Anda di halaman 1dari 2

Patricia Atma Novera Hutapea membanggakan Unpar di Ajang Miss Indonesia 2015

Tim Inspirasi Unpar kali ini telah berbincang dengan Miss Papua Barat 2015, Patricia
Atma Novera Hutapea. Patricia merupakan alumnus dari jurusan Ilmu Hubungan
Internasional angkatan 2011. Saat tim inspirasi menanyakan mengenai motivasinya dalam
mengikuti ajang kecantikan se-Indonesia tersebut, ia mengaku bahwa mulanya ia tak pernah
terpikir sama sekali untuk mendaftarkan dirinya pada ajang tersebut. Keikutsertaannya dalam
ajang tersebut bermula ketika ia tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan di Kota
Bandung, lalu secara tidak sengaja bertemu dengan beberapa tim dari Miss Indonesia yang
tengah hunting di pusat perbelanjaan tersebut. Awalnya ia ragu untuk mengikuti ajang
tersebut, namun dengan dukungan dari teman-temannya, akhirnya ia pun berani untuk
mendaftarkan diri. Setelah lolos beberapa tahap seleksi, ia kemudian lolos menjadi semi
finalis hingga pada akhirnya resmi menjadi Finalis.

Menurutnya, awal perjalanannya di Miss Indonesia dimulai dari audisi hingga ke


masa persiapan menjelang pre karantina bukanlah masa yang mudah bagi dirinya. Mulai dari
harus menurunkan berat badan, berlatih catwalk, berlatih sebuah tarian yang khusus ia
pelajari sebagai bekal saat talent show, mempersiapkan begitu banyak kebutuhan yang harus
ia bawa menjelang karantina, hingga persiapan mental agar mampu berkompetisi dengan
baik. Untuk seseorang yang sama sekali tidak memiliki background ataupun pengalaman di
bidang modeling/entertainment, cukup sulit bagi Patricia untuk melakukan hal-hal yang
diluar kebiasaannya seperti berlatih untuk memakai dan menari menggunakan high heels,
catwalk dan juga tampil di depan kamera dan tv, apalagi harus berkompetisi dengan finalis-
finalis lainnya yang sebagian telah cukup familiar atau setidaknya memiliki pengalaman di
bidang tersebut. Di samping itu, tekanan pada masa karantina pun dirasa cukup tinggi, selain
karena dibatasi dari sisi akses komunikasinya terhadap lingkungan luar, tetapi juga karena
setiap pribadi tidak hanya dinilai dari cantik parasnya saja, melainkan dari sikap, perilaku,
pembawaan diri, gaya bertutur yang baik, hingga kepekaan sosial. Setiap finalis juga dituntut
untuk memiliki disiplin yang tinggi, serta sikap dinamis. Semua usahanya tersebut ia lakukan
demi memperlengkapi dirinya dengan kriteria sebagai seorang Miss Indonesia yang memiliki
Manner, Impressive, Smart, dan juga Social (MISS).

Menurut Patricia, sepulangnya ia dari karantina Miss Indonesia, ia mendapatkan


banyak hal yang sedikit banyak membentuknya menjadi pribadi yang lebih baik. Ia berkata
bahwa ketika ia memutuskan untuk mengikuti ajang tersebut, secara tidak langsung dia
memberanikan dirinya untuk mengambil tantangan baru yang semula ia rasa tak mungkin
karena ia dituntut untuk keluar dari zona nyaman, belajar mempunyai sikap yang terbuka
akan hal-hal baru yang bisa menggali potensi diri secara lebih, serta membentuk mental yang
tangguh. Hal-hal tersebut, menurut hematnya, telah mampu membuatnya untuk breaking her
limit. Selain itu dia belajar bahwa usaha dan kepercayaan diri haruslah berbanding lurus dan
menjadi hal yang penting selama menjalani masa-masa karantina. Menurutnya, ketika kita
percaya akan kemampuan diri kita sendiri, maka secara tidak sadar kita akan memacu diri
untuk be the best version of ourselves. Menurut Patricia, respon positif dari lingkungannya
merupakan apresiasi serta kebahagiaan terbesar yang ia dapat selepas mengikuti ajang
tersebut, melebihi kebahagiaannya dalam mendapat predikat Top 15 Miss Indonesia 2015.
Setlepas berakhirnya masa karantina, Patricia banyak menghadiri kegiatan mulai dari menjadi
tamu di beberapa final beauty pageant, kegiatan sosial, sampai menjadi pembicara di
beberapa acara.

Lebih lanjut saat kami berbincang mengenai Unpar, ia mengatakan bahwa Unpar telah
banyak membentuk dirinya melalui kecintaannya terhadap organisasi kemahasiswaan.
Patricia tercatat aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional Periode 2012/2013 - 2013/2014, juga sebagai Menteri Keuangan di Lembaga
Kepresidenan Mahasiswa Periode 2014/2015. Menurutnya, pengalaman dalam berorganisasi
sangat bermanfaat karena disitu kita belajar untuk mengasah soft skill kita seperti
interpersonal skill, communication skill, bekerja dalam tim, menuangkan ide-ide kreatif,
toleransi, kemampuan negosiasi dan maintainng good relationship, serta tanggung jawab.

Terakhir, ia berpesan kepada mahasiswa untuk senantiasa mengasah minat dan


bakatnya, berkarya, dan terlebih mau mengabil tantangan dan merubahnya menjadi
kesempatan baik. Karena menurutnya, dewasa ini seseorang harus memperlengkapi dirinya
dengan kemampuan-kemampuan soft skill dan tidak terbatas pada kemampuan akademik
saja. (Pewawancara:Virna/Editor:Virna)

Anda mungkin juga menyukai