Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

BIOKIMIA FARMASI
“Bioenergetika”

Dosen Pengampu:

apt. Harni Sartika Kamaruddin, S. Si., M. Si.

Oleh:

Nama : Ice Damayanti

Nim : 212531292

Kelas :A

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2023
Bioenergitika adalah bagian dari biokimia yang berhubungan dengan transformasi
dan penggunaan energi oleh sel hidup. Seluruh reaksi kimia dalam kehidupan hanya
dapat berlangsung jika didukung energi yang cukup. Sumber energi kimia dalam kehidupan
tersebut adalah senyawa organik berenergi tinggi yang dikenal dengan ATP (Adenosin
Trifosfat). ATP adalah sumber energi langsung bagi semua kegiatan metabolisme di dalam
sel.

1. Transformasi Energi Dalam Klorofil (Fotosintesis)


Energi radiasi sinar matahari ditangkap oleh klorofil tumbuhan hijau. Melalui proses
fotosintesis, energi ini digunakan untuk mengikat CO2 dan H2O menjadi karbohidrat.
Jadi dalam proses ini terjadi transformasi dari energi cahaya yang berupa energi kinetic
menjadi energi kimia yang merupakan energi potensial.
Energi kimia ini disimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia senyawa organik hasil
fotosintesis, yaitu karbohidrat dan senyawa-senyawa organik lainnya.
Reaksi fotosintesis berlangsung dalam 2 fase yang berbeda, yaitu :
1. Reaksi terang
Terjadi dalam membrane tilakoid , menggunakan energy cahaya
matahari untuk memecah molekul air (2H2O  2H+ + O2 + 2e-). Oksigen dilepas ke
udara untuk membentuk molekul oksigen, sedangkan hydrogen ditangkap oleh NADP
menjadi NADPH2. Penangkapan energy cahaya selain untuk fotolisis juga digunakan
untuk pengubahan ADP (Adenosin Difosfat) menjadi ATP (Adenosin Trifosfat) yang
disebut fosforilasi. Jadi, pada reaksi terang dihasilkan NADPH dan ATP.
2. Reaksi gelap
Terjadi dalam stroma (Gambar 2.3), menggunakan NADPH dan ATP
untuk membentuk glukosa dari CO2 dan H2O yang selanjutnya digunakan untuk
membentuk senyawa pati, selulosa dan polisakarida lainnya sebagai hasil akhir proses
fotosintesis. Fase gelap pada prinsipnya adalah pemindahan hidrogen dari air hasil
hidrolisis pada fase terang oleh pembawa hidrogen (NADPH2) ke asam organic
berenergi rendah untuk membentuk karbohidrat yang berenergi tinggi. Reaksi reduksi
ini adalah penambahan electron dan atom hydrogen ke karbondioksida yang berakhir
dengan terbentuknya unit gula.

2. Transformasi energi oleh Mitokondria


Energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat dan senyawa organik lainnya akan
dipecah melalui proses respirasi di dalam sel organisme. Dari proses respirasi ini akan
dibebaskan sejumlah energi, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk
senyawa dengan ikatan fosfat yang mengandung energi tinggi yang disebut Adenosin
Tri Phosfat (ATP). Pengangkutan energy kimia lainnya di dalam sel adalah melalui
proses pengangkutan electron oleh koenzim khusus pembawa elekton, yaitu Nikotinamida
Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida
Phosfat (NADP).
Adenosin Triposfat (ATP) merupakan senyawa nukleosida triposfat yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu :
 Basa ( adenin )
 Gula ( Ribosa )
 3 gugus posforil yang terikat pada ribosa oleh ikatan ester posfat dan terikat satu
sama lain oleh ikatan posfoanhidrida
Ada tiga sumber utama posfat berenergi tinggi yang mengambil bagian dalam
konservasi/penangkapan energi :
 Glikolisis
Pembentukan netto 2 posfat berenergi tinggi yang terjadi akibat
pembentukan laktat dari satu molekul glukosa yang dihasilkan dalam dua reaksi,
yang dikatalis masing-masing oleh enzim posfogliserat kinase dan piruvat kinase.
 Siklus krebs (siklus asam sitrat)
Satu posfat berenergi tinggi dihasilkan langsung
pada tahap suksinil tiokinase.
 Posforilasi oksidatif
Merupakan sumber kwantitatif posfat berenergi tinggi
terbesar dalam organisasi aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses-proses ini
berasal dari oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan
O2.

3. Transformasi energi oleh sel


Energi yang terdapat di dalam ikatan fosfat (ATP) akan keluar saat akan digunakan oleh
sel untuk berbagai aktivitas kehidupan. Jika sel melakukan kegiatan, maka energi
kimiawi dari ikatan fosfat akan terlepas dan berubah menjadi energi bentuk lain seperti
energi mekanik untuk kerja kontraksi otot, energi listrik untuk meneruskan impuls
saraf, energi sintesis untuk membangun senyawa pertumbuhan, serta sisanya akan
mengalir ke sekeliling sel dan hilang sebagai energi panas. Dalam sistem kontraktil sel
otot kerangka terdapat 2 jenis filamen utama, yaitu :
 Filamen tebal, terdiri dari serangkaian molekul miosin berbentuk batang yang tersusun
secara paralel. Tiap-tiap molekul miosin memiliki kepala dengan ukuran besar, yang
sebenarnya merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ATP.
 Filamen tipis, terdiri dari 2 untaian serabut aktin yang saling membelit terhadap
sesamanya. Selama kontraksi otot, filamen tipis menyebabkan terjadinya pemendekan
keseluruhan serabut otot.
4. Hukum Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik akan membahas
mengenai hubungan antara energi panas dengan cara kerjanya. Energi tersebut dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun melalui hasil rekayasa
teknologi. Cara kerja di kebanyakan sistem teknologi dapat dijelaskan melalui
termodinamika. Bahkan sering disebut-sebut juga bahwa termodinamika ini menjadi
modal utama dari seorang sarjana teknik untuk merancang pompa termal, motor roket, rice
cooker, AC, hingga penyuling kimia.
Singkatnya, termodinamika ini menjadi salah satu cabang dari bidang ilmu fisika
teoritik yang berkaitan dengan hukum-hukum pergerakan panas dan perubahan dari panas
menjadi bentuk energi lainnya. Istilah termodinamika memang berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu “Therme” yang berarti ‘panas’ dan “dynamis” yang berarti ‘gaya’.
Keberadaan termodinamika ini tidak akan lepas dari kalor.
Kalor (Q) adalah sebuah energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain
akibat adanya perbedaan suhu. Apabila berkaitan dengan sistem dan lingkungan, maka
dapat dikatakan bahwa kalor menjadi energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan
atau energi yang berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika
suhu sistem lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem
menuju lingkungan. Sebaliknya, apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem,
maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju system. Kalor (Q) adalah sebuah energi
yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu. Apabila
berkaitan dengan sistem dan lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa kalor menjadi
energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari
lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari
suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya,
apabila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari
lingkungan menuju sistem.
Dalam sistem termodinamika, memiliki istilah-istilah tertentu, yakni:
a. Batas Sistem adalah garis imajiner yang membatasi sistem dengan lingkungannya.
b. Sistem Tertutup yaitu apabila sistem dan lingkungannya tidak terjadi pertukaran energi
atau massa, dengan kata lain energy atau massa tidak melewati batas-batas sistem.
c. Sistem Terbuka yaitu apabila energi dan massa dapat melintasi atau melewati batas-
batas sistem. Sistem dengan lingkungannya ada interaksi.

Keberadaan Hukum Termodinamika ini memang ada tiga bentuk, semuanya berasal
dari pondasi yang sama, yakni Hukum Awal alias Zeroth Law. Dalam Hukum Awal
Termodinamika ini menyatakan bahwa: “Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan
termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu sama
lain”.
a. Hukum Termodinamika I
Pada Hukum Termodinamika I ini menyatakan bahwa “Energi tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.” Sesuai
dengan bunyinya, maka energi yang diberikan oleh kalor pasti sama dengan kerja
eksternal yang dilakukan, ditambah dengan pemerolehan energi dalam karena adanya
kenaikan temperatur. Secara tidak langsung, Hukum Termodinamika I ini berkaitan
dengan kekekalan energi.
Apabila kalor diberikan pada sistem, maka volume dan suhu sistem tentu akan
bertambah (terlihat dengan mengembang dan bertambah panasnya sistem). Sebaliknya,
jika kalor diambil dari sistem, maka volume dan suhu sistem menjadi berkurang
(terlihat dengan sistem akan mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip inilah yang
menjadi hukum alam dan bentuk dari hukum kekekalan energi yang sejalan dengan
Hukum Termodinamika I. Suatu sistem yang telah mengalami perubahan volume
nantinya akan melakukan usaha. Sementara sistem yang mengalami perubahan suhu,
akan cenderung mengalami perubahan energi dalam. Jadi, keberadaan kalor yang
diberikan kepada sistem dapat menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Proses-proses dalam Termodinamika I dalam Hukum
Termodinamika I ini akan mengalami 4 proses, yakni:
 Proses Isotermal (Suhu Tetap)
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika, dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Proses termodinamika yang berlangsung
terutama dalam suhu konstan itulah yang disebut dengan proses isotermal.
Berhubung prosesnya berlangsung dalam suhu konstan, maka tidak terjadi
perubahan energi dalam. Termodinamika I, maka kalor yang diberikan akan sama
dengan usaha yang dilakukan oleh sistem (Q = W). Perlu diketahui bahwa proses ini
juga dapat diberlakukan dengan Hukum Boyle, yakni menjadi:

Berhubung suhunya tetap maka pada proses isotermal ini tidak akan terjadi
perubahan energi dalam ∆U=O. Sementara usahanya tetap dapat dihitung dari luas
daerah yang ada di bawah kurva, dengan rumus:

 Proses Isokhorik (Volume Tetap)


Ketika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, maka gas
tersebut tengah dalam proses isokhorik. Hal tersebut karena gas berada dalam
volume konstan (∆V=0), sehingga gas tidak melakukan usaha (W=0) dan kalor yang
diberikan juga akan sama dengan perubahan energi di dalamnya. Kalor dalam proses
ini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV. Proses ini memiliki
rumus berupa:
W = P dV = P.0 = 0
 Proses Isobarik (Tekanan Tetap)
Ketika gas melakukan proses termodinamika supaya menjaga tekanan tetap konstan
maka gas tersebut tengah melalui proses isobarik. Contoh penerapan proses isobarik
ini adalah air mendidih pada tekanan konstan. Hal tersebut karena gas berada dalam
tekanan konstan, sementara gas melakukan usaha ((W = p∆V). Keberadaan kalor
dalam proses ini dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan (Qp ). Nah, jika
proses isobarik ini jika didasarkan pada Hukum Termodinamika I, maka akan
berlaku rumus:

 Proses Adiabatik (Kalor Tetap)


Proses adiabatik adalah proses termodinamika yang cara kerjanya dilakukan oleh gas
murni yang berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi apapun yang
masuk maupun keluar selama proses ini berjalan. Contoh penerapan proses adiabatik
ini adalah penggunaan pompa sepeda motor. Jika didasarkan pada Hukum
Termodinamika I maka akan menjadi: perubahan energi internal gas (dU) adalah
banyaknya energi kalor yang disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas
(P.dV). Apabila Grameds bingung dengan uraian tersebut, berikut ini adalah
rumusnya secara singkat:
Du = Q – P.Dv = P Dv
P Vƴ = K (konstan)

Rumus Hukum Termodinamika I :

Keterangan:
Q = kalor/panas yang diterima/dilepas (J)
W = energi/usaha (J)
∆U = perubahan energi (J)
b. Hukum Termodinamika II
Dalam Hukum Termodinamika II ini berkaitan dengan entropi dan memiliki
kecenderungan yang dari waktu ke waktu, perbedaan suhu, tekanan, dan
menyeimbangkan potensi kimia dalam terisolasinya sistem fisik. Perlu diketahui ya
Grameds, entropi adalah keseimbangan termodinamis, terutama mengenai perubahan
energi yang hukumnya disebut dengan Hukum Termodinamika II. Dalam Hukum
Termodinamika II ini menyatakan bahwa: “Kalor mengalir secara spontan dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah
kebalikannya.”
Sebenarnya, Hukum Termodinamika I dianggap tidak dapat menjelaskan apakah
suatu proses mungkin terjadi ataukah tidak mungkin terjadi. Maka dari itu, muncullah
Hukum Termodinamika II yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau
besaran sistem yang ada. Dalam Hukum Termodinamika II ini terdapat dua formulasi
yang berguna untuk memahami konversi energi panas ke energi mekanik, yakni:
 Formulasi Kelvin-Planck
Formulasi yang pertama ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat
sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah
energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya
menjadi usaha mekanik”. Dengan kata lain, formulasi ini mengungkapkan bahwa
memang tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan. Sehingga lebih
baik menggunakan energi tersebut untuk menjalankan generator listrik tanpa
menimbulkan efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Maka dari itu, setiap
alat atau mesin pastilah memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi ini akan
menyatakan nilai perbandingan dari usaha mekanik yang telah diperolehnya dengan
energi panas dari sumber suhu tertinggi.
 Formulasi Clausius
Dalam formulasi ini menyatakan bahwa “Tidak mungkin untuk membuat sebuah
mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata memindahkan energi
panas dari suatu benda dingin ke benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak
dapat mengambil energi dari sumber dingin (yang memiliki suhu rendah) dan
memindahkan seluruhnya ke sumber panas (yang memiliki suhu tinggi) tanpa
memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha.
c. Hukum Termodinamika III
Dalam Hukum Termodinamika III ini berkaitan dengan temperatur nol absolut.
Hukum ini juga menyatakan bahwa “pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol
absolute, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai mi
nimum”.

Anda mungkin juga menyukai