Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Nyoman Niki Puspita Dewi

Kelas : XII MIPA 3


No : 35

Kutipan Struktur Keterangan


Dibawah bulan malam ini, tiada setitik pun Orientasi Pada bagian ini menjelaskan
awan di langit. Dan bulan telah terbit tentang latar waktu, latar
bersamaan dengan tenggelamnnya matahari. situasi dan latar tempat.
Dengan cepat ia naik dari kaki langit, Terjadi pada abad ke 16.
mengunjungi segala dan semua yang
teraentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut,
juga hewan dan manusia. Langir jernis,
bersih dan terang. Diatas bumi Jawa lain lagi
keadaanya gelisah, resah, seakan-akan
manusia tak membutuhkan ketentraman lagi.
1. abad keenam belas masehi
Bahkan juga laut Jawa dibawah bulan
purnama sidgi itu gelisaah. Ombak-ombak
besar bergulung-gulung memanjang terputus,
menggunung, melandai, mengejajari pesisir
pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak,
bahkan juga busanya yang bertebaran seperti
serakan Mutiara-semua-dikuningi oleh
cahaya bulan. Angina meniup tenang.
Ombak-ombak makin menggila.
Sebuah kapal peronda pantai meluncur Pengungkapan Bagian ini mengungkapan
denggan kecepatan tinggi dalam cuaca angina peristiwa dengan tersirat bahwa tantara
damai itu. Badannya yang paliing panjang demak yang memasuki
langsing, dengan haluan dan buritan Jepara dengan kapa
meruncing, timbul-tenggelam diantara
ombak-ombak purnama yang menggila. Lyar
kemudi dihaluan menggelembung membikin
luns menerjang serong gunung-gunung air
itu-serong ke barat laut. Barisan dayung pada
dinding kapal berkayuh berirama seperti
kaki-kaki pada ualr naga. Layarnya yang
terbuat dari pilinan kapas dan benang sutra
mengkilap seperti emas, kuning yang
menyialukan.
Sang patih berhenti di tengah-tengah Menuju Bagian ini menceritakan awal
pendopo, dekat pada darmasewu, menegur, konflik mulai konflik yaitu
“dingin-dingin” begini anakanda datang. memberitahu paduka bahwa
Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Medekat balatentara Demak dibawah
sini, anakanda.” Dan patragading berjalan Adipati Kudus memasuki
mendekat dengan lututnya sambal Jepara.
mengangkat sembah, merebahkan diri pada
kaki Sang Patih. “ampuni patik,
membangunkan paduka pada malam buta
begini kabar duka, Paduka. Balatentara
Demak dibawah Adipati Kudus memasuki
Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan
perang.”
“Allah Dewa Batara!” sahut sang Patih. :itu Puncak Bagian ini menceritakan
bukan aturan raja-raja! Itu aturan brandal!” konflik tewasnya bupati Jepara,
“balantera Tubah tak sempat dikerahkan penuhnya Jepara dengan
Paduka.” balatentara Demak.
“bagaimana bupati Jepara?”
“tewas enggan menyerah paduka,”
patragading mengangkat sembah. “sisa
balatentara Tuban mundur ke timur kota.
Jepara penuh dengan balatentara Demak.
Lebih dari tiga ribu orang.”

“begitulah kata Warta” pada meeruskan


dnegan hati-hati matany tertuju pada Boris.
“semua bangunan batu di atas wilayah Kota,
gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan
dibongkar, setiap batu berukir telah dijatuhi
hukum buang ke laut! Tinggal hanya
pengumumannya.”

Mula-mula pertikaian berkisar pada


kelakukan Trenggono yang begitu sumpah
hati membunuh abangnya sendiri, kemudian
diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap
peristiwa Pakuan. Mengapa sultan tak juga
menyatakan sikap menentang usaha Portugis
yang sudah mulai melakukan perdagangan ke
Jawa? Sikao itu semaking ditungu semain tak
datang. Para musafir yang sudah tak dapat
menahan hatu lagi telah bermusyawarah dan
membentuk utusan untuk menghadap Sultan.
Mereka ditolak dnegan alasan: apa yang
terjadi di Padjajaran tak punya sangkut paut
dengan Demak dan musafir.

Jawaban itu mengecewakan Musafir. Bila


dmeikian, mereka menganggao, sudah taka
da perlunya lagi para musafir mengagungkan
Demak karena keagungannya memang sudah
taka da lagi.
Orang menarik kesimpulkan dari Resolusi Penulis menjelaskan tentang
perkembangan terakhir: antara anakd an ibu nasib tokoh-tokoh diman
takkan ada perdamaian lagi. setelah mengalami puncak
konflik
Pangeran seda lepen? Orang menunggu dan
menunggu dengan perasaan prihatin terhadap
keselamatan wanita tua itu. Sultan Trenggoto
tak menganmbil suatu tindakan terhadap
ibunya. Ia makin keranjingan membangun
oasukan daratnya. Hampir setiap hari prang
dapat melijat ia berada di tengah tengah
oasukan kuda kebanggannya, baik dalam
latihan, sodor, maupun ketangkasan.
“pada suatu kali, kaki kuda Demak akan Koda Penulis menggambarkan
mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa. akhir cerita dengan damai
Bila debunya jayih kembali ke bumi, ingat dan di pekenankannya kapal
ingat para kawula, akan kalian lihat, takkan Tuban untuk berdagang di
ada satu tapak kaki orang Oeranggi pun Malaka.
tampak. Juga tapak tapaknya du Vlamvangan
dan Padjajaran akan musnah lebyap tertutup
oleh debu kuda kalian.” Seluruh Tuban
mendiang telah digantikan oleh Kala Cuwil,
pemimpin pasukan gajah. Nama barunya:
Wirabumi. Kapal kapal Tuban di perkenanan
untuk berlabuh dan berdagang di Malaka
ataupun Pasai.

Anda mungkin juga menyukai