1. Struktur : Orientasi
Kutipan :
Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan
bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matahari. Dengan
cepat ia naik dari kaki langit. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan
manusia. Langit jernih, bersih, dan terang. Di atas bumi Jawa lainlagi
keadaannya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan
ketentraman lagi.
Abad Keenam Belas Masehi
Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah.
Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus,
menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulauJawa. Setiap puncak
ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti
serakanmutiar semua dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup
tenang. Ombak-ombak makinmenggila.
Keterangan :
Pada bagian ini berisi tentang penjelasan latar cerita yaitu
bertempat di Pulau Jawa pada abad keenam belas masehi.
Keterangan :
Bagian tersebut menerangkan awal sebuah konflik yang tetunnya
menjurus kepada puncak konflik itu sendiri dengan menceritakan
damarsewu yang menghadapi SangPatih untuk melapor tentang
balatentara Demak di bawah Adipati Kudus yangmemasuki Jepara
“Allah Dewa Batara!” sahut Sang Patih. “Itu bukan aturan raja-
raja! Itu aturan brandal!”
Keterangan :
Bagian tersebut merupakan puncak konflik dimana
Putragading mengabarkan bahwaBupati Jepara telah tewas dan
bagaimana keadaan porak-poranda Jepara selanjutnya Borisyang
melarikan diri ke pelataran dengan frustasi.
5. Struktur : Resolusi 1
Kutipan :
Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang
begitu sampai hatimembunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat
oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa Pakuan. Mengapa Sultan
tak juga melakukan perdagangan ke Jawa? Sikap itusemakin ditunggu
semakin tak datang. Para musafir yang sudah tak dapat menahan hati
lagitelah bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap
Sultan. Mereka ditolak dengan alasan : apa yang terjadi di Pajajaran
tidak punya sangkut paut dengan Demak dan para musafir.
Jawaban itu mengecawakan para musafir. Bila demikian, mereka
menganggap, sudahtak ada lagi musafir menggunakan Demak karena
keagungannya sudah tak ada lagi. Apagunanya armada besar
peninggalan Unus, yang sudah dua tahun disiapkan kalau bukan
untukmengusir Portugis dan dengan demikian terjamin dan
melindungi Demak sebagai negeriIslam pertama-tama di Jawa?
Masuknya Peranggi ke Jawa berarti ancaman langsung terhadapIslam.
Kalau Trenggono tetap tak punya sikap, jelas dia tak punya sesuatu
urusan dengan Islam.
Keterangan :
Pada bagian ini konflik telah mereda dengan penulis mengisahkan
sedikit awal mulatentang pertikaian yang disebabkan oleh kelakuan
Trenggono dan memberikan kutipantentang penyelesaian masalah
terhadap konflik yang baru terjadi. Dalam bagian ini terdapat
penilaian-penilaian tentang nasib yang dialami tokoh-tokoh setelah
mengalami puncakkonflik.
6. Struktur : Resolusi 2
Kutipan :
Orang menarik kesimpulan dari perkembangan terakhir: antara
anak dan ibu takkanada perdamaian lagi. Dan pertanyaan kemudian
yang timbul : Adakah Sultan akanmengambil tindakan terhadap
ibunya sendiri sebagaimana ia telah melakukannya terhadapabang-
kandungnya.
Pangeran Seda Lepen? Orang menunggu dan menunggu dengan
perasaan prihatinterhadap keselamatan wanita tua itu. Sultan
Trenggono tak mengambil sesuatu tindakanterhadap ibunya. Ia makin
keranjingan membangun pasukan daratnya. Hampir setiap hariorang
dapat melihatnya di tengah-tengah pasukan kuda kebanggaannya, baik
dalam latihan,sodor, maupun ketangkasan berpacu samba memainkan
pedang menghajar boneka yangdigantungkan pada sepotong kayu. Ia
sendiri ikut dalam latihan-latihan ini.
Dan dalam salah satu kesempatan semacam ini pernah ia berkata
secara terbuka, “Tak ada yang lebih ampuh daripada engkau pasukan
kuda. Lihat kawula kami semua!” Dan para
perwira pasukan kuda pada berdatangan dan merubungnya, semua di
atas kuda masing-masing.
7. Struktur : Koda
Kutipan :
Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di
seluruh bumi Jawa. Biladebunya jatuh kembali ke bumi, ingat-ingat
para kawula, akan kalian lihat, takkan ada satutapak kaki orang
Peranggi pun tampak. Juga tapak-tapaknya di Blambangan dan
Pajajaranakan musnah lenyap tertutup oleh debu kuda kalian. “Seluruh
Tuban kembali dalamketenangan dan kedamaian kota dan pedalaman.
Sang Patih Tuban mendiang titah digantikanoleh Kala Cuwil,
pemimpin pasukan gajah. Nama barunya : Wirabumi. Panggilannya
yanglengkap : Gusti Patih Tuban Kala Cuwil Sang Wirabumi. Dan
sebagai patih ia masih tetapmemimpin pasukan gajah, maka Kala
Cuwil tak juga terhapus dalam sebutan. Pasar kota dan pasar bandar
ramai kembali seperti sedia kala. Lalu lintas laut, kecuali dengan Atas
Angin pulih kembali. Sang Adipati telah menjatuhkan titah : Kapal-
kapal Tuban mendapat perkenanuntuk berlabuh dan berdagang di
Malaka ataupun Pasai.
Keterangan :
Pada bagian tersebut penulis menggambarkan akhir dari novel
yang ceritanya pasarkota dan pasar bandar kembali damai dan
merdeka seperti sedia kala