Proposal MK Penelitian
Proposal MK Penelitian
Disusun Oleh :
EUIS YANTRI
NIM : 220606474
TAHUN 2023
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
STIKES ABDI NUSANTARA
BIODATA
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
No. Hp : 0852-1527-3756
Email :Yantrieuis98@gmail.com
Pendidikan Formal
1. SD N 2 Teluk (2004-2010)
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Atas Karunia-Nya kepada kita semua sehingga
dengan judul. Laporan proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk Tugas Mata Kuliah
Penelitan dalam Kebidanan pada program studi S1 Kebidanan Alih Jenjang Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta. Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal ini tidak
akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM., M.Pd ketua yayasan Abadi Nusantara.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Ibu Mariyani, M. Keb selaku Ketua Program Prodi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
4. Seluruh dosen dan staf di program studi Ilmu Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terlibat dalam proses penyusunan
Proposal ini.
Penulis menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan
Proposal ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting merupakan luaran status gizi yang terjadi apabila seseorang anak memeiliki
tinggi atau Panjang abadan kurang dari -2.0 standar deviasi (SD) dibandingkan rerata populasi.
Status gizi dihitung dengan membandingkan tinggi atau Panjang badan menurut umur
balita .sesuai dengan grafik z-score badan Kesehatan dunia (WHO 2018)
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.Kementrian RI 2018
Menurut hasil studi terdahulu bahwa faktor-faktor resiko kejadian stunting yakni berat badan
tidak mendapatkan ASI ekaklusif dan juga pemberian makanan pemdamping ASI yang tidak maksimal.
(Arina 2020)
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi
tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017.
(Kementrian RI 2018)
prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017 Prevalensi balita
sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek
sebesar 19%. (Kementrian RI 2018)
Secara global pada tahun 2020,149 juta dibawa usia 5tahun diperkirakan mengalami stunting
dengan variasi geografis yang ditentukan diberbagai wilayah dunia.banyak faktor secara singnifikan
berkontribusi terhadapap stunting pada anak <5 tahun seperti memiliki tingkat pendapatan rumah
tangga yang lebih rendah, brtjenis kelammi laki-laki, pada usia > 12 bulan, ASI non eksulsif , ukuran anak
saat lahir, Pendidikan ibu yang sangat rendah dan kelahiran kembar. (Arina & dkk 2020)
Kasus stunting di Kabupaten Tangerang pada 2022 turun menjadi 3,7 persen dibandingkan
pada 2021 dengan persentase mencapai 7,6 persen, berdasarkan hasil pengukuran melalui aplikasi
pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau ePPGBM.( Dinkes kab Tangerang)
Berdasarkan data pravalensi stunting oleh World Health Organization (WHO), Indonesia
termasuk kedalam negara ketiga dengan pravalensi balita stunting di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR) yaitu 27,7% pada tahun 2019 (Direktur Jendral
Kesehatan Masyarakat 2019)
Pada tahun 2018 presentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bln adalaah 11,5 %
dan 19,3% angkaini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu presentase balita usia 0-59 bulan sangat
pemdek sebesar 9,8 dan balita pendek sebesar 19,8% , Berdasarkan hasil pemantauan status gizi
(PSG) pada tahun 2017 menunjukan bahwa presentase stunting pada balita berkisar 29,6 %.
( Kemenkes RI ,2018).
Faktor yang mempengaruhi stunting menjadi 2 yaitu faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung dapat berupa ibu dengan kekuragan nutrisi, kehamilan preterm, tidak ASI ekslusif,
pemberian makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi, Sedangkan faktor yang tidakk
langsung berupa pelayanan Kesehatan, Pendidikan orang tua, pendapatan orag tua dan jumlah
keluarga. (WHO,2020)
Dari data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Berat Badan
Lahir,Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Riwayat Pemberian Makanan Pendamping ASI
terhadap kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas X”.
Penelitian ini adalah penelitian yang ada pembaharuan dan referensinya dilihat dari
penelitian sebelumnya yaitu penelitian menurut Dilla Radilla Syafitri (2021), Hubungan Berat
Badan Lahir Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Riwayat Makanan Pendampng ASI
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 bulan di puskesmas X.
Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu :
1. Perbedan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu tempay, jumlah,
populasi, dan sampel.
2. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu variabel yang diteliti dimana sebelumnya
penelitian
1.3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan permaslahan yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian : Bagaimana hubungan berat badan lahir Riwayat
pemberian ASI ekslusif dan Riwayat makanan pendamping ASI terhadapa kejadian
stunting padaa anak usia 24-59 bulan dipuskesmas X ?
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1. TUJUAN UMUM
Mengetahui hubungan berat badan lahir, Riwayat pemberoan ASI ekslusif dan
Riwayat makanan pendamping ASI terhadap kejadian stunting pada anak 24-59 bulan
dipuskesmas X.
1.4.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas X.
2. Mengetahui distribusi frekuensi berat badan lahir pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X.
3. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat ASI eskslusif pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
4. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat waktu pemberian MP-ASI pada anak usia 24-
59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X
5. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
6. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat jenis MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
7. Mengetahui distribusi frekuensi porsi pemberian MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan
di wilayah kerja Puskesmas X
8. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat tekstur MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan
di wilayah kerja Puskesmas X
9. Mengetahui hubungan berat badan lahir, riwayat pemberian ASI eksklusif , dan
riwayat pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dengan kejadian stunting pada
anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X.
10. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia
24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X.
2.3.3. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi
1. Pola makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari
segi jumlah kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam istilah “Isi
piringku”dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari.Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan
memperbanyak sember protein sangat dianjurkan disamping tetap
membiasakan mengkonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring disi oleh sayur dan buah, setengah
nya lagi diisi dengan sumber protein (baik nanbati maupun hewani ) dengan
proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
2. Pola Asuh
Stunting juga dipengeruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurah
baik dalam praktek pemberian makanan bagi bayi dan balita. Dimulai dari
edukasi tentang Kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal
keluarga, hingga calaon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi
saat hamil.
Bersalin difasilitas Kesehatan lakukan inisiasi munyusu dini (IMD) dan
berupaya agar bayi mendapatakan colustrom Air susu ibu (ASI)M Berikan
ASI saja sampai usia 6 bulan, setelah itu ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2
tahun, namun berikan makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh
kembangnya dengan membawa buah hatike posyandu setiap bulan.
(Kemenkes RI 2018)