Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUKUM KESEHATAN
ASAS-ASAS HUKUM KESEHATAN

Disusun Oleh :

Khusnul Bella. K 220606504 Elly solehah 220606539 Eneng Ermawati 220606359


Assyiffa hernanda 220606106 Yeni wahyuni 220606570 Dewi Fatmawati 220606563
Yunita mandasari 220606576 Nuryanti 220606529 Intan Dwi Lestari 220606498
Yusi andriyani 220606532 Eva Susanti 220606142 Eneng lisna. N 220606354
Euis Yantri 220606474 Mu’tamimah 220606520 Eka santi 220606478
Ayuningsih 220606464 Anggini Sally 220606461 King King. H 220606362
Siti sopiyanti 220606503 Nurhaenah 220606609 Yusra nik 220606562
Siti solihat 220606266 Siti Badriah 220606447 Ikoh Sodikoh 220606496
Ainayah Alpi. M 220606459 Ade Kusumadewi 220606421 Dewi Ratnasari 220606008
Golda elsera 220606484 Ayu Setianingsih 220606005

Dosen Pengampu : DR. Maryati Sutarno, SPd, SST, MARS

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami panjatkan puji
syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah- Nya kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Jakarta, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................................6
A. Asas Hukum.............................................................................................................................6
B. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik..........................................6
C. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan......................................................6
D. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit..................................................7
E. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran......................................7
F. Rancangan Undang-Undang Tentang Keperawatan.............................................................7
1. Asas-Asas Hukum Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan.....................................................8
1.1 Asas - Asas Hukum Kesehatan Dalam UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik 8
1.2 Asas - Asas Dalam UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.....................................9
1.3 Asas - Asas Dalam UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit..............................10
1.4 Asas - Asas Dalam UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran...................10
1.5 Asas - Asas Dalam UU No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa..........................11
1.6 Asas-Asas Dalam RUU Keperawatan...........................................................................12
1.7 Asas-Asas Hukum Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Menurut Ahli...................12
G. Harmonisasi asas-asas hukum kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam upaya
penegakan hukum kesehatan di Indonesia..................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
A. Simpulan.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Nasional Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.[ Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea 4.]
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, tujuan utama yang hendak dicapai adalah memajukan
kesejahteraan umum. Dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, aspek kesehatan
merupakan salah satu aspek pokok yang dijadikan sebagai fokus utama dalam upaya
pembangunan nasional.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.[ Penjelasan
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan] Dalam Undang-Undang
Dasar, setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.[ Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.] Kemudian, Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.[ Pasal 34 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.]
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di antaranya
pembangunan kesehatan. Di Indonesia perkembangan hukum dalam bidang kesehatan
telah diimplementasikan dengan dikeluarkannya berbagai undang-undang yang
bersifat sektoral. Sebagai contoh, antara lain Undang-Undang No.23 Tahun 1992 yang
diganti oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-
Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Undang-Undang No.44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, dan Undang-Undang Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Perkembangan hukum nasional dilaksanakan dalam upaya mencapai tujuan
nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum. Dalam pembentukannya, undang-
undang yang telah disebutkan diatas didasarkan kepada asas-asas umum yang dapat
disebut sebagai asas-asas umum hukum kesehatan dan asas-asas pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asas-asas hukum kesehatan dan asas-asas pelayanan kesehatan di
Indonesia ditinjau dari peraturan perundang-undangan terkait?
2. Bagaimana harmonisasi asas-asas hukum kesehatan dan pelayanan kesehatan
dalam upaya penegakan hukum kesehatan di Indonesia ?
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Asas Hukum
Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan istilah asas ada dua
pengertian. Arti asas yang pertama adalah dasar, alas, pondamen. Sedangkan arti asas
yang kedua adalah sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir
atau berpendapat dan sebagainya.[ W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka, 1985, hlm.60-61.]
Sedangkan menurut R.H Soebroto Brotodiredjo, asas (prinsip) adalah suatu
sumber atau sebab yang menjadi pangkal tolak sesuatu; hal yang inherent dalam segala
sesuatu, yang menentukan hakikatnya; bersifat esensial.[ R.H. Soebroto Brotodiredjo,
Menyongsong Undang-Undang Kepolisian Yang Baru, Jakarta : PTIK, 1984, hlm.2.]
Menurut J.H.P. Bellefroid dalam Inleiding tot de Rechtswetenschap in
Nedherland, asas adalah aturan pokok (hoofdregel) yang didapatkan dengan generalisasi
daripada sejumlah aturan-aturan hukum.[ Idem.] Kemudian lebih jaun Bellefroid
mengatakan bahwa :
“Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan
yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas
hukum umum merupakan pengendapan dari hukum positif”
Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa :
“Asas hukum adalah unsur yang penting dan pokok dari peraturan hukum. Asas
hukum adalah jantungnya peraturan hukum karena ia merupakan landasan yang
paling luas bagi lahirnya peraturan hukum atau ia adalah sebagai ratio legisnya
peraturan hukum”
B. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat
tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga
negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan
pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil
setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif. Dengan
mempertimbangan hal tersebut, maka diperlukan undang-undang tentang pelayanan
publik.
C. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa
Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan nasional
tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi serta
keadilan sosial.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan
yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk di antaranya pembangunan kesehatan yang
diimplementasikan dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
D. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian
dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan
upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan
dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti
oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat
semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Atas dasar pemikiran tersebut
maka dibentuklah Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
E. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan
kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.
Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan dokter gigi, maraknya
tuntutan hukum yang diajukan masyarakat dewasa ini seringkali diidentikkan dengan
kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan dokter dan dokter gigi. Sebaliknya
apabila tindakan medis yang dilakukan dapat berhasil, dianggap berlebihan, padahal
dokter dan dokter gigi dengan perangkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dimilikinya hanya berupaya untuk menyembuhkan, dan kegagalan penerapan ilmu
kedokteran dan kedokteran gigi tidak selalu identik dengan kegagalan dalam tindakan.
Dengan demikian, dibentuklah Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran. Sehingga dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran selain tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku, juga harus menaati
ketentuan kode etik yang disusun oleh organisasi profesi dan didasarkan pada disiplin
ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
F. Rancangan Undang-Undang Tentang Keperawatan
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui pemberian
pelayanan kesehatan termasuk Pelayanan Keperawatan yang dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan
akreditasi, registrasi, dan lisensi. Praktik keperawatan sebagai wujud nyata dari Pelayanan
Keperawatan, dilaksanakan secara mandiri, berdasarkan pelimpahan wewenang,
penugasan khusus, maupun kolaborasi. Dalam melaksanakan Pelayanan Keperawatan
tersebut, Perawat berperan sebagai pemberi Asuhan Keperawatan, pendidik Klien,
koordinator Asuhan Keperawatan, kolaborator dengan pihak terkait, dan konsultan dari
rujukan Perawat.
Untuk menjamin perlindungan terhadap masyarakat sebagai penerima Pelayanan
Keperawatan dan untuk menjamin perlindungan terhadap Perawat itu sendiri sebagai
pemberi pelayanan keperawatan, diperlukan pengaturan mengenai keperawatan secara
komprehensif.
1. Asas-Asas Hukum Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
1.1 Asas - Asas Hukum Kesehatan Dalam UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan Pasal 4 UU No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik
a. Kepentingan umum; artinya pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan
kepentingan pribadi dan/'atau golongan;
b. Kepastian hukum; artinya jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan pelayanan;
c. Kesamaan hak; artinya pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi;
d. Keseimbangan hak dan kewajiban; artinya pemenuhan hak harus sebanding
dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima
pelayanan;
e. Keprofesionalan; artinya pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang
sesuai dengan bidang tugas;
f. Partisipatif; artinya peningkatan peran sertzt masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat;
g. Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif; artinya setiap warga negara berhak
memperoleh pelayanan yang adil;
h. Keterbukaan; artinya setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses
dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan;
i. Akuntabilitas; artinya proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan :sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; artinya pemberian
kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam
pelayanan;
k. Ketepatan waktu; artinya penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat
waktu sesuai dengan standar pelayanan;
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, artinya setiap jenis pelayanan
dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau.
Kemudian dalam Pasal 5 Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik, bahwa :
1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalarn peraturan perundang-
undangan.
2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pendidikan,
pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan,
sumber daya alarn, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.
Atas dasar pasal 5 ayat (2) tersebut, maka asas-asas dalam pelayanan publik berlaku secara
umum terhadap pelayanan publik bidang kesehatan.
1.2 Asas - Asas Dalam UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah
pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya kesehatan sebagai berikut:
[ Pasal 2 UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan]
a. Asas perikemanusiaan, artinya bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi
atas perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan tidak membedakan golongan agama dan bangsa.
b. Asas keseimbangan, artinya bahwa pembangunan kesehatan harus
dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
mental, serta antara material dan sipiritual.
c. Asas manfaat, artinya bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanausiaan dan perikehidupan yang
sehat bagi setiap warga negara.
d. Asas pelindungan, artinya bahwa pembangunan kesehatan harus dapat
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban, artinya bahwa pembangunan
kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk
kesamaan kedudukan hukum.
f. Asas keadilan, artinya bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan
masyarakat dengan pembiayaan yang terjangkau.
g. Asas gender dan nondiskriminatif, artinya bahwa pembangunan kesehatan
tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.
h. Asas norma agama, artinya pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan
menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat.
1.3 Asas - Asas Dalam UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada :[ Pasal 2
UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit]
a. Nilai kemanusiaan, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit dilakukan
dengan memberikan perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak
membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras;
b. Etika dan profesionalitas, artinya bahwa penyelenggaraan rumah sakit dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki etika profesi dan sikap profesional, serta
mematuhi etika rumah sakit;
c. Manfaat, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
d. Keadilan, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit mampu memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu;
e. Persamaan hak dan anti diskriminasi, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah
Sakit tidak boleh membedakan masyarakat baik secara individu maupun
kelompok dari semua lapisan;
f. Pemerataan, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit menjangkau seluruh
lapisan masyarakat;
g. Perlindungan dan keselamatan pasien, artinya bahwa penyelenggaraan Rumah
Sakit tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu
memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan
perlindungan dan keselamatan pasien. Penyelenggaraan rumah sakit selalu
mengupayakan peningkatan keselamatan pasien melalui upaya majamenen risiko
klinik;
h. Mempunyai fungsi sosial, artinya adalah bagian dari tanggung jawab yang
melekat pada setiap rumah sakit, yang merupakan ikatan moral dan etik dari
rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

1.4 Asas - Asas Dalam UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada :[ Pasal 2
UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran]
a. Nilai ilmiah, artinya adalah bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk
pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi;
b. Manfaat, artinya adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
c. Keadilan, artinya adalah bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran harus
mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan
biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu;
d. Kemanusiaan, artinya adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa,
agama, status sosial, dan ras;
e. Keseimbangan, artinya adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan
masyarakat; serta
f. Perlindungan dan keselamatan pasien, artinya adalah bahwa penyelenggaraan
praktik kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi
harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan tetap
memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

1.5 Asas - Asas Dalam UU No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Upaya kesehatan jiwa berasaskan :[ Pasal 2 UU No.18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa]
a. Keadilan; artinya bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa harus dapat
memberikan pelayanan yang adil dan merapa pada semua lapisan masyarakat
dengan pembiayaan yang terjangkau;
b. Perikemanusiaan; artinya bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa kepada
ODMK dan ODGJ dilaksanakan secara manusiawi sesuai engan harkat dan
martabat kemanusiaan. Misalnya tidak boleh dilakukan pengekangan dan lain
sebagainya;
c. Manfaat; artinya bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa harus memberikan
manfaat dan meningkatkan kualitas hidup bagi ODMK, ODGJ, sumber daya
manusia di bidang kesehatan jiwa dan masyarakat;
d. Transparansi; artinya bahwa upaya kesehatan jiwa, baik yang berupa tindakan,
pemberian informasi, maupun pengelolaan pasien harus dijelaskan secara
transparan kepada pihak keluarga, ODMK, ODGJ dan masyarakat;
e. Akuntabilitas; artinya bahwa semua kegiatan pelayanan kesehatan jiwa berupa
informasi dan tindakan dalam pengelolaan pasien harus dapat diakses, terukur, dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat;
f. Komprehensif; artinya bahwa pelayanan kesehatan jiwa diberikan secara
menyeluruh melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;
g. Perlindungan; artinya bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa harus dapat
memberikan perlindungan kepada ODMK, ODGJ, sumber daya manusia di bidang
kesehatan jiwa dan masyarakat di sekitarnya;
h. Non-Diskriminatif, artinya bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa harus
diberikan dengan tidak membedakan ODMK dan ODGJ berdasarkan jenis
kelamin, suku, agama, ras, status sosial dan pilihan politik.
1.6 Asas-Asas Dalam RUU Keperawatan
Keperawatan berasaskan[ Pasal 2 RUU Keperawatan]:
a. Perikemanusiaan; artinya harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan
hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
tanpa membedakan suku, bangsa, agama, status sosial, dan ras;
b. Nilai ilmiah; artinya adalah (praktik) keperawatan dilakukan berdasarkan pada
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik melalui penelitian,
pendidikan maupun pengalaman praktik;
c. Etika; artinya adalah keperawatan dilakukan berdasarkan etika profesi.
d. Manfaat; artinya adalah keperawatan harus memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat;
e. Keadilan; artinya adalah keperawatan harus mampu memberikan pelayanan yang
merata, terjangkau, bermutu, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan kesehatan,
dan
f. Kesehatan dan Keselamatan Klien, adalah Perawat dalam melakukan Asuhan
Keperawatan harus mengutamakan kesehatan dan keselamatan Klien.

1.7 Asas-Asas Hukum Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Menurut Ahli


Menurut Veronica Komalasari[ Veronica Komalasari, Peran Informed Consent
Dalam Transaksi Terepeutik (Persetujuan Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien);
Suatu Tinjauan Yuridis, Bandung : PT. Citra Aditya, 2002, hlm.126-133.], yang
mengatakan bahwa asas-asas hukum yang berlaku dan mendasari pelayanan
kesehatan dapat disimpulkan secara garis besarnya sebagai berikut:
1. Asas Legalitas
Asas ini pada dasarnya tersirat di dalam Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3) Undang-
Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa ;
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan;
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki;
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
Mendasarkan pada ketentuan di atas, maka pelayanan kesehatan hanya dapat
diselenggarakan apabila tenaga kesehatan yang bersangkutan telah memenuhi
persyaratan dan perizinan yang diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, terutama Pasal 29 ayat (1) dan (3); Pasal 36; Pasal 38
ayat (1) yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
Pasal 29 ayat (1) dan (3) antara lain menyatakan bahwa ;
(1) setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda
registrasi dokter gigi;
(2) Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi
dokter gigi harus memenuhi persyaratan :
a. memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi
spesialis;
b. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji dokter
atau dokter gigi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki sertifikat kompetensi; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Di samping persyaratan-persyaratan tersebut di atas, dokter atau dokter gigi
dalam melakukan pelayanan kesehatan harus pula memiliki izin praktik, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 36 Undang-Undang Praktik Kedokteran sebagai berikut :
“Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki sirat Izin Praktik”. Selanjutnya, surat izin praktik ini akan diberikan jika
telah dipenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditentukan secara tegas di dalam
ketentuan Pasal 38 ayat (1) yang menyatakan bahwa ;
(1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 36,
dokter dan dokter gigi harus
a. Memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku;
b. Mempunyai tempat praktik;
c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
Dari ketentuan di atas dapat ditafsirkan bahwa, keseluruhan persyaratan
tersebut merupakan landasan legalitasnya dokter dan dokter gigi dalam menjalankan
pelayanan kesehatan. Artinya, “asas legalitas” dalam pelayanan kesehatan secara laten
tersirat dalam Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Asas Keseimbangan
Menurut asas ini, penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus diselenggarakan
secara seimbang antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat, antara fisik
dan mental, antara material dan spiritual. Di dalam pelayanan kesehatan dapat pula
diartikan sebagai keseimbangan antara tujuan dan sarana, antara sarana dan hasil, antara
manfaat dan risiko yang ditimbulkan dari pelayanan kesehatan yang dilakukan. Dengan
demikian berlakunya asas keseimbangan di dalam pelayanan kesehatan sangat berkaitan
erat dengan masalah keadilan. Dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan,
keadilan yang dimaksud adalah bersifat kasustis, karena sangat berhubungan dengan
alokasi sumber daya dalam pelayanan kesehatan.
3. Asas Tepat Waktu
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, asas tepat waktu ini merupakan
asas yang cukup krusial, oleh karena sangat berkaitan dengan akibat hukum yang timbul
dari pelayanan kesehatan. Akibat kelalaian dokter untuk memberikan pertolongan tepat
pada saat yang dibutuhkan dapat menimbulkan kerugian pada pasien. Berlakunya asas ini
harus diperhatikan dokter, karena hukumnya tidak dapat menerima alasan apapun dalam
hal keselamatan nyawa pasien yang terancam yang disebabkan karena keterlambatan
dokter dalam menangani pasiennya.
4. Asas Itikad Baik
Asas itikad baik ini pada dasarnya bersumber pada prinsip etis untuk berbuat baik
pada umumnya yang perlu pula diaplikasikan dalam pelaksanaan kewajiban dokter
terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan. Dokter sebagai pengemban profesi,
penerapan asa itikad baik akan tercermin pada sikap penghormatan terhadap hak-hak
pasien dan pelaksanaan praktik kedokteran yang selalu patuh dan taat terhadap standar
profesi. Kewajiban untuk berbuat baik ini tentunya bukan tanpa batas, karena berbuat
baik harus tidak boleh sampai menimbulkan kerugian pada diri sendiri.
5. Asas Kejujuran
Kejujuran merupakan salah satu asas yang penting untuk dapat menumbuhkan
kepercayaan pasien kepada dokter dalam pelayanan kesehatan. Berlandaskan asas
kejujuran ini dokter berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien, yakni sesuai standar profesinya. Penggunaan berbagai sarana yang
tersedia pada institusi pelayanan kesehatan, hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pasien yang bersangkutan.
Di samping itu, berlakunya asas ini juga merupakan dasar bagi terlaksananya
penyampaian informasi yang benar, baik dari pasien maupun dokter dalam
berkomunikasi. Kejujuran dalam menyampaikan informasi sudah barang tentu akan
sangat membantu dalam kesembuhan pasien. Kebenaran informasi ini sangat
berhubungan dengan hak setiap manusia untuk mengetahui kebenaran.
6. Asas Kehati-hatian
Kedudukan dokter sebagai tenaga profesional di bidang kesehatan, tindakan
dokter harus didasarkan atas ketelitian dalam menjalankan fungsi dan tanggung
jawabnya dalam pelayanan kesehatan. Karena kecerobohan dalam bertindak yang
mengakibatkan terancamnya jiwa pasien, dapat berakibat dokter terkena tuntutan pidana.
Asas kehati-hatian ini secara yuridis tersirat di dalam Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang
No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menentukan bahwa; : “Setiap orang berhak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya”.
Dalam pelaksanaan kewajiban dokter, asas kehati-hatian ini diaplikasikan dengan
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien terutama hak atas informasi dan
hak untuk memberikan persetujuan yang erat hubungannya dengan informed
consent dalam transaksi terapeutik.
7. Asas Keterbukaan
Salah satu asas yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang No. 36 tahun
2009 adalah asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban, yang secara tersirat di
dalamnya terkandung asas keterbukaan. Hal ini dapat diinterpretasikan dari Penjelasan
Pasal 2 angka (9) yang berbunyi ; “Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban
berarti bahwa pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban
masyarakat sebagai bentuk kesamaan kedudukan hukum”.
Pelayanan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna hanya dapat tercapai
bilamana ada keterbukaan dan kesamaan kedudukan dalam hukum antara dokter dan
pasien dengan didasarkan pada sikap saling percaya. Sikap tersebut dapat tumbuh apabila
dapat terjalin komunikasi secara terbuka antara dokter dan pasien, di mana pasien dapat
memperoleh penjelasan dari dokter dalam komunikasi yang transparan.
Munir Fuady sebagaimana dikutip oleh Anny Isfandyarie,[ Anny Isfandyarie, Op.
Cit., hal. 83-86.] mengemukakan pendapatnya bahwa, di dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan terdapat beberapa asas etika modern dari praktik kedokteran yang
disebutkan oleh Catherine Tay Swee Kian antara lain sebagai berikut :
1) Asas Otonom
Asas ini menghendaki agar pasien yang mempunyai kapasitas sebagai subyek
hukum yang cakap berbuat, diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya
secara rasional sebagai wujud penghormatan terhadap hak asasinya untuk menentukan
nasibnya sendiri.
Meskipun pilihan pasien tidak benar, dokter tetap harus menghormatinya dan
berusaha untuk menjelaskan dengan sebenarnya menurut pengetahuan dan keahlian
profesional dokter tersebut agar pasien benar-benar mengerti dan memahami tentang
akibat yang akan timbul tatkala pilihannya tidak sesuai dengan anjuran dokter. Dalam
hal terjadi demikian, menjadi kewajiban dokter untuk memberikan masukan kepada
pasien tentang dampak negatif yang mungkin timbul sebagai akibat ditolaknya
anjuran dokter tersebut.
2) Asas Murah Hati
Asas ini mengajarkan kepada dokter untuk selalu bersifat murah hati dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya. Berbuat kebajikan, kebaikan dan
dermawan merupakan anjuran yang berlaku umum bagi setiap individu. Hal ini
hendaknya dapat diaplikasikan dokter dalam pengabdian profesinya dalam pelayanan
kesehatan yang dilakukan baik terhadap individu pasien maupun terhadap kesehatan
masyarakat.
3) Asas Tidak Menyakiti
Dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien, dokter hendaknya
mengusahakan untuk tidak menyakiti pasien tersebut, walaupun hal ini sangat sulit
dilakukan, karena kadang-kadang dokter harus melakukan pengobatan yang justru
menimbulkan rasa sakit kepada pasiennya. Dalam hal terjadi demikian, maka dokter
harus memberikan informasi kepada pasien tentang rasa sakit yang mungkin timbul
sebagai akibat tindakan yang dilakukan guna kesembuhan pasien tersebut dan agar
pasien tidak menganggap apa yang telah dilakukan dokter bertentangan dengan asas
tidak menyakiti.
4) Asas Keadilan
Keadilan harus dilakukan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan
dalam artian bahwa dokter harus memberikan pengobatan secara adil kepada pasien
dengan tidak memandang status sosial ekonomi mereka. Di samping itu, asas ini juga
mengharuskan dokter untuk menghormati semua hak pasien antara lain hak atas
kerahasiaan, hak atas informasi dan hak memberikan persetujuannya dalam pelayanan
kesehatan.
5) Asas Kesetiaan
Asas kesetiaan mengajarkan bahwa dokter harus dapat dipercaya dan setia
terhadap amanah yang diberikan pasien kepadanya. Pasien berobat kepada dokter,
karena percaya bahwa dokter akan menolongnya untuk mengatasi penyakit yang
dideritanya. Hal ini merupakan amanah yang harus dilaksanakan dokter dengan penuh
tanggung jawab untuk menggunakan segala pengetahuan dan keahlian yang
dimilikinya demi keselamatan pasiennya.
6) Asas Kejujuran
Asas ini mengajarkan bahwa, dalam pelayanan kesehatan menghendaki
adanya kejujuran dari kedua belah pihak, baik dokter maupun pasiennya. Dokter harus
secara jujur mengemukakah hasil pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan
kepada pasien, dan pasien pun harus secara jujur mengungkapkan riwayat perjalanan
penyakitnya. Dalam praktik pelayanan kesehatan, pelaksanaan Informed
Consent harus berorientasi pada kejujuran.

G. Harmonisasi asas-asas hukum kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam upaya


penegakan hukum kesehatan di Indonesia
Di Indonesia terdapat beberapa hukum positif yang mengatur bidang kesehatan dan
pelayanan kesehatan. Hukum positif tersebut antara lain :
1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.;
2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
5. Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif. Dari
perumusan undang-undang tersebut diatas, didasarkan kepada asas-asas hukum umum.
Setiap undang-undang mengatur hal yang berbeda-beda, namun dalam bidang kesehatan
terdapat beberapa dasar aturan atau asas yang saling melengkapi dan saling mengisi.
Apabila ditinjau dari lima undang-undang yang telah disebutkan di atas, terdapat upaya
harmonisasi asas-asas hukum kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersifat sektoral, sehingga
membentuk suatu sistem hukum nasional memerlukan adanya suatu harmonisasi asas-
asas hukum khususnya hukum kesehatan. Harmonisasi asas-asas hukum ini bertujuan
untuk menyelaraskan aturan-aturan umum. Hal tersebut merupakan suatu upaya
pembangunan nasional bidang kesehatan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu
memajukan kesejahteraan umum. Harmonisasi asas-asas tersebut dapat dilihat dari
adanya kesamaan asas-asas dalam undang-undang yang berbeda. Sebagai contoh,
harmonisasi asas-asas tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

 Jika ditinjau dari beberapa hukum positif di bidang kesehatan yang berlaku,
maka pada dasarnya asas-asas hukum tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sudah mempunyai kekuatan mengikat bagi penyelenggara pelayanan
kesehatan. Kesehatan yang merupakan bagian dari pelayanan publik, berlaku
asas yang tercantum dalam pasal 2 Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik. Kemudian, berlaku juga ketentuan Pasal 2 Undang-Undang
No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Lebih lanjut ditentukan dalam Pasal 2
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, dan terakhir
ditentukan juga dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Jiwa. Selain dari peraturan positif, terdapat juga asas-asas yang secara tersirat
terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang dikemukakan oleh para
ahli.
 Harmonisasi asas-asas hukum bertujuan untuk menyelaraskan aturan-aturan
umum. Hal tersebut merupakan suatu upaya pembangunan nasional bidang
kesehatan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan
umum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
R.H. Soebroto Brotodiredjo, Menyongsong Undang-Undang Kepolisian Yang Baru,
Jakarta : PTIK, 1984.
Veronica Komalasari, Peran Informed Consent Dalam Transaksi Terepeutik
(Persetujuan Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien); Suatu Tinjauan Yuridis,
Bandung : PT. Citra Aditya, 2002.
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka,
1985.
2. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.;
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai