Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENDAPAT DAN CARA MENGHINDARI JURNAL PREDATOR

MATA KULIAH: DESAIN RISET AKUNTANSI

Predatory publishing in Scopus: evidence on cross- country diferences


Vít Macháček, Martin Srholec

Oleh:

Rina Sulistyowati
(042027147308)

PROGRAM DOKTORAL ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
Pendapat tentang jurnal predator

Temuan jurnal predator


Artikel tersebut membahas tentang jurnal predator yang terbit dibeberapa Negara.
Negara-negara dengan sektor penelitian besar pada tingkat perkembangan ekonomi
menengah, terutama di Asia dan Afrika Utara, cenderung paling rentan terhadap publikasi
predator. Negara-negara Arab, kaya minyak dan/atau timur juga tampaknya sangat rentan.
Jurnal ilmiah “predator” (atau penipuan) mengeksploitasi model publikasi open access
berbayar: penerbit tidak membebankan biaya berlangganan, tetapi menerima uang langsung
dari penulis artikel yang dapat diakses secara gratis oleh siapa saja. Namun, hal ini
menimbulkan konflik kepentingan yang berpotensi merusak kredibilitas penerbitan ilmiah
open access (Beall, 2013). Sebagai imbalannya, penerbit predator menutup mata terhadap
batasan makalah selama peer-review demi menghasilkan pendapatan dari biaya penulis; yang
terburuk dari mereka memalsukan proses peer-review dan mencetak hampir semua hal demi
uang, tanpa keraguan (Butler, 2013).
Hasil penyisiran yang terdapat dalam artikel tersebut ada 832 jurnal predator dan
memastikan bahwa sejauh ini jumlah penulis terbanyak berasal dari India, diikuti oleh
Nigeria, Turki, Amerika Serikat, Cina, dan Arab Saudi. (Kurt, 2018) mengidentifikasi 4 dalih
yang sering digunakan untuk membenarkan publikasi di jurnal predator: (i) ancaman identitas
sosial; (ii) kurangnya kesadaran; (iii) tekanan tinggi untuk mempublikasikan; dan (iv)
kurangnya kemampuan penelitian. Persamaannya adalah urgensi. Para peneliti cenderung
menerbitkan jurnal-jurnal ini sebagai upaya terakhir dan sering merujuk pada tekanan
institusional, kurangnya pengalaman dan ketakutan akan diskriminasi dari jurnal-jurnal
“tradisional”. Pembenaran untuk penerbitan di jurnal predator adalah campuran kompleks
dari faktor-faktor yang beroperasi baik di tingkat pribadi maupun institusional.
Menurut (Beall, 2013) yang diunduh pada 1 April 2016. Pertama, kami
mengidentifikasi semua istilah pencarian di setiap item dalam daftar. Secara total,
mengkonfirmasi 4.665 ISSN unik yang terkait dengan daftar Beall. Banyak jurnal
memiliki ISSN ganda, satu untuk versi cetak dan satu untuk versi elektroniknya. Jumlah
individual jurnal adalah 3293, dari yang 309 ditampilkan di dalam daftar
dari mandiri jurnal, 2952 mengacu pada daftar penerbit, dan tambahan 32 jurnal muncul di
kedua daftar, mungkin karena Beall tidak mengakui bahwa jurnal masing-masing adalah dari
penerbit yang sudah ada di daftarnya.
Ada 439 ISSN dari 324 jurnal individu yang setidaknya satu entri di Scopus
diidentifikasi, sebanyak 37 di antaranya muncul di daftar jurnal mandiri dan 287 di daftar
penerbit. Dengan demikian, hampir 10% jurnal dalam database telah terindeks di
Scopus. Secara total, 164.073 artikel yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal ini terdeteksi,
22.235 di antaranya terjadi dalam jurnal mandiri dan 141.838 berasal dari daftar penerbit,
bersama-sama merupakan 2,8% dari semua artikel yang diindeks di Scopus selama periode
yang dipertimbangkan. Jurnal-jurnal tersebut ditugaskan ke empat bidang penelitian yang
luas: (i) Ilmu Kesehatan; (ii) Ilmu Hayati; (iii) Ilmu Fisika; dan (iv) Ilmu Sosial, berdasarkan
Daftar Sumber Scopus (Scopus 2018b).
Beberapa Negara yang berimbas adanya jurnal predator dapat dilihat sekilas
pada daerah paling gelap terkonsentrasi di Asia dan Afrika Utara. Sebaliknya, Eropa,
Amerika Utara dan Selatan serta Afrika Sub-Sahara relatif pucat. Oleh karena itu, secara
umum, baik negara-negara yang paling berkembang maupun yang kurang berkembang
cenderung relatif tidak terlalu terpengaruh, sementara negara-negara berkembang dengan
sistem penelitian yang sedang berkembang, kecuali di Amerika Selatan, tampaknya paling
dirugikan. Kazakhstan dan Indonesia tampaknya menjadi yang paling mengerikan, dengan
kira-kira setiap artikel keenam termasuk dalam kategori predator. Mereka diikuti oleh Irak,
Albania dan Malaysia, dengan lebih dari setiap artikel kesepuluh muncul di jurnal
predator. Beberapa negara yang terkena dampak paling parah dan terbesar diantaranya
adalah: India, Indonesia, Nigeria, Filipina dan Mesir, yang menggarisbawahi beratnya
masalah (Macháček-Srholec, 2021).
Anehnya, ujung spektrum yang berlawanan, dengan penetrasi artikel jurnal predator
terendah, juga didominasi oleh negara-negara berkembang, termasuk beberapa negara yang
paling tidak berkembang sekalipun. Dalam beberapa, untuk misalnya Bhutan, Chad dan
Korea Utara, tidak ada penulis yang diterbitkan dalam jurnal predator apapun. Ini adalah
kelompok negara yang agak beragam yang tersebar di seluruh benua. 
Kesimpulannya, menurut pendapat saya mengenai jurnal predator adalah sebagai
berikut:
a. Mengapa Jurnal Predatory ada? Karena ada market, akibatnya adanya permintaan dan
penawaran. Banyak penulis mengalami jalan buntu, ingin instan, meskipun berbayar
mahal.
b. Apakah penulis korban? Bisa jadi korban karena ketidaktahuan, tanpa disengaja. Dan
menurut pendapat kam, mayoritas adalah kasus ini, tetapi ada sebagian yang
menikmatinya, karena pihak otoritas belum memiliki aturan yang jelas.
c. Apakah Predatory harus bayar? ya, sesuai dengan pengertian beals, jurnal apapun terkait
dengan open akses. Singkatnya, jurnal-jurnal predator ini diterbitkan oleh penerbit
predator dengan tujuan utama bisnis.
d. Predatory itu pendapat bealls? benar, itu merupakan pendapat seseorang, tetapi
nampaknya diakui sebagai pendapat yang original, baik dan membangun, untuk
menciptakan jurnal yang baik, sehingga di sepakati banyak institusi dan peneliti. Dan
hasil list dari beals ini, telah di uji oleh John Bohannon.
e. Mengapa jurnal predatory ada di scopus? Scopus sendiri berusaha membersihkan
indexing jurnalnya, dari predatory, dengan adaya update dari discountinued. Awal dibuat
jurnal bisa jadi bukan predatory, tetapi karena ada kebutuhan dan ada market, mereka
berubah menjadi predatory.
f. Saya tidak percaya bealls, karena ada jurnal yang bagus masuk dalam daftar
preadatory? Bealls sendiri bisa jadi salah, tetapi sebagian besar benar. Karena tidak
mudah untuk menentukan sebuah jurnal masuk dalam predatory, seperti yang bealls
lakukan. Perlu effort dan pekerjaan besar untuk mendapati ribuan jurnal.

Tips Menghindari Publikasi di Jurnal Predator

Publikasi ilmiah di jurnal predator tidak hanya merugikan penulis, tetapi juga dunia ilmiah.
Berikut adalah beberapa tips agar terhindar dari jeratan jurnal predator:
 Meluruskan niat untuk membuat publikasi ilmiah yang berkualitas
 Memastikan jurnal kredibel atau dapat dipercaya.
 Beberapa database ternama untuk memastikan jurnal tersebut diakui, misalnya DOAJ,
SCOPUS, Medline
 Apabila ada di daftar hitam Jeffrey Beall, harus waspada
 Mewaspadai klaim palsu jurnal, misalnya dengan mengaku-ngaku terindeks DOAJ
 Memastikan cakupan jurnal sesuai dengan konten artikel yang akan dikumpulkan
 Ada transparansi terkait biaya dan proses penyuntingan
 Berkonsultasi dengan kolega atau pustakawan, apakah mengetahui tentang jurnal
tersebut
 Mencari tahu tentang penerbit atau editorial board. Bila tidak yakin, bisa mencoba
mengontak langsung bila ada curiga pencatutan nama
 Mewaspadai jurnal yang namanya meniru atau sangat mirip dengan nama jurnal jurnal
besar
 Emerging Infectious Diseases milik CDC vs Journal of Emerging Infectious
Diseases milik OMICS
 Setelah mendapat komplain dari CDC, nama jurnal diubah menjadi Journal of Emerging
Infectious Disease and Pathology
 Sesuaikan ISSN dan ISBN serta Chek doi nya.
 Cek di SJR dan cek perkembangan perjalanan jurnal tersebut.
 Setiap kali publish di dominasi salah satu negara atau merata.

Beall, J. (2013). Predatory publishing is just one of the consequences of gold open access.
Learned Publishing, 26(2), 79–84. https://doi.org/10.1087/20130203

Butler, D. (2013). Butler D. Investigating journals: the dark side of publishing. Nature.
2013;495:433-5. Nature, 495, 433–435. https://doi.org/10.1038/495433a

Kurt, S. (2018). Why do authors publish in predatory journals? Learned Publishing, 31(2),
141–147. https://doi.org/10.1002/leap.1150

Macháček-Srholec (2021). Article_Predatory Publishing In Scopus: evidence


on cross-country differences, Evi.pdf. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai