Anda di halaman 1dari 11

Analisis Struktur Kebahasaan

dan Kaidah Kebahasaan Teks


Novel Sejarah “Mangir”
By : Kezia R.P Manurung
01
Struktur
Kebahasaan
STRUKTUR Kebahasaan
Kutipan Novel Sejarah Struktur Keteranga
n
Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit
bersamaan dengan tenggelamnya matari. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi
segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia.
Langit jernih, bersih, dan terang. Diatas bumi Jawa lain lagi keadaaanya gelisah, resah,
seakan akan manusia tak membutuhkan ketentraman lagi.
1. Abad Keenam Belas Masehi Pada bagian ini
bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombak-ombak besar berisi penjelasan
brgulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau tentang latar
Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan waktu peristiwa
mutiara semua dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin tersebut yang
menggila. Orientasi terjadi pada abad
sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai ke-16, dan
itu. Badannya yang panjang dan langsing, dengan haluan dan buritan meruncing, timbul- bertempat di atas
tenggelam diantara ombak-ombak purnama yang menggila. Layar kemudi di haluan tanah Pulau
menggelembung membikin lunas menerjang serong ke barat laut. Barisan dayung pada Jawa.
dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat
dari pilihan kapas dan benang sutra, mengilat seperti emas, kuning dan menyilaukan.
STRUKTUR Kebahasaan
Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan
Sang Patih berhenti di tengah-tengah pendopo, dekat pada damarsewu,
menegur, “Dingin-dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu
Pada bagian ini Patragading
keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda.” Dan Patragading berjalan
mendekati Sang patih untuk
mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri
menyampaikan kabar tentang
pada kaki Sang Patih. “Ampuni patik, membangunkan Paduka pada malam Pengungkapan
Peristiwa penyerangan Jepara oleh
buta begini Kabar duka, Paduka. Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus
balatentara Demak tanpa
memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.”
diduga-duga dan menyalahi
aturan perang.

”Allah Dewa Batara!” sahut Sang Patih. ”Itu bukan aturan raja-raja! Itu
aturan brandal!”
”Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka.” Pada bagian ini
”Bagaimana Bupati Jepara?” balatentara Demak
”Tewas enggan menyerah Paduka,” Patragading mengangkat sembah. ”Sisa
mengepung wilayah
balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Menuju
Demak. Lebih dari tiga ribu orang.” Konflik Jepara dan membunuh
”Begitulah kata warta,” Pada meneruskan dengan hati-hati matanya tertuju Bupatinya. Wilayah
pada Boris. ”Semua bangunan batu di atas wilayah Kota, gapura, arca, Tuban dipukul mundur
pagoda, kuil, candi, akan dibongkar. Setiap batu berukir telah dijatuhi hukum ke Timur kota.
buang ke laut! Tinggal hanya pengumumannya.”
Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan
”Disambar petirlah dia!” Boris meraung, seakan batu-batu itu bagian
dari dirinya sendiri. ”Dia hendak cekik semua pernahat dan semua dewa
di kahyangan. Dikutuk dia oleh Batara Kala!” Tiba-tiba suaranya turun
mengiba-iba: ”Apa lagi artinya pengabdian? Aku pergi! Jangan dicari. Boris dikutuk
Tak perlu dicari!” Meraung. oleh Batara
Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke pelataran depan. Diangkatnya Kala karena telah kabur
tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu. Dari balik pagar dari asrama, disamping
orang berseru-seru, ”Lari dari asrama! Lari!” itu banyak sekali terjadi
Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang pertingkaian yang terjadi
begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat akibat ulah Sultan
oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa Pakuan. Mengapa Sultan Trenggono yang tidak
Puncak
tak juga menyatakan sikap menentang usaha Portugis yang sudah mulai Konflik profesional dalam
melakukan perdagangan ke Jawa? Sikap itu semakin ditunggu semakin menanggapi masalah
tak datang. Para musafir yang sudah tak dapat menahan hati lagi telah datangnya
bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan. Portugis ke pulau Jawa,
Mereka ditolak dengan alasan: apa yang terjadi di Pajajaran tak punya yang mengakibatkan
sangkut paut dengan Demak dan musafir. stigma para musafir
terhadap keislaman
Demak yang semangkin
buruk.
Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan
Jawaban itu mengecewakan para musafir. Bila demikian, mereka
menganggap, sudah tak ada perlunya lagi para musafir mengagungkan
Demak karena keagungannya memang sudah tak ada lagi. Apa gunanya
armada besar peninggalan Unus, yang telah dua tahun disiapkan kalau
bukan untuk,mengusir Portugis dan dengan demikian terjamin dan
melindungi Demak sebagai negeri Islam pertama-tama di Jawa? Puncak
Masuknya Peranggi ke Jawa berarti ancaman langsung terhadap Islam. konflik
Kalau Trenggono tetap tak punya sikap, jelas dia tak punya sesuatu
urusan dengan Islam.

Orang menarik kesimpulan dari perkembangan terakhir: antara anak


dan ibu takkan ada perdamaian lagi. Dan pertanyaan kemudian yang Masyarakat mulai
timbul: Adakah Sultan akan mengambil tindakan terhadap ibunya mempertanyakan
sendiri sebagaimana ia telah melakukannya terhadap abang- pertanggung
kandungnya. jawaban Sultan Trenggono
pangeran Seda Lapen? Orang menunggu dan menunggu dengan Resolusi atas keselamatan ibunya.
Mereka ragu, karena latar
perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu. Sultan Trenggono belakang Sultan atas
tak mengambil suatu tindakan terhadap ibunya. kakak-kakaknya yang ia
telah bunuh.
Kutipan Novel Sejarah Struktur Keterangan

Ia makin keranjingan membangun pasukan daratnya. Hampir setiap hari


orang dapat melihat ia berada di tengah-tengah pasukan kuda Sementara itu, masyarakat
kebanggannya, baik dalam latihan, sodor, maupun ketangkasan berpacu juga berharap
samba memainkannya pedang menghajar boneka yang digantungkan pada Pangeran Sedan Lepen untuk
sepotong kayu. Ia sendiri ikut dalam latihan-latihan ini. mengambil alih tanggung
Dan dalam salah satu kesempatan semacam ini pernah ia berkata secara Resolusi jawab tersebut, namun
terbuka, ”Tak ada yang lebih ampuh daripada pasukan kuda. Lihat, kawula sayang, Pangeran Lepen
kami semua!” Dan para perwira pasukan kuda pada berdatangan dan lebih sibuk atas latihan kuda
merubungnya, semua di atas kuda masing-masing. yang ia minati.

”Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi
Jawa. Bila debunya jatuh kembali ke bumi, ingat-ingat para kawula, akan Sang Patih digantikan pleh
kalian lihat, takkan ada satu tapak kaki orang Peranggi pun tampak. Juga Kala Cuwil pemimpin
tapaktapaknya di Blambangan dan Pajajaran akan musnah lenyap tertutup pasukan gajah, dan Sang
oleh debu kuda kalian.” Koda Adipati telah
Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat memperbollehkan kapal
perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun Pasai. Sang Tuban untuk berdagang di
Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan Malaka atau Pasai.
untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun Pasai.
02
Kaidah
Kebahasaan
KAIDAH KEBAHASAAN
1. Menggunakan Kalimat Bermakna Lampau.
 "Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matari.”
 “Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati
membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap
peristiwa Pakuan.”
 “Apa gunanya armada besar peninggalan Unus, yang telah dua tahun disiapkan kalau
bukan untuk mengusir Portugis dan demikian terjamin dan melindungi Demak sebagai
negeri islam pertama-tama di Jawa?”
 “Dan dalam salah satu kesempatan semacam ini pernah ia berkata secara terbuka,”
 Abad ke enam belas masehi.
2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu. (konjungsi temporal,
kronologis)
 “Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati
membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap
peristiwa Pakuan.”
3. Menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung
 “Mengapa Sultan tak juga menyatakan sikap menentang usaha Portugis yang sudah
mulai melakukan perdagangan ke Jawa?”
4. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan. (kata kerja
material)
 “Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya.”
 “Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa.”
 “Dan Patragading berjalan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan
diri pada kaki Sang Patih.”
 “Diangkatnya tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu.”
 “Dan sebagai patih, ia masih tetap memimpin pasukan gajah, maka Kala Cuwil tak juga terhapus
dalam sebutan.”
 “Mula-mula pertingkaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh
abangnya sendiri.”
 “Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh
dan berdagang di Malaka ataupun di Pasai.”
5. Mengggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan.
“Jawaban itu mengecewakan musafir.”
6. Banyak menggunakan dialog.
 “Allah Dewa Batara!” sahut Sang Patih.
“Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka.”
“Bagaimana Bupati Jepara?”
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai