Anda di halaman 1dari 29

SASTRA KAWI:

HISTORIS WABAH, LONTAR ROGA SANGHARA BUMI DAN USADHA

Putu Eka Sura Adnyana


• Sejarah Bali pernah di landa berbagai wabah penyakit
• Lontar sebagai peninggalan kesusastraan mencatat
itu
• Bali pernah di landa wabah malaria, kolera, dan cacar
• Lepra disebut dengan sakit gede “banyak menelan
korban jiwa”.

• Kolonial Belanda “Gubernur Hindia Belanda Limburg


Stirum” kesan pemerintah kolonial menyembunyikan
secara rapi realitas korban wabah di bali dari sorotan
media
• Kedatangan Gubernur Hindia Belanda justru disuguhi
pemandangan indah alam, seni, pertujukkan dan
kerajinan tangan.
• Wabah sebagai momentum untuk melihat kembali atau
mengatur ulang arah hidup.
• Leluhur bali meninggalkan berbagai protokol dalam menghadapi
wabah.

• Lontar Roga Sanghara Bumi adalah satu lontar menjelaskan


terkait wabah dan bencana yang melanda bumi
• Roga:penyakit,sakit, dan cacat badan
• Sanghara: penderitaan, menarik kembali, meniadakan, rusak,
lebur, kehancuran dan pembinasaan
• bhumi: bumi, dunia
• Roga Sanghara Bhumi berisi tentang: sebab-sebab
malapetaka/ bencana yang terjadi di dunia, jenis-jenis
malapetaka/bencana yang terdapat di dunia, dan beberapa
ciri akan datangnya malapetaka/bencana

• Jadi Lontar Roga Sangara Bhumi berarti menetralisir atau


meniadakan bencana di dunia

• Lontar widhi sastra terdapat dalam Lontar Roga Sanghara


Bhumi, masyarakat bali setiap lima tahun sekali harus
melaksanakan upacara tawur agung disebut panca
walikrama.
• Upacara ini dilaksanakan di Pura Besakih. Dikatakan ini
merupakan sabda dan titah daru bhatara Putrajaya yang berstana
di gunung agung.

• Sebagai konseksuensi apabila upacara itu tidak dilakukan, maka


bhatara Putrajaya akan kembali kegunung mahameru. Dan dari
situ beliau akan menyebarkan segala penyakit mematikan, dan
dunia hancur. Saudara bertengkar dengan saudara. Terjadi
kerusuhan disana sini.

• Upacara tawur agung panca walikrama adalah untuk


menghaturkan persembahan berupa jenis-jenis hasil bhumi,
kepada para dewa dan para bhuta kala.
Kepercayaan masyarakat Bali bahwa
kurun waktu lima tahun sudah dapat
dipastikan Bali dan juga daerah lainnya
telah terjadi kekotoran. Setidak-tidaknya
kekotoran pikiran manusia (manacika),
perkataan (wacika) dan perbuatan (kayika)
yang menyebabkan bumi kotor (cemer
ikang bhuwana).

Melalui upacara tawur agung panca


walikrama bumi menjadi bersih
(parisudha) demikian pula bhuta kala
dapat dinetralisir sehingga tercipta
kedamaian di bhumi (sutrepti ikang rat)
• Apa bila terjadi bencana alam secara
incidental dan masyarakat Bali
menginginkan kerahayuan jagat,
maka dalam Lontar Sanghara Bhumi
menjelaskan:
• 1) upacara prayascitta: upacara
penyucian bumi pada tatanan yang
kecil seperti bangunan pribadi, kebun
dan sebagainya;
• 2) guru piduka yaitu: upaara
permohonan maaf kepadapara dewa
karena ulah manusia , bhumi menjadi
cemer;
• 3) labuh gentuh: upacara penyucian
bumi yang tingkatnya lebih tinggi dari
prayascitta
• Lontar sanghara bhumi menjelaskan ciri-ciri alam sebagai berikut.
1. Ada pelangi masuk ke keraton dan minum air pada saat hujan. Ini
pertanda raja atau pemimpin akan berumur pendek. Untuk
mengantisipasi hal itu dibuatkan caru (kurban) keselamatan.
2. Ada binatang kijang, menjangan, berlari-lari masuk desa, masuk rumah-
rumah berkeliling , ini pertanda desa itu katadah kala (dimakan
bhutakala). Para satwa itu diperintahkan oleh para Dewa, karena desa
itu kotor tidak ada rohnya bagaikan hutan belantara. Untuk
mengantisipasi itu
3. Kahyangan (tempat pemujaan) ditimpa pohon,terbakar, diterjang angina
puyuh, apalagi saat upacara yajna ini pertanda buruk dan akan terjadi
bencana dasyat. Masyarakat harus segera melaksanakan upacara
prayascitta
4. Ada binatang berekor (binatang kukus) dilangit. Ini isyarat raja atau
pemimpin akan kena musibah besar seperti ajal dalam pertempuran
5. Bila ada hujan darah, anjing melolong-lolong dijala, burung gagak
bersuara dimalam hari, burung hantu bertarung dengan sesamanya, ada
percikan darah di balai-balai atau dilantai. Ini pertanda masyarakat akan
tertimpa wabah penyakit. Untu menetralisir tanda-tana itu masyarakat harus
segera melakukan upacara selamatan.

6.Segala hewan peliharaan manusia seperti sapi, kerbau, kambing, dan


sebagainya terjadi salah pasangan. Artinya terjadi perkawinan bukan
sesama hewan jenis, sama halnya pasangan pada manusia seperti paman
kawin dengan kemenakannya, ayah dengan anak, saudara kawin dengan
saudara. Ini pertanda bhutakala tela merasuk ketubuh manusia. Harus
segera dinetralisir dengan upacara penyucian jagat agar bhtakala kembali
kealamnya

7.Ada orang melahirkan dengan wujud yang tidak normal, atau pohon kelapa
di halaman tersambar petir, pintu gerbang, juga disambar petir, semua
tanda-tanda ini menandakan dunia kotor dan rusak. Untuk mentralisirnya
segera dibuatkan upacara selamatan
• Lontar roga senghara bhumi juga
menjelaskan alam dunia yang
baik seperti:
1. Apabila hujan airnya tampak
kekuning-kuningan, ini disebut
dengan madewa sudha
(pembersihan oleh hujan) hujan
ini pertanda baik terutama
terhadap orang yang kejatuhan
hujan tersebut.
2. Bila ada hujan airnya keputih-
putihan maka ini juga pertanda
baik. Desa yang kejauhan
hujan seperti itu akan selamat
seperti segala penyakit akan
menjauh
Lontar Roga Sanghara Bumi menjelaskan bencala alam gempa
berseta baik buruknya berdasarkan sasih (bulan) terjadinya gempa;

1. Bila sasih kepitu (januari) datangnya gempa secara terus


menerus, menandakan akan terjadi perang tidak henti-hentinya
berbagai jenis penyakit akan menimpa masyarakat
2. Bila sasih kaulu (februari) dan sasih katiga (September)
datangnya gempa secara terus –menerus, ramalanya akan
terjadi wabah penyakit sampai banyak orang meninggal
3. Bila sasih kesanga (maret) terjadi gempa secara terus menerus,
ramalanya tidak menentu, para pembantu akan meninggalkan
tuannya
4. Bisa sasih kedasa (april), ramalanya negara akan menjadi baik,
artinya gempa sebagai pengundang bhatara berbelas kasih
kepada manusia
• 5. Bila gempa sasih jyesta (mei) dan sasih sada (juni),
ramalannya akan terjadi banyak orang sakit tidak tertolongkan.

• 6. Bila gempa sasih kapat (oktober), sasih kalima (November)


ramalannya sebagai pengundang dewata. Para dewa senang
tinggal di bumi. Bumi mendapatkan kerahayuan. Segala yang
ditanam akan hidup subur dan berhasil (saphala sarwa tinandur).
Raja atau pemimpin bijak dan berbudi rahayu

• 7. Bila gempa sasih kenem (desember), ramalannya banyak


orang akan jatuh sakit tidak tertolongkan. Untuk menetralisir
patut segera dibuatkan upacara persembahan caru selamatan.
• Anthony Reid “Asia Tenggara dalam Kurun Niaga”
1450-1680: penyakit dalam jaringan maritim dan
perdagangan.
• Penyakit cacar menjadi paling menakutkan di asia
tenggara karena banyak menelan korban di Indonesia
(1558):
1. Tahun 1622-1623 terjadi wabah besar berupa
penyakit dada yang mematikan dan membunuh 1/3
penduduk di banten serta 2/3 di jateng
2. Tahun 1636 terjadi epidemi di makasar yang
berlangsung selama 40 hari dan merenggut 60.000
jiwa
3. Tahun 1634-1644 terjadi wabah penyakit di jawa
disebutkan berates-ratus orang wati setiap harinya
4. Tahun 1657 terjadi di Maluku berupa epidemic
deman gila dan keras dan 1665 terjadi wabah
penyakit di sumatera, jawa, bali dan Maluku terbesar
di jawa dan makasar
• Aktivitas perekonomian dan pertanian mengalami kemundura
yang signifikan. Masyarakat terkena penyakit paru-paru (TBC),
wabah radang paru-paru menjadi penyakit menular dan
mematikan di pulau jawa 1625-1626.
• Upaya pengobatan turun temurun di masyarakat Hindu-Buddha
profesi tabib yang disebut walyan dan tukang obat “tuha nambi”
dalam prasasti bealawi (1305) dan prasasti sidoteka (1323)

• Menyebutkan wli tamba atau orang berprofesi mengobati


penyakit.
• Prasasti bendosari (1360) menyebutkan tabit desa yang disebut
dengan istilah janggan dan prasasti madhawapura dengan
istilah acaraki yang berarti penjual jamu menjadi petunjjuk
adanya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat.
• Bukti pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat pada masa hindu-
Buddha dengan temuan artefak berupa pipisan dan gandik. Pipisan adalah
batu landasan dan gandik adalah batu penggiling.
• Keduanya merupakan artefak yang ditemukan dalam satu konteks dan
berfungsi untuk menghaluskan atau melumatkan biji, rempah, dan
dedaunan yang kemudian menjadi jamu.
• Tradisi minum jamu sebagai obat tersebut berlanjut secara turun-temurun
dan resep serta racikannya dituliskan dalam beberapa naskah kuno.

• Naskah Jawa: Serat Centhini (1814), serat primbon jawi jilid I dan serat
primbon racikanjampi jawi jilid II ditulis pada masa sultan hamengubuwono
II
• Naskah tersebut penggunaan tumbuhan obat untuk menjaga kesehatan,
mencegah penyakit, mengurangi rasa sakit, dan mempercantik diri.
• Terdapat berbagai jenis jamu yang digunakan dengan cara bobok, loloh,
oser, pupuh, pupuk, rambang, until dan diminum.
LONTAR PENGOBATAN PROYEK PROVINSI
BALI
Anda Kecacar (Dinkes), Kalima osada kalima osadi (Gk)
Aji Gama Raka (GK), Kalima Usada Mahaputur (GK) Pengiwa (Pusdok)
Aji pengawas (GK) Kama Dresti (Dikes) Panglukuhan dasakasara (Pusdok)
Aji pengeleyakan (Pusdok) Kametur (GK) Panglukuhan Panca Brahma
Aji sundari gading (Pusdok Kanda Empat (Pusdok) (Pusdok)
Aji Wagig (Pusdok) Kanda Empat Sari (Pusdok) Pengeraksa Jiwa (Dinkes)
Aserep (Dinkes) Kanda Empat Taterusan (Pusdok) Pratiti Samutpada (Pusdok)
Bhuana Mabah (FIB) Kadaning Usada Cemeng (Pusdok) Rare (Dinkes)
Budha Kacapi (Dinkes) Kaputusan Dasa Bayu (Pusdok) RatuningUsada (Dinkes)
Budha kecapi cemeng (Pusdok) Kaputusan Sang Hyang Dasaksara Sang Ganapati (Ganapati Tattwa)
Budha Kecapi Putih (Pusdok) (Pusdok) (Pusdok)
Buda Kecapi sari (Pusdok) Karakah Durakah (Pusdok) Sasah Bebai (Dinkes)
Buduh (Dinkes) Karakah Saraswati (Pusdok) Sasirep (Dinkes)
Catur Dasa Siwa (GK) Kuranta Bolong (Dinkes) Siwa Sampurna (GK)
Ceraken Tingkeh (Dinkes) Madwa Kama (GK) Siwa Chandra Marana Samapta (GK)
Cukil Daki (Dikes) Mala (Diskes) Taru Pramana (FIB)
Dalem (Dinkes) Mercukunda (GK) Tatenger Beling (Dinkes)
Dalem Jawi (Dinkes) Modre (FIB) Tiwang (Dinkes)
Dharma Usada Keling (GK) Netra (Diskes) Tiwas Punggung (Dinkes)
Durga Purana Tattwa (GK) Nisakalatyanta (GK) Tua (Dinkes)
Edan (Dinkes) Pakakas (Pusdok) Tumbal (Dinkes)
Ewer (FIB) Pakarya Racun Muah Tatemurania (GK) Upas (GK)
Gering Agung (Dinkes) Pamugpug Guna-Guna (Dinkes) Wisnu Japa (GK)
Ila (Dinkes) Panca Mahabhuta (Pusdok) Wong Agering (Dinkes)
Jati Terus Tanjung (GK) Panestian (Pusdok) Yeh (Dinkes

Anda mungkin juga menyukai