Luku”
Oleh Sukatman1
1. Pendahuluan
Sekedar untuk menyamakan persepsi dan agar tidak terjadi salah
paham, ijinkan saya menegaskan konsep mitos. Mitos dalam tulisan ini
diartikan sebagai cerita yang bersifat simbolik dan suci yang mengisahkan
serangkaian kejadian nyata ataupun imajiner yang berisi asal-usul dan
perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewa, kekuatan supranatural,
pahlawan, manusia, dan masyarakat tertentu yang berfungsi untuk (a)
meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, (b) menyajikan petunjuk-petunjuk
hidup, (c) mengesahkan aktivitas budaya, (d) memberi makna hidup manusia,
dan (e) memberikan model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang
tidak masuk akal dan pelik (Sukatman, 2011).
Pada pembahasan ini diulas mengenai mitos “Garu-Luku”. Mitos
”Garu-Luku” adalah suatu kisah-simbolik yang menurut Jaya Baya dalam
ramalan ”Sabdo Palon”, di dunia ini akan terjadi proses pembersihan
terhadap umat manusia yang bertindak angkara murka. Kejadiannya melalui
seleksi alam dan tidak bisa dihindari, karena sudah menjadi kehendak Tuhan
Yang Mahakuasa, dan sebagai pertanda bahwa jagad ini ada yang mencipta.
Seperti kita ketahui bersama, berbagai bencana telah terjadi di
Indonesia dan dunia. Belum hilang dari ingatan kita, telah terjadi peristiwa (a)
Tsunami Banyuwangi, (b) Gempa Yogyakarta, (c) Gempa Cilacap, (d) Gempa
terbesar di dunia dan Tsunami Aceh ( 26 Desember 2004), (e) Banjir Panti-
Jember (2005), (f) Gempa Padang (30 September 2009), (g) Banjir Situ Gintung
(2010), Banjir Wasior (2010), Gempa dan Tsunami Kepulauan Mentawai
(2010), Banjir Pidie-Aceh (2011), dan sebagainya semuanya terjadi tahun 2000-
an.
Dalam skala yang lebih luas, bisa diingat Gempa India dan Pakistan,
Gempa Chili, Gempa Sichuan-Cina (2008), Gempa Selandia Baru (2011),
Gempa dan Tsunami Jepang (12 Maret 2011) yang menewaskan ribuan orang
dan meluluh-lantakkan Jepang. Masih hangat dan sedang terjadi revolusi di
Timur Tengah (Mesir, Tunisia, dan Libia) yang sedang memanas.
Jika direnungkan menjadikan hati kita bergetar dan sedih. Lalu muncul
pertanyaan: Apa kesalahan manusia, sampai-sampai Tuhan menurunkan
peringatan seperti ini? Tulisan ini mencoba mencermati perlambang-
perlambang yang diberikan Jaya Baya dalam tembang yang ia tulis ratusan
tahun yang lalu, yang perlu diketahui masyarakat.
1
Sukatman adalah tenaga edukatif Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Jember.
1
Mitos ”Garu- 2
Luku”
Sando Gaib
Ing mangke karsaning Hyang Agung, Nanti atas kehendak Hyang Agung,
taksih sinengker marmaning, masih tersembunyi,
akeh ingkang katambuhan, banyak yang mengetahui,
mung asipat kang ulah batin, jika dengan ulah batin,
sinung wruh dening Pangeran, selalu mengingat Tuhan,
iku kang saget mastani. itu jika orang lain menamai,
2
Mitos ”Garu- 3
Luku”
3
Mitos ”Garu- 4
Luku”
3. Puncak Kejadian
Melihat sandi yang tertera dalam naskah ”Garu-Luku” puncak
pembersihan akan terjadi tahun dengan sandi ”Lawang Sapto Ngesthi Harjo”.
Jika ditafsirkan dengan rumus ”condrosengkolo” itu sama dengan tahun 1979
Saka atau 2057 Masehi. Benarkah demikian? Jika benar, era ini terjadi pada
masa pemerintahan Raja Asmara Kingkin III (Raja Suka Perang III). Era ini
merupakan era peralihan ke Jaman Kalasurata (Tahun 2060—2163). Menurut
Jaya Baya setelah Jaman Kalasurata, kerusakan di bumi semakin menjadi-jadi
sampai akhirnya dunia kiyamat (Lantip, 1965). Seperti apa jaman ”Garu-
Luku”? Mari kita simak perlambang Jaya Baya dalam ramalan ”Sabdo Palon”
berikut.
Bebaya ingkang tumeka warata satanah Jawi, Bahaya yang datang merata setanah Jawa,
ginawe kang paring kodrat, sudah kehendak Yang Mahakuasa,
tan kena dipun singgahi, tiada biasa disembunyikan,
awit ing donya angger-anggeripun, sebab sudah menjadi takdir dunia,
kersaning Jawata kinarya amratandhani kehendak Tuhan sebagai pertanda
Jagad iku yekti ana kang akarya. Alam itu sungguh ada yang mencipta.
4
Mitos ”Garu- 5
Luku”
Bumi tidak lagi subur dan membawa berkah. Huru hara terjadi
dimana-mana. Banyak orang melanggar aturan negara. Kematian masal
merata se Indonesia. Terantuk masalah besar, mati. Orang tersedak, serangan
jantung, mati. Hujan angin menakutkan, kayu besar banyak roboh, sungai-
sungai banjir meluap bagai lautan.
Ombak naik ke daratan (tsunami) merusak pesisir pantai. Masyarakat
yang tinggal di pantai ketakutan, batu-batu terhanyut oleh banjir gemuruh.
Hutan dan desa-desa rusak. Manusia banyak musnah, binatang piaraan
musnah. Gempa bumi, tanah retak menganga, macam-macam penyakit
mewabah, dan mahluk halus bagai “mencekik” manusia. Itu dilakukan oleh
Tuhan untuk membersihkan alam ini. Puncaknya, setengah penduduk
Indonesia musnah.
Alun minggah dharatan, Ombak naik ke daratan,
karya risak tepis wiring, merusak pesisir pantai,
geter manahing pra sujalmi gemetar hati para manusia
kang dumunung kanan kering, yang tinggal di sekitarnya,
kajeng-kajeng keh kentir kayu banyak terhanyut
kang tumuwuh pinggir laut sampai di pinggir laut,
sela sami mbrastha, batu-batu banyak merusak,
kabelabak katut keli, terhanyut terbawa banjir,
gumlundhung-gumludhug swaranira. menggelinding gemuruh suaranya.
5
Mitos ”Garu- 6
Luku”
nunjang wana lan desa gung, merusak hutan dan desa-desa,
manungsa keh brastha, manusia banyak musnah,
kebo sapi samya gusis, kerbau sapi habis,
sirna gempang tan wonten mangga puliha. hilang-habis tidak ada yang kembali.
Kang kocap neng Jaya Baya, Yang tersebut oleh Jaya Baya,
manungsa urip manusia hidup
kadya rumput aneng wana, bagai rumput di ladang hutan,
yen wus tekan jaman akhir, bila telah datang jaman akhir,
kaluku ginaru sami, dibajak-digaru semua,
yekti kathak ingkang lebur, pasti banyak yang hancur,
lamun necep yuwana, bila dapat selamat,
luput ing salir kalir lepas dari aral melintang
garu luku bisa nlesep selanira. bisa masuk sela-selanya “garu-bajak”.
Akan tetapi manusia tidak perlu takut, jika ingin selamat syaratnya: (a)
menghindari petaka dengan “mati di dalam hidup” atau “tirakatan”; (b) selalu
mengingat Tuhan, yang merupakan asal mula dan tempat kembalinya
manusia, setelah mati; (c) Ingatlah: ketika raja jin tanah Jawa bernama “Sabdo
Palon” berunding dengan Sunan Kali Jaga dan Raja Brawijaya (Raden Patah),
ia tidak mau masuk Islam, ia akan masuk Islam 500 tahun lagi. Pertandanya:
akan membunuh banyak manusia yang tidak mau mematuhi agama, dan
gunung berapi memuntahkan lahar. Perhatikan paparan berikut.
6
Mitos ”Garu- 7
Luku”
ing dunungira, dimana ada-letaknya,
lawan asalira nguni, dan dari mana asalmu,
yen wus laya ing ngendi iku dunungira. jika telah mati kemana kembalimu.
Raja jin tanah Jawa setelah menolak Brawijaya yang mengajak masuk
Islam, ia kembali ke alam halus. Ia tidak mau masuk Islam karena anak-cucu
dan rakyatnya juga belum memeluk Islam. Itu bukan kemauannya sendiri,
tetapi karena telah menjadi kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan itu tidak bisa
diubah.
7
Mitos ”Garu- 8
Luku”
Sabdo Palon tidak mau masuk Islam, kecuali 500 tahun lagi. Janji itu
diucapkan raja jin tanah Jawa sejak raja Brawijaya beragaman Islam. Raja
Brawijaya yang dimaksud adalah Raden Patah, karena Raden Patah adalah
keturunan raja Brawijaya V. Jadi, kira-kira janji itu diucapkan tahun 1465 M.
Tahun 1965 tepat 500 tahun setelah janji itu diucapkan. Saat itu memang
banyak pembantaian PKI, yaitu orang-orang yang tidak mau beragama.
Berarti, sejak tahun 1965 raja Jin tanah Jawa telah masuk Islam, tetapi
pembantaian dan gunung meletus masih banyak memakan kurban. Barang
kali, masih banyak orang-orang yang beragama, tetapi perilakunya belum
mencerminkan ajaran agamanya.
4. Nasihat Antisipasi
Dalam mengupayakan keselamatan dan datangnya pemerintahan yang
adil (ratu adil), Jaya Baya memberikan nasihat lewat tembang sinom.
Indonesia sekarang ini kurang terhormat di mata dunia karena (a) banyaknya
kegiatan (5M): mabuk-maling-melacur-madat-main judi, (b) hukum (hukum
agama dan negara) dirusak dan tidak ditaati lagi, (c) pejabat dan rakyatnya
memburu keuntungan pribadi, (d) cakrawala kebangsaannya tipis sekali.
Perhatikan tembang berikut.
8
Mitos ”Garu- 9
Luku”
Ngrabaseng prang mung priyangga, Yang maju perang hanya para lelaki,
prasasat ngadu jalmi, bagai adu manusia,
prajurite mung Sirolah, prajuritnya hanya lelembut,
tutunggule langgeng aking, tamengnya selalu kering,
prandene kang sami, anehnya yang menyerang
mara mengsah kabarubuh, banyak yang roboh,
durhaka tutumpesan, kejahatan tertumpas.
tan lami pan sirep sami, Tak lama kemudian mereda
nantyaning ing jaman kereta raharja. menunggu jaman kejayaan.
9
Mitos ”Garu- 10
Luku”
rakyat, tidak tinggi hati, tidak mementingkan diri sendiri, dan tidak
materialistis.
Jaya Baya menegaskan, bahwa ini bukan sembarang nasihat dan betul-
betul akan terjadi. Agar “pemimpin adil” itu cepat tercapai harus betul-betul
taubat kepada Tuhan yang didasari hati dan sifat: rukun, jujur, dan suci.
10
Mitos ”Garu- 11
Luku”
(1)
(a) Wanita sudah punya anak masih suka memakai giwang anting-anting.
(b) Banyak wanita memakai gelung kondhe besar, sampai terlihat dari depan.
(c) Banyak pemuda yang mengenakan celana ketat, banyak pemudi
mengenakan rok ketat, dan rambutnya dipotong pendek.
(d) Banyak orang yang suka bunga semboja-bunga kuburan,
(e) Lagu ”Genjer-genjer pating keleler” (1960-an).
Apa yang terjadi dalam masyakat? Selang beberapa tahun baru bisa
dipahami. Makna perlambang sosial itu demikian: ”giwang anting” berasosiasi
dengan ”lagi nyawang, dan nganti-anti”. Maksudnya, sedang melihat dan
menunggu. Apa yang ditunggu? Yang ditunggu adalah ”konde besar dari
depan” atau masalah besar yang ada di depan. Kapan masalah itu datang?
Sudah dekat, yang disimbolkan dengan ”rok dan celana ketat”. Masalah besar
yang akan datang itu apa? Masalah besar itu adalah ”banyak orang kehilangan
kehormatan” yang disimbolkan dengan ”rambut yang dipotong”. Ternyata
bukan hanya kehilangan kehormatan saja, bahkan banyak yang mati, yang
disimbolkan dengan ”bunga semboja” atau bunga kububuran. Kata ”semboja”
berasosiasi dengan kata ”sembujung” (gambaran orang mati). Yang membuat
ngenas, banyak orang mati ”keleleran” (berserakan) dimana-mana.
Kongkritnya peristiwa itu merujuk pada peristiwa pembantaian tahun 1965
(jaman PKI).
Setelah peristiwa pembantaian tahun 1965, tahun 1970-an ditemukan
gejala sosial berikut ini.
(2)
(a) Banyak orang main ”kekehan” atau gangsing (1970-an).
(b) Banyak orang main yoyo, jurus ”keliling dunia” (1970-an).
11
Mitos ”Garu- 12
Luku”
Kemudian tahu 1980-an banyak orang memburu ular untuk dijual. Ular
biasanya dimaknai ”lidah bercabang”. Ini mengandung makna ”banyak
omong”, ”bicara bohong”, atau ”penjilat”. Ular yang biasanya ditakuti tetapi
justru diburu, apa maksudnya? Ternyata tahun 1984 banyak ”ular” (preman
dan penjahat) diburu dan dibunuh oleh penembak misterius (petrus).
”Kondhe besar kelihatan dari depan” seperti kondisi tahun 1960-an bermakna
”masalah besar akan datang di masa depan”.
(3)
(a) Banyak orang memburu ular untuk dijual (1980-an).
(b) Kathah tiyang ingkang sami gelungan kondhe ageng
ngantos ketingal saking ngajeng (1980--sekarang).
Apa yang yang terjadi saat Orde Baru runtuh? Tahun 1990-an sampai
menjelang tahun 2000-an banyak ditemukan (a) orang suka memancing
masalah (”nyalah-nyalah”), ini rupanya disimbolkan dengan ”banyak orang
hobi-tergila-gila memancing” (b) saat era reformasi banyak orang jadi pintar
ngomong komentar negara dan pemerintahan tidak ada ujung pangkalnya,
situasi itu dilambangkan dengan ”banyak orang tergila-gila memiara burung”
dan burung memang identik dengan ”ngoceh”, (c) ternyata di belakang hari
diketahui banyak politikus dan masyarakat hanya mementingkan diri sendiri
jiwa kebangsaanya kerdil bagai ”bonsai”, (d) juga orang mulai sulit
membedakan mana yang benar dan yang salah (sulit membedakan yang putih
dan yang hitam), jadinya abu-abu (klawu). Perlambang yang dimaksud
misalnya sebagai berikut.
(4)
(a) Banyak orang tergila-gila bonsai tanaman serut (1990-an).
(b) Banyak orang suka dengan warna ”abu-abu”, ”klawu”,
”bulu kera” (1990-an).
(c) Banyak orang tergila-gila memancing (1995-an).
(d) Banyak orang gila burung, memelihara burung (1995-an).
Tahun 1999 Orde Baru telah runtuh. Setelah pergantian pimpinan dari
era Orde Baru ke era reformasi banyak orang tergila-gila dengan (a) buah
”bentis” atau ”pace” untuk obat, (b) menanam bunga ”semboja Jepang”, dan
(c) menanam bunga euforbia. Gejala ini banyak ditemukan di sekitar tahun
2000—2006.
(5)
(a) Orang tergila-gila dengan buah ”bentis”, atau pace.
(b) Banyak orang tergila-gila menanam bunga semboja.
(c) Banyak orang tergila-gila menanam bunga euphorbia).
12
Mitos ”Garu- 13
Luku”
(6)
(a) Banyak orang tergila-gila menanam bunga ”gelombang cinta” (2000-an).
(b) Banyak orang suka ”dugem”, disco ”gedheg” (2000-an).
(c) Banyak orang rambutnya disemir pirang (2000-an).
(7)
(a) Artis ibu kota dan masyarakat suka menikah dengan bule (2000-kini).
(b) Banyak orang memelihara tikus bule atau hamster ( 2010).
(c) Ada gejala, masyarakat kita lebih hormat, lebih tertarik dengan bule,
dan menganggap bule lebih pintar daripada bangsa sendiri (2000-kini.
13
Mitos ”Garu- 14
Luku”
(8)
(a) Kathah pemudi ingkang rambutipun sami dipun popol cekak (2000-an).
(b) Kathah pemuda ingkang sami ngangge clono singset (2010).
(c) Kathah pemudi ingkang ngangge rok singset (2010).
(d) Banyak orang tergila-gila memelihara ”tokek” (2010).
(e) Banyak orang tergila-gila menanam pohon ”sengon” (2010).
(f) Wabah ulat bulu melanda Probolinggo dan menjalar ke seluruh Jawa dan
Bali (2011)
6. Simpulan
Dalam mitos ”Garu-Luku” terdapat suatu nasihat-simbolik yang
menurut Jaya Baya di dunia ini akan terjadi proses pembersihan terhadap
umat manusia yang bertindak angkara murka. Kejadiannya melalui seleksi
alam dan tidak bisa dihindari, karena sudah menjadi kehendak Tuhan Yang
Mahakuasa, dan sebagai pertanda bahwa jagad ini ada yang mencipta. Mitos
seperti ini dalam budaya Jawa tidak harus langsung dipercaya, menurut
Endraswara (2003) lebih baik dibuktikan atau ”dititeni”.
Indonesia sekarang ini kurang terhormat di mata dunia karena (a)
banyaknya kegiatan 5M (mabuk, maling, melacur, madat, dan main judi), (b)
hukum (hukum agama dan negara) dirusak dan tidak ditaati lagi, (c) pejabat
dan rakyatnya memburu keuntungan pribadi, (d) cakrawala kebangsaannya
tipis sekali. Kondisi ini tidak akan selamanya seperti itu, karena Tuhan telah
menyiapkan manusia pilihan untuk menumpas kejahatan dan mengatasi
masalah yang ada. Keyakinan seperti ini tergolong dalam mitos ekhsatoik
(Mawene, 2006).
14
Mitos ”Garu- 15
Luku”
DAFTAR PUSTAKA
Lantip, Mbah.1965. Ramalan Jangka Jaya Baya: Kawedar. Yogyakarta: Pustaka Javanologi.
Soebandhie, Ridwan. 1991. Pethikan Jongko Joyo Boyo. Ngayogyokarto: Koleksi Pribadi.
Soesetro, D. dan Arreif, Zein al. 2004. Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya. Yogyakarta:
Media Pressindo.
Sukatman. 2011. Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia. Jember: Center For Society Studies.
Sadieli, Telaumbanua. 2006. Mitos Asal-usul Kejadian dalam Hoho Masyarakat Nias-
Sumatra Utara. Disertasi Tidak Diterbitkan Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
15