Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

IMPLEMENTASI
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
DALAM PEMBELAJARAN
DASAR PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Sebagai Persyaratan Pengajuan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat


dari Golongan III/c ke Golongan III/d

Oleh
KUSWANDARI, S.P
NIP. 197702112008012013

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
SMK NEGERI KUDU
Jl. Raya Tapen Lor Tapen Kudu Telp. (0321) 889101/ 889497
Kode Pos : 61454
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivisme Dalam


Pembelajaran Dasar Pengolahan Hasil Pertanian ini telah disyahkan oleh
Kepala SMK Negeri Kudu pada tanggal 10 Oktober 2017 , sebagai salah satu persyaratan
pengajuan Angka Kredit untuk kenaikan pangkat dari golongan III/c ke golongan III/d.

Kudu, 10 Oktober 2017


Mengetahui
Plt. Kepala SMK Negeri Kudu,

MOKHAMMAD YASIN, M.Pd.,M.M


Pembina Tk. 1
NIP. 19650518 198803 1 008

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang
kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Definisi ini sesuai dengan UU Sisdiknas
tahun 2003 pasal15 yang berbunyi pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang keahlian tertentu.
Terdapat beberapa bidang keahlian dalam SMK, salah satunya adalah bidang Agribisnis
dan agroindustri dengan kompetensi keahlian Teknologi pengolahan hasil pertanian.
Kompetensi keahlian ini memeiliki tujuan untuk untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
keahlian dan siap bekerja dalam bidang industri pengolahan pangan. Untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas tentu memerlukan pembelajaran yang berkualitas juga. Oleh karena
itu, perlu dipilih model pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik ilmu yang
dipelajari.
Pendidik seharusnya dibebaskan dari berbagai hal teknis dan formalisme yang selama ini
membelenggunya. Kondisi ini merupakan prasyarat agar pendidik mampu membebaskan
peserta didik dari berbagai belenggu yang mengekang imajinasi dan kreativitas serta dalam
rangka pembentukan karakter. Untuk itulah pendidikan yang membebaskan dan pendidikan
kritis sudah waktunya untuk dijadikan acuan. Kebebasan bukanlah sikap semaunya sendiri.
Kebebasan mengarah pada sikap penghargaan akan keunikan serta kekhasan masing-masing
individu sebagai pribadi. Kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi
orang lain, aturan bersama tetap diperlukan, tetapi perlu hati-hati dalam membuat peraturan
bersama. Fungsi utama aturan bersama tersebut untuk menjaga agar kebebasan masing-
masing tetap terpelihara dan terjamin. Jika aturan yang dibuat justru menghambat bahkan
mematikan kebebasan maka aturan tersebut sudah di luar proporsinya. Oleh karena itu aturan
tetap diperlukan akan tetapi jangan sampai aturan tersebut menghambat perkembangan
potensi pribadi yang khas dan unik. Dimensi kebebasan inilah yang membuat manusia
mampu mengembangkan seluruh potensinya secara optimal, mampu mengkritisi dan memilih
arah hidupnya.
Untuk mencapai tujuan di atas maka dipilih teori belajar konstruktivisme, sebab
dibandingkan teori belajar lain, teori ini dapat mengantisipasi pergeseran dari pendidikan
yang lebih menekankan aspek kognitif menuju aspek potensi manusia secara utuh, karena
teori belajar konstruktivistik pembelajarannya lebih menekankan aktivitas siswa daripada
pendidik.
Makalah ini akan membahas implementasi teori pembelajaran konstruktivisme dalam
pembelajaran mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian. Tulisan ini menyajikan secara
berturut-turut tentang konsep pembelajaran konstruktivistik, strategi pembelajaran
kontruktivistik, karakteristik mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian dan
implementasi
pembelajaran konstruktivistik dalam mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian.

I.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme?
2. Bagaimana implementasi pembelajaran konstruktivisme pada mata pelajaran Dasar
Pengolahan Hasil Pertanian di SMK?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran konstuktivisme ?

I.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui model pembelajaran konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran konstruktivis
3. Untuk mengetahui alasan memilih model pembelajaran konstruktivisme dalam materi
luas segitiga.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
konstruktivisme.

I.4 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Pembelajaran Konstruktivistik


Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menekankan agar individu
secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivisme
dikembangkan luas oleh Jean Piaget, ia dikenal sebagai seorang psikolog yang pada akhirnya
lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean
Piaget adalah perkembangan fikiran secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget
untuk memahami teori itu perlu memahami tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi
asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan (http://pusdiklatdepdiknas.net).
Paradigma konstruktivisme oleh Jean Piaget menjadi landasan munculnya strategi
kognitif yang disebut dengan teori meta cognition. Meta cognition merupakan ketrampilan
yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya
(Preisseisen, http://pusdiklatdepdiknas.net). Menurut Preisseisen meta cognition meliputi
empat jenis keterampilan, yaitu:
1. Keterampilan Pemecahan Masalah (problem solving), yaitu keterampilan individu dalam
menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan
fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan dan memilih
pemecahan masalah yang paling efektif.
2. Keterampilan Pengambilan Keputusan (decision making), yaitu keterampilan individu
dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari
beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan
kekurangan dari setiap alternatif, alternatif informasi dan pengambilan keputusan yang
terbaik berdasarkan alasan- alasan yang rasional.
3. Keterampilan Berfikir Kritis (critical thinking), yaitu keterampilan individu dalam
menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argument dan memberikan
interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari
argument dan interpretasi logis.
4. Keterampilan Berfikir Kreatif (creative thinking), yaitu keterampilan individu dalam
menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif
berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan
institusi individu.
Keterampilan-keterampilan di atas saling terkait satu dengan yang lainnya dan sulit untuk
dibedakan karena keterampilan-keterampilan tersebut terintegrasi. Paradigma
konstruktivisme melahirkan prinsip reflection in action, yang mana prinsip tersebut
merupakan gambaran tentang proses belajar. Seseorang belajar melalui aktivitasnya sendiri
dan kemudian mengkaji ulang dari aktivitas yang dilakukannya. Berdasarkan teori
konstruktivisme bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang dialami oleh
seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara individual. Menurut Brooks & Brooks
dalam Santrock (2008:8) mengemukakan bahwa dalam pandangan konstruktivisme, “guru
bukan sekedar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak
untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berfikir secara
kritis”.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Hal ini
berarti seorang siswa harus secara aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Model pembelajaran konstruktivistik
menekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn). Dengan model
pembelajaran ini, siswa yang aktif untuk menggali potensi yang dimiliki dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pengertian belajar dalam pembelajaran
konstruktivistik adalah penyusunan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif dan
refleksi serta interpretasi, sedangkan mengajar adalah menata lingkungan agar peserta didik
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai perbedaan.
Berdasarkan teori J. Piaget maka model pembelajaran konstruktivistik di kelas dapat
dirancang atau didesain dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi
Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya
dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi
yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal dan
interview.
2. Penyusunan program pembelajaran
Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.
3. Orientasi dan elicitasi
Untuk membangkitkan minat dan semangat siswa terhadap topik yang akan dibahas maka
perlu diciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan pada awal-awal
pembelajaran. Siswa dituntun untuk mengemukakan gagasannya yang berkaitan dengan
topik melalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan
tersebut selanjutnya dipertimbangkan bersama. Guru perlu menciptakan suasana yang
santai sehingga siswa tidak takut untuk mengutarakan gagasannya dan tidak khawatir
dicemooh ketika gagasan yang disampaikannya salah atau tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kebenaran akan gagasan siswa akan terungkap dengan sendirinya melalui
penalaran dalam tahap konflik kognitif.
4. Refleksi
Pada tahap ini, berbagai macam gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada
tahap orientasi dan elicitasi direfleksikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada
tahap awal. Miskonsepsi ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan
kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya.
5. Restrukturisasi ide
Dalam tahap ini terdapat beberapa bagian, yaitu:
a. Tantangan, dimana siswa diberi pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang
dapat diperagakan atau diselidiki dan selanjutnya siswa diminta untuk meramalkan
hasil penyelidikan dan mengemukakan alasan untuk mendukung ramalannya itu.
b. Konflik kognitif dan diskusi kelas, siswa akan dapat melihat sendiri apakah
ramalannya benar atau salah. Siswa didorong untuk menguji keyakinan dengan
melakukan penyelidikan. Jika ramalannya meleset, siswa akan mengalami konflik
kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan yang telah dikemukakannya.
Selanjutnya siswa didorong untuk memikirkan penjelasan yang sesuai dengan gejala
yang dilihat.
c. Membangun ulang kerangka konseptual, siswa dituntun untuk menemukan sendiri
bahwa konsep-konsep yang baru itu memiliki konsistensi internal. Hal itu
menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru memiliki keunggulan dari gagasan
yang lama.
6. Aplikasi
Tahap ini adalah menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari
miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah dan menganjurkan siswa untuk menerapkan konsep
ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang
instruktif dan menguji penyelesaian secara empiris.
7. Review
Tahap ini dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah
berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran.
Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali
bersifat resisten. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak
selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada
kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa yang bersangkutan.

II.2 Karakteristik Mata Pelajaran Dasar Pengolahan Hasil Pertanian


Mata pelajaran Dasar Proses Pengolahan Hasil Pertanian merupakan kumpulan bahan
kajian dan pembelajaran tentang berbagai teknologi pengolahan dan pengawetan yang
digunakan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian yang meliputi pengecilan ukuran,
pendinginan dan pembekuan, pasteurisasi dan blansing, sterilisasi dan ekshausting.
pencampuran, emulsifikasi, dan ekstraksi, pengeringan, penguapan, rehidrasi dan
perendaman. fermentasi dan proses enzimatis pada pengolahan pangan. Pengolahan hasil
pertanian menggunakan kombinasi dari beberapa teknologi pengolahan tersebut untuk
mendapatkan produk olahan yang sesuai dengan kriteria mutu yang diharapkan.
Salah satu karakteristik dari mata pelajaran Dasar Proses Pengolahan Hasil Pertanian
adalah pelajaran ini tidak lepas pada kreativitas, produktivitas, dan kemadirian. Kreatif
karena dunia teknologi pengolahan selalu inovatif mengikuti hal-hal yang baru. Kreativitas
peserta didik sangat diharapkan dalam mengkombinasikan berbagai teknik pengolahan untuk
menghasilkan produk olahan hasil pertanian yang bermutu dan bisa bersaing di pasar.
Produktif karena dunia industri pengolahan selalu mengacu pada produktivitas yaitu
menghasilkan suatu produk olahan dengan output lebih besar dari input. Mandiri karena
setiap lulusan smk diharapkan mempunyai jiwa wirausaha yang mampu menciptakan peluang
kerja.
III. PEMBAHASAN

Salah satu implementasi pembelajaran konstruktivisme pada SMK yaitu guru sebagai
pendidik berfungsi sebagai fasilitator aktif , terutama dalam memandu siswa untuk
mempertanyakan asumsi siswa dan melatih siswa dalam merekonstruksi makna baru dari
sebuah pengetahuan. Guru konstruktivis lebih tertarik untuk membongkar sebuah makna
daripada menentukan suatu materi. Dengan demikian peran guru dalam pembelajaran
konstruktivistik adalah menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif,
dan memonitor serta mengevaluasi hasil belajar siswa.
Pembelajaran konstruktivistik untuk SMK sangat penting karena siswa belajar dalam
lingkungan dan tempat kerja. Praktik kerja dalam SMK memang beresiko tinggi tetapi jika
guru bertindak benar baik sebagai fasilitator maupun pemandu, guru dapat membantu siswa
dalam belajar merekonstruksi pikirannya melalui sebuah keadaan secara bersama-sama.
Aktivitas adalah salah satu faktor dalam konstruksi pengetahuan dan keikutsertaan siswa
dalam seluruh aktivitas dan interaksi pembelajaran setiap hari merupakan kekuatan untuk
mengakses informasi dan keterampilan yang lebih tinggi. Bertambahnya pengalaman secara
rutin dan langsung dalam melakukan suatu pekerjaan akan memberikan siswa kemampuan
untuk memecahkan masalah secara efektif, reflektif dan berkesinambungan.
Pada sekolah kejuruan, ada beberapa program yang dapat dilakukan sebagai
penerapan pendekatan pemelajaran konstruktivisme ini, diantaranya adalah program
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Teaching Factory (TF).
1. Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu. PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja
dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir siswa.
2. Teaching Factory (TF)
Teaching Factory (TF) adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya,
sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan
pengetahuan di sekolah. Proses pendekatan pembelajaran dengan TF adalah perpaduan
antara pendekatan pembelajaran CBT (competency based training) dan PBT (production
based training). CBT memberikan penekanan pada apa yang dapat dilakukan siswa dari
hasil belajar yang sudah diperoleh baik pemahaman pengetahuan maupun keterampilan.
PBT adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan stándar kerja yang sesungguhnya (real job) untuk
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Pada kedua macam pendekatan pembelajaran tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman belajar langsung (magang). Secara tidak langsung siswa akan
melalui tahap-tahap skema asimilasi dan akomodasi dari pemahaman pengetahuan yang
didapatkan di sekolah dengan penerapannya di dunia usaha atau dunia industri.
Langkah strategis yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
pendekatan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Dengan Student Active Learning
atau pendekatan cara belajar mahasiswa aktif di dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran
mengakui sentralisasi peranan mahasiswa di dalam proses belajar, dan tut wuri handayani.
Kajian teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan pembelajaran memungkinkan
menuju kepada tujuan tersebut. Dalam mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian disini
diperlukan guru yang memfasilitasi bukan yang otoriter, apabila ini tidak dapat dijalani oleh
seorang guru maka kesalahan besar dan kelemahan teori belajar konstruktivistik akan terjadi.
Karena itu diperlukan kemampuan mengendalikan diri dari guru yang baik itu. Peran kunci
guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian meliputi:
1. menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak,
2. menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
3. menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar mahasiswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
Ini cocok sekali untuk pengetahuan teknologi karena karena setiap orang pada zaman
sekarang tidak terlepas dari teknologi dalam hidupnya, entah itu sebagai produsen paling
tidak sebagai konsumen. Dalam mata kuliah Dasarpengolahan hasil pertanian, kemampuan
awal tersebut akan menjadi dasar mengkonstruksi pengetahuan baru. Oleh karena itu
meskipun kemampuan tersebut masih sangat sederhana dan tidak sesuai dengan pendapat
guru sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Misal dalam
teknologi pembuatan tahu yang sudah umum di masyarakat, dengan pembelajaran dan
bimbingan guru pengetahuan yang sederhana tersebut dikaji secara ilmiah dari segi teknologi,
sehingga siswa dapat berkembang pengetahuaannya dan bisa berkreasi dalam teknik
pembuatan tahu
Terdapat beberapa strategi pembelajaran konstruktivistik yaitu belajar aktif, belajar
mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan model pembelajaran
kognitif. Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran
melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Ciri utama dalam belajar mandiri
adalah pengembangan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan siswa untuk
melakukan proses belajar secara mandiri tidak tergantung pada faktor-faktor guru, kelas,
teman dan lain-lain. Belajar kooperatif dan kolaboratif bertujuan untuk membangun
pengetahuan dalam diri individu mahasiswa melalui kerja dan diskusi kelompok, sehingga
terjadi pertukaran ide dari satu anggota kelompok kepada anggota kelompok lainnya. Dalam
mata pelajaran dasar poroses pengolahan hasil pertanian sebetulnya pengetahuan siswa tidak
nol sama sekali, setelah pokok-pokok bahasan/ kompetensi dasar disampai oleh guru , siswa
berkelompok dan memilih salah satu bab yang akan diangkat sebagai topik diskusi. Serta
setiap kelompok juga bertugas untuk mencari informasi pengolahan hasil pertanian di sekitar
sekolah, yang dapat mereka pilih dan dilaporkan di depan kelas misalnya produk yang
dihasilkan, teknologi yang digunakan, jenis peralatan yang digunakan, bahan baku dan bahan
tambahan yang digunakan serta apa hambatan dan bagaimana alternatif-alternatif
pemecahannya dan sebagainya.
Penilaian dalam mata pelajaraan dasar proses pengolahan hasil pertanian dari partisipasi,
tugas individu, tugas kelompok, laporan hasil praktik, pencarian jalan keluar masalah bisnis,
pemberian input pada masalah kelompok rekan, banyaknya pertanyaan yang mampu
dikumpulkan dan lain-lainnya yang semuanya untuk menuju keobjektivitas. Dalam laporan
praktik yang diteliti siswa biasanya juga mengemukakan kendalanya biasanya mahasiswa
juga mencarikan jalan atau alternatif pemecahannya. Apabila tepat untunglah yang
didapatkan tetapi apabila tidak tepat justru rugilah yang diperoleh
Suatu metode/model pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Metode
Konstruktivisme antara lain :
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan
merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
Kekurangan dari metode Konstruktivisme adalah :
1. Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi siswa
tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman.
2. Konstruktivisme pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangun sendiri, hal ini
pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.
3. Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
IV. KESIMPULAN

Konstruktivisme merupakan langkah pendekatan dalam proses pembelajaran yang


menekankan pada upaya memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk bekerja
sendiri dengan menemukan sendiri hal-hal yang harus dipelajari dan selanjutnya dari
penemuan tersebut, maka siswa dapat membangun atau mengkonstruksi kemampuan dirinya
sehingga dapat menemukan hal-hal yang berguna bagi dirinya dan terus berusaha untuk
melahirkan ide-ide baru.
Penerapan pembelajaran konstruktivisme pada pelajaran Dasar Pengolahan Hasil
Pertanian sangat tepat karena pada pelajaran ini dibutuhkan kreativitas dari peserta didik
sehingga bisa menampilkan berbagai variasi produk olahan hasil pertanian.
Pembelajaran konstruktivisme mempunyai kelebihan antara lain mendorong siswa
untuk mengungkapkan gagasan/ide, siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan
gagasan tentang fenomena yang menantang siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Kekurangan dari metode Konstruktivisme adalah konstruksi siswa tidak cocok dengan
pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman, membutuhkan waktu yang lama
dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda, tidak semua sekolah memiliki
infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Baedowi, Ahmad. Konstruktivisme dan Sekolah Kejuruan. http://rumahilmuindonesia.net.


Diakses tanggal 22 juni 2011 pada 06.50 am
Hamzah. 2006. Teori Belajar Konstruktivisme. http://sman1sukaraja.com/1/. Diakses tanggal
22 Juni 2011 pada 07.02 am
Harahap, Sofyan S. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
NN. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. http://pusdiklatdepdiknas.net. Diakses
tanggal 22 Juni pada 06.34 am
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai