Anda di halaman 1dari 7

Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik, Vol. 4 No.

2, November 2021
ISSN: 2622-0407

Pendidikan, Seni, dan Budaya:


Entitas Lokal dalam Peradaban Manusia Masa Kini
Fajry Sub'haan Syah Sinaga1, Emah Winangsit2 dan Agung Dwi Putra3
1,2.3
Universitas Negeri Padang, Padang, Indonesia
Email: fajry.sinaga@fbs.unp.ac.id1, emah_winangsit@fbs.unp.ac.id2, agung.2nd.son@gmail.com3

Abstract: Humanizing and civilizing society is one manifestation of education as a cultural process. The
educational process allows for the exchange of information between subjective, intersubjective, and
intrasubjective and inherits the nature of values, knowledge, and beliefs that function as a guide to meet human
needs in the context of local entities. This article is a conceptual research that discusses the educational process
that can occur through several concepts, namely internalization, socialization, and enculturation. In the process,
education can be done in formal, informal, or non-formal ways. This article aims to reveal the importance of the
values contained in local entities and preserve them as a form of cultural manifestation based on knowledge,
values, beliefs that can benefit the community. In a more specific context, this article brings up the discourse of
art education as a civilizing process that utilizes art as a medium that has a strategic role in preserving and
strengthening the local entity of a culture.

Keywords: education, arts, culture, values, local entities.

Abstrak: Memanusiakan dan membudayakan masyarakat merupakan salah satu manifestasi pendidikan sebagai
proses budaya. Proses pendidikan memungkinkan untuk pertukaran informasi antar subjektif, intersubjektif,
maupun intrasubjektif dan mewariskan hakikat nilai, pengetahuan, hingga kepercayaan yang difungsikan
sebagai panduan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam konteks entitas kelokalan. Artikel ini merupakan
penelitian konseptual yang membahas tentang proses pendidikan yang dapat terjadi melalui beberapa konsep,
yaitu internalisasi, sosialisasi, dan enkultutrasi. Pada prosesnya, pendidikan dapat dilakukan dengan cara-cara
formal, informal, maupun non-formal. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap pentingnya nilai-nilai yang
terkandung dalam entitas lokal dan melestarikannya sebagai bentuk manifestasi budaya berbasis pengetahuan,
nilai, kepercayaan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Pada konteks yang lebih khusus, artikel ini
membawa wacana pendidikan seni sebagai sebuah proses pembudayaan yang memanfaatkan seni sebagai media
yang memiliki peran strategis dalam melestarikan dan menguatkan entitas lokal suatu kebudayaan.

Kata Kunci: pendidikan, seni, budaya, nilai, entitas lokal

Article info:
Received: 14 Agustus 2021
Reviewed: 18 November 2021
Accepted: 29 November 2021

PENDAHULUAN menyangkut cara hidup, pandangan dunia,


Setiap masyarakat mengembangkan kepercayaan, moralitas, estetika, dan etika.
budayanya sendiri (sistem nilai) sebagai Perubahan adalah keniscayaan yang akan
panduan untuk mengatur dan memenuhi dialami setiap manusia. Salah satu upaya untuk
berbagai kebutuhan hidup. Dengan beradaptasi pada setiap perubahan adalah
menggunakan budaya mereka, individu dapat dengan pendidikan. Proses dari tidak tahu
merespons dan berinteraksi satu sama lain menjadi tahu merupakan salah satu upaya sadar
dalam mengekspresikan dan mengakomodasi untuk mengantisipasi perubahan. Perwujudan
berbagai kebutuhan yang secara kolektif budaya dalam masyarakat dapat berupa
mereka inginkan atau cita-citakan (Rohidi, kebiasaan atau gaya (cara) hidup, dan peristiwa
1994, 2014; Suparlan, 2014). Sistem pemandu, atau tradisi unik. Kehadiran bentuk budaya
terlepas dari sifat abstraknya, dapat yang unik, yang mengandung nilai-nilai atau
diidentifikasi sebagai berikut: nilai-nilai yang kearifan lokal, berfungsi sebagai sarana
memelihara dan mengembangkan kehidupan

104
Fajry Sub'haan Syah Sinaga1, Emah Winangsit2 dan Agung Dwi Putra3
Pendidikan, Seni, dan Budaya: Entitas Lokal dalam Peradaban Manusia Masa Kini

yang baik dalam kelompok kolektif. Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


demikian, nilai-nilai lokal atau yang biasa Pendidikan Seni dalam Konteks Sosial
disebut kearifan lokal menjadi sangat berharga Budaya
dan berfungsi sebagai panduan sosial dalam Tidak dapat dipungkiri bahwa sepanjang
konvensi sosial untuk hidup dan memenuhi sejarah, manusia sebagai makhluk sosial dan
kebutuhan manusia. budaya telah melakukan praktik pendidikan
Penelitian tentang Kearifan Lokal pernah terutama sebagai cara untuk mempertahankan,
dilakukan oleh (Hartiningsih, 2015) yang melestarikan, dan mengembangkan keberadaan
mengatakan bahwa lagu dolanan merupakan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan
salah satu bagian dari kearifan lokal yang penuh yang selalu berubah dan untuk mendapatkan
dengan pesan moral dan sosial. Namun kehidupan yang lebih baik. Melalui proses
demikian, penelitian ini akan membahas pendidikan, individu-individu dalam
kearifan lokal secara konseptual sehingga dapat masyarakat mengenali, menyerap, mewarisi,
dikaitkan dengan peradaban manusia masa kini memasuki, dan mengembangkan unsur-unsur
yang harus terus melestarikan nilai-nilai luhur budaya, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan
salah satunya dengan teknologi dan dan teknologi yang penting untuk bertahan
pembelajaran musik. hidup dan berkembang di lingkungan mereka
Kearifan lokal menjadi salah satu unsur (Rohidi, 1994).
penting yang harus tetap ada di tengah Berdasarkan hal itu, definisi budaya
kemajuan teknologi dan arus informasi yang dapat dibilang mengandung tiga aspek penting:
sangat deras. Oleh karena itu, sangat penting (1) diwarisi dari satu generasi ke generasi,
unyuk membahas peranan pendidikan dalam dalam hal ini budaya dipandang sebagai
menjaga nilai-nilai budaya melalui seni sebagai warisan atau tradisi sosial, (2) belajar, dalam
medianya. Penelitian ini secara khusus hal ini budaya bukanlah manifestasi, dalam
mengeksplorasi bagaimana pendidikan, lebih tingkat tertentu, kondisi genetik manusia, dan
khusus pendidikan seni, dapat memainkan (3) dibagikan dan dimiliki secara kolektif oleh
peran dalam melestarikan kearifan lokal lintas orang-orang (Rohidi, 1994). Dalam pengertian
generasi. Dengan mengatasi masalah ini, itu, tersirat bahwa proses pengalihan budaya,
makalah ini bertujuan untuk merumuskan, sebagai model pengetahuan, nilai-nilai,
setidaknya, wacana teoritis yang dapat berguna kepercayaan atau teknologi, selalu terjadi
untuk pemikiran alternatif dalam upaya melalui proses pendidikan. Ada upaya
mengembangkan strategi pelestarian kearifan pengalihan (oleh pendidik) dan penerimaan
lokal yang saat ini tampaknya kurang mendapat (oleh peserta didik) terkait dengan zat tertentu
perhatian dari pihak terkait. (budaya) sehingga budaya dapat menjadi
METODE warisan sosial yang bermakna bagi masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk Melalui pendidikan, individu diharapkan
mengidentifikasi dan mengeksplorasi nilai-nilai untuk belajar konvensi sosial dan simbol
entitas lokal yang digunakan sebagai bahan budaya. Mereka juga perlu menggunakan nilai-
dalam pembelajaran seni. Penelitian ini didasari nilai yang dipelajari sebagai panduan untuk
dengan pendekatan kualitatif dengan kajian berperilaku bermakna dalam kehidupan sosial
utama adalah fenomena sosial yang berkaitan mereka. Ini berarti bahwa dengan mempelajari
dengan peradaban manusia (Rohidi, 2000). dan menyerap apa yang dipelajari, individu
Berbagai data dalam penelitian ini didapatkan dipersiapkan untuk dapat menjadi warga negara
dengan studi pustaka melalui media internet yang sadar dan mampu memainkan status dan
maupun jurnal-jurnal terkait. peran mereka sesuai dengan nilai-nilai sosial
Peneliti mengungkap bahwa beberapa budaya di komunitas mereka (P.Raharjo, 2002;
penelitian terdahulu memberikan sebuah Sampurno et al., 2020). Untuk waktu yang
pengantar yang kuat dalam mengkaji sebuah lama, Parsons (1964) telah mengingatkan
peradaban manusia melalui tiga sudut pandang, bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah
yaitu pendidikan, seni, dan budaya (Julia, 2017; sebagai media pengalihan dan pengembangan
Mumfangati, 2007; Sartini, 2004; Sinaga, budaya. Dalam fungsi ini, pendidikan menjadi
2020a, 2020b) institusi (institusi sosial) yang bertugas
melestarikan, mewarisi, menjaga kontinuitas,
dan mengembangkan tradisi budaya dari satu

105
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik, Vol. 4 No. 2, November 2021
ISSN: 2622-0407

generasi ke generasi berikutnya. Ini sesuai pendidikan dapat dilakukan dengan tiga cara:
dengan apa yang dikemukakan oleh Margareth formal, nonformal, dan informal.
Mead (dalam Budhisantoso, 1987) bahwa salah Pernyataan di atas berarti bahwa
satu fungsi utama pendidikan adalah sebagai pendidikan harus mampu menyiapkan sumber
sarana untuk melestarikan dan mengolah daya manusia yang dapat menghargai akar
budaya yang dianggap bermakna bagi budaya mereka sebagai landasan identitas
kehidupan masyarakat (Verulitasari & bangsa dan dapat mengikuti ritme
Cahyono, 2016). pembangunan atau perubahan waktu. Ketegasan
Dalam pandangan itu, keberhasilan pendidikan, dalam perspektif budaya, harus
pendidikan ditandai oleh sejauh mana proses mampu menghasilkan kemajuan generasi yang
transfer mampu mempertahankan dan berakar dalam pada budayanya sendiri.
mempertahankan budaya dari satu generasi ke Entitas Seni dalam Peradaban Manusia
generasi lainnya. Pendidikan di sini dipandang Seni selalu hadir dengan kehidupan
sebagai sarana strategi adaptasi dalam upaya manusia. Kehadirannya bersifat universal, di
konservasi untuk mempertahankan dan mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
mengembangkan ciri-ciri budaya tradisional Tidak ada budaya masyarakat manapun di dunia
(Rohidi, 1994, p. 6). Sesuai dengan yang tidak mengakomodasi kehadiran seni
kapasitasnya sebagai konvensi sosial, sebagai bagian integral dari kehidupan. Ini
pendidikan seperti yang disebutkan di atas, menyiratkan bahwa seni adalah salah satu
dapat diartikan sebagai proses untuk kebutuhan manusia yang tidak memiliki batas
memberadabkan manusia pada kedewasaan tempat, waktu, dan status. Studi lintas budaya
mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri dan sejarah menunjukkan bukti bahwa budaya
dan berkontribusi untuk membangun kehidupan masyarakat mana pun selalu menyisakan ruang
manusia secara bertanggung jawab. Sebagai untuk lahirnya ekspresi estetika dalam bentuk
proses budaya, pendidikan memiliki misi, karya seni yang beragam dengan berbagai jenis,
setidaknya dua sisi, yaitu melestarikan budaya pola, atau gaya. Keragaman itu disebabkan oleh
dan pada saat yang sama mengembangkan berbagai faktor, seperti aspirasi, sumber daya,
budaya sesuai dengan dinamika zaman. dan kebutuhan yang berbeda, baik dalam jenis
Berdasarkan misinya, pendidikan sebagai dan sifatnya serta kuantitas dan kualitas. Selain
proses budaya memiliki dua fungsi, yaitu faktor-faktor tersebut, keragaman disebabkan
sebagai sarana untuk melestarikan oleh lapisan sosial dalam masyarakat yang
(melestarikan) dan berinovasi (mengembangkan dapat mengakibatkan berbagai seni, seperti seni
kreativitas untuk menciptakan inovasi) budaya. pop, seni petani, seni rakyat, seni massa, dan
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan seni borjuis (Rohidi 1993).
oleh Unesco (2006) bahwa pendidikan harus Kehadiran seni, pada kenyataannya,
menjadi instrumen untuk membentuk kesadaran dalam perspektif yang lebih luas tidak hanya
budaya dalam satu cara, dan dengan cara lain untuk pemenuhan kebutuhan estetika, tetapi
membangun kapasitas kreatif untuk juga untuk pemenuhan kebutuhan primer atau
mengantisipasi dinamika yang berubah atau sekunder lainnya. Melalui studi lapangannya,
perkembangan lingkungan yang selalu berubah. Muensterberger (dalam Otten, 1971: 110-111)
Muara kedua misi ini adalah membangun menunjukkan hubungan erat antara adat,
peradaban bangsa. Terkait hal ini, Soyomukti tuntutan ekonomi, upacara keagamaan, dan
menyatakan bahwa pendidikan adalah proses ekspresi artistik. Ini menunjukkan bahwa
mengakomodasi orang dengan berbagai situasi keberadaan seni menjadi bagian integral dari
yang bertujuan memberdayakan diri sendiri kehidupan manusia. Karena itu, secara
(Nurani, 2010). Pemberdayaan diri dilakukan universal, seni menjadi salah satu unsur budaya
melalui proses kesadaran dan pencerahan yang (Sartini, 2004; Soley & Spelke, 2016; Triyanto,
mengarah pada perubahan perilaku yang 2014, 2016, 2017a, 2017b; Winangsit &
diharapkan; yaitu pembentukan manusia yang Sinaga, 2020).
mulia dan mampu membangun peradaban Seni, sebagai salah satu elemen budaya,
bangsa. Secara operasional, pendidikan sebagai diwujudkan dalam berbagai objek dan peristiwa
proses budaya dapat dilakukan melalui dengan kemasan bentuk estetika. Bentuk seperti
sosialisasi, enkulturasi, dan internalisasi itu diciptakan untuk mengekspresikan perasaan,
(Delport & Cloete, 2015). Dalam hal ini, pengalaman, pengetahuan, kepercayaan, dan

106
Fajry Sub'haan Syah Sinaga1, Emah Winangsit2 dan Agung Dwi Putra3
Pendidikan, Seni, dan Budaya: Entitas Lokal dalam Peradaban Manusia Masa Kini

ide-ide lain melalui simbol yang dikendalikan diarahkan untuk membangun kapasitas kreatif
oleh budaya yang mengelilinginya. Seni dan kesadaran budaya (kapasitas penghargaan)
sebagai salah satu elemen budaya, pada pada siswa yang kemudian akan menjalani
kenyataannya, merupakan simbol yang kehidupan mereka di masyarakat.
mencerminkan atau mengekspresikan budaya Kehadiran atau keberadaan seni sebagai
itu sendiri (lihat: Kayam 1981). Karena itu, kita sarana pendidikan setidaknya mencerminkan
juga bisa menyebut seni sebagai tempat urgensi dalam membentuk kepribadian siswa
penyimpanan makna budaya (Wolff, 1989: 4). secara utuh. Melalui seni, siswa diajarkan untuk
Perbedaannya dengan unsur-unsur budaya lain, memiliki kepekaan atau kesadaran sosial
dalam perwujudan, adalah bahwa seni selalu sebagai anggota masyarakat yang menghormati
terkandung dalam kemasan bentuk estetika. dan menghargai nilai-nilai budaya masyarakat
Pengemasan bentuk estetika khusus ini mereka. Berkenaan dengan hal ini, Salam
dibangun dalam komposisi yang selaras dengan (2001:9-21) menjelaskan bahwa alasan
selera pencipta atau komunitas pemilik. Dengan pentingnya pendidikan seni didasarkan pada
kata lain, seni adalah simbol estetika ekspresif dua pertimbangan utama, yaitu pembenaran
yang mengekspresikan pengetahuan, sosial dan budaya serta alasan berdasarkan
kepercayaan, dan nilai-nilai budaya. Ini karena kepentingan pribadi atau psikologis pribadi.
proses berperilaku dan berperilaku dalam seni Sejalan dengan pendapat ini, Chapman (1978:
selalu dipengaruhi, diarahkan, dan / atau 19) menegaskan bahwa pendidikan (seni)
dikontrol secara budaya (Geertz, 1973). bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
Rohidi (2014) menjelaskan bahwa ruang memelihara kesadaran sosial, dan melestarikan
lingkup seni mencakup makna yang terkait warisan budaya. Secara khusus Chapman
dengan bentuk-bentuknya sebagai budaya ideal, menjelaskan bahwa pendidikan seni berfungsi
sistem sosial dalam bentuk aktivitas perilaku sebagai tonggak sejarah dalam perkembangan
bermotif, dan objek karya manusia. Sebagai pribadi, sosial, dan historis pendidikan umum.
budaya yang ideal, seni mengandung ide-ide Pendidikan seni dapat menjadi sarana untuk
penting, pengetahuan, nilai-nilai, dan mendorong pemenuhan pribadi anak-anak
kepercayaan yang berfungsi sebagai pedoman untuk menanggapi dunia mereka. Melalui
bagi orang-orang dalam seni pertunjukan. Itu belajar pewarisan artistik, selanjutnya, anak-
juga datang dalam bentuk aktivitas berpola anak dapat belajar tentang seni yang terkait
ketika manusia berinteraksi atau berkomunikasi dengan upaya budaya masa lalu dan sekarang.
sehubungan dengan keindahan, di mana pada Dengan belajar tentang peran seni dalam
prinsipnya mencakup aktivitas kreatif dan masyarakat, anak-anak dapat mulai menghargai
aktivitas apresiatif. Seni dalam hal ini dapat seni sebagai cara menghadapi kehidupan
dipandang sebagai aktivitas bermotif kreatif dan mereka.
apresiatif yang terjadi melalui komunikasi Pernyataan itu menyiratkan bahwa jika
estetika. Seni juga bermanifestasi sebagai seni digunakan sebagai media pendidikan, maka
sebuah karya, yang menunjukkan gaya, bentuk, itu harus menjadi sarana yang dapat secara
dan strukturnya, atau sebagai simbol, baik menyeluruh memelihara dan mengembangkan
menyiratkan nilai estetika atau menyiratkan potensi orang sebagai individu, makhluk sosial,
makna ekspresifnya (Sugiharto, 2013). dan budaya. Dengan demikian, pendidikan seni
Sementara itu, pendidikan seni adalah adalah suatu bentuk atau sistem pendidikan
bentuk pendidikan yang menggunakan seni yang menggunakan seni sebagai alat atau sarana
sebagai medianya. Ketika seni diposisikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Berkenaan
sebagai media pendidikan, itu harus dapat dengan Salam ini (2001:15) berpendapat bahwa
berfungsi sebagai cara untuk mengajar siswa pendidikan seni adalah media untuk
untuk mengembangkan potensi individu, sosial, mengembangkan kepribadian orang-orang
dan budaya mereka. Oleh karena itu, visi dan dalam rangka mempersiapkan mereka untuk
misi pendidikan dengan menggunakan seni menjadi warga negara.
sebagai media harus diletakkan dalam rangka Dengan demikian, secara singkat dapat
membentuk seluruh potensi manusia menuju dikatakan bahwa pendidikan seni adalah
terciptanya manusia yang berbudaya. Peta Jalan pendidikan yang menggunakan seni untuk
untuk Pendidikan Seni (Unesco, 2006) menumbuhkan pengetahuan, nilai-nilai,
menekankan bahwa pendidikan seni harus kepercayaan, dan keterampilan budaya. Melalui

107
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik, Vol. 4 No. 2, November 2021
ISSN: 2622-0407

menggunakan seni sebagai alat atau sarana kearifan lokal yang berlaku di masing-masing
belajar, siswa dapat dikondisikan untuk bidang tradisi masyarakat. Selain membimbing
mengetahui, hidup, menyerap, dan kehidupan menuju kebaikan bersama, kearifan
menanamkan dalam diri mereka sendiri budaya lokal juga menjadi salah satu simbol
masyarakat yang diberikan oleh orang tua atau kebanggaan dan identitas daerah. Beberapa
pendidik. Pendidikan seni khususnya adalah contoh kearifan lokal meliputi: Grebeg Besar
media sosialisasi, enkulturasi, dan internalisasi (parade tahunan di Demak-Jawa Tengah),
budaya (Triyanto, 2017). Dugderan dengan Warak Ngendog (festival
Sebagai media enkulturasi budaya, tahunan dengan burung peletakan telur di
pendidikan seni adalah konvensi sosial yang Semarang-Jawa Tengah), Sekatenan (upacara
berisi aturan atau norma untuk melatih tradisional Jawa selama seminggu) , festival,
(mendidik) anak-anak, dan melalui anggota pasar malam dan adil di Solo-Jawa Tengah),
masyarakat yang memiliki kepribadian dan Buroq Art (boneka kuda bersayap dengan wajah
kesadaran untuk berperilaku dan bertindak perempuan di Brebes-Jawa Tengah), Rambu
sesuai dengan budaya sekitarnya. Solok (prosesi upacara pemakaman khas dari
Pendidikan Seni berbasis Kearifan Lokal Tana Toraja), Awig-awig (hukum adat setempat
Kearifan lokal adalah frasa yang terdiri di Bali dan Lombok), Hutan Larangan Adat
dari dua kata: kearifan dan lokal. Dua kata ini (hutan non-adat di Riau), Satra Tutur Tadut
bergabung menjadi sebuah istilah yang (tradisi lisan di Sumatera Selatan), dan Tari
mengandung makna atau pemahaman tertentu. Likok Pulo (tarian tradisional dari Aceh).
Sederhananya, kata 'kebijaksanaan' dalam Entitas kearifan lokal merupakan salah
bahasa Inggris berasal dari kata 'bijaksana' yang satu produk kebudayaan yang diyakini
dapat diartikan sebagai kualitas memiliki mengandung nilai-nilai luhur dan membawa
pengetahuan dan penilaian yang baik (lihat: kebaikan pada suatu daerah tertentu, sehingga
Depdikbud 1989: 48). Kebijaksanaan di sini eksistensinya harus dipertahankan. Sebagai
mengandung pengetahuan atau pandangan, upaya untuk menjaga keberlangsungan entitas
nilai, kepercayaan yang memiliki kebaikan dan kearifan lokal, pendidikan merupakan salah satu
diyakini jujur menghasilkan sesuatu yang bijak proses menuju tujuan tersebut, baik formal,
(membawa manfaat baik). Sementara kata non-formal, maupun informal. Dalam konteks
'lokal' (Depdikbud, 1989: 530) menyiratkan itu, pendidikan seni memiliki peran dalam
lingkungan yang terbatas (berlaku di area melestarikan kearifan lokal. Dengan
lokal). Maka, sederhananya kearifan lokal menjadikan kearifan lokal sebagai basis dalam
adalah pengetahuan atau pandangan, nilai-nilai, pendidikan seni, kearifan lokal secara
kepercayaan lingkungan terbatas (area lokal) operasional harus digunakan sebagai sumber
yang diyakini benar membawa manfaat atau materi pelajaran dalam proses
kehidupan sosial. Keberadaannya adalah turun pembelajaran, baik dalam ranah aktivitas kreatif
temurun di antara beberapa generasi. maupun aktivitas apresiatif.
Kearifan lokal atau Local Genius atau Di jalur pendidikan formal (sekolah),
yang biasa kita kenal dengan kearifan lokal pendidikan seni berbasis kearifan lokal, siswa
memiliki beberapa fungsi, (1) entitas lokal melalui kegiatan kreatif dikondisikan untuk
berfungsi sebagai media untuk mengendalikan menciptakan karya seni dengan isi kearifan
perilaku masyarakat; (2) entitas lokal menjadi lokal di daerah masing-masing. Mereka
media untuk meresistensi pengaruh eksternal dikondisikan untuk belajar, memahami, dan
yang kurang sesuai; (3) entitas lokal dapat menghargai konten kearifan lokal sebagai
digunakan sebagai srategi adaptasi untuk sumber ide dalam menciptakan karya seni
mengintegrasikan nilai-nilai budaya luar mereka. Siswa diberi kesempatan untuk
kedalam budaya asli. Eksistensi kearifan lokal memahami dan mengeksplorasi seni dengan
dapat termanifestasikan dalam perilaku, pemahaman mereka tentang esensi kearifan
kebiasaan, gaya hidup, dan siklus ritual lokal yang diberikan sebagai tema
masyarakat yang diturunkan dari satu generasi pembelajaran. Sementara itu, melalui kegiatan
ke generasi berikutnya menuju kehidupan apresiatif, siswa diperkenalkan dengan
bersama. fenomena kearifan lokal tertentu di mana
Indonesia sebagai negara kepulauan yang mereka melihat dan berdiskusi bersama dalam
multietnis dan multikultural memiliki kekayaan kelompok untuk memahami dan menghargai

108
Fajry Sub'haan Syah Sinaga1, Emah Winangsit2 dan Agung Dwi Putra3
Pendidikan, Seni, dan Budaya: Entitas Lokal dalam Peradaban Manusia Masa Kini

unsur-unsur artistik, terutama pada nilai-nilai kepentingan diperlukan di mana mereka dapat
intra dan ekstraestetik. secara sinergis mendukung dan memfasilitasi
Dalam pendidikan non-formal, melalui proses. Pihak-pihak yang dimaksud adalah
berbagai studio seni atau komunitas budaya, sekolah, studio, komunitas budaya, tokoh
kearifan lokal dapat berfungsi sebagai sumber masyarakat, dan elemen birokrasi.
inspirasi dalam melatih anggotanya untuk DAFTAR PUSTAKA
menciptakan karya seni. Hasilnya dapat Delport, A., & Cloete, E. (2015). Music
dikompetisikan melalui acara atau festival Education In The Grade R Classroom:
tahunan. Melalui acara ini, dorongan atau How Three Teachers Learned In A
motivasi untuk mengetahui dan mempelajari Participatory Action Inquiry. South
nilai-nilai kearifan lokal akan tertanam dalam African Journal Of Childhood Education,
ingatan peserta. Dalam kegiatan apresiatif, 5(1), 85–105.
karya panggung seni tentang kearifan lokal Https://Doi.Org/Http://Dx.Doi.Org/10.410
dalam berbagai acara dapat diatur sebagai 2/Sajce.V5i1.351
sarana sosialisasi kepada masyarakat luas. Hartiningsih, S. (2015). Revitalisasi Lagu
Sosialisasi ini diperlukan agar anggota Dolanan Anak Dalam Pembentukan
masyarakat dari generasi ke generasi dapat Karakter Anak Usia Dini. Atavisme.
menolak "kelupaan" dari kearifan lokal mereka. Https://Doi.Org/10.24257/Atavisme.V18i
Tentu saja, untuk pelaksanaan kegiatan ini, 2.119.247-259
partisipasi tokoh masyarakat dan elemen Julia, J. (2017). Bunga Rampai Pendidikan Seni
birokrasi lokal sebagai fasilitator diperlukan. Dan Potensi Kearifan Lokal. UPI
Dalam pendidikan informal, terutama Sumedang Press.
dalam keluarga, orang tua harus memastikan Mumfangati, T. (2007). Warangan: Sebuah
bahwa anak-anak mereka mengolah dan Dusun Sarat Seni Dan Tradisi. Jantra:
menginternalisasi nilai-nilai kearifan lokal, Jurnal Sejarah Dan Budaya, II(4), 266–
terutama dalam bentuk seni lokal. Melalui 272.
kegiatan sehari-hari, anak-anak perlu Https://Kebudayaan.Kemdikbud.Go.Id/Bp
diperkenalkan dan diberi kesempatan untuk nbyogyakarta/Wp-
terlibat dalam kegiatan seni lokal. Melalui Content/Uploads/Sites/24/2014/06/Jantra_
kegiatan-kegiatan itu, anak-anak akan dapat Vol._II_No._4_Desember_2007.Pdf#Page
mengenali, mewarisi, dan menanamkan dalam =46
diri mereka nilai-nilai artistik lokal (lihat: Nurani, S. (2010). Teori-Teori Pendidikan.
Triyanto, 2015). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
KESIMPULAN P.Raharjo, C. (2002). Pendhalungan : Sebuah
Pendidikan dipandang sebagai konvensi “Periuk Besar” Masyarakat
sosial yang berfungsi sebagai media untuk Multikultural. 1–9.
mengalihkan atau mewarisi kesinambungan Rohidi, T. R. (1994). Pendekatan Sistem Sosial
budaya. Melalui pendidikan, sifat-sifat Budaya Dalam Pendidikan. Institut
tradisional budaya dapat dipertahankan, dijaga, Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
dilestarikan dan dikembangkan dari generasi ke Semarang Press.
generasi. Dalam proses itu, pendidikan seni Rohidi, T. R. (2000). Kesenian Dalam
sebagai bentuk pendidikan yang menggunakan Pendekatan Kebudayaan. STISI Press.
seni sebagai media memiliki peran penting Rohidi, T. R. (2014). Pendidikan Seni Isu Dan
dalam mewujudkan proses pewarisan kearifan Paradigma. Semarang: Cipta Prima
lokal. Melalui sosialisasi, enkulturasi, dan Nusantara.
internalisasi dalam bidang kegiatan kreatif dan Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C., &
apresiatif, baik dalam pendidikan formal, non- Islam, M. A. (2020). Budaya Media
formal, dan informal, kearifan lokal dapat Sosial, Edukasi Masyarakat, Dan Pandemi
dilestarikan dan dikembangkan. Singkatnya, Covid-19. Salam: Jurnal Sosial Dan
jika pendidikan seni digunakan sebagai sarana Budaya Syar-I, 7(5).
untuk mencapai tujuan itu, kearifan lokal harus Sartini, S. (2004). Menggali Kearifan Lokal
menjadi dasar dari tingkat operasionalnya. Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal
Upaya dalam mewujudkan kepentingan Filsafat.
ini, kesadaran dan partisipasi semua pemangku Https://Doi.Org/10.22146/Jf.31323

109
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik, Vol. 4 No. 2, November 2021
ISSN: 2622-0407

Sinaga, F. S. S. (2020a). Musik Trunthung Budaya. Imajinasi: Jurnal Seni, 7(1), 33–
Sebagai Wujud Kearifan Lokal Dalam 42.
Konteks Pendidikan Seni. Tonika: Jurnal Triyanto, T. (2016). Paradigma Humanistik
Penelitian Dan Pengkajian Seni, 3(1), 27– Dalam Pendidikan Seni. Imajinasi: Jurnal
38. Seni, 10(1), 1–10.
Sinaga, F. S. S. (2020b). Sustainabilitas Triyanto, T. (2017a). Spirit Ideologis
Pendidikan Musik Selama Pandemi Pendidikan Seni. Cipta Prima Nusantara.
Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Triyanto, T. (2017b). Art Education Based On
Pascasarjana (Prosnampas), 3(1), 980– Local Wisdom. Proceeding Of
988. International Conference On Art,
Soley, G., & Spelke, E. S. (2016). Shared Language, And Culture, 33–39.
Cultural Knowledge: Effects Of Music On Verulitasari, E., & Cahyono, A. (2016). Nilai
Young Children’s Social Preferences. Budaya Dalam Pertunjukan Rapai Geleng
Cognition, 148, 106–116. Mencerminkan Identitas Budaya Aceh.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Cognition.2015 Catharsis, 5(1), 41–47.
.09.017 Winangsit, E., & Sinaga, F. S. S. (2020). Esensi
Suparlan, H. (2014). Filsafat Pendidikan Ki Pendidikan Musik Berbasis Industri
Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Budaya Di Tengah Pandemi Covid-19.
Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana
Filsafat, 25(1), 56–74. (Prosnampas), 3(1), 989–995.
Triyanto, T. (2014). Pendidikan Seni Berbasis

110

Anda mungkin juga menyukai