Analisa Banjir Dan Pembahasan
Analisa Banjir Dan Pembahasan
Data curah hujan yang digunakan untuk analisa debit maksimum dan
representative karena dapat mewakili dan terdekat ke daerah studi, yaitu
berasal dari Stasiun Halim Perdanakusumah dan Bendung Bekasi, periode
tahun 2004 – 2013. Untuk memprediksi debit air yang mengalir di Kali Sunter
yang berada di sebelah barat lokasi proyek dan untuk keperluan analisa
sistem drainase juga akan digunakan data curah hujan harian maximum yang
berasal dari stasiun di HalimPerdanakusumah, seperti terlihat pada Tabel
4.1.:
Dari tabel diatas diperoleh bahwa rata-rata curah hujan harian maksimum
tertinggi sebesar 192 mm dan curah hujan harian maksimum terendah
sebesar 81 mm.
1
yrata-2 = 4.80
Kn = 2.09
sy = 0.27
YH = 5.36
Maka High Outlier Threshold R = 212.40 mm
Nilai maksimum curah hujan harian maksimum tahunan dalam seri data
tersebut adalah : 192mm < 212.4mm , maka pada sample data-data yang
digunakan tidak ada Outlier Atas dan dapat dilanjutkan ke analisa berikutnya.
300.0
250.0
Curah hujan maksimum(mm)
200.0
150.0
100.0
50.0
0.0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
Parameter Nilai
Rata-rata x 121.3182
Simpangan baku s 35.4537
Koefisien Variasi Cv 0.2922
Koefisien Skewness Cs 0.7955
Koefisien Kurtosis Ck -0.0078
2
4.2.1. Perhitungan Analisa Frekuensi
310.0
260.0
Curah hujan rancangan (mm)
210.0 Normal
Log Normal
Gumbel
160.0
Log Pearson III
110.0
60.0
1 10 100
Perioda Ulang (tahun ke-)
3
4.2.2. Uji Kecocokan (Goodness of Fit)
Dari distribusi yang telah diketahui, maka dilakukan uji statistik untuk
mengetahui kesesuaian distribusi yang dipilih dengan hasil empiris. Uji
kecocokannya dengan menggunakan metode Chi-Square dan Smirnov-
Kolmogorov, hasil perhitungannya disajikan pada table 4.4.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa dengan uji Chi-square diperoleh nilai :
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H o terima. Hal ini berarti bahwa
distribusi observasi (pengamatan) dan distribusi teoritis (yang diharapkan) tidak berbeda
secara nyata atau dapat dinyatakan pola distribusi yang digunakan sudah tepat yaitu
distribusi Gumbel.
Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam periode 1 jam dari data curah
hujan harian maksimum digunakan rumus mononobe. Hasil analisis berupa
intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu (pada table 4.6)
dihubungkan ke dalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (/DF).
Kurva IDF menggambarkan hubungan antara dua parameter penting hujan
yaitu durasi dan intensitas hujan yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
menghitung debit puncak dengan metode rasional. Dengan lengkung IDF ini
dapat terlihat intensitas curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang
dipilih (gambar 4.3).
4
Tabel 4.6. Intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu
600
500
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
400
R2
R5
300
R10
R25
200 R50
R100
100
0
0 60 120 180 240 300 360 420
Durasi Hujan (menit)
Dari kurva IDF terlihat bahwa intensitas hujan yang tinggi berlangsung
dengan durasi pendek. Hal ini menunjukkan bahwa hujan deras pada
umumnya berlangsung dalam waktu singkat namun hujan tidak deras
5
berlangsung dalam waktu lama. Interpretasi kurva IDF diperlukan untuk
menentukan debit banjir rencana mempergunakan metode rasional.
Input yang diolah dalam analisis sistem drainasi adalah skema sistem
drainase dan data teknis saluran drainase eksisting. Saluran drainase utama
di Perumahan Jatibening Estate berada . Analisis dititik beratkan pada saluran
yang diduga tidak mampu menampung debit rancangan, sehingga
menyebabkan terjadinya genangan. Debit rancangan dihitung dari debit air
hujan dan debit air kotor ditambah dengan kandungan sedimen yang
terdapat dalam aliran banjir sebesar 10%.
Perhitungan debit air hujan pada studi ini menggunakan rumus rasional yang
telah dimodifikasi, karena rumus ini dapat digunakan untuk daerah
pengaliran yang relatif kecil dan memiliki luas daerah yang kurang dari 0.80
km2 . Luas daerah studi ± 46.4 km2. Perhitungan debit air hujan dipengaruhi
oleh intensitas hujan dan koefisien tampungan.
Qp = 0,002778 C. I. A