Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ANATOMI

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH SERTA

SISTEM METABOLISME DAN SUHU TUBUH

DISUSUN OLEH :

KELAS : REGULAR B

1. Lailil Fitria (P27824122039) 7. Ratri Indika N (P27824122057)

2. Nabila MIftachul K (P27824122044) 8. Sabilla Cindy F (P27824122062)

3. Nadia Imellia A. (P27824122045) 9. Saimmaturrohmah O. (P27824122063)

4. Nida Atfia Hana (P27824122050) 10. Sinta Dwi A. (P27824122068)

5. Noer Dwi Yulia (P27824122051) 11. Sintya Putri F (P27824122069)

6. Rachel Dhea S. (P27824122056) 12. Yasmin Rahma W (P27824122074)

DOSEN PENGAMPU :

Siti Mar’atus Solikah, SST.,M.Kes

NIP: 197112251992032004

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Tugas pada mata kuliah Anatomi dengan judul Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh Serta Sistem Metabolisme dan Suhu Tubuh yang telah disetujal oleh dosen pengampu
mata kuliah Anatomi pada tanggal 15 Agustus 2022

Dosen pengampu

Mata kuliah

Siti Mar’atus Solikah, SST.,M.Kes

NIP: 197112251992032004

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Rahmad Hidayat dari Tuhan yang Maha Esa
karena Rahmad, karunia Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tugas yang berjudul “Keterkaitan Anatomi Fisiologi dalam Ruang Lingkup Kebidanan”
ini dengan baik meskipun demikian masih banyak kekurangan didalamnya.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada orang yang berjasa dalam
pembuatan makalah ini:

1. Astuti Setyani, STT., M. Kes., Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes
Surabaya
2. Dwi Wahyu Wulan.S.SST.M.Keb., Selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo
3. Siti Mar’atus Solikah, SST.,M.Kes Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3
Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
4. Dina Isfentiani, S.Kep.Ns., M.Ked Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3
Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
5. Miadi, S.Kep.Ns., M.Kep Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan D3 Kebidanan
Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
6. Tatarini Ika Pipitcahyani, SST., M.Kes , Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Jurusan
D3 Kebidanan Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
7. Teman-teman kelompok yang saya banggakan

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa
untuk kedepannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan didalamnya dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Surabaya,15 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Umum ...................................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Khusus ................................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penulisan2 ............................................................................................................. 2
BAB II KONSEP TEORI .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Cairan Tubuh...................................................................................................... 3
2.2 Pembagian Ruangan Cairan Tubuh dan Volume dalam Masing-masing
Ruangan ..................................................................................................................................... 4
2.3 Perbedaan Komposisi Elektrolit di Intraseluler, Ekstraseluler ............................................. 4

2.4 Pertukaran Cairan Tubuh Sehari-hari (antar kompartemen) ................................................ 5

2.5 Pengaturan Keseimbangan Elektrolit ................................................................................... 6

2.6 Keseimbangan Asam Basa ................................................................................................... 8

2.7 Proses Metabolisme ............................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 12
3.2 Saran. ................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada tubuh seorang dewasa, sekitar 60% terdiri atas air. Sementara pada bayi dan
anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa, yaitu 70-80%.Di
dalam tubuh,selsel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah
sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti paru-paru atau jantung
sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel
jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan agar menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis yang melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi
organ vital dapat dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya,
diperlukan masukan, pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur
melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain . Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan
keseimbangan, baik cairan atau elektrolitdalam tubuh dapat mengakibatkan
overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipeanatremia, hipokalemia, hiperkalemia, dan
hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
komponen atau unsur vital pada tubuh manusia.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian cairan tubuh total?
2. Bagaimana pembagian ruang cairan tubuh dan volume dalam masing-masing
ruangan?
3. Apa perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler dan ekstraseluler?
4. Bagaimana pertukaran cairan tubuh sehari-hari?
5. Bagaimana keseimbangan elektrolit?
6. Bagaimana kesimbangan asam basa?
7. Bagaimana prses metabolisme?
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami sistem kesimbangan cairan dan elektrolit
tubuh serta system metabolisme dan suhu tubuh
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang keseimbangan cairan
2. Untuk mengetahui tentang pengaturan kesimbangan elektrolit tubuh
3. Untuk mengetahui tentang proses metabolisme
4. Untuk mengetahui tentang pengaturan dan terjadinya peningkatan suhu tubuh
1.4 MANFAAT
1. Sebagai referensi belajar bagi mahasiswa kebidanan

2. Sebagai referensi penelitian mengenai hubungan Anatomi Fisiologi manusia

3. Sebagai pengembangan pengetahuan mengenai Anatomi Fisiologi antar sistem


tubuh manusia

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Cairan Tubuh Total

Cairan tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat
air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut kelamin, umur, dan
kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60% dari berat seorang pria dan
sekitar 50% dari berat badan wanita. Air didistribusikan antara dua kompartemen
yang dipisahkan oleh membran sel. Pada orang dewasa kira-kira 40% berat badannya
atau 2/3 dari TBW nya berada di cairan intrasel atau intracellular fluid (ICF) dan
sisanya 1/3 dari TBW atau 20% berada cairan ekstra sel atau extraxellular fluid
(ECF). Cairan ekstrasel terbagi lagi kedalam kompartemen cairan intravaskular
(IVF) sebesar 5% dari TBW dan cairan interstisial (ISF) sebesar 15% Sebesar 1-2%
tergolong kedalam cairan transeluler seperti cairan serebrospinal, intraokular dan
sekresi saluran cerna dan kesemua bagian ini memiliki komposisi elektrolit masing-
masing (Surya, 2013).

TBW dibagi dalam 2 komponen utama dan cairan intra seluler (CIS) dan
cairan ekstra seluler (CES) seperti terlihat pada gambar

Guyton,2012

3
Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki- laki
dewasa dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter berada dalam sel
darah merah yang berada di dalam intravaskuler. Komposisi CIS dan kandungan
airnya bervariasi menurut fungsi jaringan yang ada. Misalnya, jaringan lemak
memiliki jumlah air yang lebih sedikit dibanding jaringan tubuh lainnya.
Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu
seluruh cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler adalah
cairan interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma,
yaitu seperempat cairan ekstraseluler.
2.2 Pembagian Ruangan Cairan Tubuh dan Volume dalam Masing-masing
Ruangan
Cairan Tubuh Total: 60%

Cairan Intra Sel: 40%

Cairan Extra Sel: 20%

Cairan Transeluler 1-2 %: Rongga synovial, Cerebrospinal, Liquor humos, Intra

okuler liquor.

Cairan Intertisial: 15%

Cairan Intravaskuler/plasma: 5%

2.3 Perbedaan Komposisi Elektrolit di Intraseluler, Ekstraseluler

Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi dua kompartemen utama, yaitu:

1) Cairan intraseluler (CIS)

CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua
per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 Kg). sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraseluler.

4
2) Cairan ekstraseluler (CES)

CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
meningkatnya usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh terkandung
di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif CES menurun sampai kira-kira
sepertiga dari volume total. CES dibagi menjadi:

a) Cairan interstisiel (CIT)

Cairan ini berada di sekitar sel. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir
dibanding orang dewasa.

b) Cairan intravaskuler (CIV)

Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV
sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa
kira kira 5-6 L, 3 L dari jumlah itu adalah plasma, sisanya 2-3 L terdiri dari sel
darah merah (SDM), sel darah putih (SDP) dan trombosit.

c) Cairan transeluler (CTS)

Cairan yang terdapat di dalam rongga khusus dari tubuh. Cairan CTS
meliputi cairan cerebrospinal, pericardial, pleural, sinovial, cairan intraokular dan
sekresi lambung. Sejumlah besar cairan ini dapat bergerak ke dalam dan ke luar
ruang transeluler setiap harinya. Contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara
normal mensekresi dan mereabsopsi sampai 6-8 L per hari.

2.4 Pertukaran Cairan Tubuh Sehari-hari (antar kompartemen)

2.4.1 Pemasukan

Cairan tubuh sebagian berasal dari minuman dan makanan yang dimakan
sehari-hari, dan sebagian kecil berasal dari proses oksidasi hydrogen didalam
makanan, yang jumlahnya berkisar antara 150 sampai 250 ml/hari, tergantung dari
kecepatan metabolism. Jumlah cairan yang masuk, termasuk hasil sintesa didalam
tubuh, berkisar 2300 ml/hari.

5
2.4.1 Pengeluaran

Pengeluaran dari tubuh dalam keadaan normal sebagian besar terjadi


melalui urine yang jumlah kurang lebih 1400 ml/hari. Namun pada keadaan-
keadaan tertentu, seperti pada latihan berat, kehilangan cairan yang terbesar
terjadi melalui pengeluaran keringat. Pada tabel 2 di bawah ini dapat di lihat
jumlah kehilangan cairan tubuh yang terjadi melalui berbagai mekanisme.

Tabel. 2 pengeluaran cairan tubuh/hari(dalam ml)

2.5 Pengaturan Keseimbangan Elektrolit


2.5.1 Peristiwa Difusi,Osmosis dan Filtrasi
Perpindahn substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif.
Transpor aktif memerlukan energi, sedangkan transpor pasif tidak membutuhkan
energi. Berikut beberapa jenis perpindahan substansi antar kompartmen :
Diffusi.
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua
zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Partikel (ion atau molekul)
suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah
yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi
substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi.
Beberapa faktor yang memengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum
Fick ( Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.

6
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
6. Osmosis.
7. Potensial listrik.
8. Perbedaan tekanan.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut
lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume
yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, maka
konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran
yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air atau zat pelarut dari larutan
dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut
dengan osmosis
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang
memengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
2.5.2 Terbentuknya Edema
Edema adalah salah satu tanda adanya inflamasi. Inflamasi merupakan
reaksi pertahanan organisme dan jaringan terhadap kerusakan, tujuannya adalah
memperbaiki kerusakan atau paling tidak membatasinya serta menghilangkan
penyebab kerusakan, seperti bakteri atau benda asing (Silbernagl dan Florian,
2013).
Di Indonesia saat ini penatalaksaan edema masih menggunakan obat
golongan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) maupun Anti Inflamasi Steroid
(AIS) (Gunawan, 2009). Setiap harinya, AINS digunakan lebih dari 30 juta orang
di seluruh dunia. Akan tetapi, dilaporkan bahwa AINS menyebabkan luka
permukaan dengan mempengaruhi integritas membran mukosa saluran cerna. Di
Indonesia, prevalensi penyakit yang berkaitan dengan kerusakan mukosa
lambung akibat efek samping penggunaan AINS cukup tinggi sekitar 15%-
30% (Schellack, 2012).
7
2.6 Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion
H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45
dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.
Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu:

1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat

2. katabolisme zat organic

3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme


lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion h dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel,
antara lain:

1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.

2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.

3. mempengaruhi konsentrasi ion K

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion
H seperti nilai semula dengan cara:

1. mengaktifkan sistem dapar kimia

2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan

3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

8
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk


perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.

2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.

3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan


asam karbonat.

4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera.


Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor
dan pusat pernapasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan ion H dan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
ammonia.

2.7 Proses Metabolisme

Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dala


sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan
katabolisme.

2.7.1 Katabolisme dan Anabolisme

Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks


menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi
yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi
katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan
oleh reaksi anabolisme.

9
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi
senyawa kimia atau molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 2015).
Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan
kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam
anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang
menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme
yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.

2.7.2 Keseimbangan Energi

Konsumsi zat gizi yang seimbang di perlukan untuk menunjang


kesehatan dan keselamatan bagi pekew. Energi yang dihasilkan dalam
metabolmme zat gizi makro (lemak, karbohiat dan protein) diperlukan untuk
beraktwitas.

Keseimbengan energi akan tercapai bila asupan energi sesuai dengan


energi yang digunakan dikeluarkan. Energi yang digunakan tergantung kepada
jenis pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Menurut WHO bila
75% dari kegiatan yang dilakukan digunakan untuk kegiatan duduk-duduk atau
berdiri, maka kegiatan itu dimasukkan ke dalam kategori ringan. Sebaiknya, jika
25% dari kegiatan yang dilakukan digunakan untuk duduk dan 75% untuk
kegiatan pekerjaan spesifk yang mernerlukan kekuatan otot. maka kegiatan
tersebut dimasukkan ke dalam kategori berat

(1). Bila asupan energi lebih besar dari energi yang dikeluarkan dan
berlangsung lama, akan terjadi akumulasi lemak tubuh; tercermin dari
lndeks Massa Tubuh (IMT) yang tiiggi atau persentase lemak tubuh yang
tinggi lebih dari 17%

10
(2). Jelliffe (1984) juga mengemukakan bahwa IMT mempunyai korelasi
yang kuat dengan akumulasi lemak dan akan menurunkan tingkat
kesegaran jasmaninya

(3). Sebaliknya, jika asupan energi lebih rendah dari energi yang
digunakan, akan terjadi kekurangan energi kronis; terlihat adanya
penurunan massa otot atau mid-arm muscle area < 44 Cm2 lndikator lain
adalah serum albumin sebagai indikator biokimia yang rnenunjukkan
seseorang defisit protein, yakni < 3.5 gldl (4).

Peneliti pada Puslitbang Gm dan Makanan, Badan Lilbang Kesehatan, Depkes R.I

2.7.3 Kalori yang Terkandung dalam Karbohidrat,Protein dan Lemak

Dalam makanan, terdapat tiga jenis makronutrisi, yaitu lemak, protein,


dan karbohidrat. Per 1 gram lemak mengandung 9 kalori, sedangkan 1 gram
protein maupun 1 gram karbohidrat masing-masing mengandung 4 kalori. Zat-
zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein,
oksidasi zat zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak
terdapat dalam pangan dan disebut juga zat pembakar (Sunita Almatsier (2009).

a. Karbohidrat

Tubuh menggunakan karbohidrat seperti layaknya mesin mobil


menggunakan bensin sebagai bahan bakar.glukosa, karbohidrat yang paling
sederhana mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh.
Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi tenaga
untuk menjalankan sel-sel tubuh.

11
b. Protein

Diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam


tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein
pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang aus,
perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein berguna untuk
melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan
terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh. Selain
fungsi tersebut, menurut Joko Pekik (2006: 15).

c. Lemak

Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O) seperti halnya karbohidrat. Satu gram lemak dapat dibakar untuk
menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan tubuh. Konsumsi lemak
sebanyak 15-30 % kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan.
Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membantu
penyerapan vitamin larut lemak. Di antara lemak yang dikonsumsi sehari-hari
dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Konsumsi kolestrol yang
dianjurkan <300 mg sehari, Menurut Sunita almatsier (2009: 52).

2.8 Metabolik rate, dan nassal metabolik rate pada wanita hamil

Metabolisme merupakan jumlah keseluruhan reaksi kimia serta fisik dan


penggunaan energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan,
sedangkan metabolisme kehamilan merupakan peningkatan metabolism energi
karena kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.

Metabolisme yang terjadi selama kehamilan:

1. Bassal Metabolic Rate

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi saat hamil. Kebutuhan
protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ kehamilan janin dan persiapan laktasi

12
a. Kalori

Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi

b. Metabolism karbohidrat

Seorang wanita hamil sering merasa haus, napsu makan kuat, sering kencing,
dan kadang kala dijumpai glucosuria yang meningkat kita pada DM

c. Metabolism lemak

Metabolisme lemak juga sering terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai


350mg atau lebih per 100cc.

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30g kalsium yang sebagian


besar akan digunakan untuk pertumbuhan janin, jumlah itu diperkirakan hanya
2,5 % dari total kalsium ibu. Zink (Zn) sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin, beberapa penelitihan berpendapat jika janin kekurangan
zink maka akan membuat pertumbuhan janin lambat. Selama kehamilan kadar
mineral ini akan dianjurkan asupan mineral ini 73,3-11,3 mg/hari. Asam folat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel dalam sintetis DNA/RNA.
Sementara itu, pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat anak dengan spina bifida
dianjurkan ngonsumsi asam folat sebanyak 4mg/hari sampai usia kehamilan 12
minggu.

2.9 Pembentukan panas dalam tubuh dan faktor yg mempengaruhi

Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme. Pusat pengatur


panas dalam tubuh adalah Hypothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak.Hipothalamus anterior berfungsi mengatur
pembuangan panas. Hipothalamus posterior berfungsi mengatur upaya
penyimpanan panas.Mekanisme pengaturan suhu yaitu: Kulit, Reseptor ferifer,
hipotalamus (posterior dan anterior), Preoptika hypothalamus, Nervus efferent,
kehilangan/pembentukan panas

13
Ada beberapa faktor yang menentukan laju pembentukan panas, yaitu.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme basal:

1. Ukuran tubuh.

2. Umur.

3. Jenis kelamin.

4. Iklim.

5. Jenis pakaian yang dipakai.

6. Jenis pekerjaan.

b. Laju metabolism tambahan disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi


otot yang disebabkan oleh menggigil

c. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan sebagian


kecil hormone lain, seperti hormone pertumbuhan dan testosterone) terhadap sel

d. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin,


dan perangsangan simpatis terhadap sel

e. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di


dalam sel sendiri, terutama bila suhu di dalam sel meningkat

f. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorbsi, dan


penyimpanan makanan (efek termogenik makanan) (Guyton, Arthur C dan John E
Hall, 2008)

2.10 Pembuangan panas dari tubuh

Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam
terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian
panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang
kemudian dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu, laju
kehilangan panas hampir seluruhnya ditentukan oleh 2 faktor,yaitu :

14
1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan,
yakni dari dalam inti tubuh ke kulit
2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan.

Kulit , jaringan subkutan ,dan terutama lemak dari jaringan subkutan


merupakan suatu penyekatan panas dari tubuh. Lemak penting karena hanya
menyalurkan panas sepertiga kecepatan jaringan lain. Bila tidak ada darah yang
mengalir dari organ interna yang panas ke kulit , daya penyekat yang dimiliki oleh
tubuh laki laki normal kira kira sebanding dengan tiga perempat dari daya penyekat
pada pakaian biasa. Pada perempuan, penyekat ini lebih baik. Oleh karena itu, kulit
merupakan radiator panas yang efektif dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme
penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit ( Guyon, 1996)

2.11 Pengaturan dan terjadinya peningkatan suhu tubuh

Menjadi makluk yang homeotermik, anak selalu berusaha mengatur suhu

tubuhnya. Suhu tubuh diatur oleh suatu mekanisme yang menyangkut susunan

saraf, biokimia dan hormonal (Ismoedijanto, 2017). Panas yang diproduksi oleh

proses tubuh dikurangi dengan pengeluaran panas ke lingkungan luar itulah yang

dinamakan suhu tubuh. Bagaimana pun suhu tubuh berfluktuasi tergantung pada

aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena

fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36°C sampai

38°C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif

sempit (Potter & Perry, 2016).

Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dari perilaku.

Agar suhu tubuh tetap konsisnten dan berada dalam batas normal, hubungan

antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.

15
Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardioveskuler. Bidan

menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi

suhu. Hipotalamus yang terletak antara hemisfer sereberal, mengontrol suhu tubuh

sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Suhu yang nyaman adalah pada
“setpoint” dimana sistem panas beroperasi. Di rumah, turunnya suhu ruangan

mengaktifkan perapian, sebaliknya naiknya suhu mematikan perapian.

Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior

mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi

panas (Potter & Perry, 2016).

Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set-point,

impuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran

panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan

hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah

permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior

merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set-point, mekanisme konservasi panas

bekerja.

Vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah

ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui

kontraksi otot volunteer dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokontriksi

tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai

menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa

pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu

(Potter dan Perry, 2016).

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan
tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit
yang masing-masing memegang peranannya.

Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang
tidak membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam kondisi yang normal, tubuh
mememiliki suatu sistem mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan nonosmoler.

Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah


keseimbangan cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang
tidak balans, perlu diberikan terapi cairan.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan


berbagai macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi
dalam beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan
sebagainya. Masingmasing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai
gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan
seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar
tidak terjadi kasus-kasus tersebut.

17
3.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka, Perlunya mempelajari secara


mendalam tentang materi cairan dan elektrolit ini, untuk dapat memahami dan megerti
tentang apa yang dimaksud dengan cairan dan elektrolit serta pentingnya cairan dan
elektrolit terhadap tubuh manusia.

Pentingnya mengetahui mekanisme-mekanisme, proses dan semua yang terjadi


dalam tubuh yang berhubungan dengan cairan dan elektrolit serta gangguan-gangguan
yang dapat diakaibatkan oleh cairan dan elektrolit sehingga kita sebagai perawat dapat
mengetahui sampai dimana dan mengapa gangguan yang disebabkan oleh cairan dan
elektrolit ini sehingga kita dapat menentukan dan merencan akan tindakan keperawatan
apa yang akan kita lakukan atau kita berikan kepada pasien dengan gangguan yang
disebabkan atau gangguan yang menyebabkan cairan dan elektolit tidak dalam keadaan
yang normal. Sehingga kita dapat menjadi seorang Dokter yang Profesioanal dalam
menangani pasien kita nantinya. Aamiin

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with Fluid and Electrolyte
Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw
Hill. 2013

2. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to Therapy. Verlag
Italia: Springer.

3. Waterhouse BR, Famery AD. The Organization and Composition of Body Fluids. Anaesthesia
& Intensive Care Medicine. 2012

4. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.

5 Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for
Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

6. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.

7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam
Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health. 2015

19

Anda mungkin juga menyukai