Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKURI


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN
FIQIH KELAS VII DI MTS NURUL HUDA KEBAGUSAN
JAKARTA

Penyusun :

Wardatul Adawiyah

NIM : 180100046

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL-HIKMAH JAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN ANGKATAN 2020/2021


PROPOSAL SKRIPSI

A. JUDUL : PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN FIQIH
KELAS VII DI MTS NURUL HUDA KEBAGUSAN JAKARTA

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi kelangsungan hidup
manusia, keterampilan membangun pengetahuan seharusnya dapat
diaplikasikan pada institusi pendidikan seperti sekolah. Agar tujuan
pendidikan dapat tercapai. Hai ini sesuai isi Undang – Undang Sistem
Pendidkan Nasional No 20 tahun 2003. Dalam undang – undang
SISDIKNAS tersebut, dikatakan:
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan watak
serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.’’1
Langkah-langkah tersebut dapat berjalan dengan lancar
apabila siswa mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kingsley
membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1)
keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan
cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam
kurikulum sekolah.
Gagne mengajukan lima kategori hasil belajar yang ingin dibentuk
dari proses pembelajaran yaitu 1) keterampilan intelektual (intellectual
skill), 2) strategi kognitif (cognitive strategi), 3) informasi verbal (verbal
1
Himpunan PP 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. (Tim Redaksi
Pustaka Yustisia 2011) hal. 125
1
2

information), 4) keterampilan gerak (motoric skill), 5) sikap (attitude).


Hasil belajar merupakan keterampilan kognitif yaitu pengetahuan tentang
cara bagaimana melakukan sesuatu.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran
akan bermuara pada dua kegiatan pokok pertama, bagaimana orang
melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua,
bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan
melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran
merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang antara lain dilakukan oleh
guru dalam mengondisikan seseorang untuk belajar.2
Berdasarkan dari observasi yang telah dilakukan, permasalahan pada
hasil belajar siswa yang dialami adalah ketika guru menggunakan model
pembelajaran konvensional, di mana guru lebih banyak ceramah sedangkan
siswa hanya duduk, mendengarkan dan asyik dengan teman sebangkunya.
Hal ini diperkuat dengan pretest hasil belajar siswa bahwa hasil belajar siswa
dengan rata-rata nilai masih dibawah KKM terhadap model pembelajaran
yang digunakan oleh guru kelas. Hasil ini dilihat dari rata-rata skor hasil
belajar siswa pada muatan Fiqih yang didapat oleh siswa kelas adalah dan
kelas yaitu 54,58. Skor memperlihatkan bahwa siswa.
Metode mengajar tradisional menjadikan siswa tidak bebas untuk
mengemukakan pendapatnya, mereka akan takut disalahkan apabila
jawabanya ternyata salah sehingga mereka kesulitan untuk menemukan dan
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Siswa menganggap
bahwa guru mengetahui segalanya dan apa yang disampaikan gurunya adalah
benar, bersifat mutlak, dan tidak dapat dibantah. Selain itu, komunikasi yang

2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h 5
3

terjadi hanya sebatas satu arah, yaitu guru ke siswa. Dengan demikian, guru
kurang dapat memahami bagaimana perkembangan perilaku siswa-siswanya.
Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang
belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga
pengetahuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penguasaan dan penghargaan dalam diri individu yang belajar. 3 Dengan
demikian Upaya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang
dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta
didik salah satunya dengan melakukan variasi metode mengajarnya. Suasana
kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan metode yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi antara satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh hasil belajar yang optimal.
Mata pelajaran agama tentu nya tidak terlepas dari dunia pendidikan.
Jika seseorang tidak benar-benar memahami tentang agama maka kenyataan
nya akan sering timbul kekeliruan, disitulah banyak yang mengatakan bahwa
mata pelajaran itu mudah. Oleh sebab itu seseorang akan sangat mudah
terjerumus dengan arus globalisasi dunia barat itu lah yang terjadi jika
seseorang tidak memahami mata pelajaran agama. Karena mereka
menganggap hanya mengikuti arus yang ngetren agar dianggap tidak jadul
dan kekininan, ini lah yang sangat sering kita jumpai pada anak muda yang
sudah menyimpang dari agama. Penanaman ilmu agama sangat penting dan
harus ditanam pada anak sejak usia dini khususnya agar tidak terjadi hal-hal
yang demikian
Selain dari lingkungan sekolah pendidikan agama juga bisa didapat
dari lingkungan keluarga dan lingkungan umum. Khususnya bagi agama
islam dalam lingkungan sekolah tersebut, biasanya mata pelajaran

3
Darwyan Syah, Supardi, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), h. 43.
4

Pendidikan Agama Islam (PAI) menungkan pendidikan agama, mata


pelajaran fiqih, ski, al-qur’an hadits, dan akidah akhlak adalah mata pelajaran
agama islam. Persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek dalam
kehidupan manusia baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan manusia dengan tuhan nya mata pelajaran fiqih merupakan suatu
bidang ilmu dalam syariat islam.
Proses Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri ini
dianggap cocok diterapkan pada mata pelajaran fiqih karena Tujuan utama
dari metode pembelajaran inkuiri ini adalah pengembangan berpikir.
Sehubungan dengan hal itu, maka metode pembelajaran inkuiri yang
digunakan MTS Nurul Huda Kebagusan ini adalah termasuk yang dapat
digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran dan dapat menimbulkan
hasil belajar siswa serta dapat mengantarkan keberhasilan siswa. Dengan
demikian bila hasil belajar tersebut tercapai atau terpenuhi maka hasil belajar
siswa akan lebih meningkat dan lebih baik.
Mempunyai hasil belajar cukup tentang materi, media dan sarana
pembelajaran terhadap model pembelajaran inkuiri, hasil belajar siswa cukup
tentang langkah-langkah pembelajaran terhadap inkuiri, dan hasil belajar
siswa cukup tentang interaksi model pembelajaran inkuiri. Permasalah
berikutnya adalah hasil belajar siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap
muatan Fiqih.
Maka dari itu dilakukan penelitian dengan menggunakan Metode
Pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran fiqih, sehingga nantinya dapat pula
dilihat hasil belajar siswa menggunakan Metode Pembelajaran inkuiri pada
pembelajaran fiqih. Karenanya peneliti memilih judul “Penerapan Strategi
Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Fiqih”
5

C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Guru menggunakan model pembelajaran konvensional, guru
menggunakan metode ceramah dan siswa hanya duduk, mendengarkan
dan asik dengan teman sebangkunya.
2. Hasil belajar siswa dengan nilai maksimal cukup terhadap muatan Fiqih.
Hal ini terlihat dari rata-rata skor hasil belajar siswa pada kognitif, afektif
dan psikomotor yang di dapat oleh siswa kelas VII Mts Nurul Huda
adalah 41,28 dan kelas VII Mts Nurul Huda yaitu 54,58. Skor ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil belajar rendah sebelum
mengikuti pelajar muatan dan sesudah mengikuti pelajaran muatan Fiqih.
D. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model Pembelajaran yang menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri.
2. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Fiqih
3. Penelitian dilakukan terhadap hasil belajar siswa
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan maka rumusan
masalah sebagai berikut: Seberapa besarkah pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Fiqih kelas VII Mts
Nurul Huda?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penerepan model Pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran Fiqih kelas VII Mts Nurul Huda.
6

G. Manfaat Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini khususnya dibidang
pendidikan dan pengajaran adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa sebagai jalan memperoleh pengalaman belajar yang baru dan
mengasah kemampuan mereka dalam mengembangkan pengetahuannya
berdasarkan model inkuiri yang diterapkan sehingga dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang dipelajari
sehingga menunjang peningkatan hasil belajar.
2. Bagi guru sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri.
3. Bagi peneliti sebagai bahan pembelajaran untuk dapat melaksanakan
pembelajaran yang sesui dengan kebutuhan zaman sekarang yakni
dengan memaksimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran di
dalama kelas dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
H. Kajian Teori
1. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri


Menurut Hamdani, inkuiri adalah salah satu cara belajar atau
penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara
kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu
menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data
atau kenyataan.4
Menurut Sanjaya strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal
4
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),182
7

dari bahasa yunani, yaitu heuriskeun yaang berarti saya menemukan.5


Metode pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran
siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
siswa untuk belajar. Metode pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanayakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini
sering juga dinamakan strategi heuristik yang berarti saya menemukan.6
Trianto mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu
1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar;
2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; dan
3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.7
Inkuiri sebagai metode/kegiatan belajar dan mengajar dapat dilakukan
dengan cara peroranagan/individu, kelompok maupun klasikal. Cara
melakukannya boleh menggunakan tanya jawab diskusi, atau tugas kajian
literatur, tugas lapangan, dan sebagainya. Metode inkuiri mendorong siswa

5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
6
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 222.

7
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan
Kontekstual, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 78
8

untuk bertindak aktif untuk mencari jawaban dari masalah-masalah yang


dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri dengan berpikir ilmiah, yang
kritis, logis dan sistematis.8
Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode yang
dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kunandar
menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran
dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk sendiri.9
Metode pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran
inkuiri yaitu dengan menggunakan metode diskusi. Diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah
debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam
proses pembelajaran, yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelompok kecil.
Diskusi kelompok dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini
permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara
keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Lain halnya pada
diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa sub
masalah. Setiap kelompok memecahkan sub-masalah yang disampaikan

8
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, Cet ke-6
(Bandung, Alfabeta, cv, 2014), 63.
9
Aris Sohimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 85.
9

guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.10

b. Ciri-ciri Metode Inkuiri

Pertama, metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara


maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya metode inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran,
siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan
guru secara verbal, tetapi juga mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk


mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan
sehingga diharapakan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self-
belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses
tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh karena itu kemampuan guru
dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri.

Ketiga, tujuan dari penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah


mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.

Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inkuiri siswa tak


hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Siswa yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan
berpikir secara optimal. Sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan

10
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, 200-201.
10

kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.11


Ciri-ciri dasar inkuiri menurut Bukhari Alma
1) Strategi mengajar yang merupakan pendekatan yang sistematis dalam
mencapai tujuan pengajaran yang telah direncanakan. Tujuan mungkin
merupakan tujuan jangka panjang seperti mempelajari akibat-akibat
teknologi dalam kehidupan, atau tujuan jangka pendek seperti belajar
membaca simbol dalam peta.
2) Cenderung melibatkan siswa sebanyak mungkin. Rasa ingin tahu dan
ramgsangan keterlibatan aktif dalam belajar, dimana sifat pasif dihindari.
Inkuiri menghendaki keterlibatan siswa secara konsisten pada tingkat
tinggi.
3) Inkuiri menghendaki pikiran terutama pemikiran tingkat tinggi. Essensi
dari inkuiri adalah suatu keterlibatan yang direncanakan bagi siswa dalam
berfikir.12

Karakteristik umum pengajaran inkuiri semua metode pengajaran


mempunyai ciri khasnya masing- masing, demikian pula dengan metode
inkuiri. Secara umum mempunyai karakter sebagai berikut:

1) Guru berusaha menstimulir siswa untuk berfikir aktif dengan cara,


antara lain:

a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pikiran (Thought


question)
b) Mendorong siswa untuk membuat interpretasi penjelasan dan
menyusun hipotesa/pendapat.
c) Meminta siswa untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip
kedalam berbagai situasi.
d) Mendorong siswa untuk mengolah data dan informasi.
11
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, 222.
12
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
61.
11

e) Menghadapkan siswa pada masalah, kontradiksi, implikasi,


asumsi tentang nilai dan pertentangan nilai (valuis conflict).
2) Guru berusaha menjaga suasana bebas (permissive) dan mendorong
siswa untuk berani memecahkan buah pikirannya sendiri dengan cara-
cara:
a) Bersikap membantu dan terbuka menerima pendapat (supportive
and acceptive).
b) Mengarahkan pada hal-hal yang positif.
c) Bersedia menerima dan memeriksa/membimbing semua usaha
yang diajukan oleh siswa.
d) Memberi semangat, ringan hati dan suka mengabulkan
(approval).
e) Memberi kesempatan siswa untuk berbuat kreatif dan mandiri.
f) Mendorong siswa untuk berani bertukar pendapat dan
menganalisa pendapat serta tafsiran-tafsiran berbeda.
3) Pengajaran inkuiri melibatkan berbagai variasi pemecahan masalah,
baik secara individual maupun secara kelompok.
4) Metode inkuiri bersifat open ended. Bahkan pelajaran bersifat
open ended dan kontroversial.13
c. Prinsip Penggunaan Metode Inkuiri
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri yaitu pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2) Prinsip Interaksi.
Proses pembelajaran pada dasarnya ialah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa denagn guru, bahkan
13
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
63.
12

interaksi antara siswa dan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses


interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
melainkan sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran
ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian
dari proes berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya dalam
setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada
pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu
bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, melainkan belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni “proses
mengembangkan potensi seluruh otak.” Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5) Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru ialah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.14

d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri


1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membinna suasana atau iklim
14
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, Dan Kontekstual, 80-81.
13

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkonddisikaan


agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang
dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah
orientasi adalah
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-
teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab itu, melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengmbangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permaslahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis
yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang


dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
14

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang


dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran sering
terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada maslah yang hendak
dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.15
e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri
1) Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini
dianggap lebih bermakna
2) Strategi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Strategi ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani
kebutuhan siswa yang memilki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, siswa yang memilki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Disamping memilki keunggulan strategi ini juga mempunyai
15
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, 224-226.
15

kelemahan, di antaranya sebagai berikut:


1) Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.16
2. Hasil belajar
a. Pengertian Hasil belajar
Proses belajar apabila telah dapat disampaikan kepada siswa dan
dapat merubah perilaku siswa tersebut itu merupakan suatu hasil dari proses
pendidikan. Istilah hasil belajar sebenarnya memiliki banyak makna
sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan diantaranya
sebagai berikut:
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandiingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran.17

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah merupakan suatu


kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui
16
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, 227.
17
Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.
16

kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu


sekolah dan kelas tertentu.18 Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah
bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.19
Secara sederhana, yang diamksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang
berhasil mencapai tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.20
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Oleh karena itu untuk
mengukur hasil belajar siswa, maka diadakan tes hasil secara keseluruhan.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diukur dalam bentuk
tes dan berlaku dalam waktu yang relatif lama dan terjadinya karena usaha,
yaitu proses belajar mengajar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Berhasil tidaknya proses pembelajaran tergantung kepada faktor dan
kondisi belajar yang mempengaruhinya. Oleh karena itu untuk mencapai
hasil belajar yang sebaik-baiknya perlu dipertimbangkan faktor-faktor dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi terhadap proses kegiatan belajar. Secara
global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi tiga macam yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan kondisi jasmani

18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya, 2015), 22.
19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), 30.
20
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet Ke-1 (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), 5
17

dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan


disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar


siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.21

Senada dengan hal itu Abu Ahmadi menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor raw input (yakni faktor murid atau anak itu sendiri) dimana setiap
anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:

a) Kondisi Fisiologis

b) Kondisi Psikologis

2) Faktor environmental input, (yakni faktor lingkungan), baik itu


lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.

3) Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari:


a) Kurikulum
b) Program bahan pengajaran
c) Guru (tenaga pengajar).
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman, hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai
factoryang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara
perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 145..
18

2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat,
Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang
morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian
orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari
berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya dikemukakan oleh Wasliman bahwa sekolah merupakan
salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa, semakin tinggi
kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka
semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Kualitas pengajaran disekolah
sangat ditentukan oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Wina
Sanjaya , bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat
ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan
memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses
pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru,
apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin digantikan oleh
perangkat lain, seperti televisi, radio, atau komputer. Sebab, siswa
adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan
dan bantuan orang dewasa.
Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya, terdapat sejumlah aspek yang
dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru,
yaitu:
1) Teacher formative experience,
meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru
yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam
aspek ini di antaranya tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar
belakang budaya, dan adat istiadat.
19

2) Teacher training experience,


meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan
aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman
latihan profesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.
3) Teacher properties,
adalah segala sesuatu yang berhubungan denagn sifat yang
dimilki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru
terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan
kemampuan mereka baik kemampuan dalam pengelolaan
pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan
dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan
materi.
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa hasil belajar siswa
merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah
faktor yang saling memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil belajar
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Ruseffendi
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam
sepuluh macam, yaitu: kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan
belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,
suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.
Dari kesepuluh faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan siswa
belajar, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya
tergantung pada siswa. Faktor-faktor itu adalah kecerdasn anak, kesiapan
anak, dan bakat anak, faktor yang sebagian penyebabnya hamper
sepenuhnya tergantung pada guru, yaitu: kemampuan (kompetensi),
suasana belajar, dan kepribadian guru. Kiranya dapat dikatakan bahwa
keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada faktor dari dalam siswa
dan faktor dari luar siswa. Hal ini sejalan dengan dikatakan oleh Sudjana,
bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor
20

utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilkinya. Faktor kemampuan siswa besar
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.22
4) Indikator Hasil Belajar
Proses pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah
tingkah laku siswa. Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah siswa
melakukan pembelajaran. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku. Rumusan tujuan pendidikan dalam pendidikan
nasional baik tujuankurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar
membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
Setiap ranah disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai
dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal
yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang
konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun penjelasan ketiga ranah
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi 1) ingatan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4)
sintesis, 5) analisis, 6) evaluasi
b) Ranah Afektif
Meliputi (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4)
organisasi, (5) internalisasi.
c) Ranah Psikomotor
Meliputi (1) gerakan refleks, (2) keterampilan gerak dasar, (3)
kemampuan perceptual, (4) keharmonisan atau ketetapan, (5) gerakan
berupa keterampilan-keterampilan yang bersifat kompleks, dan (6)
22
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet Ke-1 (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2013), 12-18.
21

gerakan eksfresif dan interprelatif.23


Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan
yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.24 Herward
Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita, masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam Nana Sudjana
membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris.25
Dari pendapat diatas, hasil belajar sebagai objek penilaian yang dapat
dibedakan kedalam beberapa kategori, antara lain keterampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Kategori yang
banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling
berkaitan.

3. Mata Pelajaran Fiqih

a. Pengertian Fiqih

23
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru,
2000), 18.
24
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1999), 22.
25
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 22.
22

Di dalam Al-Qur‟an tidak kurang dari 19 ayat yang berkaitan dengan kata
fiqih dan semuanya dalam bentuk kata kerja, seperti di dalam surat At-Taubah
ayat 122;

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Q.S At-Taubah (9):122).
Secara etimologis, fiqih digunakan untuk menyebutkan pemahaman yang
mendalam terhadap suatu ilmu, tidak sekedar tau saja tetapi memahami secara
mendalam (secara fsikologis) sampai tersikap rahasianya. Oleh karena itu tidak
setiap orang yang mengetahui (alim) itu paham (faqih), tetapi setiap faqih pasti
alim. Pada umumnya istilah- istilah ini digunakan pada ilmu agama karena
kemuliaan dan keutamaannya dibidang disiplin ilmu.26 Jelaslah bahwa pengertian
fiqih para ulama berbeda dalam menakrifkan fiqih, karena beda dalam memahami
dalam ruang lingkup fiqih dari sisi mana mereka melihat fiqih.

Walaupun demikian, tampaknya ada kecenderungan bersama bahwa fiqih


adalah suatu sistem hukum yang sangat erat kaitannya dengan agama Islam. Maka
dalam pembelajarn fiqih, tidak hanya terjadi proses interaksi antara guru dan anak
didik di dalam kelas. Namun pembelajaran dilakukan juga dengan berbagai
interaksi, baik di lingkungan kelas maupun musholla sebagai tempat praktek-
praktek yang menyangkut ibadah. Pembelajaran fiqih bisa dijadikan dalam proses
pembelajaran itu sendiri. termasuk pula kejadian-kejadian sosial baik yang terjadi
dimasa sekarang maupun masa lampau, yang bisa dijadikan cerminan dalam
perbandingan dan penetapan hukum Islam oleh peserta didik.

Pembelajaran fiqih merupakan bagian dari pendidikan agama Islam yang


bertujuan utuuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam dalam praktek kesehariannya melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, dan pembiasaan. Dengan demikian
26
Rachmat Syafe‟i, Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia 2010), 18.
23

pemahaman tentang fiqih merupakan suatu pemahaman yang sangat penting untuk
ditanamkan bagi setiap peserta didik, sebab tanpa adanya pemahamn tersebut,
maka yang dikhawatirkan adalah akan tidak diterimanya amal ibadahnya karena
kurangnya penguasaan hukum yang dijelaskan dalam kajian fiqih.

b. Ruang Lingkup Fiqih


Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara lain:
1) Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
Hubungan manusia dengan Allah SWT., meliputi materi: Thaharah,
Shalat, Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infak, Hadiah dan Wakaf.
2) Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia.
Bidang ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan Jenazah dan
Ta‟ziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan.
3) Hubungan Manusia dengan Alam (Selain Manusia) dan Lingkungan.
Bidang ini mencakup materi, Memelihara kelestarian alam dan
lingkungan, Dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan,
Makanan dan minuman yang dihalalkan dan
diharamkan, Binatang sembelihan dan ketentuannya.
c. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran Fiqih
Pembelajaran fiqih pada Madrasah Tsanawiyah bertujuan agar peserta
didik dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci
dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli sebagai pedoman hidup
secara pribadi dan sosial.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar,
disiplin dan tanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan
24

sosial.27

Tujuan pembelajaran fiqih adalah menerapkan hukum syara‟ pada


semua perbuatan dan ucapan manusia. Sehingga melalui pembelajaran
fiqih diharapkan siswa mampu memahami, melaksanakan serta
mengamalkan pokok-pokok hukum Islam dengan disiplin serta tanggung
jawab yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari baik pribadi maupun
social.
Adapun fungsi mata pelajaran fiqih adalah untuk:
1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah
Swt, sebagai jalan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
2) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam kalangan peserta didik
dengan ikhlas dan prilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Madrasah dan masyarakat.
3) Pembentukan dan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di
Madrasah dan masyarakat.
4) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt serta akhlak
mulia peserta didik seoptimal mungkin yang telah ditanamkan lebih
dahulu pada lingkungan keluarga dll.28

4. Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dan
terkait dengan pembelajaran di sekolah dasar sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dkk (2016) dengan judul
“Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Hasil Belajar Matematika
pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya Bandar Lampung Tahun
27
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), 53.
28
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, 54.
25

Pelajaran 2015/2016” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang


signifikan antara kelas yang menerapkan metode inkuiri pada
pembelajaran matematika dengan kelas yang menerapkan metode
konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari selisih rata-rata nilai post test
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, yaitu 60,00 dan 80,66.
Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis yang bermaksud untuk menguji
kesesuaian hipotesis dengan hasil penelitian. Pengujian hipotesis tersebut
menggunakan analisis Student T Test dengan bantuan SPSS 17 for
Windows yang menunjukkan bahwa thitung > ttabel (9,793 > 2,026), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan perhitungan tersbut maka dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap
hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri 1 Rajabasa Raya
Bandar Lampung.
Penelitian yang dilakukan oleh Mila, dkk. (2018) dengan judul yaitu
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Tematik
Kelas IV SDN 3 Adipuro Lampung. Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai dari rata-rata hasil belajar setelah pembelajaran dengan model inkuiri
lebih tinggi dari pada hasil belajar sebelumnya. Rata-rata nilai pretest
sebesar 51,50 dan rata-rata nilai posttest sebesar 70,00. Berarti rata-rata
nilai posttest lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest hal ini
dikarenakan pembelajaran dengan model inkuiri.

5. Kerangka Berfikir
Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran ditentukan oleh
tepatnya guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
Untuk menyampaikan sebuah materi pelajaran diperlukan metode yang
pas sehingga guru dalam memberikan materi dapat diterima dengan
26

mudah oleh siswa. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat


mengembangkan potensi anak secara afektif, kognitif, psikomotor guru
dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan Pembelajaran
Berorientasi Aktifitas Siswa melalui metode inkuiri. Metode inkuiri sendiri
itu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Fiqih adalah salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengetahui, memahami
prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tata cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman dalam kehidupan pribadi maupun sosial, akan dapat dipahami
dengan baik jika peserta didik mengikuti pembelajaran dengan sungguh-
sungguh. Dengan kata lain jika peserta didik yang benar-benar mengikuti
pelajaran dan tidak hanya pasif mendengarkan apa yang diterangkan guru,
peserta didik akan mempunyai prestasi dan motivasi belajar yang tinggi,
sehingga jika proses pembelajaran melalui metode inkuiri berjalan baik,
maka peserta didik akan memperoleh hasil belajar berupa panduan antara
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang dalam mata
pelajaran Fiqih, sebaliknya jika peserta didik hanya pasif mendengarkan
guru saja, dia akan memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan.
Dengan adanya proses pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri, siswa dituntut untuk dapat belajar aktif di dalam kelas, sehingga
dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Fiqih
Dalam kajian yang relevan, dengan menerapkan metode inkuiri pada
pembelajaran Fiqih maka minat belajar siswa pada pembelajaran fiqih
meningkat yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Jika
pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran fiqih baik maka
kemungkinan hasil belajar fiqih siswa juga baik, namun jika pelaksanaan
27

metode inkuiri dalam pembelajaran fiqih tidak baik maka kemungkinan


besar hasil belajar siswa juga tidak maksimal. Berdasarkan uraian tesebut,
maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:

Metode Inkuiri Hasil Belajar

(Gambar Diagram Pengaruh Variabel Bebas dengan Variabel Terikat)


(Keterangan x= metode inkuiri, y=hasil belajar)
Berdasarkan gambar diatas, maka diduga ada pengaruh penerapan
metode inkuiri terhadap hasil belajar fiqih. Artinya semakin baik
pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode inkuiri maka semakin baik
pula hasil belajar fiqih. Sebaliknya apabila pembelajaran fiqih dengan
menggunakan metode inkuiri kurang baik maka hasil belajarnya pun tidak
baik.
6. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir yang telah
diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan yang akan dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan


metode inkuiri akan lebih baik.
b. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan Metode
Pembelajaran inkuiri dengan siswa yang menggunakan Metode lainnya

I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu penelitian
28

Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti,


maka dalam hal ini penelitian dilaksanakan di kelas VII M T s
N u r u l H u d a kebagusan Jakarta
b. Tempat penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di MTs Nurul Huda Kebagusan
Jakarta. Adapun alasan penulis memilih MTs Nurul Huda Kebagusan
Jakarta. sebagai lokasi penelitian, yaitu
1)Terdapat permasalahan yang menarik tentang pembelajaran Fiqih,
2)Tempatnya yang strategis dan tidak jauh dari tempat tinggal penulis
sehingga memudahkan penulis untuk melaksanakan penelitian
2. Metode Penelitian
Metode penelitian, pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang
diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang
mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.29 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan.30 Penelitian ini merupakan study
eksperimen dengan menggunakan desain kuasi eksperimen (Quasi
Experimental Design). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.31 Adapun desain
kuasi eksperimen yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group
Desaign. Desain penelitian ini hampir sama dengan Pretest-Posttest
Control Group Desain hanya saja dalam menentukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrolnya tidak menggunakan sistem

29
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi,
(Bandung: Alfabeta, 2016), 3.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, 109.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi,116.
29

random32. Dalam penelitian ini menggunakan dua kelompok yang


diperlakukan berbeda. Kelas pertama adalah kelas yang
pembelajarannya mengunakan Metode Inkuiri sebagai kelas
eksperimen, sedangkan kelas kedua adalah kelas yang pembelajarannya
menggunakan Metode ceramah sebagai kelas kontrol. Secara jelas
dapat dilihat sebagai berikut:33

Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test


O₁ X O₂

.......………………………………………………………......
O₃ X O₄

Keterangan :

O₁ = Pre-Test Kelas Eksperimen.

O2 = Post-Test Kelas eksperimen.

O3 = Pre-Test Kelas Kontrol.

O₄ = Post-Test Kelas Kontrol.

X = Penerapan Metode Inkuiri Kelas Eksperimen

X = Penerapan Metode ceramah pada Kelas


Kontrol
..... = Garis ini dimaksudkan kelompok tidak dilakukan
secara acak, namun menggunakan kelas yang sudah
ada.
3. Populasi dan Sampel

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi,118.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, 118.
30

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.34Dalam penelitian ini yang akan
di jadikan Populasi adalah siswa kelas VIII MTS Nurul Huda Kebagusan
Jakarta Tahun Ajaran 2021/2022 yang terdiri dari 2 kelas. Yang
berjumlah 48 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.35

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive


Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Purposive Sampling juga responden yang terpilih menjadi
anggota sampel atas dasar pertimbangan peneliti sendiri. Dalam teknik
pengambilan sampel ini, “Peneliti mempunyai kebebasan memilih
siapa yang mereka temukan, sehingga dinamakan kemudahan. Sampel
ini tidak memiliki kontrol untuk menjamin presisinya, namun masih
merupakan prosedur yang berguna. Sering kali pengambilan sampel
seperti ini untuk menguji gagasan atau bahkan untuk memperoleh

34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi 119.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi. 120.
31

gagasan mengenai subjek yang di minati.”36

Peneliti meggunakan teknik sampel tersebut karena dikelas VIII


MTS Nurul Huda Kebagusan Jakarta hanya terdiri dari dua paralel yaitu
kelas VIII-A dan VIII-B. Jadi sampel yang akan diteliti adalah para
siswa kelas VIII- A dan VIII-B.
4. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yang terdiri dari variabel
X yaitu metode inkuiri dan variabel Y adalah hasil belajar siswa. Masing-
masing variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel Metode Inkuiri
a.Definisi Konseptual
Metode inkuiri merupakan salah satu cara belajar atau
penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan
cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena
didukung oleh data atau kenyataan.37
b. Definisi Operasional
Metode Inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Adapun indikator untuk
pencapaian ini adalah peningkaan hasil belajar siswa yang diamati
dari hasil posttest.
2. Variabel Hasil Belajar Siswa
a) Definisi Konseptual
36
Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. (Bandung: PT Refika Aditama,
2016), 106.
37
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),
182.
32

Hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu


interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru.38
b) Definisi Operasional
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar berupa angka atau nilai yang diperoleh dari hasil posttest.
Adapun indikator untuk pencapaian ini berupa perubahan sikap,
perubahan tingkah laku, dan perubahan cara berpikir. Perubahan
itu dapat diartikan adanya perubahan serta peningkatan dari hasil
belajar yang sebelumnya. Hasil belajar Fiqih pada penelitian ini
menggunakan hasil posttest.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan
kualitas yang terkumpul.39 Instrumen penelitian dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tes dan non tes, tes memiliki sifat mengukur, sedangkan
non tes memiliki sifat menghimpun.
Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar Fiqih
siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test) terdiri dari tes obyektif
bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, dengan pensekoran jika benar diberi
skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Tes yang diberikan kepada kelas
eksperimen sama dengan tes yang diberikan kepada kelas kontrol.

Tabel 3.1
Instrumen Kisi-Kisi Soal

38
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 20.
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
134.
33

No Kompetensi dasar Materi Indikator No Soal


34

1. Menjelaskan ketent uan Puasa  Menjelaskan 16,19


puasa pengertian puasa
dan dalilnya.
 Menjelaskan 7,8,9
syarat dan rukun
puasa.
 Menjelaskan 11
amalan yang di
sunnahkan
waktu berpuasa
 Menjelaskan 1
hal-hal yang
makruh pada
waktu berpuasa
 Menjelaskan hal- 3
hal yang
membatalkan
puasa
 Melafalkan do`a
berbuka puasa
2. Menjelaskan macam- Puasa  Menjelaskan 2
macam puasa Ramadhan hukum puasa
Ramadlan dan
dalilnya
 Menjelaskan cara 4
menentukan awal
dan akhir
Ramadhan dan
dalilnya
35

 Menjelaskan hal- 5
hal yang
membolehkan
tidak berpuasa
dan dalilnya
 Menjelaskan amalan 15
sunah serta hal-hal
yang dilarang pada
bulan Ramadhan dan
dalilnya
 Menjelaskan kafarat 17
bagi orang
melanggar larangan
Puasa Ramadhan
dan Dalilnya
3. Menjelaskan macam- Puasa  Menjelaskan 12
macam puasa Nadzar pengertian Puasa
Nadzar dan dalilnya
 Menjelaskan hukum 6
Puasa Nadzar
 Menjelaskan sebab 18
terjadinya Puasa
Nadzar
4. Puasa  Menjelaskan 20
Sunnah pengertian Puasa
sunah
 Menjelaskan 10
macam-macam
36

puasa sunah
 Menjelaskan hari- 14
hari yang
disunahkan berpuasa
 Menyebutkan hari- 13
hari yang
diharamkan dan
dimakruhkan
berpuasa

6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis
mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis yaitu
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan
akan di amati.40 Langkah ini dilakukan oleh peneliti dengan cara
pengamatan langsung pada objek yang diteliti sehingga peneliti dapat
memperoleh data yang akurat. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data
berupa keadaan sekolah, keadaan sarana prasarana, letak geografis
sekolah dan keadaan siswa.
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis melakukan observasi
ke MTs Nurul Huda Kebagusan Jakarta yang mana dalam observasi ini
penulis mendapatkan informasi seperti untuk mengetahui jumlah siswa,
jadwal pembelajaran yang efektif dan jadwal pembelajaran pada mata
pelajaran Fiqih kepada guru yang bersangkutan.
b. Dokumentasi
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), 200.
37

Metode ini merupakan metode pengumpulan data dalam


mengadakan penelitian ini bersumber pada tulisan. Artinya pengumpulan
data diperoleh dari sumber-sumber yang berupa catatan tertentu. Atau
sebagai bukti tertulis yang tidak dapat berubah kebenarannya dalam
melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, raport siswa dan sebagainya.41
Untuk penelitian ini, peneliti mengambil dokumentasi berupa
foto atau gambar pada saat penelitian berlangsung hal tersebut sebagai
bukti nyata bahwa peneliti telah melakukan peneltian di MTS Nurul
Huda Kebagusan Jakarta
c. Tes
Tes merupakan prosedur sistematis dimana individual yang dites
dipresentasikan dengan suatu set stimulua jawaban mereka yang dapat
menunjukkan ke dalam angka. Subjek dalam hal ini, harus bersedia
mengisi item-item dalam tes yang sudah direncanakan sesuai dengan
pilihan hati dan pikiran guna menggambarkan respon subjek terhadap
item yang diberikan.42
Insttrumen berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan tes yang berupa pre test dan post tes. Pre test
dilakukan guru secara rutin setiap akan memulai penyajian materi baru.
Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan sisiwa
mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi ini berlangsung secara
singkat dan sering tidak memerlukan instrument tertulis. Sedangkan
post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang
dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah

41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
42
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2003).138.
38

untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah


diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan
menggunakan instrument sederhana yang berisi item-item yang
jumlahnya sangat terbatas.43
Tes dil akukan untuk mendapatkan data siswa mengenai hasil
belajar masing-masing pada setiap pertemuan baik pada kelas
eksperimen maupun pada kelas kontrol. untuk memperoleh data
tersebut instrument yang digunakan dalam hal ini adalah soal tes awal
dan test akhir atau sering disebut dengan pre test dan post test.
7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial.44

a. Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi.45 Data yang disajikan dalam statistik ini dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, grafik, modus, mean, median dan variansi
kelompok melalui rentang dan simpangan baku.
b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk
43
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2010),
142.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
(Bandung: Alfabeta,2016), 199.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, 199.
39

menganalisis data sampel, dan hasilnya diberlakukan untuk populasi


dimana sampel diambil46. Statistik inferensial dibagi menjadi dua, yaitu
statistik parametris dan nonparametris. Untuk bisa menentukan statistik
mana yang akan digunakan dalam pengolahan data, maka dilakukan uji
prasyarat, antara lain:
1) Uji Prasyarat:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan untuk
mengetahui kenormalan data penelitian. Pengujian normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan rumus uji chi kuadrat (X2).
Chi kuadrat (X2) satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau
lebih kelas dimana data berbentuk normal dan sampelnya besar.
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan
menggunakan rumus chi kuadrat (X2) adalah sebagai
berikut:
1) Mencari skor terbesar dan skor terkecil.
2) Mencari nilai rentangan (R).
R=Skor Terbesar- Skor Terkecil.Mencari banyaknya kelas (BK)
3) BK= 1+3,3 log n ( rumus Strugess)
4) Mencari nilai panjang kelas (i)
𝑅
i=

𝐵𝑘
5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
6) Mencari rata-rata (mean)

ZfXi
X̅ =
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi 201.
40

7) Mencari simpangan baku (s)

√𝑛∑fi𝑥i2 − (∑ fi𝑥i)2
𝑆 =

n. (n − 1)

8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan.

9) Mencari chi kuadrat hitung (X


hitun ), yaitu sebagai berikut :
2

g
k ( f  f )2

2   o e

1 fe

Keterangan

f o frekuensi dari yang diamati frekuensi yang diharapkan

f e frekuensi yang diharapkan

k  banyak kelas

dk  (k  3) , derajat kebebasan (k=banyak kelas)


2 2 2
(11) Membandingkan  hitung dengan  tab Atau   (dk)
dan taraf signifikan adalah
Kaidah Keputusan:
Jika X2hitung≤ X2tabel, maka distribus data n normal.
Jika X2hitung ≥ X2tabel, maka distribusi data tidak normal
(12) Menarik kesimpulan.

2) Uji Homogenitas
41

Uji homogentitas bertujuan untuk mengkaji apakah sebaran data


berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogentitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji varians.
8. Hipotesis Penelitian
a. Analisa Regresi Sederhana
Analisa ini diigunakan untuk menguji hipotesis yaitu untuk
mengetahui besarnya korelasi antara variabel bebas dengan variabel
terkait. Proses pengujian hipotesis melalui analisis regresi dibantu dengan
bantuan program SPSS versi 22 for windows. Pengambilan kesimpulan
adalah dengan melihat uji F, didapat F hitung yang kemudian
dibandingkan dengan taraf signifikasi (0, 05). Jika nilai probabilitas uji F
hitung lebih kecil atau sama dengan taraf signifikan (p < 0,05) maka
variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat dan berlaku sebaliknya.
b. Kriteria Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian (Ha) berbunyi Terdapat pengaruh signifikan
Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs Nurul Huda Kebagusan Jakarta. Ho
diterima jika nilai F hitung < F tabel atau nilai probabilitas hitung > taraf
signifikasi 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh signifikan Penerapan
Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs Nurul Huda Kebagusan Jakarta. Ho
ditolak jika nilai F hitung > tabel atau nilai probabilitas hitung < taraf
signifikasi 0,05 artinya terdapat Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII MTs Nurul
Huda Kebagusan Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997


42

Aris Sohimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers,2002

Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil


Mengajar, CV Cahaya Agency, 2013

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran,Bandung: Bumi Aksara, 2006


Fikri, 1950

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar Bandung: CV Pustaka Setia, 2011

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia,2011


Himpunan PP 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Tim Redaksi

Koko Abdul Kodir, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2014

Muhammad Idris Abdur Rauf Al Marbawi, Kamus Idris Al Marbawi, Surabaya:


Darul

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT.

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006


Pustaka Yustisia 2011Remaja Rosdikarya, 2015

Rizky Maulana dan Putri Amelia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya:

Sam S. Warib, Kamus Lengkap Bahasa Inggris, (Jakarta: Sandro Jaya


Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, Dan Kontekstual, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Cet Ke-1 Bandung: Kencana, 2006
OUTLINE

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP


HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII MTS
NURUL HUDA KEBAGUSAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan
1. Indfentifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Inkuiri
1. Pengertian Inkuiri
2. Ciri-ciri Metode Inkuiri
3. Prinsip penggunaan Metode Inkuiri
4. Langkah-langkah Model Inkuiri
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
C. Fiqih
1. Pengertian Fiqih
2. Ruang Lingkup Fiqih
3. Tujuan dan Fungsi Mata pelajaran Fiqih

44
D. Penelitian yang Relevan
E. Kerangka Berpikir
F. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
B. Pupolasi dan Sample
1. Populasi
2. Sample
C. Variabel
D. Instrument Penelitian
1. Instrumen Test
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Hipotesis Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Uji Persyaratan Analisis
C. Pembahasan Temuan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

44

Anda mungkin juga menyukai