Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang penduduknya cukup
banyak, yaitu sekitar 268 juta orang. Dan termasuk didalamnya adalah millennial.
Dalam Proyeksi Penduduk Indonesia yang dikemukakan oleh BPS dan dikutip oleh
Tirto.id, persentase millennial di Indonesia adalah 23,77 persen dari jumlah penduduk
Indonesia yang jumlahnya hampir 268 juta. Artinya bahwa, hampir seperlima
penduduk Indonesia adalah millennial. Siapa sih millennial itu sebenarnya? Millennial
atau generasi Y menurut dbs.com adalah mereka yang berumur 19-30 tahunan. Lalu
kenapa millennial ini dianggap berbeda oleh kita? Karena mereka sangat berbeda
dengan generasi sebelumny, yaitu generasi X dalam segi apapun. Millennial sejak
kecil sudah menonton TV berwarna sedangkan generasi X masih hitam putih, bahkan
untuk menonton TV saja harus pergi kerumah tetangga karena hanya satu-satunya TV
di kampong mereka. Maka, millennial menjadi salah satu perhatian dan bahkan bisa
menjadi keprihatinan bagi orang tuanya, yang mana mayoritas adalah generasi X.
Budaya di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari budaya batak, betawi,
sunda, jawa dan lain sebagainya. Keragaman budaya itu ada yang masih melestarikan
dan ada juga yang tidak. Namun, di tengah-tengah budaya Indonesia yang sangat
beragam terdapat budaya-budaya serapan dari luar Indonesia yang mana merupakan
produk dari globalisasi. Salah satu budaya yang menjamur adalah budaya Korea
selatan.
Millennial Indonesia dan korea sangatlah tidak asing, bahkan millennial
Indonesia hampir identik dengan Korea. Selain karena banyak sekali penikmat K-Pop
dan drama-drama korea, millennial Indonesia juga banyak mengidolakan seseorang
diantara actor atau penyanyi dari grup band K-Pop. Kami memilih budaya asing korea
dan millennial karena budaya korea memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat
Indonesia umumnya dan budaya Indonesia khususnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan budaya ?


2. Factor apa saja yang mempengaruhi budaya asing (budaya Korea) datang ke
Indonesia ?
3. Factor apa saja yang menyebabkan masyarakat millennial tertarik dengan
budaya asing (Korea) ?
4. Seberapa besar pengaruh budaya Korea dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Penelitian
3.1 Untuk mengetahui pengertian budaya.
3.2 Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi budaya asing datang ke
Indonesia.
3.3 Untuk mengetahui penyebab masyarakat millennial dengan budaya asing.
3.4 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya asing (Korea) dalam
kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber informasi dan memperkaya ilmu pengetahuan, supaya
masyarakat Indonesia faham akan budaya asing yang menjadi trend
hampir di seluruh dunia.
2. Manfaat Penulis
Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan tentang budaya asing.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Budaya ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya )

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu culture. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Millennial (https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial)

Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas[1]) adalah


kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk
awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an
sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an
sebagai akhir kelahiran.
Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua.
Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo Boomers" karena adanya 'booming'
(peningkatan besar), tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an. Untungnya di abad
ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil di negara-negara maju terus berkembang,
sehingga dampak relatif dari "baby boom echo" umumnya tidak sebesar dari masa ledakan
populasi pasca Perang Dunia II.

K-Pop

K-pop, kepanjangannya Korean Pop ("Musik Pop Korea"), adalah jenis musik populer yang


berasal dari Korea Selatan . Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus
batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop
merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai
negara.

Musik pop Korea pra-modern pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya
musik pop Jepang yang juga turut memengaruhi unsur-unsur awal musik pop di
Korea. Penjajahan Jepang atas Korea juga membuat genre musik Korea tidak bisa
berkembang dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop Jepang pada saat itu. Pada
tahun 1950-an dan 1960-an, pengaruh musik pop barat mulai masuk dengan banyaknya
pertunjukkan musik yang diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan.
Musik Pop Korea awalnya terbagi menjadi genre yang berbeda-beda, pertama adalah genre
"oldies" yang dipengaruhi musik barat dan populer di era 60-an. Pada tahun 1970-an, musik
rock diperkenalkan dengan pionirnya adalah Cho Yong-pil. Genre lain yang cukup digemari
adalah musik Trot yang dipengaruhi gaya musik enka dari Jepang.
Debut penampilan kelompok Seo Taiji and Boys pada tahun 1992 menandakan awal mula
musik pop modern di Korea yang memberi warna baru dengan aliran musik rap, rock, techno
Amerika. Suksesnya grup Seo Taiji and Boys diikuti grup musik lain seperti Panic, dan Deux.
Tren musik ini turut melahirkan banyak grup musik dan musisi berkualitas lain hingga
sekarang. Musik pop dekade 90-an cenderung beraliran dance dan hip hop. Pasar utamanya
adalah remaja sehingga dekade ini muncul banyak grup “teen idol” yang sangat digilai
seperti CLON, H.O.T, Sechs Kies, S.E.S, dan g.o.d. Kebanyakan dari kelompok musik ini
sudah bubar dan anggotanya bersolo-karier.
Pada tahun 2000-an pendatang-pendatang baru berbakat mulai bermunculan. Aliran musik
R&B serta Hip-Hop yang berkiblat ke Amerika mencetak artis-artis semacam MC
Mong, 1TYM, Rain, Super Junior, Big Bang yang cukup sukses di Korea dan luar negeri.
Beberapa artis underground seperti Drunken Tiger, Tasha (Yoon Mi-rae) juga memopulerkan
warna musik kulit hitam tersebut. Musik rock masih tetap digemari di Korea ditambah
dengan kembalinya Seo Taiji yang bersolo karier menjadi musisi rock serta Yoon Do Hyun
Bandyang sering menyanyikan lagu-lagu tentang nasionalisme dan kecintaan terhadap
negara. Musik techno memberi nuansa modern yang tidak hanya disukai di Korea saja,
penyanyi Lee Jung-hyun dan Kim Hyun-joong bahkan mendapat pengakuan di Cina dan
Jepang. Musik balada masih tetap memiliki pendengar yang paling banyak di Korea. Musik
balada Korea umumnya dikenal dengan lirik sedih tentang percintaan, seperti yang
dibawakan oleh Baek Ji Young, KCM, SG Wannabe, dan sebagainya. Musik balada
umumnya digemari karena sering dijadikan soundtrack drama-drama televisi terkenal
seperti Winter Sonata, Sorry I Love You, Stairway to Heaven dan sebagainya.
Berbagai artis Korea menangguk kesuksesan di dunia internasional seperti BoA yang
menembus Jepang dan digemari di banyak negara. Kemudian artis-artis lain
seperti Rain, Se7en, Shinhwa, Ryu Shi-won, dan sebagainya berlomba-lomba untuk
menaklukkan pasar musik di Jepang. Rain tercatat sebagai artis Asia pertama yang
mengadakan konser internasional bertajuk RAINY DAY 2005 Tour, di Madison Square
Garden.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kita gunakan adalah metode wawancara dan observasi
dengan sebagian pengunjung Alun-Alun Kota Tangerang. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian hanya menggambarkan keadaan
objek, tidak ada maksud untuk menggeneralisasi hasilnya.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian/Observasi tentang Pengaruh Budaya Asing Terhadap Masyarakat
Millenial telah dilaksakan pada Sabtu, tanggal 6 April 2019 tepatnya pada pukul
15.00 WIB berlokasi di Alun – Alun Kota Tangerang.

3.3 Instrumen Pengambilan Data


Panduan wawancara
Penelitian kami melibatkan wawancara sebangai teknik pengumpulan data
dengan alat bantu alat rekam untuk mempermudah kami mengumpulkan data. Dengan
alat rekam tersebut kami bisa mendapatan narasi detail melalui transkip apabila
wawancara direkam.
BAB 4
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara, kami mendapat bahwa narasumber sudah mengenal


budaya Korea sejak kelas 1 SMP atau sekitar 12-13 tahun. Namun, narasumber belum
terpengaruh banyak oleh budaya Korea karena hanya mengetahui bahwa ada grup
penyanyi lelaki atau biasa disebut dengan Boyband. Namun, ketika sudah menduduki
bangku SMA narasumber sudah mulai tertarik dengan budaya Korea. Awalnya hanya
melihat tantenya yang rajin menonton Drakor atau Drama Korea yang bisa di tonton
di internet atau stasiun TV kabel. Lalu, setelah itu barulah tertarik hingga terpengaruh
untuk menonton, mendengarkan lagu bahkan belajar bahasa Korea dan hampir di
gunakan sehari-hari. Dan narasumber kami juga tertarik dengan budaya Korea karena
paras laki-laki di korea yang hampir sempurna, baik dari segi warna kulit,
ketampanan, tinggi badan dsb.

Dari jawaban narasumber diatas, kami menemukan bahwa millennial


Indonesia memang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Ini adalah salah satu
contoh dari pengaruh globalisasi di era ketika mereka dilahirkan, pasalnya millennial
besar dan berkembang di era globalisasi yang masiv. Budaya sing dinilai menarik
oleh millennial karena memang budaya Indonesia masih banyak yang belum di
sebarkan melalui alat komunikasi modern, seperti media sosial, berita TV dan lain
sebagainya. Bahkan, acara di TV atau iklan pun mengambil actor dan aktris dari
Negara korea, artinya budaya mereka sangat diminati oleh millennial bahkan
masyarakat Indonesia, karena yang perlu kita ketahui sekarang bahwa TV kebanyakan
tidak menampilkan tontonan yang baik dan Family Friendly. Melainkan mereka
hanya mengejar rating yang dapat menghasilkan uang. Media sangat berpengaruh
bagi perkembangan budaya Indonesia, pasalnya sedikit sekali stasiun TV yang
menampilkan budaya-budaya dan keindahan alam Indonesia. Selain TV, media sosial
seperti Youtube, Whatsapp, Line dan lain sebagainya juga perlu menjadi sorotan,
terutama Youtube. Youtube adalah platform pengunggah video terbesar saat ini,
youtube juga sangat berpengaruh bagi kebudayaan Indonesia. Mengapa? Karena
millennial atau bahkan manusia abad ini menjadikan youtube tontonan nomor 1, atau
bahkan ada yang tidak punya TV, yang penting punya Handphone untuk menonton
youtube.

Yang sudah kita ketahui bersama bahwa, narasumber kita dipengaruhi oleh
tantenya yang rajin menonton drama korea setiap hari. Menurut kami, ini
menunjukkan bahwa memang sangat diperlukan filter dalam penyerapan budaya asing
atau dalam menghadapi globalisasi, media adalah salah satu factor terbesar bebasnya
budaya asing yang masuk ke Indonesia dan tidak ada filter didalamnya. Memang,
kalau kita tidak merespon modernasasi akan lambat perubahan dan pergerakan bangsa
ini menjadi yang lebih baik, akan tetapi harus kita ingat bahwa ada budaya Indonesia
yang harus dan wajib dijaga dan diakui oleh masyarakat Indonesia dan oleh millennial
khususnya, karena millennial lah generasi penerus bangsa.

Penjajahan dalam era globalisasi ini memang secara harfiah dan tersurat sudah
tidak terjadi, namun penjajahan juga memiliki beragam model hingga metode
penjajahan. Yang menjadi pertimbangan kami untuk mengangkat topic ini adalah
ketakutan kami akan penjajahan yang dilakukan dengan mencampuri atau bahkan
mempengaruhi masyarakat Indonesia dengan budaya asing. Menurut kami, ini akan
menjadi masalah yang sangat krusial apabila kita tidak menyadari dan mengajak
masyarakat untuk sadar bahwa fanatic terhadap sesuatu itu tidak baik.

Narasumber juga memberikan fakta bahwa terjadi perubahan dalam hidupnya


setelah mengenal budaya korea, yang memang sangat signifikan dan dirasakan baik
oleh dirinya sendiri dan orang lain. Perubahan positifnya adalah narasumber jadi rajin
menabung, walaupun memang menabungnya pun untuk membeli kuota malam untuk
menonton drama korea, menabung untuk membeli merchandise dari grup band pria
korea, bahkan membeli tas atau sesuatu yang berlogokan boyband korea. Perubahan
negatifnya adalah narasumber menjadi lupa waktu, lupa waktu mengerjakan tugas
baik rumah maupun tugas kuliah, lupa waktu untuk menyembah tuhannya, lupa waktu
untuk membersihkan, bahkan sampai lupa waktu untuk makan. Narasumber juga
merasa menghilang dari kehidupan realita sosialnya karena terlalu sibuk untuk
memegangi handphone nya dan membuka akun media sosial idolanya, bahkan sampai
menonton drama korea di tengah-tengah perkumpulan dengan teman-temannya, dan
tentunya narasumber menjadi fanatic terhadap budaya korea, yang mana seyogyanya
fanatismenya tersebut disalurkan kepada budaya kita sendiri, Indonesia.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Budaya adalah cirri khas suatu bangsa yang harus kita jaga kemurnian
dan keasliannya. Globalisasi adalah salah satu factor, atau bahkan bisa
menjadi factor terbesar penyebab kurangnya kepedulian masyarakat suatu
bangsa terhadap budayanya sendiri. Peran media juga sangat berpengaruh
terhadap masuknya globalisasi dan pemberdayaan atau pelestarian budaya.
Media adalah salah satu harapan untuk melestarikan budaya asli Indonesia
yang sangat unik dan beragam, media juga berperan sebagau filter dalam era
globalisasi, karena sangat penting bagi kita untuk mengkaji dan mendalami
persoalan sosial yang terjadi sekarang ini.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang telah diajarkan leluhur kita, akan


tersingkirkan apabila kita tidak menyortir atau menerima begitu saja budaya
luar yang masuk ke Indonesia. Dan perlu kita waspadai bersama, Indonesia ini
adalah Negara yang kaya dan banyak sekali SDM yang bisa menjadi bahan
untuk Negara lain, waspada terhadap penjajahan budaya yang diduga akan
dilakukan oleh sebagian Negara, termasuk korea.

5.2 Saran

Marilah sama-sama kita jaga dan lestarikan budaya Indonesia yang


menjadi cirri khas bangsa ini. Dan mari kita sortir dan filter globalisasi yang
masuk ke Indonesia dengan cara ‘merawat tradisi merespon modernisasi’
agar kita Indonesia mempunyai integritas dan budayanya tidak gampang di
klaim oleh Negara manapun

Anda mungkin juga menyukai