Anda di halaman 1dari 16

1. Sekretaris Kota Ternate, Tauhid Soleman, meminta FS segera dipecat.

Sebab menurut dia,


tindakan dilakukan FS sudah masuk ke ranah hukum. Perbuatannya kriminal, berarti dia
berhadapan dengan hukum. Langkah yang dilakukan Diknas yakni memecat yang bersangkutan
karena hal ini berkaitan dengan nyawa," kata Tauhid. Sementara itu, Wali Kota Ternate, Idrus
Assagaf, mengecam tindakan dilakukan FS. Senada dengan Tauhid, dia pun meminta FS dipecat.
"Tindakan yang dilakukan guru tersebut sangat tidak berperikemanusiaan, karena
bagaimanapun guru adalah pendidik. Saya meminta agar Dinas Pendidikan segera memberikan
sanksi tegas kepada oknum guru bersangkutan," kata Idrus.

Guru SMAN 7 di Ternate yang pukul murid hingga tewas dipecat

Reporter : Aryo Putranto Saptohutomo | Jumat, 16 Oktober 2015 13:08

Merdeka.com - Fajrin, guru honorer SMA Negeri 7 Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku Utara,
akhirnya dipecat. Dia memukul siswanya dengan kayu hingga tewas, hanya gara-gara tidak
mengenakan batik saat upacara. "Dia honor lepas dan sudah dipecat, dan saat ini menjalani
proses hukum. Namun saat kejadian itu saya tidak ada di tempat jadi tidak tahu," kata kata
Kepala Sekolah SMAN 7 Kota Ternate, Ibrahim Mahmud, di Ternate, seperti dilansir dari Antara,
Jumat (16/10). Ibrahim mengutarakan, Fajrin awalnya tercatat sebagai honorer lepas diangkat
oleh sekolah, buat menutupi kekurangan tenaga guru. Bahkan dia mengaku, kalau dia tidak
berada di sekolah, maka sering terjadi tindakan kekerasan di sekolah tersebut. Karena itu, buat
mengantisipasi hal ini tidak terulang ke depan, akan diberikan pembinaan kepada para guru
yang ada di sekolah. Selain itu, dari pihak keluarga korban, kata Ibrahim, telah memintanya
memutasi enam guru lainnya dari sekolah itu. "Selain memecat guru Fajrin, ada enam guru
lainnya juga terancam dimutasikan ke sekolah lain. Ini sesuai permintaan dari pihak korban,
karena keamanan juga tidak kondusif saya sudah sampaikan ke Kepala Dinas dan itu
kewenangan Diknas," sambung Ibrahim. Hanya saja, Ibrahim masih pikir-pikir melakukan mutasi
karena jumlah tenaga pendidik di sekolahnya terbatas. Jika enam guru itu dipindahkan, maka
akan sangat berdampak terhadap aktivitas belajar mengajar di sekolah. Sementara itu, Kepala
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Ternate, Mochdar Din, ketika dikonfirmasi menyatakan, sudah
memerintahkan kepada Ibrahim mencopot Fajrin."Guru semestinya dapat memberikan
pembinaan kepada siswa sesuai dengan fungsi pendidikan yang benar-benar diharapkan, atau
sesuai dengan konsep pendidikan sekarang, yakni transfer intelejensi yang disertai dengan
karakter yang juga harus diikutsertakan dalam konsep pendidikan," kata Mochdar

ANALISIS SECARA UMUM:

Dalam berita diatas, dituliskan bahwa Fajrin yang merupakan seorang guru honorer melakukan
tindakan kekerasan terhadap muridnya hingga muridnya meregang nyawa. Bukan hanya dalam
etika seorang guru, dalam kehidupan keseharianpun tindakan ini dianggap tidak beretika. Sebab
kekerasan bukanlah hal yang terdapat dalam ajaran-ajaran Pancasila di Indonesia. Seperti ada
tertulis “kemanusiaan yang adil dan beradab” kemudian “kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan dalam permusyawaratan pancasila”. Fajrin sebagai rakyat Indonesia sudah
melanggar dasar-dasar kenegaraan. Dimana setiap masalah diharapkan diselesaikan dengan
jalan musyarakat. Serta tidak mengenakan seragam batik tidaklah sebanding dengan sebuah
nyawa. Dalam kehidupan di sekolah, siswa yang meninggal juga bersalah sebab tidak mengikuti
peraturan yang ada disekolah tersebut dengan sebaik-baiknya. Bahkan siswa tersebut dituliskan
diatas bahwa dia hendak membalas perlakuan Fajrin yang dalam kejadian diatas merupakan
gurunya di sekolah. Namun pembalasan oleh Fajrinpun sangat disayangkan sebab sungguh
lepas kendali.

ANALISI SECARA ETIKA PROFESI GURU:

Terdapat beberapa kode etik guru yang dilanggar oleh Fajrin selaku guru yang melakukan
kekerasan, beberapa hal tersebut adalah:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang berpancasila Fajrin dalam hal ini tidak mendidik muridnya dengan baik, dan tidak
membentuk manusia pembangunan yang berpancasila. Melalui jalan penyelesaian masalah
yang dilaluinya, Fajrin meninggalkan memori ajaran yang tidak baik, tidak hanya kepada saksi
mata, tetapi juga terhadap siswa-siswa lainnya. Seorang guru seperti Fajrin tidak mungkin
membentuk manusia pembangunan yang berpancasila, sebab dirinya tidak melaksanakan
pancasila.
2. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan Fajrin dalam prosesnya memperoleh informasi tidak dengan cara
yang baik, sehingga prosesnya dalam melakukan bimbingan dan pembinaan juga tidak dengan
cara yang baik.

3. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan Dengan adanya
kejadian ini, tentu saja menciptakan hubungan yang tidak baik antara Fajrin, orang tua korban,
urang tua murid yang lain, serta masyarakat disekitar sekolah. Jangankan untuk membina peran
serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, kerukunan dalam kehidupan
keseharian saja akan sulit dijaga.

SOLUSI

1. Tingkatkan pengawasan di sekolah, Jika pada saat itu, pengawasan sekolah ketat, maka
tindakan Fatjrin memungkinkn untuk segera dihentikan.

2. Adakan pegecekan kesehatan tahunan untuk guru. karena kondisi mental yang buruk dapat
menjadi alasan guru melakukan tindak kekerasan.

2. Akibat Dari Kasus Kepribadian Dan Etika Profesi Guru

Ada akibat yang muncul dari kasus kepribadian & etika terhadap profesi guru:

1. Mengaburkan fungsi guru sebagai sosok panutan atau teladan yang baik terhadap anak didik.

2.Adanya sikap sinis dan tidak percaya dari masyarakat terhadap profesi guru karena dianggap
tidak bisa membuat anak didik menjadi lebih baik.

3.Mengaburkan profesi Guru sebagai pembimbing atau orang tua kedua buat anak didik
4.Dengan adanya kasus etika profesi guru maka profesi seorang guru di mata masyarakat
semakin rendah.
Membahas Kasus Pelanggaran Etika Guru

Seperti yang telah dibahas sebelumnya mengenai Etika Profesi seorang Guru, bahwa seorang
guru itu harus memiliki tanggung jawab yang besar terhadap profesinya. Dari contoh kasus
diatas, dapat dikatakan bahwa profesionalitas seorang guru didaerah Kabupaten Karimun ini
perlu diperhatikan. Sebagaimana kita tahu bahwa seorang guru itu memiliki imege yang sudah
tertanam dengan baik dan tidak sepatutnya disalahgunakan. Kejadian di Kabupaten Karimun
yang melibatkan profesi guru ini sebetulnya dikarenakan kurangnya rasa tanggung jawab dari
masing-masing pribadi dari seorang profesi guru itu. Kalau kita lihat dari kaidah-kaidah pokok
dari etika profesi seorang guru yaitu:

pertama: harus dipandang sebagai suatu pelayanan karena itu maka bersifat tanpa pamrih
menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi,

kedua: Pelayanan profesi dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu kepada
kepentingan atau nilai-nilai luhur,

ketiga: Pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan,

keempat: agar persaingan profesi dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat
menjamin mutu dan peningkatan mutu pengembangan profesi. Sepatutnya seorang profesi
guru itu mempunyai rasa tanggung jawab yang besar dan mempunyai pemikirann yang kuat
atas kaidah kaidah pokok dari etika profesi seorang guru itu, sehingga tidak ada keinginan
ataupun niat untuk menyalahgunakan profesi dari seorang guru tersebut. Kasus pelanggaran
etika yang terjadi ini tentunya bukan tanpa sebab. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap
kehidupan para guru menjadi pemicu utama. Hal ini dapat terlihat dari fenomena yang terjadi.
masih banyaknya guru-guru yang memiliki taraf hidup di bawah rata rata. Padahal mereka pun
memiliki keluarga yang harus dihidupi.

Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kasus Kepribadian Dan Etika Profesi Guru
1.Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum guru yang melakukan
kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru sebagai salah satu profesi yang salah
satu tugasnya adalah memberi keteladanan yang baik terhadap peserta didik.

2.Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi yang ketat,agar
mampu menghadapi setiap karakter peserta didik.

3.Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya sesuai kode etik
keguruan.

4.Mengadakan pelatihan pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi peserta didik yang
berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu menangani siswa yang karakternya nakal
atau bandel.

5.Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya. Apabila guru
memahami tingkahlaku peserta didik dan perkembangan tingkah laku itu, maka strategi,
metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara lebih efekuf.

6.Tugas yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada peserta didik adalah
menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keyakinan dan penghargaan terhadap
dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap belajar secara berangsur-angsur
dalam diri peserta didik.

7.Sesuai dengan pendapat Prayitno, bahwa pembelajaran harus sesuai konsep HMM (Harkat
dan Martabat Manusia).

Solusi-Solusi yang kiranya dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam menangani


permasalahan diatas yaitu:

1. Konsistensi pemerintah dalam menangani masalah tersebut harus perlu ditingkatkan.


2.Pemerintah harus bekerja sama dengan PTN dan PTS yang memiliki jurusan pendidikan agar
dapat menciptakan calon calon pengajar yang benar-benar memiliki mental seorang pengajar
yang profesional.

3.Pemerintah harus benar-benar memegang konsistensi terhadap pernyataan para calon


pengajar yang berbunyi “siap ditempatkan dimana saja”, sehingga setelah para calon pengajar
terangkat menjadi PNS tidak mudah untuk mengajukan pindah tempat sesuai keinginan mereka
melainkan perlu alasan yang kiranya dapat diterima.

4.Pemerintah harus benar-benar menjalankan amanat undang-undang yaitu 20 ?o APBN untuk


pendidikan sehingga pembangunan infrastruktur pendidikan yang dapat mendukung akses
sebagai penjamin mutu dapat terlaksana dengan baik.

5. Membuat perjanjian dengan calon guru untuk sanggup mengajar dimanapun ditempat
terpencil.

6.Memberikan fasilitas yang sama dengan guru yang mengajar di prkotaan dengan di pedesaan.

7.Memberikan tunjangan lebih kepada guru yang mengajar di tempat terpencil.

8.Memperbaiki akses transportasi agar bisa mengajar dengan lancar dan tidak terkendala
waktu.

9.Menindak lanjuti atau member hukuman atau mutasi tugas kepada guru yang mengajar
diperkotaan tapi tidak mengajar dengan baik dan sesuai dengan kode etik.

ANALISIS TINDAKAN PENYELESAIAN .

Seharusnya tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib ( kepolisian ) karena mungkin sang
guru memukul anak didik tersebut untuk memberikan efek jera , akan tetapi juga tidak harus
dengan menggunakan kekerasan. Sang guru cukup memberikan beberapa nasehat yang baik
kepada korban , apabila nasehat tersebut tidak memberikan efek jera maka bisa juga dengan
pemanggilan yang dilakukan guru tersebut terhadap ke dua orang tua korban dan
membicarakan baik-baik (musyawarah) dengan kedua orang tua korban apabila sang korban
berperilaku buruk disekolah. Karena kekerasan tidak akan memberikan penyelesaian.

ANALISIS TINDAKAN PENCEGAHAN

1. Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum guru yang melakukan
kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru sebagai salah satu profesi yang salah
satu tugasnya adalah memberi keteladanan yang baik terhadap peserta didik.

2. Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi yang ketat,agar
mampu menghadapi setiap karakter peserta didik.

3. Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya sesuai kode etik
keguruan.

4. Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi peserta didik yang


berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu menangani siswa yang karakternya nakal
atau bandel.

5. Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya. Apabila guru
memahami tingkahlaku peserta didik dan perkembangan tingkah laku itu, maka strategi,
metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara lebih efektif

Kesimpulan

Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan
dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi.
Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih
sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi.
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas
dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik. apa yang benar dan apa yang
salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.
Kode etik profesi berfungsi sebagai pelindung dan pengembangan profesi. Dengan telah adanya
kode etik profesi, masih banyak kita temui pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan
profesi. Apalagi jika kode etik profesi tidak ada. maka akan semakin banyak terjadi pelanggaran.
Akan semakin banyak terjadi penyalah gunaan profesi.

3. TEMPO.CO, Jakarta - Seorang siswa sekolah menengah atas negeri di Bandung tidak naik
kelas lantaran mendapat satu nilai nol untuk mata pelajaran matematika di rapornya. Orang tua
siswa tersebut protes dan berencana mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia. "Ada
hak-hak anak yang dizalimi," kata Danny Daud Setiana, orang tua siswa tersebut, di Lembaga
Bantuan Hukum Jakarta, Ahad, 4 September 2016. Daud menjelaskan, anaknya akhir-akhir ini
sakit di bagian mata sehingga lambat mengumpulkan tugas, termasuk tugas kelompok
matematika. Padahal, kata Daud, anaknya termasuk berprestasi karena pernah mewakili
sekolahnya dalam olimpiade biologi tingkat wilayah Kota Bandung. Daud menilai perilaku
anaknya di sekolah hampir sama dengan siswa lain. Hanya, anaknya itu lebih pendiam sehingga
terasing dari teman-temannya. Daud sudah mengajukan protes ke sekolah dan meminta
anaknya diberi kesempatan untuk memperbaiki nilai. Namun permintaannya itu tidak
ditanggapi. "Jawabannya, ini sudah hasil rapat dewan guru. Itu adalah ketetapan, tidak bisa
diubah lagi," kata Daud. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Listyarti,
menduga ada unsur kelalaian guru matematika, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, serta
kepala sekolah dalam pemberian nilai nol kepada anak tersebut. "Tidak mungkin siswa
memperoleh nilai nol di rapor," kata Retno. Sebab, menurut dia, ketentuan penilaian rapor
dalam kurikulum 2013 adalah nilai semester ganjil dan genap diakumulasikan, sehingga muncul
nilai semester akhir. Retno berpendapat, guru yang memberi nilai nol sehingga anak tidak naik
kelas termasuk tindakan kekerasan psikis terhadap anak. Hal itu diatur dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak. "Setelah menganalisis kejadian ini, pemberian nilai nol ini sangat
memprihatinkan dan mencemarkan nama baik guru Indonesia."

Dia menduga terjadi kesalahan dalam proses dan sistem pengolahan nilai. Retno meminta
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Inspektorat Provinsi Jawa Barat,
Gubernur Jawa Barat, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat turun tangan menuntaskan hal
ini.

Seorang siswi kelas X SMAN di Bandung, Jawa Barat berinisial DP mengadukan perlakuan guru
Matematikanya, yang memberikan nilai nol di rapor semester genap, ke Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI). Dia juga mengadukan guru Bahasa Indonesia yang memberikan nilai 38.

Ayah DP, DS mengatakan, akibat pemberian nilai rendah itu putrinya tidak naik kelas. Jika
memang anaknya malas dan tak mau belajar, dia menerima alasan guru tak menaikan kelas.

"Jadi memang anak saya tidak sempat masuk dua minggu di awal semester. Itu karena sakit
mata. Kemudian setelah masuk, langsung ditawari untuk ikut Olimpiade Biologi oleh sekolah,"
ujar DS di kantor LBH Jakarta, Minggu (4/9/2016).

"Otomatis, mendapatkan pelatihan khusus satu minggu. Jadi enggak bisa ikut pelajaran,"
sambung dia.

DS menjelaskan, alasan sakit mata dan ikut olimpiade tersebut menimbulkan polemik bagi guru
Matematika dan Bahasa Indonesia. Bahkan, ada teguran langsung dari gurunya.

"Pernah ada kata, 'emang pelajaran Biologi lebih penting daripada pelajaran saya?' Itu guru
Bahasa Indonesianya," ungkap dia.

DS mengatakan, pihaknya mengupayakan bermediasi dan menjelaskan ketidakikutsertaan


anaknya dalam kelas. Namun, hasilnya tetap sama.

"Jadi kami orangtua sudah menjelaskan. Kami kira sudah selesai masalahnya, ternyata anak
kami tak naik kelas," kata dia.

Di tempat yang sama, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti juga
mendukung pengaduan kasus tersebut ke KPAI. Dia menilai tidak mungkin seorang guru
memberikan nilai nol di rapor, jika mengacu Kurikulum 2013.
"Pemberian nilai nol kepada peserta didik oleh guru Matematika SMAN di Bandung sangat
memprihatinkan dan telah mencemarkan nama baik guru Indonesia. Hal ini jelas guru tidak
memahami dan salah tafsir Kurikulum 2013," pungkas Retno.

Kode Etik Dalam Pendidikan Islam

Kode Etik merupakan Pedoman tingkah laku yang harus di ikuti dan ditaati oleh anggota-
anggota suatu tertentu. Kode Etik yang tercantum dalam Kode Etik guru Indonesia merupakan
pedoman guru Indonesia dalam mengabdikan dirinya dengan rasa penuh tanggung jawab.
Pengabdian yang dilakukan guru harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bangsa, negara dan masyarakat. Kode Etik itu dirumuskan berdasar pada nilai-nilai standar
keilmuan dan keahlian. Para Ulama’ islam memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
kode etik guru ini, yaitu berkaitan dengan keimanan kepada Allah SWT dan bagaimana menjadi
Guru yang dapat mensyiarkan agama Islam dan mencerminkan al-akhlak al-Karimah,
diantaranya :

a. Etika Guru Menurut K.H.M Hasyim Asy’ ariAda dua puluh etika guru terhadap dirinya
sendiri yaitu :
1. Agar selalu istiqomah dalam muraqobah kepada Allah SWT.
2. Senantiasa berlaku Khauf (takut kepada Allah) dalam segala ucapan dan tindakan.
3. Senantiasa bersikap tenang.
4. Senantiasa bersikap wara’ (meninggalkan perkara syubhat dan meninggalkan perkara yang
tidak bermanfaat).
5. Selalu bersikaf tawadlu’ (merendahkan diri terhadap mahluk dan melembutkan diri kepada
mereka, atau patuh kepada kebenaran, dan tidak berpaling kepada hikmah, hukum dan
kebijaksanaan).
6. Selalu khusyu’ kepada Allah SWT.
7. Menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan.
8. Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga untuk mencapai keuntungan duniawi.
9. Tidak diskriminatif terhadap murid.
10. Bersikap zuhud dalam urusan dunia sebatas apa yang ia butuhkan.
11. Menjauhkan diri dari tempat yang rendah dan hina menurut manusia.
12. Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat.
13. Agar selalu menjaga siar-siar islam dan zahir-zahir hukum, seperti shalat berjamaan di
masjid.
14. Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang mengandung unsur bid’ah.
15. Membiasakan melakukan hal sunnah yang bersifat syari’at.
16. Bergaul dengan ahlak yang baik.
17. Membersihkan hati dan tindakannya dari akhlak yang jelek dan dilanjutkan dengan
perbuatan yang baik.
18. Senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan bersungguh- sungguh dalam
setiap aktivitas ibadah.
19. Tidak boleh membeda-bedakan status, nasab, dan usia dalam mengambil hikmah dari
semua orang.

20. Membiasakan diri untuk menyusun atau merangkum

b. Etika Guru Menurut K.H. Ahmad Dahlan

Syarat-syarat guru adalah sebagai berikut :


1. Muslim
2. Mempunyai kemampuan dan kecakapan yang diperlukan
3. Anggota/calon anggota/simpatisan organisasi (muhammadiyah atau aisyiyah).
4. Loyal terhadap persyarikatan dan perguruan.
5. Berjanji untuk memenuhi persyaratan khusus yang dimufakati bersama antara yang
bersangkutan dengan bagian pendidikan dan pengajaran.
c. Etika Guru menurut K.H. Imam Zarkasyi
Mengingat pentingnya tugas guru, maka guru harus memiliki sifat khusus yang memungkinkan
pelaksanaan tugasnya dengan cara sebaik mungkin, sifat itu bertalian dengan fisik, intelektual
dan moral, yaitu :
1. Mempunyai akhlak yang mulia dan bebas dari perbuatan buruk

2. Mempunyai niat dengan penuh keikhlasan dalam pekerjaannya dan bersungguh-sungguh


dalam tugasnya.
3. Sehat badan, kuat jasmani dan pikirannya.
4. Suci dari cacat badan yang merendahkan (martabat guru)
5. Mengetahui dasar pendidikan dan metode mengajar.
6. Mengetahui ilmu jiwa (psikologi)
7. Penuh bacaan dengan berbagai refrensi/literatur, sehingga menjadikannya orang yang
menguasai materi.
8. Cakap dalam memilih materi yang terpercaya kebenarannya, relevan dengan zaman dan
kemampuan murid.
9. Cakap dalam menyusun materi secara logis dan tertulis dalam buku persiapan mengajar.
10. Mampu mentransformasi pengetahuan kepada pikiran murid dan sekaligus
pemahamannya.
11. Bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya, senang dan giat dalam melaksanakan tugasnya.
12. Berair muka yang jernih (tidak murung dan kerut) dengan penuh kasih sayang dan baik
dalam perlakuannya

13. Mempunyai persiapan dan kesiapan dalam tugasnya dan cakap dalam membangkitkan
murid dengan penuh kasih sayang.
14. Mampu membangkitkan kreatifitas murid dengan berbagai ilmu dan seni.

15. Mampu memberikan kerinduan murid dalam pelajaran.

16. Mampu dalam menguasai kelas dan dapat menjalin jalinan rohani (psikolgis) antara
mudarris dan murid.
17. Bertindak bijaksana dan adil dalam melakukan hukuman/sanksi terhadap murid.
18. Matanya harus selalu awas, penuh perhatian dan cukup keberanian.
19. Bersifat sabar, penuh kasih sayang terhadap murid.
20. Suaranya harus jelas dan terang, berwibawa dan membekas dalam jiwa.
21. Mengerti tujuan masing-masing pelajaran dan mengetahui pokok- pokok penting dalam
pelajaran.
22. Mejaga kebersihan badan dan pakaiannya

Dari kejelasan karangka teoritis yang telah dikemukakan, maka dapat di rumuskan beberapa
konsep operasional di bawah ini. Seningga pelaksanaan kode etik guru dikatakan baik apabila
sesuai dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Guru datang sekolah sesuai waktu yang telah di atur oleh sekolah tersebut
2. Guru memiliki sifat yang adil dalam semua tindakan

3. Guru bersikap ramah dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkonsultasi
tentang masalah mereka.
4. Guru saling bertukar informasi dengan orang tua atau wali siswa untuk mengetahui keadaan
siswa.

5. Dalam mengajar guru menggunakan metode yang berwariasi dan mengajak siswa aktif dalam
belajar.

6. Guru memberikan pelajaran tambahan kepada siswa yang mendapatkan nilai rendah.

7. Komunikasi guru dengan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah dilandaskan pada kasih
sayang.
8. Guru selalu menutup setiap akhir kegiatan belajar mengajar dengan do’a.
9. Guru menghargai sikap, pendapat dan pandangan semua orang terutama siswa
10. Guru memakai pakaian yang rapi
11. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian.
12. Guru menciptakan dan memelihara antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja
maupun dalam hubungan keseluruhan.
13. Guru bersama-sama memelihara, membina dan meningkatan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.

Pendapat para ahli

Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana yang dikutip oleh
Sudarno, dkk, mengemukakan : Etika berasal dari kata Eticha yang berarti ilmu kesopanan, ilmu
kesusilaan. dan kata Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti, kemanusiaan).

Hal ini juga menjelaskan bahwa guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya sebagai
pengajar. Sehingga dapat diartikan bahwa kode etik guru itu ialah sebagai sejumlah nilai dan
norma sebagai satu kesatuan yang menjadi pedoman sikap dan tingkah laku para pejabat yang
mengaku keahliannya dalam menajalankan tugas atau pekerjaannya sehari-hari.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kode etik guru pada dasarnya tidak
lain dari sejumlah nilai dan norma yang mengatur dan mengarahkan tentang bagaimana
seorang guru mengekspresikan diri dengan mempertegas kedudukan dan peranannya sekaligus
untuk melindungi profesinya.
Sehubungan dengan pembahasan tentang etika yang harus dimiliki guru, maka Hendiyat
Soetopo mengemukakan beberapa etika jabatan guru sebagai berikut:
a. Bertakwa kepada tuhan yang maha esa
b. Berdisiplin dalam menjalankan tugas-tugas jabatan
c. Bertanggung jawab atas segala tugas yang diembankan kepadanya
d. Beritikat baik dalam melaksanakan jabatannya

e. Jujur
f. Susila dalam sikap
g. Dapat memegang rasia jabatan
h. Tidak melibatkan diri dalam hal-hal diluar jabatan yang mengganggu Tugas pokok jabatan
i. Menjunjung tinggi keadilan dan kebesaran dalam melaksanakan tugas
j. Tabah dan sabar dalam melaksanakan tugas
k. Bijaksana dan teliti dalam menyelesaikan segala persoalan
l. Bersedia mengabdi kepada jabatan
m. Rela berkorban untuk kepentingan jabatan
n. Berbudi luhur dan berbaik hati
o. Bersedia bekerja sama dengan rekan-rekan lain
p. Menjaga nama baik sekolah atau tempat dimana ia bekerja
q. Memandang mulia jabatannya

r. Kasih sayang pada rekan-rekan dan anak didik


s. Ramah tamah dalam pergaulan
t. Pakaian bersih, rapi dan sopan sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Disamping itu juga Kode etik guru dirumuskan sebagai hasil kongres PGRI XIII pada 21-25
November 1973 di Jakarta. Tentang rumusan kode etik guru yang merupakan karangka
pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya ada sembilan, yaitu:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang berpancasila
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing
c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara huungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya demi kepentingan anak didik
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat dilingkungan sekolah maupun
masyarakat luas untuk kepentingan pendidikan

f. Guru secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutunya
g. Guru menciptakan dan memelihara antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja
maupun dalam hubungan keseluruhan
h. Guru bersama-sama memelihara, membina dan meningkatan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya

i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam


bidang pendidikan.

Beradasarkan uraian di atas dapat diketahui kode etik yang harus dilaksanakan oleh seorang
guru dan apabila kode etik itu terlaksana dengan baik, maka hubungan baik dan interaksi antara
guru dengan siswanya dapat berjalan dengan baik. Selain itu hendaknya hubungan baik dengan
sesama guru, atasan, masyarakat, lingkungan sekolah dan lainnya berjalan dengan baik juga.

Anda mungkin juga menyukai