Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA SISWA

Nama : Isna Dela Aprilidia


Kelas : XII MIPA 1
No. Absen : 15
Hari, Tanggal : Senin, 14 September 2020

1. Bacalah kutipan teks novel sejarah berikut dengan cermat.


2. Setelah membaca kutipan teks novel sejarah di atas, telaah kaidah kebahasaan yang terdapat
pada kutipan novel sejarah tersebut dengan mengisi tabel di bawah ini.

No Kaidah bahasa Kutipan teks

1. Kalimat bermakna lampau Abad Keenam Belas Masehi, "yang sudah


dua tahun diarsipkan… " , " Hampir setiap
hari orang … "
2. Penggunaan konjungsi yang "Mula mula pertikaian berkisar … " , "
menyatakan urutan waktu Kemudian diperkuat oleh … " , "Pada suatu
kali … "
3. Penggunaan kata kerja material "... mengunjungi segala dan semua yang
tersentuh …" , " bergulung gulung
memanjang terputus, menggunung,
melandai dan mengejajari pesisir pulau…" ,
"Dan Patragading berjalan mendekat dengan
lututnya sambil mengangkat sembah,
merebahkan diri pada kaki Sang Patih" , "..
membangunkan Paduka pada malam buta …
memasuki Jepara tanpa diduga duga.. ", "..
sampai membunuh abangnya sendiri.."
"..dan membentuk utusan untuk menghadap
Sultan." , "Adakah Sultan akan mengambil
tindakan terrhadap… ia telah
melakukannya.." , "Orang menunggu dan
menunggu.." , "... orang dapat melihatnya di
tengah tengah.." , "... samba memainkan
pedang menghajar boneka.."
4. Penggunaan kalimat tidak langsung Mereka ditolak dengan alasan : apa yang
terjadi di Padjajaran tidak punya sangkut
paut dengan Demak dan para musafir.
Jwaban itu mengecewakan musafir.
5. Penggunaan kata kerja mental Ombak ombak besar bergulung gulung
memanjang terputus, menggunung,
melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa.
Angin meniup tenang. Ombak ombak makin
menggila. Sang Patih berhenti di tengah
tengah pendodop. Dan Patragading berjalan
mendekat dengan lututnya sambil
mengangkat sembah, merebahkan diri pada
kaki Sang Patih. Ia lari keluar ruangan,
langsung menuju pelataran depan.
Diangkatnya tangga dan dengannya
dilangkahi pagar papan kayu. Orang orang
menunggu dan menunggu dengan perasaan
prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu.
6. Penggunaan dialog dengan Damaeswu menegur "Dingin dingin
begini akanda datang. Pasti ada sesuatu
keluarbiasaan. Mendekat sini akanda."
merebahkan diri pada kaki Sang Patih
"Ampuni patik, membangunkan Paduka
pada malam buta begini kabar duka,Paduka.
Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus
memasuki Jepara tanpa diduga duga,
menyalahi aturan pedang." "Allah Dewa
Batara!" sahut Sang Patih "Itu bukan aturan
raja raja! itu aturan brandal!"
"Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan,
P" "Bagaimana Bupati Jepara?" "Tewas
enggan menyerah paduka, Patragading
mengangkat sembah. Sisa balatentara Tuban
mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan
balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu
orang." Begitulah kata warta, "Disambar
petirlah dia!" Tiba tiba seuaranya turun
mengiba iba "Apalagi artinya pengabdian?
Aku pergi! Jangan dicari. Tak perlu dicari!"
Meraung.
7. Penggunaan kata sifat Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun
awan di langit. Dan bulan telah terbit
bersamaan dengan tenggelamnya matahari.
Dengan cepat ia naik dan kaki langit,
mengunjungi segala dan semua yang
tersentuh cahayanya. Di atas bumi Jawa lain
lagibkeadaannya gelisah, resah, seakan akan
manusia tak membutuhkan ketentraman lagi
Bahkan juga langit Jawa di bawah bulan
purnama sidhi itu gelisah. Ombak ombak
besar bergulung gulung memanjang
terputus, menggunung, melandai,
mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap
puncak ombak dan riak, bahkan juga
busanya yang bertebaran seperti serakan
mutiara semua dikuningi oleh cahaya bulan.
Angin meniup tenang. Ombak ombak makin
menggila.
Sebuah kapal peronda pantai meluncur
dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin
damai itu. Badannya yang panjang langsing,
dengan haluan menggelembung membikin
tunas menerjang serong gunung gunung air
itu serong ke barat laut. Barisan dayung
pada dinding kapal berkayuh berirama
seperti kaki kaki pada ular naga. Layarnya
yang terbuat pilinan kapas dan benar sutra,
mengilat seperti emas, kuning dan
menyilaukan

3. Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.

1. Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang rebus, ​matanya yang
lebar itu seperti mengeluarkan api​ ketika dia mengerling ke arah Ronggo Lawe.
2. Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Mojopahit yang
gagah perkasa, dan selalu terbuka, polos dan jujur, ​tanpa tedeng aling-aling lagi dalam
mengemukakan suara hatinya.
3. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan ​mata
terbelalak.
4. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licik oleh
​ akuti.
penghianat ​kaki tangan R
5. Majapahit memang bisa berada dalam genggamannya​, dan kekuasaan manakah yang
lebih tinggi disbanding kekuasaan seorang raja?

1. Senopati Kebo Anabrang marah dan tersulut emosi


2. Sifat dan watak Ronggo Lawe yaitu gagah perkasa, selalu terbuka, polos, jujur, dsn
apa adanya tidak menutupi sesuatu
3. Senopati senopati Gagak Sarkoto dan Mayang Mekar juga memandang dengan kaget
4. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licim
oleh penghianat orang kepercayaan Rakuti
5. Majapahit bisa tunduk terhadapnya

Anda mungkin juga menyukai