ADIB KHASANI
“Allah Dewa Batara!” sahut sang Patih. “Itu Puncak Konflik Bagian tersebut
bukan atturan raja-raja! Itu aturan brandal!” merupakan puncak konflik
“Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, dimana Putragading
Paduka.” mengabarkan bahwa
“Bagaimana Bupati Jepara?” Bupati Jepara telah tewas
“Tewas enggan menyerah Paduka,” dan bagaimana porak-
Patragading mengangkat sembah. “Sisa poranda Jepara
balatentara Tuban mundur ke timur kota. selanjutnya Boris yang
Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih melarikan diri ke pelataran
dari tiga ribu orang.” dengan frustasi
“Begitulah kata warta,” Pada meneruskan
dengan hati-hati matanya tertuju pada Boris.
“Semua bangunan batu di atas wilayah Kota,
gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan
dibongkar. Setiap batu berukir telah diajtuhi
hokum buang ke laut! Tinggal hanya
pengumumanya.”
“Disambar petirlah dia!” Boris meraung,
seakan batu-batu itu bagian dari dirinya
sendiri. “Dia hendak cekik semua penahat dan
semua dewa di kahhyangan. Dikutuk dia oleh
Batara Kala!” Tiba-tiba suaranya turun
menghiba-hiba: “Apa lagi artinya pengabdian?
Aku pergi! Jangan dicari. Tak perlu dicari!”
Meraung.
Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke
pelataran depan. Diangkatnya tangga dan
dengannya melangkahi pagar papan kayu. Dari
balik pagar orang berseru-seru: “Lari dari
asrama! Lari!”