0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan3 halaman
1. Cerita ini menceritakan tentang konflik antara Jepara dengan Demak setelah balatentara Demak di bawah pimpinan Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa izin.
2. Konflik mencapai puncak dengan tewasnya bupati Jepara yang enggan menyerah pada Demak sehingga Jepara dipenuhi oleh balatentara Demak.
3. Cerita diakhiri dengan damai setelah kapal-kapal Tuban diijinkan untuk berdagang
1. Cerita ini menceritakan tentang konflik antara Jepara dengan Demak setelah balatentara Demak di bawah pimpinan Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa izin.
2. Konflik mencapai puncak dengan tewasnya bupati Jepara yang enggan menyerah pada Demak sehingga Jepara dipenuhi oleh balatentara Demak.
3. Cerita diakhiri dengan damai setelah kapal-kapal Tuban diijinkan untuk berdagang
1. Cerita ini menceritakan tentang konflik antara Jepara dengan Demak setelah balatentara Demak di bawah pimpinan Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa izin.
2. Konflik mencapai puncak dengan tewasnya bupati Jepara yang enggan menyerah pada Demak sehingga Jepara dipenuhi oleh balatentara Demak.
3. Cerita diakhiri dengan damai setelah kapal-kapal Tuban diijinkan untuk berdagang
Dibawah bulan malam ini, tiada setitik pun Orientasi Pada bagian ini menjelaskan awan di langit. Dan bulan telah terbit tentang latar waktu, latar bersamaan dengan tenggelamnnya matahari. situasi dan latar tempat. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, Terjadi pada abad ke 16. mengunjungi segala dan semua yang teraentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langir jernis, bersih dan terang. Diatas bumi Jawa lain lagi keadaanya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketentraman lagi. 1. abad keenam belas masehi Bahkan juga laut Jawa dibawah bulan purnama sidgi itu gelisaah. Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan Mutiara-semua-dikuningi oleh cahaya bulan. Angina meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila. Sebuah kapal peronda pantai meluncur Pengungkapan Bagian ini mengungkapan denggan kecepatan tinggi dalam cuaca angina peristiwa dengan tersirat bahwa tantara damai itu. Badannya yang paliing panjang demak yang memasuki langsing, dengan haluan dan buritan Jepara dengan kapa meruncing, timbul-tenggelam diantara ombak-ombak purnama yang menggila. Lyar kemudi dihaluan menggelembung membikin luns menerjang serong gunung-gunung air itu-serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ualr naga. Layarnya yang terbuat dari pilinan kapas dan benang sutra mengkilap seperti emas, kuning yang menyialukan. Sang patih berhenti di tengah-tengah Menuju Bagian ini menceritakan awal pendopo, dekat pada darmasewu, menegur, konflik mulai konflik yaitu “dingin-dingin” begini anakanda datang. memberitahu paduka bahwa Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Medekat balatentara Demak dibawah sini, anakanda.” Dan patragading berjalan Adipati Kudus memasuki mendekat dengan lututnya sambal Jepara. mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih. “ampuni patik, membangunkan paduka pada malam buta begini kabar duka, Paduka. Balatentara Demak dibawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.” “Allah Dewa Batara!” sahut sang Patih. :itu Puncak Bagian ini menceritakan bukan aturan raja-raja! Itu aturan brandal!” konflik tewasnya bupati Jepara, “balantera Tubah tak sempat dikerahkan penuhnya Jepara dengan Paduka.” balatentara Demak. “bagaimana bupati Jepara?” “tewas enggan menyerah paduka,” patragading mengangkat sembah. “sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang.”
“begitulah kata Warta” pada meeruskan
dnegan hati-hati matany tertuju pada Boris. “semua bangunan batu di atas wilayah Kota, gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan dibongkar, setiap batu berukir telah dijatuhi hukum buang ke laut! Tinggal hanya pengumumannya.”
Mula-mula pertikaian berkisar pada
kelakukan Trenggono yang begitu sumpah hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa Pakuan. Mengapa sultan tak juga menyatakan sikap menentang usaha Portugis yang sudah mulai melakukan perdagangan ke Jawa? Sikao itu semaking ditungu semain tak datang. Para musafir yang sudah tak dapat menahan hatu lagi telah bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan. Mereka ditolak dnegan alasan: apa yang terjadi di Padjajaran tak punya sangkut paut dengan Demak dan musafir.
Jawaban itu mengecewakan Musafir. Bila
dmeikian, mereka menganggao, sudah taka da perlunya lagi para musafir mengagungkan Demak karena keagungannya memang sudah taka da lagi. Orang menarik kesimpulkan dari Resolusi Penulis menjelaskan tentang perkembangan terakhir: antara anakd an ibu nasib tokoh-tokoh diman takkan ada perdamaian lagi. setelah mengalami puncak konflik Pangeran seda lepen? Orang menunggu dan menunggu dengan perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu. Sultan Trenggoto tak menganmbil suatu tindakan terhadap ibunya. Ia makin keranjingan membangun oasukan daratnya. Hampir setiap hari prang dapat melijat ia berada di tengah tengah oasukan kuda kebanggannya, baik dalam latihan, sodor, maupun ketangkasan. “pada suatu kali, kaki kuda Demak akan Koda Penulis menggambarkan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa. akhir cerita dengan damai Bila debunya jayih kembali ke bumi, ingat dan di pekenankannya kapal ingat para kawula, akan kalian lihat, takkan Tuban untuk berdagang di ada satu tapak kaki orang Oeranggi pun Malaka. tampak. Juga tapak tapaknya du Vlamvangan dan Padjajaran akan musnah lebyap tertutup oleh debu kuda kalian.” Seluruh Tuban mendiang telah digantikan oleh Kala Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Nama barunya: Wirabumi. Kapal kapal Tuban di perkenanan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun Pasai.