Anda di halaman 1dari 20

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang dibina oleh

Husni Dwi Syafutri,M.Pd.

Kelompok 2

Hardiansyah : 22111013

Lisanulhaq : 22111025

Randhika Adjie Pradana : 1901038

Kelas C

Prodi Sistem Informasi

UNIVERSITAS NURDIN HAMZAH

JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan Hidayah-
nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kalimat dalam
Bahasa Indonesia” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen Mata Kuliah Bahasa
Indonesia . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 29 Mei 2023

Tertanda,

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
Kalimat dalam Bahasa indonesia................................................................................2
A. Batasan kalimat.....................................................................................................2
1. Pengertian Kalimat................................................................................................6
2. Ciri-ciri...................................................................................................................6
B. Struktur kalimat....................................................................................................7
C. Pengertian kalimat efektif ....................................................................................7
D. Penyusunan kalimat bahasa indonesia ragam formal.......................................7
E. Kesalahan kalimat...................................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat


berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.[1] Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun
dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir.Sedangkan dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat
informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah.

Struktur kalimat adalah pola atau unsur untuk membentuk komponen kata
menjadi kalimat yang benar dan sesuai penulisan dalam Bahasa Indonesia. Untuk
penggunaan kaliamt efektif, ada 4 komponen struktur tetap, yaitu subjek, predikat,
objek, dan keterangan yang mana lebih dikenal dengan singkatan SPOK.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai


dengan yang diharapkan oleh penulis atau pembicara. Suatu kalimat dapat
dikatakan efektif jika si penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan,
pesan, perasaan, ataupun pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud oleh
pemberi pesan.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kalimat ?
2. Apa yang dimaksud dengan Struktur Kalimat ?
3. Apa yang dimaksud Kalimat Efektif ?
4. Apa saja kalimat Bahasa Indonesia Ragam Formal
5. Apa yang dimaksud dengan Kesalahan Kalimat ?

B. Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2. Untuk menambah wawasan tentang Kalimat Bahasa Indonesia Ragam
Formal
3. Untuk mengetahui tentang struktur kalimat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Batasan Kalimat
Pengertian Kalimat

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun


tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur
S dan P, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata lain yang seperti itu
hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengn
frasa. Kalimat mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan,
kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
tanya, dan tanda seru (Rokhmansyah, 2018:29).
Kalimat mempunyai beberapa ciri-ciri. Ciri-ciri tersebut adalah
sebagai berikut.
1. berintonasi akhir;

2. miniml terdiri atas subjek dan predikat;

3. predikat transitif disertai objek, intransitif dapat diikuti pelengkap;

4. mengandung pikiran yang utuh dan kesatuan makna;

5. menggunakan urutan yang logis; dan

6. dalam bahasa tulis diawali huruf kapital dan diakhiri tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru.

B. Pengertian Struktur Kalimat


Karangan ilmiah harus dengan menggunakan struktur kalimat bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Namun dalam kenyataannya, banyak penulis
yang hanya mementingkan komponen isi dan mengabaikan komponen
bentuk, terutama struktur kalimat dan struktur paragraf.
Karangan ilmiah mengandung satuan-satuan tata bahasa yang bersifat
hierarkis, yaitu satuan-satuan yang secara bertingkat membentuk satu sistem.
Dalam sistem tersebut satuan yang lebih kecil merupakan bagian dari satuan
yang lebih besar. Pembentukan masing-masing satuan tersebut mengikuti
kaidah-kaidah tertentu, yang disebut kaidah-kaidah tata bahasa.

1. Struktur Kalimat
Alwi, dkk., 1998 (dalam Ermanto dan Emidar. 2014:115)
mengungkapkan kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan,
kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda.
Dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam
wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), atau tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Kalimat ragam baku minimal memiliki dua unsur, yaitu unsur
subjek dan unsur predikat. Jika predikat kalimatnya berupa kata kerja
transitif (kata kerja yang menuntut kehadiran unsur objek), kalimat itu
harus terdiri atas tiga unsur, yakni subjek-predikat, objek.
Untuk memeriksa apakah kalimat yang ditulis memenuhi syarat
kaidah tata bahasa, seorang penulis perlu mengenal fungsi unsur kalimat
(subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Pertama, subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting dalam sebuah
kalimat, selain unsur predikat. Menurut Sugono, 1993 (dalam Ermanto dan
Emidar, 2014:116) ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut.
a. Pada umumnya subjek berupa nomina atau frase nomina atau kelas
kata lain yang dapat menduduki fungsi subjek.

b. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa.

c. Dapat diperluas dengan kata itu, ini.

d. Dapat diperluas dengan menggunakan frase atau klausa dengan kata


penghubung yang.
Kedua, predikat merupakan unsur pokok yang disertai unsur
subjek, dan jika ada disertai unsur objek, pelengkap, dan atau keterangan
wajib di sebelah kanan. Ciri-ciri predikat juga diungkapkan oleh
Sugono,1993 (dalam Ermanto dan Emidar, 2014:116) sebagai berikut.
a. Predikat berupa verba atau frase verbal, adjektiva atau frase adjektival,
nomina atau frase nominal, nemeral atau frase numeralia.

b. Merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaiamana.

c. Dapat disertai kata pengingkar tidak dan bukan.

d. Dapat disertai kata-kata seperti sesudah, belum, akan, ingin, hendak,


dan mau.

Ketiga, objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut


oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Ciri-ciri objek
diungkapakan Sugono, 1993 (dalam Ermanto dan Emidar, 2014:117)
sebagai berikut.
a. Terdapat dalam kalimat transitif.

b. Terletak langsung di belakang predikat.

c. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.

d. Tidak didahului oleh preposisi

e. Dapat diganti dengan pronomina-nya.

f. Berwujud frasa nomina atau klausa.

Keempat, pelengkap berbeda dengan objek. Sugono, 1993 (dalam


Ermanto dan Emidar, 2014:117) menjelaskan ciri-ciri pelengkap dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Berwujud nomina atau frasa nominal, verba atau frasa verba, adjektiva
atau frasa adjektiva, atau klausa.
b. Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di
belakang objek kalau unsur objek hadir.

c. Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.

d. Terdapat dalam kalimat yang berpredikat verba.

e. Tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kobinasi preposisi


selain di, ke, dari, dan akan.

Kelima, keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan


informasi lebih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat. Ciri-
ciri keterangan menurut Sugono, 1993 (dalam Ermanto dan Emidar,
2014:117) adalah sebagai berikut.
a. Memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat.

b. Memiliki keleluasaan posisi (penempatan) dalam kalimat.

c. Didahului oleh kata depan, seperti di, dari, pada, selama, dengan,sebab.

d. Biasanya berupa frase preposisional.

e. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka.

2. Pola Kalimat Dasar


Kalimat dasar merupakan kalimat yang belum mengalami
perubahan, seperti penambahan keterangan atau pun keterangan subjek,
keterangan predikat, dan keterangan objek. Menurut Alwi, dkk., 1998
(dalam Ermanto dan Emidar, 2014:118). Ada enam tipe kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia.

a. Kalimat dasar berpola S-P seperti di bawah ini.


Orang itu sedang tidur
Kami pengamen
b. Kalimat dasar berpola S-P-O seperti di bawah ini.
Ayahnya membeli mobil baru.
Dia menulis buku teks.

c. Kalimat dasar berpola S-P-Pel seperti di bawah ini.


Adikku belajar komputer.
Dia sudah menjadi dosen.

d. Kalimat dasar berpola S-P-Ket seperti di bawah ini.


Banjir besar telah terjadi di Amerika.
Rumah kami berada di seberang sungai.

e. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel seperti di bawah ini.


Kami mengirimi ibu paket lebaran.
Dian mengambilkan adiknya air minum.

f. Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket seperti di bawah ini.


Dia memasukkan dokumen itu ke dalam map.
Polisi melakukan tertuduh dengan baik.

3. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu dasar
kalimat. Namun dalam kalimat tunggal bisa diperluas dengan unsur
tambahan seperti keterangan tempat, waktu, dan alat. Alwi, dkk., 1998
(dalam Ermanto dan Emidar, 2014:120) menguraikan beberapa macam
kalimat tunggal sebagai berikut.

a. Kalimat taktransitif seperti di bawah ini.


Mahasiswa itu sedang berbelanja.
Pak Ahmad akan naik haji.
b. Kalimat ekatransitif seperti di bawah ini.
Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
Dia memberangkatkan kereta api itu dengan cepat.

c. Kalimat dwitransitif seperti di bawah ini.


Kami sedang mencarikan anak itu pekerjaan
Ayah mengirimi kami uang bulanan.

d. Kalimat pasif seperti di bawah ini.


Seorang asisten baru telah diangkat pak Toha.
Tugas ini baru kami selesaikan.

e. Kalimat berpredikat adjektif seperti di bawah ini.


Ayahnya sakit.
Warna bajunya biru langit.

f. Kalimat berpredikat nominal seperti di bawah ini.


Buku itu cetakan Bandung.
Orang itu pencurinya.

g. Kalimat berpredikat numeral seperti di bawah ini.


Anaknya banyak.
Lebar sungai itu lebih dari dua retus meter.

h. Kalimat berpredikat frasa preposisional seperti di bawah ini.


Ibu sedang ke pasar.
Ayahnya dari Sunda.
4. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua pola kalimat
atau lebih yang saling berhubungan.
a. Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang memiliki dua
kluasa (dua pola kalimat) atau lebih yang masing-masingnya mempunyai
kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Hubungan antara
kluasa yang satu dan klausa yang lainnya tidaklah membentuk hubungan
yang hierarkis. Artinya, Klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang
lain.
Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan penjumlahan seperti
di bawah ini.
Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat merindukan daratan.
Aku melompat dari anak tangga, kemudian berlari ke halaman.

Kalimat majemuk setara menyatakan hubungan perlawanan seperti di bawah


ini.
Dunia anak kampung tidak saja bebas, tetapi juga lebih terbuka.
Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah bisa membaca.

b. Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang memiliki
dua klausa (dua pola kalimat) atau lebih yang salah satu klausa yang lain.
Dalam kalimat majemuk bertingkat, antara klausa yang satu dan klausa yang
lain lazim dihubungkan oleh konjungtor seperti bahwa. Menurut Alwi, 1998
(dalam Ermanto dan Emidar, 2014:123), selain menggunakan kunjungtor
bahwa, juga terdapat konjungtor lain untuk menyatakan hubungan
bertingkat. Seperti yang dijelaskan berikut ini.
1. Konjongtor waktu, yaitu setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak,
selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selaga,
selama, hingga, sampai.

2. Konjungtor syarat, yaitu jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.

3. Konjungtor pengandaian, yaitu andaikan, seandainya, andaikata,


sekiranya.
4. Konjungtor tujuan, yaitu agar, supaya, biar, guna, untuk.

5. Konjungtor konsesif, yaitu biarpun, meski(pun), sesungguhpun,


sekalipun, walaupun, kendati(pun).

6. Konjungtor pembandingan (kemiripan), yaitu seperti, laksana, seolah-


olah, sebagaimana, bagaikan, seakan-akan, alih-alih, ibarat.

7. Konjungtor sebab, yaitu sebab, karena, oleh karena.

8. Konjungtor hasil atau akibat, yaitu sehingga, akibatnya, sampai-sampai.

9. Konjungtor cara, yaitu dengan, tanpa.

10. Konjungtor alat, yaitu dengan, tanpa.

C. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan


berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat
adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam
situasi kebahasaan tertentu pula.
D. Penyusunan Kalimat Bahasa Indonesia Ragam Formal

Kata-kata yang digunakan dalam kalimat, perlu dipilih secara tepat.


Karena diksi yang tepat akan memudahkan pembaca memahami maksud kita.
Ketika membuat kalimat bahasa Indonesia ragam formal, kita harus memilih,
menimbang, dan menggunakan kata secara tepat. Dengan alasan sebagai
berikut.

1. Kata-kata Denotatif dan Konotatif


Kata bermakna denotatif adalah kata yang bermakna sesuai dengan
hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan
pengecapan. Artinya, kata-kata bermakna denotatif adalah kata-kata yang
maknanya menyangkut informasi-informasi faktual objektif, Chaer, 1995
(dalam Ermanto dan Emidar, 2014:95).
Sedangkan kata-kata bermakna konotatif menurut Arifin dan Tasai,
2004 (dalam Ermanto dan Emidar, 2014:95) adalah kata-kata yang
memiliki makna asosiatif yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial,
sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual atau denotatif.
Dalam karangan ilmiah, kata-kata bermakna denotatif perlu
digunakan secara tepat. Dengan demikian, kata-kata bermakna konotatif
dapat pula digunakan ada kondisi dan situasi tertentu.

Kata Denotatif Kata Konotatif


pekerja pegawai, karyawan
mati meninggal, wafat

Menurut Arifin dan Tasai, 2004 (dalam Ermanto dan Emidar,


2014:96) makna denotatif dan makna konotatif berhubungan erat dengan
kebutuhan pemakai bahasa. Artinya, kata bermakna denotatif adalah kata
yang memiliki arti harfiah dan tidak memiliki makna tambahan yang
berkaitan dengan sikap penutur. Demikian pula, kata bermakna konotatif
adalah kata yang memiliki nilai rasa tertentu.

2. Kata Umum dan Kata Khusus


Kata umum digunakan untuk mengungkapkan hal yang generik
(universal). Sebaliknya, kata khusus digunakan untuk mengungkapkan hal
yang spesifik (spesial). Dalam bahasa Indonesia, kata umum adalah kata
yang memiliki acuan yang lebih luas daripada kata khusus.
Kata Umum Kata Khusus
ikan gurame, lele, sepat,tuna, nila, koki mas
bunga mawar, ros, melati, dahlia, anggrek

3. Kata-kata Bersinonim
Kata-kata bersinonim adalah kata-kata (bentuknya memang berbeda)
yang pada dasarnya mempunyai makna yang hampir serupa atau mirip.
Oleh karena itu, diakui para pakar bahasa, bahwa kesinoniman kata-kata
itu tidaklah bersifat mutlak. Kata-kata bersinonim perlu dipahami, dipilih,
dan digunkan secara tepat dalam kalimat ragam formal.
Contoh:
cerdas = cerdik, hebat, pintar
mati = mangkat, wafat, maninggal

4. Kata Baku dan Nonbaku


Kata baku dan kata nonbaku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah,
seperti ranah fonologis, ranah morfologis, dan ranah leksikon. Pertama,
kata baku dan kata nonbaku dapat dilihat berdasarkan ranah fonologis.
Maksudnya, sebuah kata baku kadang-kadang memiliki kata nonbaku
karena penambahan fonem, pengurangan, atau pengubahan fonem.
Contoh pasangan kata baku dan kata nonbaku karena penambahan fonem.
Kata Baku Kata Nonbaku
imbau himbau
utang hutang

Contoh pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pengurangan fonem.
Kata Baku Kata Nonbaku
tidak tak
tetapi tapi

Contoh pasangan kata baku dan kata nonbaku karena pengubahan fonem.
Kata Baku Kata Nonbaku
Telur telor
roboh rubuh

Kedua, kata baku dan kata nonbaku dapat pula dilihat berdasarkan
ranah morfologis. Maksudnya, sebuah kata baku kadang-kadang memiliki
kata nonbaku karena pada hasil proses morfologis terjadi pengurangan
fonem atau pengubahan fonem, terjadi penggantian afiks, dan terjadi
kelebihan fonem.
Contoh kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis
terjadi pengurangan fonem.
Kata Baku Kata Nonbaku
memfokuskan memokuskan
memprotes memrotes

Contoh kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
pengurangan fonem

Kata Baku Kata Nonbaku


mengubah merubah
Contoh kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
penggantian afiks.
Kata Baku Kata Nonbaku
menangkap nangkap
menatap natap

Contoh kata baku dan kata nonbaku karena pada hasil morfologis terjadi
kelebihan fonem.
Kata Baku Kata Nonbaku
bekerja berkerja
teperdaya terperdaya

Ketiga, kata (frasa) baku dan kata (frasa) nonbaku dapat dilihat
berdasarkan ranah leksikon. Maksudnya, sebuah kata (frasa) baku kadang-
kadang memiliki kata (frasa) nonbaku yang terdapat dalam ragam
percakapan.
Contoh pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) nonbaku ragam
percakapan.
Kata Baku Kata Nonbaku
belum masak belum matang
sedang tidur pada tidur

Selain itu, dalam kalimat ragam formal, jangan menggunakan frasa


ragam percakapan karena salah susunannya. Seperti dalam contoh berikut.
Kata Baku Kata Nonbaku
waktu lain lain waktu
malam nanti nanti malam

Dalam kalimat ragam formal, ada yang membuat kata-kata yang


maknannya redundan atau kata-kata yang berlebihan maknanya. Seperti
dalam contoh berikut.
Frasa Baku Frasa Nonbaku
paling pandai, terpandai paling terpandai
para ibu, ibu-ibu para ibu-ibu

Dalam bahasa Indonesia karena adanya penyerapan bahasa asing


atau bahasa daerah (Sanskerta) terdapat pasangan kata baku dan nonbaku.
Seperti dalam contoh berikut.
Kata Baku Kata Nonbaku
apotek apotik
atlet atlit
aktivitas aktifitas
asas azas

E. Kesalahan Kalimat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karangan ilmiah harus dengan menggunakan struktur kalimat


bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun dalam kenyataannya,
banyak penulis yang hanya mementingkan komponen isi dan mengabaikan
komponen bentuk, terutama struktur kalimat dan struktur paragraf.
Kalimat ragam baku minimal memiliki dua unsur, yaitu unsur
subjek dan unsur predikat. Jika predikat kalimatnya berupa kata kerja
transitif (kata kerja yang menuntut kehadiran unsur objek), kalimat itu
harus terdiri atas tiga unsur, yakni subjek-predikat, objek.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran
pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Awalludin. 2017. Pengantar Bahasa Indonesia untuk perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Deepublish.

Badudu, J.S. 1981. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.

Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Gramedia.

Bahar, Putra. 2017. EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). Yogyakarta: Chivita Books.
Damayanti, Rini dan Tri Indrayanti. 2015. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Surabaya: Victory Inti Cipta

Anda mungkin juga menyukai