Anatomi Imel
Anatomi Imel
DISUSUN OLEH :
KELAS : REGULAR B
DOSEN PENGAMPU :
NIP: 197112251992032004
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
Makalah Tugas pada mata kuliah Anatomi dengan judul Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh Serta Sistem Metabolisme dan Suhu Tubuh yang telah disetujal oleh dosen pengampu
mata kuliah Anatomi pada tanggal 15 Agustus 2022
Dosen pengampu
Mata kuliah
NIP: 197112251992032004
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Rahmad Hidayat dari Tuhan yang Maha Esa
karena Rahmad, karunia Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tugas yang berjudul “Keterkaitan Anatomi Fisiologi dalam Ruang Lingkup Kebidanan”
ini dengan baik meskipun demikian masih banyak kekurangan didalamnya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada orang yang berjasa dalam
pembuatan makalah ini:
1. Astuti Setyani, STT., M. Kes., Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes
Surabaya
2. Dwi Wahyu Wulan.S.SST.M.Keb., Selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo
3. Siti Mar’atus Solikah, SST.,M.Kes Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3
Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
4. Dina Isfentiani, S.Kep.Ns., M.Ked Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3
Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
5. Miadi, S.Kep.Ns., M.Kep Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3 Kebidanan
Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
6. Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M.Kes , Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan
D3 Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
7. Teman-teman kelompok yang saya banggakan
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa
untuk kedepannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan didalamnya dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian cairan tubuh total?
2. Bagaimana pembagian ruang cairan tubuh dan volume dalam masing-masing
ruangan?
3. Apa perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler dan ekstraseluler?
4. Bagaimana pertukaran cairan tubuh sehari-hari?
5. Bagaimana keseimbangan elektrolit?
6. Bagaimana kesimbangan asam basa?
7. Bagaimana prses metabolisme?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami sistem kesimbangan cairan dan elektrolit
tubuh serta system metabolisme dan suhu tubuh
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang keseimbangan cairan
2. Untuk mengetahui tentang pengaturan kesimbangan elektrolit tubuh
3. Untuk mengetahui tentang proses metabolisme
4. Untuk mengetahui tentang pengaturan dan terjadinya peningkatan suhu tubuh
1.4 MANFAAT
1. Sebagai referensi belajar bagi mahasiswa kebidanan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Cairan Tubuh Total
Cairan tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat
air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut kelamin, umur, dan
kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% dari berat seorang pria dan
sekitar 50% dari berat badan wanita. Air didistribusikan antara dua kompartemen
yang dipisahkan oleh membran sel. Pada orang dewasa kira-kira 40% berat badannya
atau 2/3 dari TBW nya berada di cairan intrasel atau intracellular fluid (ICF) dan
sisanya 1/3 dari TBW atau 20% berada cairan ekstra sel atau extraxellular fluid
(ECF). Cairan ekstrasel terbagi lagi kedalam kompartemen cairan intravaskular
(IVF) sebesar 5% dari TBW dan cairan interstisial (ISF) sebesar 15% Sebesar 1-2%
tergolong kedalam cairan transeluler seperti cairan serebrospinal, intraokular dan
sekresi saluran cerna dan kesemua bagian ini memiliki komposisi elektrolit masing-
masing (Surya, 2013).
TBW dibagi dalam 2 komponen utama dan cairan intra seluler (CIS) dan
cairan ekstra seluler (CES) seperti terlihat pada gambar
Guyton,2012
3
Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki- laki
dewasa dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter berada dalam sel
darah merah yang berada di dalam intravaskuler. Komposisi CIS dan kandungan
airnya bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada. Misalnya, jaringan lemak
memiliki jumlah air yang lebih sedikit dibanding jaringan tubuh lainnya.
Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu
seluruh cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler adalah
cairan interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma,
yaitu seperempat cairan ekstraseluler.
2.2 Pembagian Ruangan Cairan Tubuh dan Volume dalam Masing-masing
Ruangan
Cairan Tubuh Total: 60%
okuler liquor.
Cairan Intravaskuler/plasma: 5%
Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua
per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraseluler.
4
2) Cairan ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh terkandung
di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif CES menurun sampai kira-kira
sepertiga dari volume total. CES dibagi menjadi:
Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.
Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV
sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa
kira kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel
darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.
Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS
meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan
sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat bergerak ke dalam dan ke luar
ruang transeluler setiap harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara
normal mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.
2.4.1 Pemasukan
Cairan tubuh sebagian berasal dari minuman dan makanan yang dimakan
sehari-hari, dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi hydrogen didalam
makanan, yang jumlahnya berkisar antara 150 sampai 250 ml/hari, tergantung dari
kecepatan metabolism. Jumlah cairan yang masuk, termasuk hasil sintesa didalam
tubuh, berkisar 2300 ml/hari.
5
2.4.1 Pengeluaran
6
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
6. Osmosis.
7. Potensial listrik.
8. Perbedaan tekanan.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut
lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume
yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, maka
konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran
yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air atau zat pelarut dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut
dengan osmosis
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang
memengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
2.5.2 Terbentuknya Edema
Edema adalah salah satu tanda adanya inflamasi. Inflamasi merupakan
reaksi pertahanan organisme dan jaringan terhadap kerusakan, tujuannya adalah
memperbaiki kerusakan atau paling tidak membatasinya serta menghilangkan
penyebab kerusakan, seperti bakteri atau benda asing (Silbernagl dan Florian,
2013).
Di Indonesia saat ini penatalaksaan edema masih menggunakan obat
golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) maupun Anti Inflamasi Steroid
(AIS) (Gunawan, 2009). Setiap harinya, AINS digunakan lebih dari 30 juta orang
di seluruh dunia. Akan tetapi, dilaporkan bahwa AINS menyebabkan luka
permukaan dengan mempengaruhi integritas membran mukosa saluran cerna. Di
Indonesia, prevalensi penyakit yang berkaitan dengan kerusakan mukosa
lambung akibat efek samping penggunaan AINS cukup tinggi sekitar 15%-
30% (Schellack, 2012).
7
2.6 Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion
H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.
Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu:
1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat
Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,
antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion
H seperti nilai semula dengan cara:
8
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
9
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi
senyawa kimia atau molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 2015).
Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan
kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam
anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang
menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme
yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
(1). Bila asupan energi lebih besar dari energi yang dikeluarkan dan
berlangsung lama, akan terjadi akumulasi lemak tubuh; tercermin dari
lndeks Massa Tubuh (IMT) yang tiiggi atau persentase lemak tubuh yang
tinggi lebih dari 17%
10
(2). Jelliffe (1984) juga mengemukakan bahwa IMT mempunyai korelasi
yang kuat dengan akumulasi lemak dan akan menurunkan tingkat
kesegaran jasmaninya
(3). Sebaliknya, jika asupan energi lebih rendah dari energi yang
digunakan, akan terjadi kekurangan energi kronis; terlihat adanya
penurunan massa otot atau mid-arm muscle area < 44 Cm2 lndikator lain
adalah serum albumin sebagai indikator biokimia yang rnenunjukkan
seseorang defisit protein, yakni < 3.5 gldl (4).
Peneliti pada Puslitbang Gm dan Makanan, Badan Lilbang Kesehatan, Depkes R.I
a. Karbohidrat
11
b. Protein
c. Lemak
Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O) seperti halnya karbohidrat. Satu gram lemak dapat dibakar untuk
menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan tubuh. Konsumsi lemak
sebanyak 15-30 % kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan.
Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu
penyerapan vitamin larut lemak. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari-hari
dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolestrol yang
dianjurkan <300 mg sehari, Menurut Sunita almatsier (2009: 52).
2.8 Metabolik rate, dan nassal metabolik rate pada wanita hamil
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi saat hamil. Kebutuhan
protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ kehamilan janin dan persiapan laktasi
12
a. Kalori
b. Metabolism karbohidrat
Seorang wanita hamil sering merasa haus, napsu makan kuat, sering kencing,
dan kadang kala dijumpai glucosuria yang meningkat kita pada DM
c. Metabolism lemak
13
Ada beberapa faktor yang menentukan laju pembentukan panas, yaitu.
1. Ukuran tubuh.
2. Umur.
3. Jenis kelamin.
4. Iklim.
6. Jenis pekerjaan.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam
terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian
panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang
kemudian dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu, laju
kehilangan panas hampir seluruhnya ditentukan oleh 2 faktor,yaitu :
14
1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan,
yakni dari dalam inti tubuh ke kulit
2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan.
tubuhnya. Suhu tubuh diatur oleh suatu mekanisme yang menyangkut susunan
saraf, biokimia dan hormonal (Ismoedijanto, 2017). Panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dikurangi dengan pengeluaran panas ke lingkungan luar itulah yang
dinamakan suhu tubuh. Bagaimana pun suhu tubuh berfluktuasi tergantung pada
aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena
fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36°C sampai
38°C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif
Agar suhu tubuh tetap konsisnten dan berada dalam batas normal, hubungan
15
Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardioveskuler. Bidan
suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer sereberal, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada
“setpoint” dimana sistem panas beroperasi. Di rumah, turunnya suhu ruangan
merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set-point, mekanisme konservasi panas
bekerja.
kontraksi otot volunteer dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokontriksi
menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa
pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan
tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit
yang masing-masing memegang peranannya.
Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh
mememiliki suatu sistem mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan nonosmoler.
17
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw
Hill. 2013
2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to Therapy. Verlag
Italia: Springer.
3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body Fluids. Anaesthesia
& Intensive Care Medicine. 2012
4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
5 Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for
Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
6. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health. 2015
19