Anda di halaman 1dari 2

Pengadaan Tanah dan UU Cipta Kerja

Kayla Adriana W. - 13502210011

UU Cipta Kerja dibagi menjadi 11 kluster pengaturan, salah satunya adalah Pengadaan lahan.
Pengadaan lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengadaan tanah dan pemanfaatan hutan.
Pengadaan Tanah adalah penggantian rugi yang layak dan adil kepada para pihak yang
berhak untuk menyediakan tanah. Seseorang dapat disebut sebagai Pihak yang berhak apabila
ia memiliki objek pengadaan tanah. Pengadaan tanah merupakan salah satu kebijakan utama
yang disempurnakan dalam UU Cipta Kerja. Ada 4 peraturan dalam UU No. 2 Tahun 2012
yang disempurnakan, antara lain:
1. Konsultasi Publik
Konsultasi Publik ialah bentuk komunikasi yang berfungsi sebagai respon masyarakat
yang dilakukan setiap tahapan pembentukan UU. Penyempurnaan yang dilakukan
adalah konsultasi publik mengenai rencana pembangunan dilaksanakan untuk
mendapat kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak, sehingga
ketika pembangunan dimulai tidak ada lagi masyarakat yang merasa hak yang
dirampas.
2. Pengadaan Tanah untuk Umum
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dengan ketentuan luas maksimal dari 5
hektar bisa dilaksanakan secara langsung antara instansi yang membutuhkan tanah
dengan pihak yang berhak atas tanah tersebut. Setelah lokasi ditetapkan, tidak perlu
memenuhi syarat seperti kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, pertimbangan
teknis, di luar kawasan hutan dan di luar kawasan pertambangan, di luar kawasan
gambut/sempadan pantai, dan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
3. Objek Pengadaan Tanah
Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan,
tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai. Dalam
perubahan ini diatur bahwa objek pengadaan tanah yang masuk dalam kawasan hutan,
tanah kas desa, wakaf dan/atau tanah aset pemerintah pusat, pemerintah daerah,
BUMN atau BUMD, status tanahnya berubah pada saat penetapan lokasi.
4. Jangka Waktu Penetapan Lokasi
Sebelumnya, jangka waktu penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum
diberikan 2 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 tahun sekarang jakwa waktu
penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum menjadi 3 tahun.
Dengan adanya UU Cipta Kerja, pengadaan tanah untuk proyek strategis nasional menjadi
mudah. Sama halnya kemudahan perizinan pemanfaatan hutan dengan UU Kehutanan yang
disempurnakan dengan UU Cipta Kerja. Berikut merupakan beberapa poin penting perubahan
yang ada ketika UU Cipta Kerja ini disahkan:
1. Mudahnya Perizinan Pemanfaatan Hutan
Mekanisme perizinan disederhanakan dari yang 8 jenis menjadi hanya ada 1 jenis
yaitu berupa perizinan berusaha. Hal ini hanya berlaku bagi hutan kayu. Kemudahan
pemberian perizinan ini dapat berdampak buruk pada lingkungan.
2. Pemanfaatan Hutan Lindung yang Tak Terproteksi
Pemanfaatan hutan lindung awalnya hanya berupa jasa lingkungan dan pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu menjadi lebih beragam karena ditambahkannya klausa
pemanfaatan kawasan hutan. Hal ini menyebabkan kawasan hutan lindung sangat
riskan dimanfaatkan untuk kepentingan yang eksploitatif seperti alih fungsi ke
pertambangan, perkebunan, dll.
3. Hilangnya AMDAL
Dihilangkannya terminologi “izin lingkungan” pada UU No. 32 tahun 2009
menyebabkan AMDAL hanya menjadi pertimbangan saja dan tidak wajib untuk
menilai kelayakan usaha sehingga maraknya izin pendirian usaha menimbulkan
dampak lingkungan yang semakin tak terkendali.
4. Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan
Dalam UU No. 41/1999 mekanisme perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
harus melalui persetujuan DPR tetapi dalam UU Cipta Kerja hanya pemerintah saja
yang memutuskan. Hal ini berimbas pada hilangnya fungsi pengawasan dari
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan hutan.

Anda mungkin juga menyukai