Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DAN RIWAYAT MAKANANAN PENDAMPNG ASI TERHADAP KEJADIAN


STUNTING PADA ANAK 24-59 BULAN DI PUSKESMAS X

Disusun Oleh :

EUIS YANTRI

NIM : 220606474

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN 2023
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
STIKES ABDI NUSANTARA

BIODATA

Nama : Euis Yantri

Tempat, Tanggal Lahir : Lais, 09 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

No. Hp : 0852-1527-3756

Email :Yantrieuis98@gmail.com

Pendidikan Formal

1. SD N 2 Teluk (2004-2010)

2. MTS An Nahl Talang Duku (2010-2013)

3. SMA Harapan Ayah Bunda (2013-2016 )

4. Akbid Bina Husada Tangerang (2016-2019)

5. Stikes Abdi Nusantara (2022-Sekarang )


MOTTO

“jangan lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan

Tuhan kepada kita dan Berdoa supaya ada harapan

untuk kedepanya dan tidak lupa Berusaha“


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Atas Karunia-Nya kepada kita semua sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Proposal HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RIWAYAT

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN RIWAYAT MAKANANAN PENDAMPNG ASI

TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK 24-59 BULAN DI PUSKESMAS X

dengan judul. Laporan proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk Tugas Mata Kuliah

Penelitan dalam Kebidanan pada program studi S1 Kebidanan Alih Jenjang Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta. Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal ini tidak

akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Khairil Walid Nasution, SKM., M.Pd ketua yayasan Abadi Nusantara.

2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi

Nusantara Jakarta.

3. Ibu Mariyani, M. Keb selaku Ketua Program Prodi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.

4. Seluruh dosen dan staf di program studi Ilmu Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Abdi Nusantara Jakarta.

5. Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan kepada penulis

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terlibat dalam proses penyusunan

Proposal ini.
Penulis menyadari laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan

Proposal ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta

bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amin.

Tangerang, 31 Mei 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Stunting merupakan luaran status gizi yang terjadi apabila seseorang anak memeiliki
tinggi atau Panjang abadan kurang dari -2.0 standar deviasi (SD) dibandingkan rerata populasi.
Status gizi dihitung dengan membandingkan tinggi atau Panjang badan menurut umur
balita .sesuai dengan grafik z-score badan Kesehatan dunia (WHO 2018)

Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.Kementrian RI 2018

Menurut hasil studi terdahulu bahwa faktor-faktor resiko kejadian stunting yakni berat badan
tidak mendapatkan ASI ekaklusif dan juga pemberian makanan pemdamping ASI yang tidak maksimal.
(Arina 2020)

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi
tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017.
(Kementrian RI 2018)

prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017 Prevalensi balita
sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek
sebesar 19%. (Kementrian RI 2018)

Secara global pada tahun 2020,149 juta dibawa usia 5tahun diperkirakan mengalami stunting
dengan variasi geografis yang ditentukan diberbagai wilayah dunia.banyak faktor secara singnifikan
berkontribusi terhadapap stunting pada anak <5 tahun seperti memiliki tingkat pendapatan rumah
tangga yang lebih rendah, brtjenis kelammi laki-laki, pada usia > 12 bulan, ASI non eksulsif , ukuran anak
saat lahir, Pendidikan ibu yang sangat rendah dan kelahiran kembar. (Arina & dkk 2020)
Kasus stunting di Kabupaten Tangerang pada 2022 turun menjadi 3,7 persen dibandingkan
pada 2021 dengan persentase mencapai 7,6 persen, berdasarkan hasil pengukuran melalui aplikasi
pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau ePPGBM.( Dinkes kab Tangerang)

Berdasarkan data pravalensi stunting oleh World Health Organization (WHO), Indonesia
termasuk kedalam negara ketiga dengan pravalensi balita stunting di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR) yaitu 27,7% pada tahun 2019 (Direktur Jendral
Kesehatan Masyarakat 2019)

Pada tahun 2018 presentase balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bln adalaah 11,5 %
dan 19,3% angkaini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu presentase balita usia 0-59 bulan sangat
pemdek sebesar 9,8 dan balita pendek sebesar 19,8% , Berdasarkan hasil pemantauan status gizi
(PSG) pada tahun 2017 menunjukan bahwa presentase stunting pada balita berkisar 29,6 %.
( Kemenkes RI ,2018).

Faktor yang mempengaruhi stunting menjadi 2 yaitu faktor langsung dan tidak langsung.
Faktor langsung dapat berupa ibu dengan kekuragan nutrisi, kehamilan preterm, tidak ASI ekslusif,
pemberian makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi, Sedangkan faktor yang tidakk
langsung berupa pelayanan Kesehatan, Pendidikan orang tua, pendapatan orag tua dan jumlah
keluarga. (WHO,2020)

Dari data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Berat Badan
Lahir,Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Riwayat Pemberian Makanan Pendamping ASI
terhadap kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas X”.

1.2. Kebaharuan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang ada pembaharuan dan referensinya dilihat dari
penelitian sebelumnya yaitu penelitian menurut Dilla Radilla Syafitri (2021), Hubungan Berat
Badan Lahir Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Riwayat Makanan Pendampng ASI
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 bulan di puskesmas X.

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu :
1. Perbedan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu tempay, jumlah,
populasi, dan sampel.
2. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu variabel yang diteliti dimana sebelumnya
penelitian
1.3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan permaslahan yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian : Bagaimana hubungan berat badan lahir Riwayat
pemberian ASI ekslusif dan Riwayat makanan pendamping ASI terhadapa kejadian
stunting padaa anak usia 24-59 bulan dipuskesmas X ?
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1. TUJUAN UMUM
Mengetahui hubungan berat badan lahir, Riwayat pemberoan ASI ekslusif dan
Riwayat makanan pendamping ASI terhadap kejadian stunting pada anak 24-59 bulan
dipuskesmas X.
1.4.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas X.
2. Mengetahui distribusi frekuensi berat badan lahir pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X.
3. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat ASI eskslusif pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
4. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat waktu pemberian MP-ASI pada anak usia 24-
59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X
5. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
6. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat jenis MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas X
7. Mengetahui distribusi frekuensi porsi pemberian MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan
di wilayah kerja Puskesmas X
8. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat tekstur MP-ASI pada anak usia 24-59 bulan
di wilayah kerja Puskesmas X
9. Mengetahui hubungan berat badan lahir, riwayat pemberian ASI eksklusif , dan
riwayat pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dengan kejadian stunting pada
anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X.
10. Mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia
24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas X.

1.5. Manfat penelitian


1.5.1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan penelitian tentang hubungan berat badan lahir Riwayat pemberian
ASI ekslusif dan Riwayat pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia
24-59 bulan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dalam berpraktik kebidanan
nanti.
1.5.2. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini dapat sebagai referensi dalam membuat rencana pembelajaran
semester (RPS) untuk mata kuliah.
1.5.3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat faktor yang berhubungan dengan kejadian
stunting sehingga dapat menurukan resiko kejadian stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Balita


Anak baliata adalah anak yang telah meninjak usia diatas satu tahun atau lebih
popular dengan penhgertian usia anak dibawah lima tahun (Nurbaety 2022)
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB
naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 42
tahun. (Halimatus dkk 2020)
2.2. Kebutuhan Dasar Balita
Kebutuhan dasar anak balita untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan
menjadi kebutuhan dasar :
1. Kebutuhan Fisik -biomedis (ASUH) meliputi :
a. Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting.
b. Perawatan Kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalua sakit, dll.
c. Papan/permukiman yang layak.
d. Hygine perorangan, sanitasi lingkungan
e. Sandang
f. Kesegaran jasmanim rekreasi
2. Kebutuhan Emosi/ kasih Sayang ( ASIH)
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara
ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun
psikososial.Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan
selanggeng mungkin, akan menjami rasa aman bagi bayinya.
3. Kebutuhan akan Stimulasi Mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar ( Pendidikan
dan pelatihan) pada anak, Stimulasi mental (ASAH) ini menggembakan
perkembangan mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, produktivitas, dan sebagainya.
2.3. Klasifikasi Perkembangan Balita
1. Usia Bayi (0-1 tahun )
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuhyang primitive dengan kekebalan pasif
yang dapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada saat bayi kontak dengan
antigen yang berbeda maka akan memperoleh antibodinya sendiri. Imunisasi
diberikan untik kekebalan terhadap penyakit yang dapat membahayakan bayi
berhubungan secara alamiah. Bila dikaitkan dengan status gizi bayi memerlukan
jenis makanan ASI , susu formula, dan makanan padat. Kebutuhan kalori bayi
antara 100-200 kkal/kg BB. Pada empat bulan pertama, bayi yang lebih baik
hanya mendapatakan ASI saja tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam
bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI.
2. Usia Toddler (1-3 Tahun)
Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah rawan.
Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang, disertai minuman
buatan yang encer dan terkontaminasi menyebabkan diare dan marasmus. Selain
itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor kerena penghentian ASI mendadak dan
pemberian makanan padat yang kurang memadai. Anak usia 1-3 tahun
membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang
mengandung berbagai zat gizi.
3. Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun(
Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat, kebutuhan kalorinya adalah 85
kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia prasekolah
yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan
teman, atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai sering mencoba jenis
makanan yang baru. (Nurbaety 2020)
2.3.1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak
yaknii tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar
usianya.Stunting merupakan kondisi serius yang terjadi saat seseorang tidak
mendapatkan asupan bergizi dalam jumlah yang tepat dalam waktu yang lama
( kronik).(Dr.Ns.Meri Neherta 2023)
Stunting merupakan proses kumulatif dan dsebabkan oleh asupan zat-zat
gizi yang tidak cukup atau penyakit infeksi yang berulang atau kedua-duanya.
Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi
sangat kurang pada saat kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang,
rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga dapat
menghambat pertunbuhan. (Arina dkk 2020)
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.(Kementirian RI 2018)
2.3.2. Penyebab Stunting di Indonesia
Stunting terjadi karena kurangnya asuoan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama
kehidupan, yaitu semenjak anak masih didalam kandungan hingga anak berusia 2
tahun.salah satu penyebabnuya adalah kurangnya asupan protein.Stunting pada
anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan,menyusui
atau setelahnya,seperi pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
(Nurul Imani 2020)
Faktot-faktor yang menyebabkan terjadinya Stunting pada Balita
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting antara lain :
1. Penyebab Langsung
a. Konsumsi Zat gizi/Asupan
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Balita mengalami kekurangan gizi
sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga
dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangnya.
Definisi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama dikalangan balita
ialah kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi makanan
dan hamabatan mengabsorsi zat gizi.
Faktor yang mempengaruhi status gizi anak, antara lain.
1. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar bayi atau luar orang tua bayi. Yang
mempengaruhi yaitu :
a. Pemberian ASI
Pemberian makanan bagi bayi haruslah hati-hati dan diperhatikan
kualitas serta kuantitasnya. Bayi harus diberikan makanan cair ASI
tanpa cairan tambahan lain selama 6 bulan. Tambahan cairan lain
seperti susu formula,madu, air teh, putih serta makanan pdat
lainnya.Pemberian ASI juga dapat terus diberikan hingga bayi
berumur 2 tahun atau lebih.
b. Pemberian makanan tambahan
Pemberian makanan tambahan ini juga mempengaruhi pengukuran
status gizi.pemberian makanan tambahandiluar ASI seperti susu
formula, madu ,air teh, maupun makanan padat lainnya baru dapat
diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
2. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam diri anak atau orang tua anak yang dapat
mempengaruhi status gizi antara lain:
a. Usia
Faktor usia orang tua anak akan mempengaruhi kemampuan atau
pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian zat gizi pada
anak yang berasal dari ASI maupun MPASI. Semakin
berpengalaman orang tua, maka akan semakin baik kemampuan
orang tua dalam merawat, membesarkan dan memelihara tumbuh
kembang anak. Menjelaskan bahwa usia ibu yang matang akan
memiliki kesuguhan dalam merawat, mengasuh dan membesarkan
akan mempengaruhi kelansungan hidup anaknya.
b. Kondisi fisik.
Kondisi fisik dan memadai, maka seseorang anak bisa bertahan
dalam kondisi yang sangat rawan. Karena kebutuhan zat gizi dapat
dipengaruhi oleh anak untuk melaksankan pertumbuhan fisik
dengan cepat.
c. Infeksi
Infeksi dan demam adalah berbagai hal yang dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan. Menimbulkan kesulitan menelan serta
mencerna makanan. Jika tidak menjaga daya tahan tubuh dan
mengawasi berbagai asupan gizi yang masuk kedalam tubuh anak,
maka kemungkinan anak untuk terkena infeksi akan sangat besar.
2. Penyebab tidak Langsung
a. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
Ukuran ketesediaan pangan dalam rumah tangga adanya jumlah yang
cukup tersedia bagi untuk konsumsi sebagai dengan jumlah anggota
keluarganya.semakin besar ukuran keluarga, maka semakin sedikit pangan
tersedia yang dapat didistribusikan pada anggota keluarga dan semakin
dikit pangan yang dapat dikonsumsi serta berpengaruh besar terhadap
konsumsi pangan berhubungan erat dengan status gizi.
b. Sosial Ekonomi
Status social ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang
singnifikan terhadap kejadian stunting. Status ekonomi keluarga yang
rendah dapat dipengaruhi tingkat Pendidikan ibu dalam pemilihan
makanan yang dikomsumsi sehinnga biasanya menjadi kurang bervariasi
dan bergizi terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk
pertumbuhan anak seperti sumber protein,vitamin, mineral.( Dr.Ns.Meri
Neherta dkk,2023)

2.3.3. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi

Pencegahan stunting ,Yaitu perbaikan terhadappola makan,pola asuh, serta

Perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

1. Pola makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari
segi jumlah kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam istilah “Isi
piringku”dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari.Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan
memperbanyak sember protein sangat dianjurkan disamping tetap
membiasakan mengkonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring disi oleh sayur dan buah, setengah
nya lagi diisi dengan sumber protein (baik nanbati maupun hewani ) dengan
proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.

2. Pola Asuh
Stunting juga dipengeruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurah
baik dalam praktek pemberian makanan bagi bayi dan balita. Dimulai dari
edukasi tentang Kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal
keluarga, hingga calaon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi
saat hamil.
Bersalin difasilitas Kesehatan lakukan inisiasi munyusu dini (IMD) dan
berupaya agar bayi mendapatakan colustrom Air susu ibu (ASI)M Berikan
ASI saja sampai usia 6 bulan, setelah itu ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2
tahun, namun berikan makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh
kembangnya dengan membawa buah hatike posyandu setiap bulan.
(Kemenkes RI 2018)

3. Sanitasi dan Akses Air Bersih


Rendahnya askes terhadap pelayanan kesehaatan termasuk didalamnya adalah
askes sanitasi dan air bersih, mendekat pada anak resiko ancaman penyakit
infeksi. Untuk itu perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir, serta tidak buang air besar sembrangan.

2.3.4. Dampak Stunting


Stunting merupakan masalah yang sangat serius yang memiliki
dampak buruk bagi anak maupun orangtua hingga negara. Stunting dapat
menyebabkan perlambatan perkembangan otak,keterbelakangan mental,
rendahnya konsentrasi dan memori atau daya ingat, serta risiko serangan
penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi. Kesulitan untuk konsentrasi
dan berfikir inilah kemudian yang menyebabkan rendahnya sumber daya
manusia (SDM)dalam suatu negara.

Dua Dampak Stunting


Dampak stunting dibagi menjadi dua yakni :
a. Jangka pendek
Adalah terganggunya perkembangan otak,kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolism dalam tubuh.
b. Jangka Panjang
Dalam jangka Panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kognitif dan prestasi belajar,menurunya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk muncul penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung, pembuluh darah , kanker,
stroke,dan disabilitas pada usia tua.(Nour sriyanah 2023)s
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan kuantitatif dengan menggubakan
pendekatan croos sectional yaitu untuk melihat hubungan dua variable
(variable independent dan variable dependen) dalam waktu bersamaan
( Crewel 2016). Variable yang diteliti yaitu faktor stunting pada balita
(variable independent) dan variable depenen yaitu pengetahuan ibu
tentang gizi,tingkat pendapatan keluarga,jumlah anggota dalam
keluarga,kelengkpan imunisasi dasar.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian diwilayah Puskesmas X dengan perkembangan jumlah
angka kejadian Stunting.
b. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan pada bulan juli sampai Agustus
2023

3.3. Populasi dan Sampling


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek
mempunyai kualitas dan karakteristik yang diterakan oleh peneliti
untuk kemudian ditarik kesimpulan. (Masturoh imas 2018)
Populasi penelitian adalah seluruh ibu membawa Balita usia 24-59
bulan ke posyandu yang berada di wilayah Puskesmas X. Dari
posyandu yang ada.
b. Sampel
Sampel adalah dari jumlah dan karaktreristik yang dimiliki oleh
populasi,besar sampel dihitung menggunkan rumus Lemeshow (2000)
berdasarkan asusmsi proporsi kasus 50% tingkat kepercayaan preisi 5
% sehingga jumlah sampel yang didapatkan berdasarkan rumus adalah
n¿ N Z 2 …

Anda mungkin juga menyukai