Anda di halaman 1dari 7

MITIGASI BENCANA

BERBASIS KEARIFAN LOKAL


Kearifan lokal (lokal wisdom) adalah kepribadian, identitas kultural
mayarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, dan adat
istiadat yang diajarkan dan dipraktikkan secara turun menurun.
Kearifan lokal pada umumnya diwariskan dari mulut ke mulut.
Kearifan lokal ada dalam cerita rakyat, lagu, peribahasa, dan
permainan rakyat.
Apa itu mitigasi berbasis
kearifan lokal?
→ Kegiatan pengurangan risiko bencana dengan
menggunakan nilai-nilai budaya yang telah dipercaya
dan dilakukan masyarakat secara turun temurun.
Bentuk- bentuk
mitigasi berbasis kearaifan lokal
1) Nandong Smong
Smong, Cerita Lokal yang Selamatkan Penduduk Simeulue dari Tsunami
Smong adalah cerita tentang pengetahuan lokal masyarakat Kepulauan
Simeulue, yang Pulau Simeulue yang terletak di pantai Barat Provinsi Aceh ini
menyimpan pengetahuan lokal yang berkaitan dengan tsunami.
Kisah Smong diperkirakan telah lama dikenal oleh masyarakat Simeulue,
bahkan jauh sebelum terjadinya tsunami 1907. Gempa bumi pada 1907 dengan
Magnitudo 7,6 diikuti tsunami merupakan sejarah kelam kebencanaan dalam
kehidupan masyarakat Simeulue.
Smong di dalam Nafi-nafi berkisah tentang kejadian tsunami pada 1907.
Kisah ini menceritakan runut kejadian tsunami yaitu gempa bumi besar, air
laut surut, dan air laut naik ke darat.
Salah satu contoh kisah Smong dalam Nafi- Kisah Smong juga menceritakan tindakan
nafi sebagai berikut: yang perlu dilakukan yaitu segera menjauhi
“Ini adalah kisah penuh hikmah, pada zaman pantai atau menyelamatkan diri ke tempat
dahulu kala, tahun tujuh. Para kakek kalian yang lebih tinggi seperti bukit. Di samping
yang mengalaminya. Mereka menceritakan itu perlu membekali diri dengan membawa
kisah ini, agar menjadi pengalaman hidup. beberapa barang seperti beras, gula, garam,
Waktu itu hari Jum'at, masih termasuk pagi korek api, baju dll. Bekal tersebut diperlukan
hari. Tiba tiba terjadi gempa bumi. Sangking selama di tempat pengungsian sementara.
kuatnya, orang-orang tidak dapat berdiri dan
setelahnya air laut surut, ikan-ikan Kisah Smong dalam Nafi-nafi tersebut
menggelepar di pantai sehingga menarik mengandung pula anjuran untuk
sebagian orang dan mengambilnya. mendiseminasikannya kepada generasi
Tidak lama kemudian tampak gelombang selanjutnya. Sumber : natgeo
besar dari tengah lautan, menuju ke daratan.
Orang tua berteriak ‘Smong! Smong!
Smong!’ Namun, banyak orang tidak sempat
menyelamatkan diri ke atas gunung. Setelah
Smong reda, orang-orang mencoba kembali
ke desa dan menemukan banyak penduduk
yang meninggal. Banyak korban tersangkut
di atas pohon dan bahkan dijumpai pula
korban yang terdampar di kaki bukit atau
gunung”.
2) Rumah adat Baduy – Tahan gempa

Konstruksi bangunan di suku Baduy dalam menyambungkan material satu dengan


material lain umumnya menggunakan teknik ikat tanpa menggunakan paku. Bagian
pondasinya menggunakan umpak atau batu kali, lalu dibuat rangka dengan balok dan
tiang berbentuk persegi empat. Untuk bilik dan lantai rumahnya menggunakan bahan
bambu yang dianyam. Untuk atap rumahnya menggunakan ijuk yang terbuat dari daun
kelapa kering dan disusun dengan rapih.
Saat gempa 7,3 skala Ritchter mengguncang pada 2009 lalu. Bumi adat tetap kukuh
berdiri. Bahkan, pernah juga diterjang gempa akibat Gunung Galunggung meletus pada
1984. Kondisinya pun tetap sama. Kukuh dan tak goyah. “Seolah-olah bumi mengikuti
guncangan,” Sumber : mongbay
3) Sister Village – Persaudaraan Desa Penduduk Lereng Merapi

sister village adalah konsep yang mempererat tali persaudaraan antara sejumlah
desa di lereng Merapi wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, dan Musuk, dengan
desa-desa di dataran rendah di Kecamatan Ampel, Mojosongo, Boyolali. Sister
village dapat mempercepat proses evakuasi warga dari kawasan rawan bencana
(KRB) erupsi Gunung Merapi ke desa yang aman.

“Konsep saling bantu-membantu antar warga saat terjadi erupsi Merapi”

Anda mungkin juga menyukai