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

tersebut. Beberapa tahun kemudian, untuk menambah 1. Dibentuknya unit kerja atau task force dokter ke-
legitimasi upaya pengembangan dokter keluarga yang luarga nasional
dijalankan IDI tersebut, beberapa orang yang dianggap Pembentukan unit kerja diperlukan untuk merumuskan
“memahaminya” atau diharapkan terlibat, diberikan “gelar” pengembangan dan penerapan dokter keluarga secara utuh,
PKK, singkatan Pakar Kedokteran Keluarga. terpadu, terencana dan terstruktur. Unit ini terdiri atas berbagai
Hambatan dari beberapa dokter spesialis terjadi karena unsur terkait seperti KKI, DepKes, IDI, AIPKI dan asuransi
kurang pahamnya akan pelayanan dokter keluarga dalam kesehatan. Orang-orang yang duduk disini harus mempunyai
konteks SPK yang efektif, efisien dan berkualitas. Mereka pemahaman yang luas mengenai SPK. Inisiatif pembentukan
merasa seolah-olah dokter keluarga akan menjadi pesaing dapat diprakarsai KKI atau Depkes sebagai institusi
yang “merebut” dan mengurangi pasien yang datang ke pemerintah dengan mengajak unsur-unsur terkait.
praktik mereka nantinya. Padahal, pembagian kerja antara
berbagai profesi dokter yang menjalankan praktiknya, baik 2. Mempelajari konsep pelayanan dokter keluarga yang
dokter praktik umum dan spesialis maupun di antara berbagai telah berjalan baik
spesialis sudah diatur dan berlaku dengan baik. Juga, dari Kita tidap perlu mulai dari scratch, melakukan trial and
pengalaman di negara maju yang telah menerapkan pelayanan error atau reinventing the wheel. Kita dapat belajar dari
dokter keluarga, persaingan tidaklah terjadi. Bahkan, yang pengalaman berbagai negara yang SPK-nya telah berjalan
terjadi adalah sebaliknya yaitu kerjasama yang lebih harmonis baik. Prinsipnya, dokter keluarga adalah sebuah spesialisasi
dan saling menguntungkan untuk kedua belah pihak terutama atau keahlian dari profesi dokter sebagai pemberi pelayanan
dalam memenuhi kepuasan pasien, sehingga meningkatkan medis lini terdepan di tingkat primer. Setelah lulus dokter,
citra profesi dokter. mereka harus menjalani pendidikan spesialisasi yang
terstruktur selama 2-3 tahun untuk menjadi dokter keluarga.
3. Pendidikan kedokteran yang belum berorientasi pada Pendidikan profesi dilakukan di pelayanan strata primer yang
dokter keluarga terakreditasi baik.
Pendidikan dokter pada dasarnya adalah menghasilkan
lulusan dokter dengan kompetensi mampu bekerja di strata 3. Mengaitkan pengembangan dokter keluarga dengan
pelayanan kesehatan primer. Sejauh ini, pendidikan kepentingan yang lebih besar
kedokteran yang berorientasi dokter keluarga di banyak Pengembangan pelayanan dokter keluarga harus
fakultas kedokteran belum mendapatkan perhatian yang dikaitkan dengan konteks kepentingan yang lebih besar dan
cukup. Pemahaman dan dukungan pimpinan fakultas, unit strategis yaitu dalam konteks upaya mengembangkan SPK
pendidikan kedokteran serta staf pengajarnya juga masih nasional yang efektif dan bermutu tinggi guna meningkatkan
belum baik. Belum semua fakultas kedokteran mempunyai taraf kesehatan rakyat. Jangan lagi dikembangkan secara
unit atau bagian dokter keluarga yang mengurus ilmu parsial, proyek jangka pendek dan kepentingan sektoral atau
kedokteran keluarga serta menerapkan pendidikan dokter sepihak saja.
keluarga dalam kurikulumnya. Pendidikan kedokteran lebih Dalam SPK yang efektif dan bermutu, pelayanan dokter
bertumpu pada pendidikan di RS dengan kasus spesialistik keluarga merupakan pelayanan utama strata primer dan
dan terkotak-kotak (fragmentalism). Di banyak negara, merupakan tulang punggung SPK tersebut. Nantinya, semua
paradigma pendidikan kedokteran seperti itu sudah lama keluarga di Indonesia diharapkan akan mempunyai dokter
ditinggalkan.10 keluarga masing-masing yang akan menjaga dan membantu
KKI pada tahun 2006 memberlakukan Standar meningkatkan kesehatan keluarga tersebut. Dokter keluarga
Pendidikan Profesi Dokter yang bertujuan menghasilkan akan bekerja penuh sebagai dokter praktik swasta di tengah-
dokter layanan primer dengan pendekatan kedokteran tengah pemukiman penduduk yang diatur dengan baik. Tidak
keluarga walaupun kesiapan masing-masing fakultas lagi seperti sekarang yang kebanyakan berpraktik sambilan
kedokteran untuk menjalankannya masih dipertanyakan. di sore hari untuk mencari pemasukan tambahan. Tempat
dan syarat praktikpun akan diatur oleh KKI, IDI dan Depkes
melalui UU Praktik Kedokteran dan regulasi yang berlaku.
Pengembangan Dokter keluarga sebagai Tulang Punggung
SPK 4. Menjalankan pendidikan kedokteran yang berorientasi
Dalam perkembangan pembangunan kesehatan dokter keluarga
sekarang ini, sudah waktunya peran dan arti dokter keluarga Untuk menjalankan pendidikan kedokteran yang
dibenahi dan dibuat jelas untuk menghindari kerancuan dan berorientasi dokter keluarga metode pembelajaran mutakhir
tersendatnya pengembangan SPK yang efektif, efisien dan seperti SPICES (terutama problem based learning, inte-
bermutu tinggi. Untuk itu, ada beberapa hal pokok yang harus grated dan community oriented) harus benar-benar
dijalankan serius yaitu: diterapkan. RS (RS) pendidikan juga harus disesuaikan dan

Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008 33


Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

dapat menjadi model dalam SPK yang efektif dan bermutu sehingga tidak menumpuk di satu area saja. Juga kemudahan
tinggi. Misalnya, harus membina jaringan/rujukan dengan memperoleh modal untuk membangun atau menyewa tempat
penyedia pelayanan strata primer di sekitar RS. Bukan sebagai praktik yang pantas serta membeli perlengkapan dan alat
RS yang berdiri sendiri atau terisolasi. Dalam merawat pasien, kedokteran yang mereka butuhkan. Peran KKI, IDI,
jangan lagi terkotak-kotak tetapi terintegrasi. Pelayanan Perkumpulan Dokter keluarga Indonesia (PDKI) bekerjasama
terdepan di RS pendidikan harus diberikan oleh dokter dengan Depkes, bank atau lembaga keuangan sangat
keluarga dengan sistem rujukan yang berjalan dengan baik. diperlukan. Praktik dokter keluarga akan dapat berjalan
Bimbingan mahasiswa di RS pendidikan harus diberikan oleh dengan baik apabila sistem pendanaan JPK atau managed
dokter senior dan guru besar. Etika pelayanan dokter harus care berjalan baik karena keduanya saling mendukung.
benar-benar diterapkan dengan ketat dengan contoh panutan Sebagai penutup, saya menghimbau agar KKI beker-
yang diberikan staf pengajar. jasama dengan Depkes dapat segera mengambil inisiatif
Selain RS Pendidikan, perlu dibuat satelit Klinik Dokter untuk membentuk kelompok kerja atau task force dengan
keluarga (KDK) pendidikan yang merupakan bagian (net- melibatkan semua instansi terkait sebagai langkah pertama.
work) RS pendidikan sebagai suatu kesatuan. Klinik KDK Kelompok tersebut harus terdiri atas orang-orang yang
pendidikan merupakan tempat mahasiswa menjalankan clerk- berwawasan luas di bidang SPK/medis dan mempunyai
ship atau magang untuk melatih mereka dalam memberikan pemahaman yang baik mengenai dokter keluarga. Tugas
pelayanan pada strata primer yang berorientasi komunitas. utamanya adalah menyusun rencana penerapan pelayanan
KDK juga harus menjadi model dari sebuah KDK di strata dokter keluarga yang utuh dan terpadu sebagai tulang
pelayanan kesehatan primer yang lengkap serta menjadi punggung SPK.
tempat rujukan bagi dokter keluarga yang berpraktik solo
disekitarnya.11 Daftar Pustaka
1. Ontwikkeling van het Geneeskundig Onderwijs te Weltevreden,
5. Mengembangkan pendidikan spesialisasi dokter keluarga 1851-1926, STOVIA, G. Kolf and Co, Weltevreden, 1926.
Secara umum, di banyak negara, dokter keluarga 2. 125 Tahun Pendidikan Dokter di Indonesia, 1851-1976. Jakarta:
FKUI; 1976
merupakan spesialisasi tersendiri. Untuk itu telah dikem-
3. Gottret P, Schieber G. Health financing revisited, a practitioner’s
bangkan pendidikan profesi atau spesialisasi dokter keluarga guide, The World Bank, 2006.
oleh perkumpulan profesi dokter keluarga bersama fakultas 4. Rakel RE. The family physician essentials of family practice.
kedokteran. Untuk mengembangkan Pendidikan Spesialisasi Philadelphia WB Saunders Co; 1993.
5. Azrul A. Konsep dokter keluarga dalam pelaksanaan jaminan
Dokter Keluarga di Indonesia perlu dipelajari kurikulum
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Majalah Kesehatan
pendidikan spesialisasi dokter keluarga yang telah di- Masyarakat Indonesia 1991;19(12).
kembangkan WONCA dan negara maju lainnya. Di masa yang 6. World Organization of Family Doctors. The role of the general
akan datang profesi dokter yang menjalankan profesi dalam practitioners/family physicians in health care systems, WONCA,
1991.
SPK kita nantinya juga akan terdiri atas spesialis dokter
7. Azrul A. Pengantar pelayanan dokter keluarga. Jakarta: Yayasan
keluarga dan spesialis tertentu lainnya seperti bedah, Penerbit IDI; 1986.
jantung, paru, kebidanan, anak, saraf, jiwa, radiologi, 8. WHO-WONCA. Making medical practice and education more
dermatologi dll. Pendidikan spesialisasi dokter keluarga ini relevant to people’s needs: the contribution of the family doc-
tor, 1998.
dapat dikembangkan oleh task force dokter keluarga nasional
9. Panduan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga. Jakarta: Departemen
dengan melibatkan PDKI dan AIPK. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI; 2003.
10. Lubis F. Pendidikan kedokteran keluarga di fakultas kedokteran.
6. Membantu dokter keluarga untuk mengembangkan Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI; 2006.
praktik swasta 11. Lubis F. Mendirikan dan mengelola klinik dokter keluarga dengan
berhasil. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI;
Untuk mengembangkan praktik swastanya, dokter 2007.
keluarga membutuhkan tempat praktik dan peralatan yang
memadai. Untuk itu, dokter keluarga perlu diberikan
kemudahan. Misalnya dalam pengaturan lokasi tempat praktik SS

34 Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008

Anda mungkin juga menyukai