Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Generative Learning


1. Pengertian Generative Learning
Model pembelajaran bisa diartikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut
(Trianto, 2012) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Adapun
menurut (Rusman, 2013) model pembelajaran merupakan pola umum
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Belajar dalam filsafat konstruktivisme adalah proses aktif peserta
didik dalam mengkonstruksi konsep. bahan yang dipelajari dengan
pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya
dikembangkan”. Dalam konstruktivisme, belajar berarti peserta didik
membentuk makna dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan
alami. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih pada
suatu pengembangan pemikiran atau membangun pola pikir dengan
membuat pengertian yang baru. Konstruktivisme menurut (Jumiati,
2006), “pendekatan pembelajaran yang menugaskan peserta didik
untuk membaca, mengamati, bereksperimen atau bertanya jawab
kemudian dari hasil belajarnya peserta didik mengkonstruksi
pengetahuannya dalam struktur kognitif”.
Model pembelajaran generatif sebagai salah satu model
pembelajaran yang mengacu pada filosofis konstruktivisme, terdiri dari
tiga kata yang masing-masing memberi pengertian dan makna.
Menurut (Lusiana, 2009) “The generative learning model is a teaching
sequence based on the view that knowlegde is contructed by the
learner” , maksudnya model pembelajaran generatif adalah suatu
prosedur pembelajaran yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa
pengetahuan dikonstruksi oleh siswa itu sendiri. Model pembelajaran
generatif merupakan model pembelajaran berbasis konstruktivisme
yang menekankan pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Jadi, model
pembelajaran generatif adalah pola membelajarkan peserta didik
dengan menggunakan asas pendidikan yang bersifat menerangkan
dengan kaidah-kaidah yang dikaji secara aktif oleh peserta didik.
Osborne dan Wittrock dalam Wahyuni (2006) pembelajaran
generatif merupakan suatu pembelajaran tentang bagaimana seorang
peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti
membangun ide tentang suatu fenomena/ membangun arti suatu istilah
dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan
tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Intisari dari pembelajaran
Generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi secara pasif,
melainkan aktif mengkonstruksi informasi tersebut dan kemudian
membuat kesimpulan.
2. Karakteristik Generative Learning
Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang
bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya,
seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti
untuk suatu istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada
suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Menurut
Wittrock, sebagaimana dikutip oleh (Grabowski, 2003)
mengungkapkan bahwa siswa bukanlah seseorang yang pasif dalam
kegiatan pembelajaran, melainkan individu yang aktif dalam
membangun informasi yang mereka peroleh sehingga menjadi
pengetahuan yang bermakna
3. Tujuan Generative Learning
(Shoimin, 2014) menjelaskan bahwa pembelajaran generative juga
merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa
membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide
tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan
juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang
pertanyaan bagaimana dan mengapa. Intisari dari pembelajaran
generative adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif, tetapi
aktif mengonstruksi interpretasi dan informasi kemudian membuat
kesimpulan.
4. Elemen dasar Generative Learning
Menurut (Huda, 2014) elemen dasar atau sintak dari model
pembelajaran generatif yang dapat diterapkan di dalam kelas adalah
sebagai berikut:
a) Mengingat (Recall)
Mengingat merupakan bagian aktivitas dalam model
pembelajaran generative learning yang melibatkan siswa untuk
menarik kembali informasi dari memori lama. Bertujuan untuk
mempelajari informasi berdasarkan fakta. Teknik-teknik dalam
mengingat (recall) mencakup repetisi/pengulangan, latihan/praktik,
review dan memonik
b) Menggabungkan ( Integration)
Menggabungkan merupakan bagian aktivitas dalam model
pembelajaran generatif learning yang mengharuskan peserta didik
untuk menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan
sebelumnya. Integrasi bertujuan untuk mentransformasi informasi
ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diingat oleh perserta
didik. Metode-metode yang biasa digunakan dalam integrasi yaitu:
paraphrasing (meng-outline dengan bentuk naratif), summarizing
(menceritakan kembali konten pelajaran agar dapat
menginterpretasikan atau menjelaskan dengan baik), issue trees
(memetakan isu-isu ke dalam pohon/jaringan ide-ide), generating
questions (membuat contoh-contoh atau pertanyaan-pertanyaan
tentang materi pelajaran), dan generating analogies (membuat
analogi-analogi atau metafor-metafor yang dapat memudahkan
proses integrasi).
c) Mengolah (Organization)
Mengolah merupakan bagian dari kegiatan dalam model
pembelajaran generative learning yang melibatkan peserta didik
untuk menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan gagasan-
gagasan dan konsep-konsep yang baru dengan cara yang
sistematis. Teknik-teknik yang digunakan dalam organisasi ide
yaitu: analisis gagasan-gagasan kunci, outlining, kategorisasi,
clustering, dan pemetaan konsep.
d) Merinci ( Elaboration )
Merinci merupakan bagian dari kegiatan dalam model
pembelajaran generative learning yang mengharuskan peserta didik
untuk menghubungkan materi baru dengan informasi atau gagasan
yang sudah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya. Elaborasi
bertujuan untuk menambah gagasan-gagasan ke dalam informasi
yang baru. Metode-metode yang digunakan dalam elaborasi yaitu:
membuat gambar mental atau diagram fisik, free writing, elaborasi
kalimat, tampilan visual, slide, dan majalah dinding.
5. Langkah – Langkah Generative Learning
Dalam mencapai suatu keberhasilan pembelajaran, maka
guru haru mengetahui langkah-langkah pembelajaran generatif
dijelaskan oleh (Wena, 2009) sebagai berikut:
1) Tahap eksplorasi
Tahap ini juga disebut tahap pendahuluan. Pada
tahap ini guru membmbimbing peserta didik untuk
melakukan eksplorasi dari pengetahuan, ide, atau konsep
awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, maupun
pengalaman dari tingkat kelas sebelumnya
2) Tahap pemfokusan
Tahap ini juga disebut tahap pengenalan konsep
atau intervensi. Pada tahap ini peserta didik melakukan
pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau
dalam model pembelajaran lain. Guru bertindak sebagai
fasilitator dalam kebutuhan sumber, memberi bimbingan
dan arahan
3) Tahap tantangan
Dalam tahap ini peserta didik berlatih untuk berani
mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat
teman, dan menghargai adanya perbedaan di antara
pendapat teman. Pada saaat diskusi, guru berperan sebagai
moderator dan fasilitator sehingga jalan diskusi dapat
terarah.
4) Tahap penerapan
Pada tahap ini peserta didik diajak untuk dapat
memecahkan masalah dengan mengguakan konsep barunya
atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan
hal-hal praktis dalam kehidupan seharihari. Peserta didik
akan diberik banyak latihan soal, sehingga semakin
memahami konsep pembelajaran secara lebih mendalam
dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari
peserta didik akan masuk ke memori jangka panjang, ini
berarti tinkat retensi siswa semakin baik
6. Kelebihan dan kekurangan Generative Learning
Adapun keunggulan model pembelajaran generatif dijabarkan
(Harum, 2016) adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana belajar yang aktif.
2. Merangsang peserta untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapat sebelumnya.
3. Melatih peserta didik untuk menyampaikan secara lisan konsep
yang telah dipelajari.
4. Peserta didik mampu menemukan fenomena/gejalagejala, lalu
dapat memecahkan masalah yang ada.
5. Memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam
menyampaikan ide dan pendapat
6. Peserta didik lebih terarah mandiri dan mampu bekerja sendiri.
Kelemahan model pembelajaran generatif (generative learning)
menurut (Harum, 2016) antara lain :
1. Memiliki keterbatasan pada materi pelajaran tertentu.
2. Suasana kelas tidak terkontrol karena adanya perbedaan
pendapat antara satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga
suasana kelas menjadi ribut.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media LKPD
LKPD didefinisikan sebagai suatu bahan ajar cetak berupa lembar-
lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta
didik dengan mengacu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai.
Hal ini sesuai dengan definisi LKPD menurut (Trianto, 2010) Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan panduan peserta didik yang
digunakan untuk melakukan pengembangan aspek kognitif maupun
panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam
bentuk panduan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai
indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.
2. Karakteristik Media LKPD
Lembar Kerja Peserta Didik dapat membantu peserta didik
memahami konsep pembelajaran. Lembar Kerja Peserta Didik
merupakan salah satu bahan ajar. Berikut beberapa karakteristik bahan
ajar menurut (Andi Pastowo , 2014) adalah :
1. menstimulasi siswa agar aktif,
2. menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful
learning)
3. menyuguhkan pengetahuan yang holistis,
4. memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada
siswa
Karakteristik Lembar Kerja Peserta Didik yang termasuk ke
dalam bahan ajar adalah dapat mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran, menyajikan materi dan tampilan yang menarik, dan
dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Ardian Asyhari, 2013) yang
mengemukakan bahwa karakteristik Lembar Kerja Peserta Didik
meliputi kedekatan tema ajar dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik. Pendapat tersebut mengatakan bahwa karakteristik Lembar
Kerja Peserta Didik berkaitan dengan tema pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari peserta didik dan tetap mengacu pada
kompetensi yang akan dicapai.
3. Manfaat LKPD
Peran LKPD sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar dan penggunaannya
dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan peserta
didiknya menemukan konsepkonsep melalui aktivitasnya sendiri.
Disamping itu LKPD juga dapat mengembangkan ketrampilan proses,
meningkatkan aktivitas peserta didik dan dapat mengoptimalkan hasil
belajar (Wulandari, 2013).
Manfaat secara umum antara lain :
A. membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran
B. mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar,
C. membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
akan dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar,
D. membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang
konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis
E. melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses,
F. mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep
4. Komponen LKPD
Dalam penyusunan LKPD, diperlukan acuan komponen dalam
pengembangannya. Pendidik harus cermat dalam memerhatikan
komponen-komponen yang ada di dalam LKPD. Salah satu syarat
yang harus diperhatikan dalam penyusunan LKPD adalah komponen-
komponen yang harus ada di dalam LKPD. Menurut (Depdiknas,
2004) komponen penyusun LKPD memuat paling tidak delapan unsur,
yaitu ;
1. judul
2. kompetensi dasar yang akan dicapai
3. tujuan kegiatan
4. teori singkat
5. waktu penyelesaian
6. peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
7. langkah kerja
8. tugas yang harus dilakukan
9. kesimpulan
5. Kelebihan dan kekurangan LKPD
(Andriantoni, 2016) menyatakan kelebihan, kekurangan dan
mengatasi kekurangan dalam penggunaan lembar kerja peserta didik
sebagai berikut:
Kelebihan lembar kerja peserta didik :
1. Guru dapat menggunakan lembar kerja peserta didik sebagai media
pembelajaran mandiri bagi siswa
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar
3. Praktis dan harga cenderung terjangkau tidak terlalu mahal
4. Materi didalam lembar kerja peserta didik lebih ringkas dan sudah
mencakup keseluruhan materi
5. Membuat siswa berinteraksi dengan sesama teman
6. Kegiatan belajar menjadi beragam dengan lembar kerja peserta
didik

Kekurangan lembar kerja peserta didik :


1. Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja peserta didik cenderung
monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu
2. Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan lembar
kerja peserta didik tersebut serta memanfaatkan untuk kepentingan
pribadi, misalnya siswa disuruh mengerjakan lembar kerja peserta
didik kemudian guru meninggalkaannya dan kembali untuk
membahas lembar kerja peserta didik tersebut.
3. Lembar kerja peserta didik hanya melatih siswa untuk menjawab
soal, tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi
secara benar
4. Lembar kerja peserta didik didalamnya hanya bisa menampilkan
gambar diam dan tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang
kurang dapat memahami materi dengan cepat.
5. Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang
bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi dan sikap
6. Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika
tidak dipadukan dengan media yang lain.
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu
(Hamalik, 2004). Jadi, hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan
tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan
dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
Selain itu hasil belajar juga merupakan pola perbuatan, nilai,
pengertian, sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan (Agus Suprijono,
2016). Adapun yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi,
sehingga terjadi perubahan pada diri siswa itu sendiri. Pola tingkah
laku tersebut terlihat pada perubahan reaksi dan sikap siswa secara
fisik maupun mental. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan
gambaran kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar adalah tahap
pencapaian aktual yang ditampilkan dalam bentuk perilaku yang
meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dan dapat dilihat
dalam bentuk kebiasaan, sikap dan penghargaan.
Kognitif berasal dari kata cognitive. Kata cognitive sendiri “berasal
dari kata cognition yang padananya knowing, berarti mengetahui.
Cognition (kognisi) dalam arti luas ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Ranah kognitif merupakan ranah yang
membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang
berawal dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni
evaluasi. Taksonomi Bloom membaginya kedalam enam tingkatan
secara hirarkhis. Enam tingkatan tersebut dikelompokan menjadi dua
bagian utama, pengetahuan (knowledge/tingkat pengetahuan,
comprehention/ tingkat pemahaman) dan kemampuan
(application/tingkat penerapan, analysis/tingkat analisis,
synthesis/tingkat sintesis, evalution/tingkat evaluasi) (Supa'at, 2017).
Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar yang ada kaitanya
dengan ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual. Pada ranah ini
hasil belajar terdiri dari tujuh tingkatan yang sifatnya hierarkis.
Ketujuh hasil belajar kognitif ini meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas (Deni Kurniawan,
2019). Jadi yang dimaksud hasil belajar kognitif yakni semua yang
berkaitan nalar. Ketujuh aspek atau jenjang proses berfikir tersebut
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan hasil belajar kognitif
merupakan hasil belajar yang mencakup kegiatan mental atau aktivitas
otak yaitu yang ada kaitanya dengan ingatan, kemampuan berfikir atau
intelektual.
2. Indikator Hasil Belajar Kognitif
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk
mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dari setiap ranah tersebut
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah (Mahmudi Ihwan
dkk, 2022).
Adapun taksonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku-
perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah
kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan
dan keahlian mentalitas. Ranah kognitif menggolongkan
dan mengurutkan keahlianberpikir yang menggambarkan
tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan
tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai
sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya
sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan.
Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk
inovasi pikirannya. Bloom membagi domain kognisi ke
dalam 6 tingkatan diantaranya :
A. Pengetahuan ( Knowledge ).Berisikan kemampuan untuk
mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-
fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar,
dan sebagainya.
B. Pemahaman ( Comprehension ).Dikenali dari kemampuan
untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya
C. Aplikasi ( Application ).Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi
kerja
D. Analisis ( Analysis ).Di tingkat analisis, seseorang akan
mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yang rumit
E. Sintesis ( Synthesis ).Satu tingkat di atas analisa,
seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario
yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat
untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
F. Evaluasi ( Evaluation ) Dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria
yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan
nilai efektivitas atau manfaatnya.

2. Affective Domain (Ranah Afektif)


Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah Afektif
terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respon
emosionalterhadap tugas. Pembagian domain ini disusun
Bloom bersama dengan David Krathwol, antar lain:
A. Penerimaan ( Receiving/Attending )
Seseorang peka terhadap suatu perangsangan dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan. Atau
kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya.
B. Tanggapan ( Responding )
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan
kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Memberikan
reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
C. Penghargaan ( Valuing )
Kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu. Berkaitan dengan harga atau nilai yang
diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah
laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam
tingkah laku
D. Pengorganisasian ( Organization )
Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk
suatu sistem nilai yang konsisten. Atau kemampuan
untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
dan pegangan dalam kehidupan. Misalnya,
menempatkan nilai pada suatu skala nilai dan dijadikan
pedoman dalam bertindak secara bertanggungjawab.
E. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Value Complex)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan,
sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya
sendiri. Memiliki sistem nilai yang mengendalikan
tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidup.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
Psychomotor Domain berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan,mengetik, berenang, dan mengoperasikan
mesin,dan lain-lain. Kawasan psikomotor yaitu kawasan
yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi
oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom
diantaranya :
A. Persepsi (Perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat
sensoris dalam memandu aktivitas motrik. Penggunaan
alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu
Gerakan.
B. Kesiapan (Set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik, mental, dan
emosional untuk melakukan gerakan
C. Merespon (Guided Response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan
sesuai dengan contoh yang diberikan. Tahap awal dalam
mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
D. Mekanisme (Mechanism)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan karena
sudah dilatih secukupnya. Atau membiasakan
gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap
E. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt
Response).
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan
yang terdiri dari banyak tahap dengan lancar, tepat dan
efisien. Gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks
F. Penyesuaian (Adaptation)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerakan dengan persyaratan khusus
yang berlaku. Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
G. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan
dengan situasi atau permasalahan tertentu atas dasar
prakarsa atau inisiatif sendiri
D. Pembelajaran Materi Sistem Pertahanan Tubuh
1. Pengertian sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh merupakan sistem pertahanan tubuh
manusia untuk menghalangi patogen seperti virus dan bakteri. Jika
patogen berhasil masuk, tubuh akan menentukan apakah patogen
tersebut berasal dari luar tubuh, dan akan bereaksi bersama dengan sel
dan zat yang sudah ada di dalam tubuh untuk memerangi patogen
(Amalia dan Hiola, 2020).
Sistem pertahanan tubuh bertanggung jawab untuk mendeteksi,
menghilangkan, dan menetralkan benda asing atau sel menyimpang
yang dapat membahayakan tubuh. Sistem pertahanan tubuh atau yang
sering dikenal dengan sistem imun, adalah kumpulan sel, molekul, dan
organ yang bekerjasama untuk melindungi tubuh dari zat asing
penyebab penyakit, seperti virus, bakteri, dan jamur. Kemampuan
sistem kekebalan untuk mengenali, menolak, dan membunuh benih
penyakit sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan
(Irnaningtyas,2013).
Sistem pertahanan tubuh memiliki beberapa tugas utama, termasuk
sistem kekebalan, kemampuan untuk mengenali dan membedakan
molekul target, kemampuan untuk membedakan antigen diri dari
antigen asing, dan kemampuan untuk mengingat. Fungsi memori tubuh
memungkinkan patogen untuk mengidentifikasi infeksi dengan reaksi
yang lebih cepat dan lebih kuat (Irianto, 2012).
Sistem pertahanan tubuh akan menggunakan reseptor, dengan
mengikat bahan kimia yang ditemukan pada sel asing secara khusus,
untuk mengenali patogen. Kekebalan bawaan, juga dikenal sebagai
pertahanan non-spesifik (innate immunity), dan kekebalan yang
didapat dikenal sebagai pertahanan spesifik (acquired immunity),
adalah dua bentuk sistem pertahanan tubuh (kekebalan didapat)
(Campbell, 2008).
2. Struktur dan Fungsi Sistem Pertahanan Tubuh
A. Struktur Antigen Dan Antibodi
Antigen yang menimbulkan reaksi respon kekebalan
hormonal adalah protein dan komponen permukaan polisakarida
yang ditemukan dalam berbagai mikroorganisme (Campbell,
2004).
B. Fungsi antibodi
Fungsi antibodi di dalam tubuh ada beberapa macam
diantaranya sebagai berikut ini:
a. Menetralkan toxin atau virus setelah bergabung dengan
antibodi tersebut setelah itu makrofag melakukan
phagocytosis dimana yang bertindak yaitu jenis IgG.
b. Menghalang melekatnya mikroorganisme ke permukaan sel
mukosa sehingga dicegah masuk ke dalam jaringan, dimana
Tugas ini dilakukan oleh IgA
c. Mengaglutinan dan mencytolysis kuman, ini dilakukan oleh
IM
d. Masuknya spora tumbuhan dan parasit hewan ke dalam
tubuh mendorong sintesis Igf IgE merekat ke sel mast, dan
sel in menggetahkan histamin Zat ini merupakan penyingkir
spora ataupun parasite
e. Komplex Ab-Ag. hasil reaksi penangkalan, pengasil
komplement pada darah. Komplement ini menyebabkan
kuman
f. Komplemen bersifat opsonisasi, dengan peningkatan
makrofag untuk memphagocytosis.
3. Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh
A. Pertahanan Tubuh Non-Spesifik
Respon paling awal organisme terhadap benda asing yang
masuk ke dalam tubuh adalah pertahanan non-spesifik, yang sering
dikenal sebagai imunitas bawaan Jika suatu penyakit menginfeksi
tubuh yang disebabkan oleh patogen, maka sistem kekebalan tubuh
akan menjadi aktif Pertahanan tubuh non-spesifik adalah jenis
pertahanan tubuh mencakup penghalang (kulit dan mukosa). Begitu
virus masuk ke dalam tubuh, maka akan melawan virus tersebut
(sel fagosit, protein antimikroba, respons inflamasi, dan sel
pembunuh alami) (Campbell, 2008).
a. Pertahanan Tubuh Non-Spesifik Eksternal
1. Pertahanan Fisik
Pertahanan jenis fisik akan dilakukan di lapisan terluar
tubuh yakni kulit dan membran mukosa. Pertahanan jenis
fisik memiliki fungsi penghalan patogen untuk masuk ke
dalam tubuh. Pada bagian terluar kulit terdapat keratin dan
sedikit air yang berfungsi untuk menghambat laju
pertumbuhan mikroba. Selain itu, terdapat mucus yang
termasuk cairan kental terdapat pada membran mukosa
dan akan disekresikan Membran mukosa terdapat di
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan saluran
kelamin, agar menghalangi masuknya patogen pada
saluran tersebut.
2. Pertahanan Mekanis
Pertahanan mekanis terdapat pada bulu hidung dan silia
trakea, dimana fungsinya untuk menyaring udara udara
yang dihirup untuk terhindar dari mikroba dan partikel yang
berbahaya. Trakea bertanggung jawab untuk membersihkan
partikel berbahaya dari lendir, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh.
3. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan kimiawi akan dilakukan oleh secret yang
dihasilkan dari membran mukosa dan kulit. Contoh secret
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba yaitu yakni
minyak dan keringat. Selain itu terdapat saliva (air liur), air
mata dan mucus (sekre mukosa) dapat membunuh bakteri
dengan mengidrolisis dinding sel pada bakteri yang
mengakibatkan sel dinding bakteri pecah dan bakteri mati.
4. Pertahanan Biologis
Bakteri yang tidak berbahaya yang terdapat pada kulit
dan membran mukosa, akan berperan dalam pertahanan
tubuh secara biologis. Bakteri yang melindungi tubuh
nantinya akan melawan bakteri patogen dalam
mendapatkan nutrisi.
b. Pertahanan Tubuh Non-Spesifik Internal adalah sistem
kompleks yang memberikan respon imunitas terhadap antigen
yang spesifik. Antigen spesifik contohnya bakten, virus, toksin,
atau zat lain yang dianggap asing (Irnaningtyas, 2013).
1. Fagositosis
Fagositosis merupakan mekanisme perubahan tubuh
oleh sel fagosit dengan cara mencerna zat asing atau
mikroba. Sel fagosit terdiri atas fagosat mononuclear
contohnya monosit dan fagosit polinuklear contohnya
seperti granulosit yang terdiri dari basofil, eusinofil,
neutrofil dan cell mast. Sel fagosit akan terikat dengan
reseptor patogen yang masuk ke dalam tubuh, kemudian
akan ditelan dan sinyal yang dikirimkan sel fagosit akan
menginduksi actin polymerase. Actin polimerasae akan
menarik patogen menuju tengah sel fagosit dan terjadi tahap
digesti. Sebelum tahap digesti, patogen telah melalui tahap
maturase fagosom, lisosom akan mendekat kea rah fagosom
dan membentuk fagolisosom. Lisosom akan pecah dan
terjadi letupan respirasi bersama dengan lepasnya enzim ke
dalam fagolisosom (Hidayat, 2020).

Gambar 1. Fagositosis
Sumber: https://www.wordpress.com
Berdasarkan gambar diatas berikut tahapannya :
1. Membentuk sitoplasma pada saat bakteri atau benda
asing melekat pada permukaan sel makrofag
2. Sitoplasma tersebut melekuk ke dalam
membungkus bakteri atau benda asing, tonjolan
sitoplasma yang saling bertemu akan melebur
menjadi satu sehingga bakteri atau benda asing
akan tertangkap di dalam vakuola.
3. Lisosom yang memiliki kemampuan untuk
memecah materi yang berasal dari dalam maupun
dari luar akan menyatu dengan vakuola sehingga
bakteri atau benda asing tersebut akan musnah.

A. Respon Peradangan
Inflammatory respons atau respon peradangan adalah
perubahan yang terjadi pada molekul persinyalan yang
dilepas ketika terjadi infeksi atau luka. Molekul sinyal yang
dilepas berupa histami, yang disimpan pada sel mast (sel
tiang). Pembengkakan pada daerah inflamasi disebabkan oleh
banyaknya darah yang masuk dan ternjadi kebocoran pada sel
tetangga. Kapiler akan menjadi permeable sehingga peptida
anti mikroba yang terkandung ndalam cairan akan masuk ke
dalam jaringan. Kekebalan sel akan menarik fagositik
tambahan dan melepaskan molekul persinyalan. Patogen dan
sisa sel akan dicerna oleh sel fagositik, dan luka pada
jaringan akan sembuh (Campbell, 2008).

Gambar 2. Respon Peradangan


Sumber : www.pahamify.com
B. Sel-sel Pembunuh Alami (Natural Killer)
Sel NK (Natural Killer) berperan untuk membantu
menangkap dan membantu sel-sel berpenyakit dalam tubuh.
Sel NK tidak menyerang zat asing secara langsung, sel NK
akan melekat pada sel dalam tubuh yang terinfeksi virus
atau sel abnormal dan dapat membentuk tumor. Sel NK
melepaskan zat kimia yang mengakibatkan terjadinya
kematian sel dan selesai dengan terhambatnya penyebaran
virus (Campbell, 2008).

C. Protein Antimikroba
Protein antimikroba berperan dalam memberi
pertahanan tubuh secara non-spesifik untuk melawan virus
interferon. Interferon akan disekresi oleh sel tubuh yang
terinveksi virus dan zat yang menghambat pertumbuhan
virus dihasilkan dari induka. sel yang tidak terinfeksi
(Campbell, 2008). Sistem komplemen adalah kumpulan
protein yang ditemukan dalam plasma darah bekerja sama
untuk melawan infeksi dimana ada sekitar 30 protein dalam
sistem komplemen Protein ini akan disebarkan pada
permukaan mikroba yang diaktifkan Aktivasi protem ini
menyebabkan lisis sel yang menyerang yang dapat
menghasilkan serangkaian proses metabolisme (Campbell,
2008).
B. Pertahanan Tubuh Spesifik
Pertahanan tubuh spesifik merupakan kekebalan tubuh yang
bekerja untuk melawan zat asing dalam melewati pertahanan tubuh
non-spesifik. Salah satu ciri pertahanan tubuh spesifik yaitu
bersifat selektif, reaksi yang disebabkan oleh zat asing tidak akan
sama. Respon kekebalan tubuh ini meliputi kekebalan humoral
melalui sel (Campbell, 2008).

Gambar 3. Respon Kekebalan Tubuh


Sumber : Kurniawan,2010
1. Kekebalan Tubuh Humoral
Kekebalan tubuh humoral (humoral immune respone)
mekanismenya melibatkan seleksi klonal dan aktivasi dari
sel- sel B efektor, antibodi akan disekresikan dan bersirkulasi
dalam darah dan limfa (Campbell, 2008). Kekebalan tubuh
humoral terbentuk melalui aktivitas unsur dalam darah dan
jaringan limfoid. Membentuknya antibodi pada kekebalan
tubuh. Sistem pertahanan tubuh memiliki beberapa
komponen diantaranya sebagai berikut:
A. Limfosit
a. Limfosit B
Limfosit B berfungsi menghasilkan antigen.
antibodi, memproses antigen, dan mempresentasikan
antigen kepada limfosit T untuk merespon imun.
Limfosit B merupakan singkatan dari bursali dan
bone marrow dimana memiliki arti sumsum tulang
belakang, karena sel limfosit B mengalami
pematangan di sumsum tulang belakang . Sel limfosit
B terletak di bagian limfoid sekunder. Sel limfosit B
terdiri dali lima tahapan yaitu IgA, IgD, IgE, IgG dan
IgM (Levani, 2015).
b. Limfosit T
Sel T terbentuk di sumsum tulang belakang yang
mengalami pematangan dari kelenjar timus, dimana
kelenjar ini terletak di rongga dada atas jantung. Sel
T berperan dalam membentuk sistem kekebalan
tubuh secara seluler melalui cara sel menyerang
langsung maka antigen akan membantu sel B plasma
untuk memproduksi antibodi (Campbell, 2008).
B. Antibodi
Menurut (Ma'at 2010) antibodi merupakan protein
immunoglobulin yang disekresikan oleh sel B melalui
antigen. Antibodi memiliki dua untaian peptide pendek
yang dikenal dengan light chai, kappa dan lambadna
terdiri dari 230 asam amino. Untaian peptide panjang
disebut heavy chain (immunoglobulin). Menurut
(Abdullah 2015) Antibodi memiliki lima kelas
diantaranya sebagai berikut:
A. Imunoglobulin M (IgM), merupakan antibody yang
melekat pada pembuluh darah dan antibody
dilepaskan untuk pertama kalinya pada saat terjadi
infeksi.
B. Imunoglobulin G (IgG), merupakan komponen
utama immunoglobulin serum yaitu 75% dari seluruh
dari immunoglobulin serum, selain itu dapat
memberikan kekebalan pasif ibu kepada janin.
C. Imunoglobulin A (IgA), merupakan protein yang
menghasilkan limfosit B. dimana banyak di temukan
pada mukosa saluran pencernaan. IgA dapat di
jadikan indicator kesehatan saluran pencernaan
(Tutik, 2016: 35).
D. Imunoglobulin D (IgD), untuk merangsang
terbentuknya antibodi sel B plasma.
E. Imunoglobulin E (IgE), berfungsi untuk melepaskan
histamin dan mediator kimia.
4. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pertahanan Tubuh
Menurut (Widhiary 2012) menyatakan faktor yang memengaruhi
sistem pertahanan tubuh di antaranya sebagai berikut:
A. Keturunan (genetika) kerentanan terdahap penyakit. Seseorang yang
memiliki riwayat diabetes mellitus beresiko menderita penyakit
tersebut
B. Fisiologis, yang berhubungan dengan kerja organ tubuh, di sebabkan
oleh kelebihan berat badan, membuat sirkulasi darah menjadi kurang
lancar, dan lebih rentan terkena penyakit.
C. Stres, mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dimana melepasnya
hormone seperti neuroendokrin, glukokortikoid dan katekolamin.
D. Usia, terjadinya peningkatkan atau penurunan kerentnan terhadap
penyakit.
E. Hormon, tergantung dari jenis kelamin. Wanita memproduksi hormon
estrogen untuk peningkatan sinensis IgG dan IgA agar menjadi lebih
kuat terhadap infeksi dari pada pria. Pria memproduksi androgen yang
bersifat memperkecil resiko penyakit autoimun.
5. Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh terhadap suatu penyakit secara aktif dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh. Pada saat terkena penyakit maka tidak akan terkena
dampak penyakit tersebut atau dampaknya akan lebih ringan dengan
melakukan imunisasi (Kemenkes, 2015).
Vaksin merupakan antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati, masih hidup tetapi dilemahkan, dan rekombinan protein yang akan
menyebabkan penebalan spesifik dengan aktif terhadap penyakit tertentu
apabila diberikan pada seseorang. Imunisasi bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian. Penyakit yang dapat dicegah
dalam pelaksanaan vaksinasi di antaranya difteri, pertussis, tetanus,
campak, dan TBC (Tubercolosis) (Kemenkes, 2015).
6. Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh
Campbell dkk (2010) menyatakan bahwa gangguan pada sistem
pertahanan tubuh sangat bervariasi diantaranya sebagai beriku
A. Alergi (hipersensitivitas)
Alergi adalah reaksi hipersensitif terhadap antigen atau alergen
tertentu Syok anafilaktik dapat terjadi ketika reaksi alergi parah yang
mengakibatkan penurunan tekanan darah Dampak yang akan terjadi
ketika seseorang terkena alergi sangat parah dapat menyebabkan
kematian Seseorang yang menderita alergi parah hampir selalu
membawa hormon epinefrin, yang nantinya akan disuntikkan ke dalam
tubuh. Hal ini dilakukan untuk dapat melawan respons alergi yang
sedang dialami (Hendra, 2020)
B. Autoimun

Gambar 4. Penyakit Autoimun


Sumber : https://www.cnnindonesia.com/
Autoimun merupakan penyakit yang menyerang tubuh oleh sistem
kekebalan yang dimiliki seseorang. Wanita yang memiliki usia 15-
50 tahun pada masa produktif dapat terserang penyakit autoimun.
Ciri dari seseorang yang terkena autoimun memiliki gejala yang luas
dan beragam sehingga terjadi kesulitan dalam pengobatan
(Setiawan, 2019).
C. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi merupakan gangguan yang disebabkan karena
sistem kekebalan tidak melindungi tubuh dari patogen maka
mengakibatkan terjadinya penurunan efektifitas sistem pertahanan
tubuh dalam merespon antigen. Imunodefisiensi memiliki dua
macam yaitu imunodefisiensi bawaan dan imunodefisiensi yang
diperoleh (Herbawan & Erwandi, 2019).
AIDS disebabkan oleh defisiensi imun yang dapat disebabkan oleh
stres atau infeksi virus. Infeksi virus HIV (human)
immunodeficiency virus) menyebabkan AIDS. Sel T menginfeksi
sel yang memiliki CD4, otak sera makrofag. AIDS pada saat ini
masih belum dapat ditemukan obat yang dapar menyembuhkan
secara total, obat yang ada hanya mengurangi progresi dan produksi
HIV. Transmisi lewat jarum suntik dan hubungan seksual dapat
menularkan penyakit HIV dari seseorang ke orang lain (Campbell,
2008).

Anda mungkin juga menyukai