No. Urut: 03
BACALAH KUTIPAN CERITA "MANGIR" YANG TERDAPAT PADA BUKU PELAJARAN HAL.
48 S.D. 50, TENTUKAN STRUKTURNYA!
Sang Patih berhenti di tengah-tengah Pengungkapan peristiwa Pada bagian ini penulis
pendodop, dekat dengan damarsewu, menyajikan terjadinya peristiwa
menegur, " Dingin-dingin begini yaitu balatentara Demak di
anakanda datang. Pasti ada sesuatu bawah adipati kudus memasuki
keluarbiasaan.Mendekat sni, Jepara tanpa diduga-duga.
anakanda." Dan Patragading berjalan
mendekat dengan lututnya sambil
mengangkat sembah, merebahkan
diri pada kaki Sang Patih. "Ampuni
patik, membangunkan Paduka pada
malam buta beini kabar duka,
Paduka. Balatentara Demak di
bawah Adipati Kudus memasuki
Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi
aturan perang’’
“Allah Dewa Batara!” sahut Sang Menuju Konflik Peristiwa di mana balatentara
Patih. “Itu bukan aturan raja-raja! Itu Demak memasuki Jepara tanpa
aturan brandal!” pemberitahuan terlebih dahulu
“Balentara Tuban tak sempat
dikerahkan, Paduka”
“Bagaimana Bupati Jepara?”
“Tewas enggan menyerah Paduka,”
Patragading mengangkat sembah. "
Sisa balatentara Tuban mundur ke
timur kota. Jepara penuh dengan
balatentara Demak. Lebih dari tiga
ribu orang."
Begitulah kata warta, "Pada Puncak konflik Pada bagian ini banyak peristiwa
meneruskan dengan hati-hati besar yang menyebabkan
matanya tertuju pada Boris," Semua permasalahan semakin rumit,
bangunan batu di atas wilayah kota, yaitu terbunuhnya Bupati Jepara
gapura, arca, pagoda, kuil,candi akan dan dibongkarnya bangunan batu
dibongkar. Setiap batu berukir telah di wilayah kota.
dijatuhi hukuman buang ke laut
tinggal hanya pengumumannya."
“Pada suatu kali, kaki kuda Demak Koda Pada bagian akhir, penulis
akan mengepulkan debu diseluruh menutup dengan kesimpulan:
bumi Jawa. Bila debunya jatuh Sang Patih Tuban digantikan
kembali ke bumi, ingat-ingat para oleh Kala Cuwil, yang kemudian
kawula, akan kalian lihat, takkan ada dikenal dengan Wirabumi.
satu tapak kaki orang Peranggi pun
tampak. Juga tapak-tapaknya di
Blambangan dan Pjajaran akan
musnah lenyap tertutup oleh debu
kuda kaloan.” Seluruh Tuban
kembali dalam ketenangan dan
kedamaian-kota dan pedalaman.
Sang patih Tuban mendiang telah
digantikan oleh Kala Cuwil,
pemimpin pasukan gajah. Nama
barunya: Wirabumi. Panggilannya
yang lengkap: Gusti Patih Tuban
Kala Cuwil Sang Wirabumi. Dan
sebagai patih ia masih tetap
memimpin pasukan gajah, maka
Kala Cuwil tak juga terhapus lalu
lintas laut, kecuali dengan Atas
Angin, pulih kembali. Sang Adipati
telah menjatuhkan titah: kapal-kapal
Tuban mendapat perkenan untuk
berlabuh dan berdagang di Malaka
ataupun Pasai.