DARLIA
DARLIA
KEPADA YTH:
Nama : Mauliana
Kelas : VI(enam)KMI
Nis : 308
Nisn :
Telah menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang lulus uji dengan judul”HUKUM HIBAH HARTA
KEPADA ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM”
ِ السالَ ُم َع َل ْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة
هللا َو َب َر َكا ُت ُه َّ َو
PEMBIMBING
(USTAD.MUHAMMAD NAUFAL.S.HI)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :PEMDAHULUAN
A:LATAR BELAKANG
B:RUMUSAN MASALAH
C:TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II :PEMBAHASAN
B:APAKAH SESEORANG BEBAS MENGHIBAHKAN SELURUH HARTANYA KEPADAA ORANG LAIN ATAU
ANAK ANGKAT
BAB III:PENUTUPAN
A:KESIMPULAN
B:SARAN
C:PENUTUPAN
D:DAFTAR PUSTAKA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
KEPADA YTH:
Ketua penanggung jawab penulisan penulisan karya ilmiah KMI DAYAH MODERN
NAMA : Mauliana
KELAS : 6 KMI
NIS :
NISN :
Benar-benar telah mengajukan judul “HUKUM HIBAH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT MENURUT
KOMPILASI HUKUM ISLAM”dan kami telah koleksi dari berbagai segi bahwa judul tersebut dapat
dijadikan sebagai karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan KMI.
ِ السالَ ُم َع َل ْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة
هللا َو َب َر َكا ُت ُه َّ َو
PEMBIMBING
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpah nikmatnya sehingga
penulis bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini,Sholawat serta salam tak lupa semoga tetap
tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW ,karna beliaulah satu-satunya nabi yang
membawa umat dari zaman jahiliah ke zaman islamiah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan DAYAH
MODERN AR-RISALAH dan kepada guru pembimbing serta pihak- pihak yang telah mendukung hingga
terciptanya karya ilmiah ini dengan baik dan sederhana.penulis sangat menyadari bahwa dalam
menyusun karya ilmiah banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan penulis.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “ HUKUM HIBAH HARTA KEPADA ANAK
ANGKAT DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM ”. Penulis akan memberikan pemaparan mengenai hal
tersebut secara lebih utama. Makalah ini terbagi dalam tiga bagian besar,pertama,bagian pendahuluan
yang menjadi pengantar sekaligus pemaparan kesuluruhan arah dari makalah ini, kedua,bagian
pembahasan atau isi, pada bagian ini penulis akan memaparkan penjelasan mengenai hukum hibah
harta kepada anak angkat menurut kompilasi hukum islam.ketiga, bagian penutup yang akan
menyimpulkan secara singkat padat,dan jelas kesuluruhan tulisan ini.
Demikian pengantar dari penulis, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun
untuk makalah ini. Akhirnya segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak yang di berikan, penulis
mengucapkan terima kasih,dan hanya dapat memanjatkan do’a,semoga Allah SWT membalas budi baik
mereka Amin Yarabbal Alamin….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut hukum islam pengangkatan anak diperbolehkan, namun dengan syarat tidak boleh
menyamakan kedudukan hukumnya anak kandung (nasabiyah)1. Hukum islam telah menggariskan
bahwa hubungan hukum antara orang tua dan angkat dengan anak angkat
terbatas sebagai hubungan antara orang tua asuh dengan anak asuh,dan sama sekali tidak menciptakan
hubungan nasab.
Pengangkatan anak bukanlah permasalahan yang baru. Sejak zaman jahiliah,pengangkatan anak
telah dilakukan dengan cara dan motivasi yang berbeda-beda sejalan dengan system dan peraturan
hukum yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Pengangkutan anak tersebut dapat
dikategorikan sebagai perbuatan hukum karena dengan mengangkat anak, berarti seseorang telah
mengambil anakorang lain untuk dijadikan bagian dari keluarganya sendiri dan pada akhirnya akan
timbul suatu hubungan hukum antara orang yang mengangkat dan anak yang diangkat.Anak angkat
memiliki peranan serta kedekatan terhadap anggota keluarga orang tua angkatnya,
sehingga ia kadang diperlukan sama sepertianak kandung sendiri.
Hibah ataupun wasiat merupakan salah satu cara atau upaya dalam hal pengalihanharta menurut
undang-undang dasar islam. Hibah ialah pemberian harta yang berlaku semasa hidup pemberi hibah,
sedangkan wasiat merupakan pemberian harta yang berlaku selwpas kematian pewasiat. Kedua
instrument ini digalakkan dalam islam, dimana sekitarnya dilakukan dengan betul dan selepas dengan
keharusan syarat maka ia dapat menghindar pertikaian dan perebutan harta. Melalui hibah dalam
wasiat juga dapat membantu kaum kerabat yang memerlukan bantuan. Selain itu terdapat pula
pendapat yang menyatakan bahwa dengan melakukan hibah dan wasiat maka seseorang dianggap telah
menyalahi ketetapan hukum faraid. Karena dalam syariat islam, yang mendapat warisan hanya anak
kandung saja. Sedangkan anak angkat jelas tidak mendapat warisan, karena anak angkat pada
hakikatnyabukan anaknya,melainkan anak orang lain.
1
M Fahmi Al-Amruzi, Wasiat Wajibah Dalam Kompilasi Hukum Islam ( Yogyakarta : Aswaja Pressindo ).
Maka terungkaplah adanya ketentuan dalam hukum islam yang menyatakan bahwa status anak
angkat tidak dapat disamakan dengan anak kandung sehingga dia tidak dapat menerima harta warisan
dari orang tua angkatnya. Meskipun demkian ,anak angkat tersebut berhak mendapatkan pembagian
harta dari kedua orang tua angkatnya dengan jalan pemberian harta dalam bentuk hibah atau wasiat
dengan ketentuan tidak boleh lebih dari sepertiga harta kekayan orang tua angkat.
Oleh sebab itu melalui karya ilmiah ini penulis tertarik untuk menulis penulisan tentang: “HIBAH
HARTA KEPADA ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM”
B.Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.Bolehkah hibah harta kepada anak angkat ?
2.Apakah seseorang bebas menghibahkan seluruh hartanya kepada anak angkat ?
C.Tujuan permasalahan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat diambil tujuan permasalah sebagai berikut:
1.untuk mengetahui bolehkah hibah harta kepada anak angkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Thoha Husein Almujahid, Kamus Akbar Bahasa Arab, Jakarta : gema insani, 2013, hal 165
Hibah disunnahkan.islam menganjurkan hibah, hadiah, pemberian dan sedekah,
menciptakan kasih sayang sesama manusia, dan menyucikan jiwa dari sifat tercela
dan seperti kikir dan serakah. Orang yang melakukannya karena allah swt akan
mendapat pahala dan balasan yang besa. Barang siapa yang diberi harta atau benda
tampa mengharapkan imbalan dan bukan hasil minta-minta,maka hendaknya
diterima dan tidak menolaknya, hal tersebut merupakan rezeki yang dikaruniakan
allah swt kepadanya. Bila berkenaan boleh nemilikinya atau menyedekahnya 3.
Hibah dianggap sah dengan ucapan yang menunjukkan pemberian harta dengan
tampa kompensasi. Seperti ucapan, “aku hibahkan ini kepadamu” dan dengan segala
bentuk pemberian yang menunjukkan hal di atas. Boleh berhibah dengan barang yang
boleh dijual dan makruh hukumnya menolak walaupun sedikit 4
3
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijri,Ensiklopedia Islam Al-Kamil. Jakarta : Darus sunnah, cet.
Kedelapan belas, 2013. Hal 963-964
4
Ibid, hal 964
5
Ibid, hal 90.
Hikmah dan manfaat disyariatkannya hibah adalah sebagai berikut:
6
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, Raja Wali pers,2008,hal 218-219
7
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : kencana, 2006, hal 132-133
3. Menurut kompilasi hukum islam
Hibah dalam hukum adat dikenal dengan beri-memberi atau be-ulah be atei
(karya hati) yang memiliki makna memberi orang lain barang-barang untuk
menunjukkan balas kasih, tanda akrab,tanda prihatin dan sebagainya. Beri
memberi ini dapat dilakukan dengan objek yang berupa barang ringan atau
barang bera. Barang ringan adalah barang –barang yang nilai harganya randah,
sedangkan barang berat adalah barang-barang yang bernilai tinggi.
Dalam hukum adat,yang dumaksud dengan hibah adalah harta
kekayaan seseorang yang di bagi-bagikannya diantara anak-anaknya pada ia
masih hidup, penghibah itu sering terjadi ketika si pemberi hibah itu masih
hidup dengan tujuan untuk menghindari percekcokan yang akan terjadi apabila
ia telah meninggal dunia diantara anak-anak itu. Penghibah itu terjadi
kemungkinan juga terjadi sebagai akibat karena kekhawatiran sipemberi hibah
sebab itu dari anak-anaknya itu adalah ibu sambung atau ibu tiri,atau juga
dikalangan anak-anaknya itu terdapat anak angkat yang mungkin disangka
keanggotaan sebagai ahli kental islamnya hal ini biasanya berlaku pada
masyarakat garis keibuan seperti daerah minangkabau 8.
4. Menurut kompilasi hukum islam
8
Abdul manan, Aneka masalah hukum perdata islam di Indonesia, Jakarta: kencana,2006, hal 132-133
9
Dapartemen agama republic Indonesia ,kompilasi hukum islam, 2000, hal 94
10
Abdul manan,aneka masalah hukum perdata islam di Indonesia, jakarata:kencana, 2006, hal 133
Hibah ini dilakukan dihadapan dua orang saksi. Sedangkan subjek hukum penerimaan
hibah tidak di syaratkan kecakapan bertindaknya.
Ketentuan ini merupakan kodifikasi dari fiqih yang selama ini masih
terdapat kesimpansiuran pendapat tentangnya. Sementara ulama dan hakim yang
berpendirian yang berpendirian boleh menghibah seluruh harta. Sebaliknya banyak
pula yang berpendapat penghibah tidak boleh melenyapkan hak ahli waris. Selebihnya,
ada yang berpendapat hanya boleh sepertiga. Memperhatinkan berbagai ragam
pendapat terdapat telah timbul dalam praktik putusan-putusan pengadilan yang sangat
tinggi. Akibatnya penegak hukum dalam kasus hibah menimbulkan kebingungan
anggota masyarakat11
Pasal 210
1. Orang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat, tampa adanya
paksaan dapat menghibah sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya kepada orang
lain atau lembaga di hadapan dua orang saksi untuk dimiliki.
2. Harta benda yang di hibah harus merupakan hak dari penghiah.
Pasal 211
Hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai
warisan.
Pasal 212
Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada
anaknya.
Pasal 213
Hibah yang di berikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan sakit
yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat persetujuan dari ahli warisnya.
Pasal 214
11
Abdul ghofur anshori, flsafat hukum hibah dan wasiat di Indonesia, Yogyakarta :gadjah mada university prees,
2011, hal 93.
Warga Negara Indonesia yang berada di Negara asing dapat membuat
surat hibah di hadeapan konsulat atau kedutaan republic Indonesia setempat isinya
tidak bertentangan dengan ketentuan pasal-pasal ini.
12
Subekti, kitap undang-undang hukum perdata, Jakarta:PT pradnya paramita,2004.
13
Ibid, hal 438-440.
B. Apakah seseorang bebas menghibah seluruh hartanya kepada orang lain atau anak angkat
Dari al-quran :
ِ الرقَا
ب ِّ ساِئلِينَ َوفِي
َّ يل َوال
ِ ِ سب َ َوآتَى ا ْل َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِه َذ ِوي ا ْلقُ ْربَ ٰى َوا ْليَتَا َم ٰى َوا ْل َم
َّ سا ِكينَ َوابْنَ ال
وكان، يروي سعد بن أبو وقش رضى أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم زارني يوم الحج وداع:المعنى
أستطيع أن أرى بينما أنا شخص ثري ال يرث. مرضي شديد مثلك، يا رسول هللا: فيقول، مرضي شديدًا جدًا
بثالث. ال: نصفها أجاب: سألت مرة أخرى. ال تستطيع: هل أتصدق بثلثي ثروتي؟ قال. الوحيد.سوى ابنتي
ِ َّورثَتُ ُك ْم فَقِيرُونَ يُ ْست ََجلُّونَ ِم ْن الن
) (رواه البخاري ومسلم.اس َ ، َ ِإنَّ ُك ْم ِإ َذا ُمت. والثالث هو بالفعل الكثير.فقط.
14
Dapartemen agama RI Al-quran terjemah bahasa Indonesia, bandung :sigma Exagrafika, hal 27 .
15
Kitab shahih Al-bukhari dan mislim, Jakarta : Alita Aksara media, 2013, hal 431.
A. Pengertian tentang anak angkat
Larangan dalam hibah , menurut hukum islam penarikan kembali atas suatu
pemberian ( hibah )adalah merupakan pembuatan yang diharamkan, meskipun hibh tersebut
menjadi antara dua orang yang bersaudara atau suami istri .adapun hibah yang bolehditarik
kembali hannyalah hibah yang dilakukan atau diberikan orang tua kepada anaknya .Menurut
hadis ibnu abbas, Rasulallah saw bahwa orang meminta kembali hibahnya adalah laksana anjing
yang muntah kemuan ia makan kembali muntahnya itu ,hadist ini diriwayatkan oleh
mutafaa’alaih .dalam riwayat lain ibnu umar dan ibnu abbas mengemukakan bahwa Rasulallah
16
Kamus Besar Indonesia, hal 7.
17
Fnsiklopedia Indonesia. Hal 83.
18
Yaswirman ,hukum keluarga,Jakarta :PTRaja blatindo persada ,cet .ketua 2013,hal 251.
saw pernah berkata bahwa tidak halal bagi seorang muslim yang memberikan itu , kecuali orang
tua dalam suatu pemberian dia berikan kepada anaknya ,hadist inidi nilai shahih oleh At-
tarmizi ,ibnu hibban dan Al-hakim , An-nasa’ dan ibnu Majjah ,imam malik dan jumhur ulama
madinah berpendapat bahwa ayah boleh mencabut kembali apa yang dihibahkan kepada
anaknya , selama anak itu belum kawin atau belum terkait dengan hak orang lain atasnya .
Sementara itu imam Ahmad dan muqaha zahiri berpendapat bahwa seseorang tidak boleh
mencabut kembali apa yang elah dihibahnya . 19
Hal ini disebabkan sesuai pula dengan misi keadilan social dalam ajaran islam ,
dimana syariat islam membuka kesempatan bagi seseornguntuk memperoleh
amal kebaikan melalui wasiat dan memberikan sebagian dari harta
peninggalannya (dalam bentuk hibah )kepada anak angkat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dimasa depan , sehingga anak tersebut tidak terlantar
dalam pendidikan sertakehidupanya kelak ketika mereka telah dewasa ,oleh
karena itulah rasa kemanusiaan yangtinggi merupakan misi islam yang sangat
utama dalam usaha mendekatkan diri kepada ALLAH SWT.
19
Abdul Manan , aneka masalah hukum perdata islam di Indonesia ,Jakarta , kencana , cet . keempat ,2014 , hal
139-140.
20
Imam An –nabawi ,sharah shahih muslim ,Jakarta darus sunnah ,2013 ,hal 18.
21
Hendi suhendi ,fikih muamalah Jakarta ,Raja wali pers 2008 , hal 218-219 dalammurdani , hukum kewarisan islam
diindonesia , Jakarta ,Rajawali pers ,2014,hal 132
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1. Praktek hibah seluruh harta ini jelas dilarang oleh kompilasi hukum islam
karena dalam kompilasi hukum islam dibatasi dengan sepertiga harta saja .
Dalam ketentuan fiqih hal ini juga menghilangkan hak ahli waris untuk
menerima harta warisan hanya seluruh hartanya sudah dihibahkan kepada
anak angkatnya. Walaupun hibah seluruh harta ini dilakukan berdasarkan
persetujuan ahli waris, namun memberikan seluruh hartanya kepada anak
angkat yang bukan ahli waris dipandang tidak tepat, berdasarkan hadist
rasul saw yang melarang hibah melebihi sepertiga harta karena
memprioritaskan ahli waris dari pada orang lain agar dapat bercukupan,
disamping itu memberikan hibah lebih dari sepertiga harta dianggap sebagai
tindakan merugikan ahli waris karena menggugurkan hak-hak mereka
B.SARAN
Dengan adanya karya ilmiah ini, penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat
berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang
lebih penulis memohon maaf untuk itu kepada para pembaca mohon kritikan dan saran
yang bersifat membangun demi sempurnanya karya ilmiah. Karya ilmiah ini menyangkut
dalam judul “HIBAH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT MENURUT KOMPILASI HUKUM
ISLAM” dengan adanya pembahasan tentang “HIBAH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT
MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM” sehingga kita dapat mengetahui secara
mendalam
C.PENUTUP
Hanya inilah karya ilmiah yang mampu penulis rangkai semoga bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bermanfaat bagi pembaca amin amin yarabbal a’lamin……….
DAFDAR PUSTAKA
1. M. fahmi al-amruzi. Rekonstruksi wasiat wajibah dalam kompliasi hukum islam
(Yogyakarta, aswaja prensindo). Ft. h. 83.
2. Thoha husen al-mujahid, kamus akbar bahasa arab, Jakarta :gemainsani,2013
hal 165.
3. Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah attuwaijri, fnsiklopdia islam al-
kamil, Jakarta: darussunnah; cet. Kedelapan belas,2013, hal 963-964.
4. Hendi suhendi, fiqh muamalah, Jakarta : prajawali pers 2008, hal 218-219.
5. Abdul manan, aneka masalah hukum perdata islam diindonesia, Jakarta:
kencana 2006, hal 132-133.
6. Daparteman agama republic Indonesia, kompilasi hukum islam, 2000, hal 94.
7. Abdul ghofur ansohari, filsafal hukum hibah dan wasiat diindonesi, Yogyakarta :
gadjah mada university pers, 2011, hal, 93.
8. Subkti, kitb undang-undang hukum perdataan, Jakarta: PT pradnya paramita,
2004.
9. Dapartemen agama ri, al-quran terjemah Indonesia, bandung:sygma fxagrafika,
hal 27.
10. Kitab sohih al-bukhari dan muslim, Jakarta: alita aksara media, 2013,hal 431.
11. Yaswirman, hukum keluarga, jakarta: PT. raja blafindo bersada, cet. Kedua
2013,hal 251.
12. M.nurul irfan, nasab dan status anak dalam hukum islam, Jakarta: amzah,
cet.kedua 2015,hal 56.
13. Imam annabawi, sarah shohi muslim, Jakarta: darussunnah 2013, hal 18.