Anda di halaman 1dari 5

dan kebutuhan masyarakat setempat (Kementerian PUPR, 2013).

Sistem drainase

perkotaan berkelanjutan merupakan usaha untuk mencegah kekurangan air tanah

di masa yang akan datang. Kota-kota besar di dunia saat ini telah menggunakan

konsep ecodrain yakni dengan menyerapkan air sebanyak-banyaknya ke tanah

serta meninggalkan paragdigma lama yakni mengalirkan air secepat mungkin ke

badan air. Beberapa metode sistem drainase berkelanjutan yang dapat diterapkan

di sejumlah daerah perkotaan di Indonesia disajikan pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Metode Sistem Drainase Berkelanjutan


No. Metode Gambar Penjelasan
Taman di atap rumah tinggal.
Dibuat sebagai layer yang terdiri dari media
1. Green Roofs
pertumbuhan (tanah) dan media tanaman di
bagian atasnya.

Tidak memerlukan lahan yang luas.


2. Rain Garden Bisa dibuat di halaman.
Dapat dikombinasikan dengan biopori.

Permukaan berpori yang dapat dilalui oleh


Pervious air meresap ke bawah permukaan seperti
3.
Pavement porous aspalt, paving block permeable, dan
concrete grid pavers.

Sebagai media peresapan air limpasan pada


4. Inflitration Strips tempat yang umumnya memiliki permukaan
diperkeras

Saluran berumput memiliki dasar saluran


yang rata sehingga bisa menampung
5. Swales
limpasan air permukaan dan menyerap air
ke dalam tanah.

Pemanfaatan atap dak rumah atau gedung


6. Water Roofs yang tidak dipakai untuk penampungan air
hujan

Bak/saluran penyerap air limpasan dengan


ditanami tumbuhan dalam upaya memper-
7. Bioretensi baiki kualitas air yang masuk ke saluran.
Diterapkan di daerah yang umumnya
memiliki permukaan diperkeras
No. Metode Gambar Penjelasan
Lubang sedalam 80-100 cm dengan
diameter 10-30 cm untuk meresapkan air
hujan ke dalam tanah.
8. Lubang Biopori
Lubang diisi sampah organik sehingga
menjadi kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk bagi tanaman di sekitarnya

Pemanenan air hujan yang dari atap


Rainwater rumah/gedung ditampung pada tangki.
9.
Harvesting Dapat dimanfaatkan untuk menyiram
tanaman dan keperluan mencuci.

Dikenal dengan sumur resapan sebagai


tempat penyimpanan dan meresapkan air
10. Infiltration Fit hujan ke dalam tanah.
Diletakkan tidak jauh dari saluran drainase
apabila kapasitas sumur meluap
Material polimer penyimpan resapan untuk
menampung air hujan yang ditempatkan di
11. Crosswave bawah area terbuka yang cukup luas seperti
parkiran dan halaman berumput.

Menampung debit limpasan air permukaan


dari catchment area yang cukup luas dan
12. Kolam retensi mampu menyerap air ke dalam tanah.
Berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di
suatu kawasan dan bisa untuk tempat wisata.

Menampung sementara limpasan air permu-


kaan dalam jangka waktu tertentu kemudian
13. Kolam detensi
dialirkan kembali ke badan air ketika
puncak banjir telah lewat

Sumber: Nurhikmah et. al., 2016

Penerapan konsep ecodrain tidak hanya mengembangkan teknik bangunan

keairan, tetapi mampu memperbaiki kualitas lingkungan di suatu kawasan.

Beberapa manfaat yang didapat dengan pelaksanaan ecodrain diantaranya adalah

(Kementerian PUPR, 2013):

1. Mengurangi ketinggian muka air banjir pada jaringan drainase;

2. Pengaturan aliran drainase yang lebih baik dalam mengurangi resiko genangan;

3. Sebagai suplai air tanah (groundwater recharge);

4. Menyediakan tempat untuk keberlangsungan habitat hewan dan tumbuhan;


5. Mengurangi penyakit yang ditularkan melalui air (waterborne diseases);

6. Mengurangi kemungkinan terjadi kerusakan properti akibat genangan;

7. Meningkatkan nilai estetika untuk pemukiman lokal (local residence);

2.6.2. Rainwater Harvesting

Rainwater harvesting (pemanenan air hujan) merupakan suatu teknik

konservasi air yang digunakan dengan mengumpulkan air hujan yang berasal dari

atap bangunan dan menyimpannya untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber

air baku (Friedler, 2022). Penggunaan air hujan yang berasal dari wadah

penyimpanannya dapat digunakan oleh masyarakat untuk keperluan mencuci

peralatan rumah tangga atau kendaraan serta untuk menyiram tanaman di halaman

rumahnya. Menurut Al Mamun (2020) bahwa rainwater harvesting (RWH) pada

umumnya memiliki 3 (tiga) komponen utama, yaitu:

(1) Catchment area (daerah tangkapan air hujan)

Salah satu daerah tangkapan air hujan untuk menerapkan RWH adalah atap

rumah atau gedung bangunan yang akan dipanen hujannya. Air hujan dapat

dikumpulkan dari semua jenis atap yang tidak menyerap air kecuali yang

dilapisi timah atau dilapisi cat berbahan dasar timah akan berbahaya apabila

air hujan akan dimanfaatkan untuk air minum.

(2) Conveyance (pengangkutan air hujan)

Pengangkut atau pembawa air hujan pada RWH untuk catchment area berupa

atap rumah ataupun gedung terdiri dari talang, roof drain (saringan talang air)

dan pipa vertikal. Komponen conveyance memindahkan air hujan dari atap

bangunan menuju storage (penampungan).


(3) Storage (penampungan).

Storage merupakan wadah penampungan untuk RWH yang dapat diletakkan

di atas permukaan tanah maupun di bawah tanah. Wadah penampungan dapat

terbuat dari bahan plastik PE (polietilen), fiber glass atau beton. Wadah

berbahan plastik PE seperti toren sangat direkomendasikan karena dilengkapi

lapisan anti lumut yang mampu menjaga kualitas air di dalamnya. Untuk

ukuran storage yang besar atau permukaan yang luas seperti area parkir

pabrik dan perkantoran lebih baik menggunakan berbahan beton. Sistem

penampungan RWH dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2-6 Sistem Penampungan RWH di Atas Permukaan Tanah


(Sumber: Zabidi, et. al., 2020)

Gambar 2-7 Sistem Penampungan RWH di Bawah Permukaan Tanah


(Sumber: Zabidi, et. al., 2020)
Atap bangunan dianggap sebagai daerah tangkapan air. Hujan yang jatuh

di atas atap tersebut diperhitungkan untuk menghitung potensi volume air hujan

yang ditampung (Al Mamun, 2020). Untuk menghitung debit air hujan yang

masuk ke storage menggunakan metode Rasional yang telah dijelaskan pada

Persamaan 2.27. Nilai koefisien run off (C) yang ditetapkan untuk atap bangunan

berdasarkan Tabel 2.8 sebesar 0,90.

Efisiensi storage bak penampungan air hujan tergantung pada volume bak

penampungan yang harus disediakan. Volume bak penampungan yang semakin

besar akan meningkatkan nilai efisiensi pemanenan air hujan. Semakin besar

kapasitas bak penampungan air hujan, maka semakin kecil volume air hujan yang

menjadi limpasan akibat tidak tertampung oleh bak tersebut (Zabidi, 2020).

Perhitungan volume penampungan air hujan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ܸ= ܳ×‫ݐ‬ (2.42)

Keterangan:

V = Volume storage (m3)

Q = Debit masuk ke storage (m3/detik)

t = Lamanya kejadian hujan (detik)

2.6.3. Sumur Resapan (Infiltration Fit)

Sumur resapan merupakan lubang yang dibuat untuk memasukkan air ke

dalam tanah agar dapat meresap guna melakukan konservasi pada tanah dan juga

kandungan air di dalam tanah. Daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan

mengalami peresapan air hujan menjadi semakin lama dan semakin sedikit.

Anda mungkin juga menyukai