Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH GADAR

RESUM DAN ASKEP “KAD”

Kelompok 6

DISUSUN OLEH

Dwinta Widya Navita (2201140663) Murwani Suryaning S. (220114680)

Fadhila Ayu Setyani (2201140667) Nike Kristanti (2201140681)

Faidatul Chasanah (2201140668) Zahrocha Fathmanda R. (220114092)

Fella Pancarani (2201140670)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2023
A. Pengertian

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi akut yang mengancam

jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Ketoasidosis

diabetik (KAD)adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi

insulin absolut atau relatif. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium,

dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar

glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan

asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan komplikasi akut diabetes

melitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat

(Tarwoto,2012).

B. Etiologi

Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali

adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam

pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau

tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan

oleh:

1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi

2. Keadaan sakit atau infeksi

3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan

tidak diobati

Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:


1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa

jumlah sel darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari

infeksi.

2. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis

3. Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat

4. Kardiovaskuler : infark miokardium

5. Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan 

kortikosteroid dan adrenergik. (Samijean Nordmark,2008)

C. Patofisiologi

Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin, karena

dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan

terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam

sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya

terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri

suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat

infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan

sebagainya. Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan

ketoasidosis diabetic (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun

kehilangan insulin.

Semua gangguan-gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis

diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung

dari kekurangan insulin. Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan

jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan

glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi


asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah) menjadi

keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria

akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan

elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida.

Dehidrsi terjadi  bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal

dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat

sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (peranfasan

Kussmaul).

Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat

kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan

rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan

untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal.

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan

berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak

terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya

untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan

mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan

kalium).

Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan

menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis

diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga

500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat

defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-

asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan
keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang

berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan

mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila

bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis

metabolik.

D. PATHWAY

Asupan Insulin Tidak


Cukup, Infeksi

Sel beta pancreas


rusak/ terganggu

Penurunan
produksi insulin

Glucagon
meningkat

Lipolisisis
Meningkat
Hiperglikemi

Hiperosmolaritas Glukosa Intra Sel Asam lemak


Glukosuri Menurun meningkat

Koma
Proses
Poliuri Asam lemak
pembentukan
teroksidasi
ATP
Kalori keluar

Syok Dehidrasi Rasa haus Ketonemia


Keletihan
Rasa Lapar
Resiko Polidipsi Ketonuri
ketidakseimb
angan cairan Polifagi
dan elektrolit Ketoasidosis

Ph menurun
Defisit Nutrisi Asidosis
Metabolisme
Mual, Muntah

Defisit Nutrisi CO2


meningkat

Pola nafas Nafas cepat pCO2


E. Manifestasi Klinik

1. Diagnosis KAD

Didasarkan atas adanya “trias biokimia” yakni : hiperglikemia,

ketonemia, dan asidosis. Kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut :

 Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200

mg/dL).

 Asidosis, bila pH darah < 7,3. kadar bikarbonat < 15 mmol/L).

Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai berikut :

 Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.

 Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.


 Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.

2. Diagnosis banding KAD

KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma

yang lain termasuk : hipoglikemia, uremia, gastroenteritis dengan asidosis

metabolik, asidosis laktat, intoksikasi salisilat, bronkopneumonia,

ensefalitis, dan lesi intrakranial.

F. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan :

1. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi),

2. Menghentikan ketogenesis (insulin),

3. Koreksi gangguan elektrolit,

4. Mencegah komplikasi,

5. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.

G. Komplikasi

Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:

1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )

Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila

penderita mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya

terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya

tekanan darah. Pada kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik

akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain

itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.


2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )

Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa

mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.

3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )

Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa

stres, perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat

dirasakan (mati rasa).

4. Kelainan Jantung.

Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya

aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai

komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung

akut, maka serangan tersebut tidak disertai rasa nyeri. Ini merupakan

penyebab kematian mendadak.

5. Hipoglikemia.

Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan

kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera.

Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai

dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang-kejang.

6. Hipertensi.

Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal

penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan

darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-

kerusakan pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara


otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah

takanan darah.

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Subjektif

keluhan utama saat MRS dan saat pengkajian, pengkajian PQRST

apabila terdapat nyeri, riwayat kesehatan sebelum sakit dan riwayat

kesehatan keluarga

b. Objektif

1. Keadaan umum, tanda – tanda vital

2. B1 (Breathing)

Pergerakan dada simetris atau tidak, retraksi intercostae ada atau

tidak, suara nafas: ronchi/wheezing, batuk: produktif/tidak

produktif, apabila ada sputum bagaimana warnanya, terpasang alat

bantu napas atau tidak. Jika pasien dengan kesadaran / koma

(GCS <8 dipertimbangkan dilakukan intubasi dan ventilasi. Pada

pasien tersebut sementara saluran napas dapat dipertahankan oleh

penyisipan Guedel's saluran napas. Pasang oksigen melalui

masker Hudson atau non-rebreather masker jika ditunjukkan.

3. B2 (Bleeding/cardiovascular)

Periksa denyut nadi, tekanan darah dan CRT. Pasang EKG jika

perlu dan pulseoximetry untuk monitoring, JVP normal/tidak,

adakah edema diekstremitas. Pertimbangkan utuk mengusulkan

beberapa pemeriksaan di bawah ini


1) Urea (BUN), serum kreatinin

2) Serum elektrolit

3) Darah lengkap

4) Tes fungsi hati

5) Amylase

6) Serum Keton

7) Laktat dan kultur darah jjika psien demam

4. B3 (Brain/persyarafan)

GCS, periksa apakah pupil isokor dan memberikan respons

terhadap penyinaran.

5. B4 (Bladder/perkemihan)

Jumlah urine per 8 jam, warna dan kondisi urine, terpasang

kateter/tidak, terdapat gangguan BAK/ tidak. Pertimbangkan

pemasangan kateter urine untuk memantau produksi urin selama

24 jam.

6. B5 (Bowel)

Kondisi mukosa bibir apakah kering atau pucat, kondisi lidah,

terdapat nyeri telan/tidak, abdomen supel/tidak terdapat nyeri

tekan/tidak, berapa peristaltik usus permenit, ada mual/muntah,

melena, terpasang NGT/tidak, terdapat konstipasi/ tidak.

Dehidrasi berat pada pasien KAD bisa berlanjut pada shock

hipovolemik.

7. B6 (Bonel/musculoskeletal)
Keadaan turgor, apakah terdapat perdarahan eksternal, icterus,

kondisi akral apakah terdapat sianosis, bagaimana pergerakan

sendi: bebas/terbatas, terdapat fraktur, luka terbuka atau luka post

OP

I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Disfungsi Pankreas

2. Hipovolemia b.d Kegagalan Mekanisme Regulasi

3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan Cairan

4. Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpapar Informasi

J. Intervensi Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Rencana Intervensi
.

1. Ketidakstabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia

Glukosa Darah b.d Observasi

Disfungsi Pankreas 1. Identifikasi kemungkinan penyebab

hiperglikemia

2. Identifikasi situasi yang menyebabkan

kebutuhan insulin meningkat

(mis.penyakit kambuhan)

3. Monitor kadar glukosa darah

4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

(mis.poliuria, polydipsia, polifagia,

kelemahan, malaise, pandangan kabur,

sakit kepala)
5. Monitor intake dan output cairan

6. Monitor keton urin, kadar analisa gas

darah, elektrolit, tekanan darah

ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral

2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan

gejala hiperglikemia tetap ada atau

memburuk

3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi

ortostatik Edukasi

4. Anjurkan menghindari olahraga saat

kadar glukosa darah lebih dari

250mg/dl

5. Anjurkan monitor kadar glukosa darah

secara mandiri

6. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan

olahraga

7. Ajarkan indikasi dan pentingnya

pengujian keton urin

8. Ajarkan pengelolaan diabetes

(mis.penggunaan insulin, obat oral,

monitor asupan cairan, penggantian

karbohidrat, dan bantuan professional


kesehatan)

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian insulin

2. Kolaborasi pemberian cairan IV

3. Kolaborasi pemberian kalium

2. Hipovolemia b.d Manajemen Hipovolemia

Kegagalan Mekanisme Observasi

Regulasi 1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia

2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan

2. Berikan posisi modified Trendelenburg

3. Berikan asupan cairan oral Edukasi

4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan

oral

5. Anjurkan menghindari perubahan

posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis

2. Kolaborasi pemberian cairan IV

hipotonis

3. Kolaborasi pemberian cairan koloid

4. Kolaborasi pemberian produk darah


3. Risiko Pemantauan Elektrolit

Ketidakseimbangan Observasi

Elektrolit b.d 1. Identifikasi kemungkinan penyebab

Ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit

Cairan 2. Monitor kadar elektrolit serum

3. Monitor mual, muntah, dan diare

4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu

5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia

6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia

7. Monitor tanda dan gejala hyponatremia

8. Monitor tanda dan gejala hipernatremia

9. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia

10. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia

11. Monitor tanda dan gejala

hypomagnesemia

12. Monitor tanda dan gejala

hipermagnesemia

Terapeutik

1. Atur interval waktu pemantauan sesuai

dengan kondisi pasien

2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

4. Defisit Pengetahuan b.d Edukasi Kesehatan

Kurang Terpapar Observasi

Informasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi

2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat

meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan

sehat Terapeutik

3. Sediakan materi dan media pendidikan

kesehatan

4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan

5. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1. Jelaskan faktor risiko yang dapat

memengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan

untuk meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai