Makalah Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik 2017
Makalah Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik 2017
IMPLEMENTASI
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
DALAM PEMBELAJARAN
DASAR PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
Oleh
KUSWANDARI, S.P
NIP. 197702112008012013
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang
kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Definisi ini sesuai dengan UU Sisdiknas
tahun 2003 pasal15 yang berbunyi pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang keahlian tertentu.
Terdapat beberapa bidang keahlian dalam SMK, salah satunya adalah bidang Agribisnis
dan agroindustri dengan kompetensi keahlian Teknologi pengolahan hasil pertanian.
Kompetensi keahlian ini memeiliki tujuan untuk untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
keahlian dan siap bekerja dalam bidang industri pengolahan pangan. Untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas tentu memerlukan pembelajaran yang berkualitas juga. Oleh karena
itu, perlu dipilih model pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik ilmu yang
dipelajari.
Pendidik seharusnya dibebaskan dari berbagai hal teknis dan formalisme yang selama ini
membelenggunya. Kondisi ini merupakan prasyarat agar pendidik mampu membebaskan
peserta didik dari berbagai belenggu yang mengekang imajinasi dan kreativitas serta dalam
rangka pembentukan karakter. Untuk itulah pendidikan yang membebaskan dan pendidikan
kritis sudah waktunya untuk dijadikan acuan. Kebebasan bukanlah sikap semaunya sendiri.
Kebebasan mengarah pada sikap penghargaan akan keunikan serta kekhasan masing-masing
individu sebagai pribadi. Kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi
orang lain, aturan bersama tetap diperlukan, tetapi perlu hati-hati dalam membuat peraturan
bersama. Fungsi utama aturan bersama tersebut untuk menjaga agar kebebasan masing-
masing tetap terpelihara dan terjamin. Jika aturan yang dibuat justru menghambat bahkan
mematikan kebebasan maka aturan tersebut sudah di luar proporsinya. Oleh karena itu aturan
tetap diperlukan akan tetapi jangan sampai aturan tersebut menghambat perkembangan
potensi pribadi yang khas dan unik. Dimensi kebebasan inilah yang membuat manusia
mampu mengembangkan seluruh potensinya secara optimal, mampu mengkritisi dan memilih
arah hidupnya.
Untuk mencapai tujuan di atas maka dipilih teori belajar konstruktivisme, sebab
dibandingkan teori belajar lain, teori ini dapat mengantisipasi pergeseran dari pendidikan
yang lebih menekankan aspek kognitif menuju aspek potensi manusia secara utuh, karena
teori belajar konstruktivistik pembelajarannya lebih menekankan aktivitas siswa daripada
pendidik.
Makalah ini akan membahas implementasi teori pembelajaran konstruktivisme dalam
pembelajaran mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian. Tulisan ini menyajikan secara
berturut-turut tentang konsep pembelajaran konstruktivistik, strategi pembelajaran
kontruktivistik, karakteristik mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian dan
implementasi
pembelajaran konstruktivistik dalam mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian.
I.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui model pembelajaran konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran konstruktivis
3. Untuk mengetahui alasan memilih model pembelajaran konstruktivisme dalam materi
luas segitiga.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
konstruktivisme.
I.4 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu implementasi pembelajaran konstruktivisme pada SMK yaitu guru sebagai
pendidik berfungsi sebagai fasilitator aktif , terutama dalam memandu siswa untuk
mempertanyakan asumsi siswa dan melatih siswa dalam merekonstruksi makna baru dari
sebuah pengetahuan. Guru konstruktivis lebih tertarik untuk membongkar sebuah makna
daripada menentukan suatu materi. Dengan demikian peran guru dalam pembelajaran
konstruktivistik adalah menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif,
dan memonitor serta mengevaluasi hasil belajar siswa.
Pembelajaran konstruktivistik untuk SMK sangat penting karena siswa belajar dalam
lingkungan dan tempat kerja. Praktik kerja dalam SMK memang beresiko tinggi tetapi jika
guru bertindak benar baik sebagai fasilitator maupun pemandu, guru dapat membantu siswa
dalam belajar merekonstruksi pikirannya melalui sebuah keadaan secara bersama-sama.
Aktivitas adalah salah satu faktor dalam konstruksi pengetahuan dan keikutsertaan siswa
dalam seluruh aktivitas dan interaksi pembelajaran setiap hari merupakan kekuatan untuk
mengakses informasi dan keterampilan yang lebih tinggi. Bertambahnya pengalaman secara
rutin dan langsung dalam melakukan suatu pekerjaan akan memberikan siswa kemampuan
untuk memecahkan masalah secara efektif, reflektif dan berkesinambungan.
Pada sekolah kejuruan, ada beberapa program yang dapat dilakukan sebagai
penerapan pendekatan pemelajaran konstruktivisme ini, diantaranya adalah program
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Teaching Factory (TF).
1. Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di
sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu. PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja
dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir siswa.
2. Teaching Factory (TF)
Teaching Factory (TF) adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya,
sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan
pengetahuan di sekolah. Proses pendekatan pembelajaran dengan TF adalah perpaduan
antara pendekatan pembelajaran CBT (competency based training) dan PBT (production
based training). CBT memberikan penekanan pada apa yang dapat dilakukan siswa dari
hasil belajar yang sudah diperoleh baik pemahaman pengetahuan maupun keterampilan.
PBT adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan stándar kerja yang sesungguhnya (real job) untuk
menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Pada kedua macam pendekatan pembelajaran tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman belajar langsung (magang). Secara tidak langsung siswa akan
melalui tahap-tahap skema asimilasi dan akomodasi dari pemahaman pengetahuan yang
didapatkan di sekolah dengan penerapannya di dunia usaha atau dunia industri.
Langkah strategis yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan
pendekatan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Dengan Student Active Learning
atau pendekatan cara belajar mahasiswa aktif di dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran
mengakui sentralisasi peranan mahasiswa di dalam proses belajar, dan tut wuri handayani.
Kajian teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan belajar dan pembelajaran memungkinkan
menuju kepada tujuan tersebut. Dalam mata pelajaran dasar pengolahan hasil pertanian disini
diperlukan guru yang memfasilitasi bukan yang otoriter, apabila ini tidak dapat dijalani oleh
seorang guru maka kesalahan besar dan kelemahan teori belajar konstruktivistik akan terjadi.
Karena itu diperlukan kemampuan mengendalikan diri dari guru yang baik itu. Peran kunci
guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian meliputi:
1. menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak,
2. menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
3. menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar mahasiswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
Ini cocok sekali untuk pengetahuan teknologi karena karena setiap orang pada zaman
sekarang tidak terlepas dari teknologi dalam hidupnya, entah itu sebagai produsen paling
tidak sebagai konsumen. Dalam mata kuliah Dasarpengolahan hasil pertanian, kemampuan
awal tersebut akan menjadi dasar mengkonstruksi pengetahuan baru. Oleh karena itu
meskipun kemampuan tersebut masih sangat sederhana dan tidak sesuai dengan pendapat
guru sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Misal dalam
teknologi pembuatan tahu yang sudah umum di masyarakat, dengan pembelajaran dan
bimbingan guru pengetahuan yang sederhana tersebut dikaji secara ilmiah dari segi teknologi,
sehingga siswa dapat berkembang pengetahuaannya dan bisa berkreasi dalam teknik
pembuatan tahu
Terdapat beberapa strategi pembelajaran konstruktivistik yaitu belajar aktif, belajar
mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan model pembelajaran
kognitif. Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran
melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar mandiri. Ciri utama dalam belajar mandiri
adalah pengembangan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan siswa untuk
melakukan proses belajar secara mandiri tidak tergantung pada faktor-faktor guru, kelas,
teman dan lain-lain. Belajar kooperatif dan kolaboratif bertujuan untuk membangun
pengetahuan dalam diri individu mahasiswa melalui kerja dan diskusi kelompok, sehingga
terjadi pertukaran ide dari satu anggota kelompok kepada anggota kelompok lainnya. Dalam
mata pelajaran dasar poroses pengolahan hasil pertanian sebetulnya pengetahuan siswa tidak
nol sama sekali, setelah pokok-pokok bahasan/ kompetensi dasar disampai oleh guru , siswa
berkelompok dan memilih salah satu bab yang akan diangkat sebagai topik diskusi. Serta
setiap kelompok juga bertugas untuk mencari informasi pengolahan hasil pertanian di sekitar
sekolah, yang dapat mereka pilih dan dilaporkan di depan kelas misalnya produk yang
dihasilkan, teknologi yang digunakan, jenis peralatan yang digunakan, bahan baku dan bahan
tambahan yang digunakan serta apa hambatan dan bagaimana alternatif-alternatif
pemecahannya dan sebagainya.
Penilaian dalam mata pelajaraan dasar proses pengolahan hasil pertanian dari partisipasi,
tugas individu, tugas kelompok, laporan hasil praktik, pencarian jalan keluar masalah bisnis,
pemberian input pada masalah kelompok rekan, banyaknya pertanyaan yang mampu
dikumpulkan dan lain-lainnya yang semuanya untuk menuju keobjektivitas. Dalam laporan
praktik yang diteliti siswa biasanya juga mengemukakan kendalanya biasanya mahasiswa
juga mencarikan jalan atau alternatif pemecahannya. Apabila tepat untunglah yang
didapatkan tetapi apabila tidak tepat justru rugilah yang diperoleh
Suatu metode/model pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari Metode
Konstruktivisme antara lain :
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang
gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan
gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya
memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan
merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar.
Kekurangan dari metode Konstruktivisme adalah :
1. Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi siswa
tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman.
2. Konstruktivisme pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangun sendiri, hal ini
pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.
3. Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
IV. KESIMPULAN