Makalah Kel. 1 Konseling Pranikah
Makalah Kel. 1 Konseling Pranikah
Disusun Oleh:
FAKULTAS DAKWAH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke
zaman yang penuh dengan ilmu seperti yang dapat kita rasakan saat ini.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Moh. Mahfudz Faqih, S.Pd.,
M.Si. selaku dosen pengampu matakuliah konseling pranikah yang dengan sabar
membimbing kami. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan
teman-teman yang telah membacanya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah konseling pranikah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memahami lebih
dalam terkait teknik-teknik dalam konseling. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Teknik-Teknik Konseling........................................................................................5
B. Teknik-Teknik Yang Ada Dalam Konseling..............................................................................6
BAB III................................................................................................................................................18
KESIMPULAN...................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan konseli dengan tujuan
menangani suatu permasalahan yang dialami oleh konseli yang dibantu oleh seorang
konselor dengan menggunakan teknik-teknik yang sudah diatur dalam kode etik
konseling. Konseling juga dapat didefinisikan dengan hubungan timbal balik antara
konselor dan konseli, dimana seorang konselor berusaha membantu konseli untuk
mencapai pemahaman tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah
yang dihadapinya.
Dalam prosesnya, bimbingan dan konseling bukan hanya sekedar interaksi antara dua
orang saja, akan tetapi dalam implementasinya diperlukan adanya teknik-teknik tertentu
yang dipakai oleh seorang konselor dalam memberikan layanannya, tahapan-tahapan
mulai dari awal sampai akhir perlu diperhatikan dengan baik, karena langkah-langkah
yang diambil oleh konselor menjadi indikator keberhasilan dalam proses konseling. Maka
dari itu bagi seorang konselor harus memaksimalkan potensi yang dimilikinya dengan
merujuk pada langkah-langkah atau prosedur yang telah diatur dalam proses pemberian
layanan konseling, apabila konselor melalaikan prosedur dalam memberikan layanan
konseling hasil yang didapatkan menjadi kurang memuaskan dan kurang maksimal serta
konseli akan merasa tidak nyaman dengan layanan yang diberikan. Maka dari itu penulis
perlu menerangkan kembali terkait teknik-teknik dalam proses konseling, tujuannya yaitu
agar supaya seorang konselor dapat memahami dengan baik teknik-teknik dalam
konseling dan dapat mengaplikasikannya dalam memberikan layanan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teknik-teknik dalam konseling?
2. Apa saja teknik-teknik yang ada dalam konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teknik-teknik dalam konseling
2. Untuk mengetahui teknik-teknik yang ada dalam konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik-Teknik Konseling
Penguasaan teknik bimbingan dan konseling merupakan kunci utama untuk mencapai
tujuan konseling, teknik konseling juga menjadi indikator keberhasilan seorang konselor
dalam memberikan layanan konseling, semakin baik seorang konselor menerapkan teknik
konseling dalam memberikan layanannya maka akan semakin baik pula hasil yang
dicapai dalam proses konseling yang dipimpinnya.
Teknik bimbingan dan konseling adalah cara-cara atau prosedur tertentu yang
digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling yang bertujuan untuk membantu
konseli agar dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya serta mampu
mengatasi berbagai permsalahan yang sedang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi –kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai soial, budaya, dan agama.1
Teknik-teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling pada umumnya
mengambil dua pendekatan , yaitu pendekatan secara individual yang disebut juga
konseling individual dan pendekatan secara kelompok yang disebut juga dengan
bimbingan kelompok (group guidance)
Konseling individual merupakan teknik pemberian bantuan secara langsung kepada
individu, dalam prosesnya metode yang digunakan yaitu dengan teknik wawancara
antara konselor dan konseli, dan masalah yang dipecahkan dalam konseling individual
ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
Pada umumnya terdapat tiga teknik dalam koseling individual yaitu:2 Directive
counseling yaitu teknik konseling dimana konselor lebih berperan aktif dalam proses
konseling serta konnselor berusaha mengarahkan konseli sesuai dengan masalahnya.
Kedua, yaitu teknik Non-directive counseling, teknik ini merupakan kebalikan dari teknik
directive counseling maksudnya adalah konseli lebih aktif daripada konselor, konselor
disini hanya bertugas menampung pembicaraan dan mengarahkan konseli dan konseli
bebas berbicara. Terakhir yaitu teknik elective counseling teknik ini merupakan teknik
gabungan atau campuran dari kedua teknik sebelumnya, teknik ini banyak diguakan
seorang konselor karena teknik ini memiliki banyak kelebihan-kelebihan daripada
1
Tohirin, bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2008), 321
2
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, 106
kelemahannya, dan biasanya seorang konselor menggunakan teknik ini dengan
mempertimbangkan sifat masalah konseli dan situasi pada saat konseling.
a. Kepala : kaku
b. Ekspresi wajah : ekspresi melamun, pandangan tidak melihat pada klien saat
bicara, melotot atau bermain mata.
c. Posisi tubuh : bersandar, miring, tegak kaku, jarak konselor dan klien berjauhan,
kurang akrab dan berpaling.
d. Memtuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada Teknik diam untuk
memberikan kesempatan pada klien untuk berfikir dan berbicara.
e. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2. Opening
Opening adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai
komunikasi dan membangun hubungan dengan konseli, tujuan dari teknik opening
yaitu untuk membangun hubungan baik dengan konseli sehingga konseli merasa
dihargai dan pada akhirnya konseli akan merasa nyaman dengan layanan diberikan
oleh konselor. Teknik ini merupakan langkah awal sebelum melangkah ke teknik
yang lain, teknik opening menjadi indikator keberhasilan teknik-teknik selanjutnya,
banyak konselor yang mengabaikan teknik ini padahal ketika konselor gagal dalam
teknik opening maka konselor akan gagal dalam menerapkan teknik selanjutnya,
teknik opening langkah awal sebelum konselor mengidentifikasi masalah konseli,
terlebih dahulu konselor harus membangun kepercayaan konseli kepadanya, dengan
demikian akan lebih mudah bagi konselor dalam memberikan layanannya.
3. Invitation To Talk (Keterampilan membuka percakapan)
Keterampilan ini meliputi: pertanyaan-pertanyaan open-ended yang
memungkinkan jawaban baru yang lain, dan rangsangan minimal untuk berbicara.
Diawal pembicaraan, konselor dapat mengeksplorasi percakapan. Exporation
(Eksplorasi) Adalah suatu ketrampilan konselor untuk menggali perasaan
pengalaman, dan pikiran konseli. Ada 3 jenis eksplorasi: eksplorasi perasaan, yaitu
ketrampilan untuk menggali perasaan konseli yang tersimpan. Eksplorasi
pengalaman, yaitu ketrampilan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman
yang dilalui oleh konseli. Eksplorasi pikiran, yaitu ketrampilan konselor untuk
menggali ide, pikiran dan pendapat konseli.
4. Acceptance (Empati)
Eempati adalah kemampuan untuk memahami secara emosional apa yang
sedang dirasakan oleh orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang mereka, dan
membayangkan diri sendiri berada di posisi mereka. Pada dasarnya, itu adalah
menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang seharusnya
mereka rasakan. Ketika seseorang memiliki empati, ketika dia melihat orang lain
menderita, seseorang itu mungkin dapat langsung membayangkan dirinya berada di
tempat orang lain dan merasakan simpati atas apa yang mereka alami.
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung menjadi orang
yang berempati:
a. Seseorang yang benar-benar bisa mendengarkan apa yang orang lain ceritakan.
b. Orang yang sering memikirkan bagaimana perasaan orang lain.
c. Orang yang sangat peduli dengan orang lain.
Memiliki sikap empati maka seseorang akan ikut memperhatikan
kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Namun, kadang-kadang itu bisa menjadi
hal buruk atau bisa kewalahan, kelelahan, atau bahkan terlalu bersemangat karena
selalu memikirkan emosi orang lain.
Tidak semua orang mengalami empati dalam setiap situasi. Beberapa orang
mungkin secara umum berempati secara alami, tetapi orang juga cenderung merasa
lebih berempati terhadap beberapa orang dan terkadang kurang berempati terhadap
orang lain. Pada tingkat paling dasar, terdapat dua faktor utama yang berkontribusi
pada kemampuan untuk mengalami empati: genetika dan sosialisasi. Pada dasarnya,
ini bermuara pada kontribusi relatif lama dari alam dan pengasuhan .
Empati adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan perkuat. Jika seseorang
ingin membangun keterampilan empati, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
5. Restatement
Menurut Supriyo dan mulawarman restatement adalah teknik yang digunakan
oleh konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan klien (sebagain
atau seluruhnya) yang dianggap penting. Sedangkan menurut Lutfi dan Hidayah
restatement adalah pola respon atau teknik menanggapi pembicaraan dengan
memngulang atau menyatakan kembali sebagian kata-kata yang dianggap penting
yang telah diucapkan pembicara. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengertian restatement adalah suatu teknik yang digunakan oleh konselor
untuk menanggapi pernyataan klien dengan cara mengulangi sebagian kata yang
diucapka oleh klien yang sekiranya dianggap penting.
Tujuan dari restatement yang dilakukan oleh konselor adalah agar konseli
memperoleh balikan bahwa konselor itu menangkap atau mendengarkan sesuai yang
konseli ucapkan, dana mengarahkan pembicaraan lebih lanjut sesuai denagn yang
diinginkan konselor. Cara yang dapat dilakukan oleh konselor dalam menggunakan
restatement adalah dengan pengulangan yang sama persis dengan pernyataan klien,
tidak boleh menambah atau menguranginy, serta memilih pesan yang terpenting
diantara sejumlah pesan yang ada.
Contoh Aplikasinya:
Konseli : Sebetulnya saya ingin masuk jurusan teknik industry, tapi ibu tidak
setuju bila saya memasuki jurusan tersebut.
Konseli : Saya sudah menyampaikan alasannya, tapi ibu saya tidak bisa
menerimanya sedangkan ayah saya diam saja.
6. Reflection Of Feeling
Reflection of feelings teknik yang digunakan konselor untuk menyatakan
kembali pernyataan klien dengan kata-kata yang ada dibalik (dibelakang) pernyataan
klien. Kata-kata ini berupa kata-kata sifat baik yang negative maupun yang positif.
Brammer (1982): mengartikan reflection of feeling: adalah usaha yang dilakukan oleh
konselor yang diungkapkan dengan kata-kata untuk menguraikan kata-kata baru yang
diekspresikan oleh konseli. Selanjutnya menurut Sunardi (1991) reflection of
feeling atau pemantulan perasaan klonseli adalah suatu respon yang dibuat oleh
konselor dengan ungkapan kata-katanya sendiri untuk mengkomunikasikan perasaan
konseli, baik verbal maupun nonverbal.
Menyadari bahwa konselor tidak yakin benar akan ketepatan kata-kata sifat
yang dikemukakan, maka bentuk pemantulan perasaan biasanya didahului dengan
kata-kata, seperti: (1) agaknya, (2) rupa-rupanya, (3) barangkali, (4) nada-nadanya,
(5) kelihatannya, (6) sepertinya, (7) nampaknya,(8) kiranya 9) kedengarnya, qq dll.
Ada kesukaran dalam penerapan teknik ini. Dua hal yang menyebabkan: 1). Adanya
kecenderungan “stereotype” (menggunakan kata-kata sifat yang sama) di dalam kata-
kata pendahuluan, dan 2). Timing: waktu yang tepat.
Teknik-teknik dalam reflection of feeling yaitu: 1). A sentence stem using,
untuk menerima informasi tentang dimulainya refleksi perasaan klien, contohnya;
“tampaknya anda merasa . . .”, “kedengarannya anda seperti…”, 2). A feeling label,
contohnya; “tampaknya anda merasa buruk tentang . . .”, “sepertinya anda anda bener-
benar merasa lemah . . .”, “kelihatannya anda bahagia/sedih sekali”, 3) A context or
brief paraphrase, berfungsi untuk memperluas refleksi perasaan klien, contohnya;
“tampaknya anda merasa buruk tentang semua hal yang terjadi atas masa lalu anda”.
4). The tense of the reflection may be important, karena masa sekarang lebih berguna
atau bermanfaat dari pada masa lalu, dan tidak ada salahnya untuk menijau masa lalu
karena bisa membantu dalam berpikir kembali, 5). A check-out, berfungsi membantu
terhadap perasaan klien yang tidak terucapkan, misalnya “anda merasa marah hari
ini?”, “saya mendengar anda dengan jelas”.
Manfaat lain penggunaan reflection of feeling dalam proses konseling menurut
Brammer (1995) adalah:
Menurut Sofyan Willis (2007: 198) tujuan clarification adalah agar konseli
dapat menyatakan pesannya (perasaan, pikiran, dan pengalaman) dengan jelas, alasan
yang logis, dan dapat mengilustrasikan perasaan dengan cermat. Selain itu,
clarification juga bertujuan menangkap pesan konseli yang samar-samar (tidak jelas)
atau meragukan, serta menyusun kalimat yang menjernihkan pernyataan-pernyataan
yang samar-samar, tidak jelas, dan meragukan.
Manfaat penggunaan teknik clarification ini adalah sebagai salah satu upaya
untuk memahami konseli secara lebih utuh. Dengan clarification, konselor dapat
memahami maksud yang ingin di sampaikan atau pesan-pesan yang disampaikan
konseli melalui pernyataan-pernyataannya. Sehingga akan memperjelas dan
mempermudah konselor mengarahkan proses wawancara konseling.
Contoh:
Salah satu tujuan paraphrasing menurut Fauzan Lutfi, dkk (2008: 31) adalah
agar konseli memperoleh balikan bahwa konselor menangkap atau mendengarkan
sesuai yang konseli ucapkan. Sedangkan tujuan dari penggunaan teknik paraphrasing
menurut Sofyan Willis (2007: 188) adalah :
Kegiatan yang dilakukan konselor dalam teknik paraphrasing (Sofyan Willis, 2007:
188)
Contoh
Konseli : akhir-akhir ini ibu saya selalu marah-marah kalau uang saya habis.
Padahal sudah saya katakan bahwa uang itu saya gunakan untuk keperluan kuliah,
tapi ibu tidak percaya. Biasanya ibu tidak pernah seperti itu.
Konselor : apakah yang anda maksud ibu anda mulai tidak percaya kepada anda?
8. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk memecahkan
masalah klien dengan cara menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dengan
begitu klien dapat memaparkan masalah yang ada dalam dirinya hingga tidak ada lagi
kesulitan untuk memaparkannya. Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan,
pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien
menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan
pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa
rasa takut, tertekan dan terancam.
Hubungan konseling seharusnya dapat mengatasi semua kendala klien. Yaitu
berupaya untuk membuat klien terbuka, merasa aman, dan berpartisipasi di dalam
dialog. Salah satu upaya untuk konseling adalah tehnik eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua perasaan, pikiran dan pengalaman kepada konselor secara
jujur. Teknik eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut,
tertekan, dan terancam. Sebagaimana refleksi, eksplorasi ada tiga jenis:
a. Eksplorasi Perasaan
Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor menggali perasaan klien
yang tersimpan. Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat berikut ini untuk
memulai keterampilan eksplorasi perasaan.
Contoh
”Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan bingung yang Anda
maksudkan”
“Saya kira rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa tersebut. Dapatkah Anda
kemukakan perasaan Anda lebih jauh? ”
b. Eksplorasi pengalaman
Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali
pengalaman yang dialami oleh klien.
Contoh:
“Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin
memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan Anda. ”
c. Eksplorasi pikiran
Eksplorasi pikiran adalah keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran,
dan pendapat klien. Dalam mengoperasikan keterampilan ini konselor dapat
menggunakan kalimat berikut ini.
Contoh:
“Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih jauh tentang apa pendapat anda
tentang hadirnya ibu tiri dalam rumah Anda.”
“Saya kira, pendapat Anda mengenai hal itu sangat baik sekali, dapatkan Anda
menguraikannya lebih lanjut?”
Seorang calon konselor harus banyak latihan untuk dapat memberikan teknik
eksplorasi ini dengan kliennya. Dan berikut adalah beberapa materi untuk dapat
memberikan latihan dengan klien:
a. Latihan membuat kalimat-kalimat atau kata-kata yang mampu kiranya
menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Misalnya dengan kata atau
kalimat berikut ini:
1) “Apakah yang anda rasakan saat ini?”
2) “Bisakan mengungkapkan rasa kecewa anda secara rinci?”
b. Latihan membuat konselor agar merasa aman, jujur, dan terbuka. Yaitu
dengan mengungkapkan pribadi yang jujur, terbuka dan pelindung, misalnya:
1) “Anda akan merasa aman disini, karena saya akan memelihara rahasia
anda.”
2) ”Saya percaya bahwa anda akan berkata jujur dan tulus tentang hal itu.”
9. Teknik Sharing Of Experience (Berbagai Pengalaman)
Pengertian Berbagi pengalaman adalah pernyataan diri konselor dalam upaya
menghayati pengalaman konseli. Pengalaman menujuk pada : sikap, perasaan, emosi,
serta presepsi dan pemikiran.
Contoh: “Jika kejadian demikian itu terjadi pada diri kita, tentu kita marah”
f. Bentuk Khusus
1) Pengarahan tidak langsung (Lead umum) Merupakan pernyataan himbauan
konselor agar konseli responnya terfokus pada topic konseling.
Contoh: “Anda boleh menceritakan ikhwal studi Anda menurut pengalaman
anda selama ini”
2) Pengarahan langsung (Lead khusus)
g. Jenis-jenis Lead
1) Nasihat Langsung Nasihat langsung diberikan konselor bila cukup bukti dari
konseli yang mendukung pilihan tingkah laku, namun konseli ragu-ragu.
Konseli: “lalu program studi mana yang aku pilih?”
Konselor: “Saya pikir, Anda akan cocok pada jurusan sosial dan bahasa,
karenanya Anda perlu cermati informasi kedua jurusan itu”.
2) Nasihat yang bersifat mendorong (Persuasive advice) Konselor yang
memberikan informasi kelebihan dan kelemahan, kemudian konseli diberi
saran.
Konselor: “Didik memang ada keuntungan bila Anda menikah sebelum kuliah
selesai. Keuntungannya Anda merasa tenang, mengurangi beban dosa…
demikian ada kelemahannya, Didik merasa kurang bisa konsentrasi belajar,
terbebani dari keuangan”
3) Nasihat bersifat pertimbangan-penjelasan (Explanatoryadvice) Konselor
memberi alternatif lain selain pemberian informasi kelebihan-kelemahan tiap
pilihan.
Contoh: Konselor: “Didik, ikhwal menikah sekarang sebelum selesai kuliah
(sarjana) ada pertimbangan penting (kelebihan-kelemahan). Dan ada pilihan
tambahan yakni Didik memilih salah satu: (1) tunangan (2) nikah sirri (3)
nikah tuntas (kelebihan-kelemahan). Saya melihat lebih baik Anda memilih
tunangan atau nikah siri”.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan konseli dengan tujuan
mengembangkan potensi yang dimiliki individu serta memahami diri individu untuk
memcahkan masalah yang sedang dialaminya dengan menggunakan metode pendekatan
tertentu berlandaskan kode etik yang telah ditentukan dalam proses konseling. Interaksi
antara konselor dan konseli dapat berjalan dengan baik apabila seorang konselor yang
memimpin proses konseling menerapkan teknik-teknik konseling yang telah dipelajarinya
pada saat memberikan layanan, maka dari itu teknik-teknik konseling sangat penting dalam
proses konseling.
B. Saran
Proses interaksi dalam konseling berbeda dengan interaksi pada umumnya, interaksi
dalam proses konseling sangat terstruktur dengan baik dan sistematis, maka dari itu bagi
seorang konselor diharuskan dapat memahami dengan baik serta dapat mempraktekkannya
pada saat memberikan layanan konseling, tujuannya yaitu untuk memberikan kenyamanan
kepada konseli pada saat proses konseling sehingga memudahkan konseli mengambil
tindakan dari setiap permasalahan yang dihadapinya serta memudahkan konselor dalam
memahami dan mengambil pendekatan yang tepat untuk konseli.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhar, Moh. Surya, 1975, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: Ilmu
http://bk13066.blogspot.com/2014/12/pengertian-tujuandan-contoh-restatement.html
http://katagaluhperantau.blogspot.com/2014/04/ketrampilan-konseling.html
http://mentilnyaentung.blogspot.com/2012/10/pengertian-tujuan-dan-macam-teknik.html
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=bSeADwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR6&dq=info:YchAQC1r7A8J:scholar.goo
gle.com/
&ots=RZ9sCuh4UI&sig=kiX1jUrOvDpE68P51smkFOts8uA&redir_esc=y#v=onepage&q&f
=false
https://hariadimemed.blogspot.com/2011/06/keterampilan-wicara-dalam-konseling.html
https://repository.unikama.ac.id/3694/1/RPS%20Buku%20ajar%20Keterampilan%20Dasar
%20Konseling.pdf
https://www.materikonseling.com/2021/08/empati.html
Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada