Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

GIZI SEIMBANG BAGI BALITA

OLEH KELOMPOK 5 :
Annisa Sri Setiawati
Baiq Susmananda Anjani
Fitriani Maryam
Indah Purwanti
Raodah
Risa Widiartiningsih
Yati Muliani

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR


LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Gizi Seimbang Bagi Balita
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas  pada Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi . Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Gizi Seimbang Bagi Balia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Lombok Tengah, 25 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
A. Gizi Seimbang...............................................................................................3
B. Prinsip Gizi Bagi Balita ..............................................................................4
C. Cara Pengelolaan Makanan Balita.............................................................7
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan .................................10
E. Pengaruh Status Gizi Terhadap Pertmbuhan Dan Perkembangan........12
F. Menu Seimbang Untuk Balita.....................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan
gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan
individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur.
Gizi baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit
tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah
konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes
serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari
semua kematian di Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Masa anak-anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang sangat pesat
yaitu pertumbuhaan fisik, perkembangan psikomotorik, mental dan sosial. Salah satu
faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Kekurangan
gizi pada anak akan berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, kerentanan terhadap
infeksi, dan akhirnya dapat menghambat perkembangan anak sehingga anak perlu
memperoleh gizi dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas baik
(Meilani, & Zulaikha, 2018).

Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat
dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi, kognitif, dan psikososial
(bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya). Salah satu perkembangan batita
adalah perkembangan motorik, secara umum perkembangan motorik dibagi menjadi dua
yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor
yang melibatkan keterampilan otot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk,

1
merangkak, dan mengangkat leher. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada 3 tahun
pertama usia anak. Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan
gerakan otot-otot kecil seperti, menggambar, meronce manik, menulis, dan makan.
Kemampuan motorik halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil
berkembang.
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
menghambat fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan
menurunkan kemampuan kerja balita dalam aktivitasnya. Kekurangan gizi dapat
menimbulkan kekacauan struktur dan metabolisme sedemikian rupa, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan untuk melaksanakan tugas saraf menjadi sangat terbatas.
Jika pertumbuhan dan perkembangan otak terganggu anak sudah menjadi besar, anak tidak
dapat melaksanakan tugas- tugas intelektual yang seharusnya dapat dilakukan bila
perkembangan normal tidak terganggu oleh rusaknya perkembangan otak karena kurang
gizi.
Berdasarkan survey kesehatan dibawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2018, prevalensi keterlambatan perkembangan motorik kasar, sosial personal,
motorik halus dan perkembangan bahasa pada anak usia 0,5 – 5,9 tahun masih tinggi
mencapai 11,5 %, sampai dengan 21,6%, dan prevalensi gizi buruk hingga mencapai
3,9%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gizi seimbang?
2. Apa saja prinsip gizi seimbang bagi balita?
3. Bagaimana cara pengelolaan makanan balita?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemberian makanan?
5. Bagaimana pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan?
6. Apa saja menu seimbang untuk balita?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian gizi seimbang
2. Mengetahui prinsip gizi seimbang bagi balita
3. Mengetahui cara pengelolaan makanan balita
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pemberian makanan
5. Mengetahui pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
6. Mengetahui menu seimbang untuk balita

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Seimbang
Gizi adalah zat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pertumbuhan, perkembangan,
pemeliharaan dan juga memperbaiki jaringan tubuh. Gizi pun bisa diartikan sebagai
sesuatu yang mempengaruhi adanya proses perubahan yang ada pada setiap makanan yang
masuk dalam tubuh agar tetap sehat. Manusia membutuhkan berbagai zat gizi untuk
menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Gizi mengandung beberapa zat zat penting yang
baik untuk tubuh. Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang
dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses kehidupan. Makanan yang mengandung zat gizi yang seimbang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, karena asupan gizi yang kurang dan tidak
seimbang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan pada balita atau mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan otaknya. Dalam memperbaiki gizi dan kesehatan pada
bayi, atau balita merupakan elemen strategis dalam usaha membangun masyarakat anak
yang lebih sehat dan bergizi lebih baik (Rahman, Dewi, & Bohari, 2017).
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan
secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah
masalah gizi.
Balita adalah kelompok usia yang memiliki risiko tinggi mengalami masalah
kesehatan terutama masalah gizi. Pada masa ini balita memerlukan nutris yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan gizi guna mencapai tahapan tumbuh kembang yang maksimal.
Namun di sisi lain sistem pencernaan pada balita belum sempurna mengalami
perkembangan hingga anak usia ini membutuhkan penanganan dan pengolahan makanan
yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangannya baik secara kualitas dan kuantitas
(Pritasari Damayanti D dkk, 2017).
Zat gizi dibagi menjadi tiga kelompok menurut fungsinya di dalam tubuh, yaitu:
1. Zat energi berupa karbohidrat, lemak dan protein

3
2. Zat pembangun, berupa protein, mineral dan air,
3. Zat pengatur, berupa protein, mineral, air dan vitamin.
Jadi, ada zat gizi yang menurut fungsinya termasuk dalam lebih dari satu golongan,
misalnya protein termasuk dalam golongan zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur,
sedangkan mineral dan air termasuk dalam golongan zat pembangun dan zat pengatur.
Zat-zat gizi dapat pula dibagi dalam zat gizi makro, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein;
zat gizi mikro, yaitu vitamin dan mineral; dan air. Beberapa zat gizi dan kandungannya :
1. Karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon C, hydrogen (H), dan oksigen (O), yang
dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana atau gula sederhan dan
karbohidrat kompleks.
2. Lipida (lemak dan minyak) terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H) dan
oksigen (O), dengan kandungan oksigen lebih kecil dari pada yang terdapat dalam
karbohidrat. Lemak makanan terutama terdapat daam bentuk trigliserida.
3. Protein terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N)
dan kadang-kadang sulfur (S), yang tersusun atas bentuk asam-asam amino. Protein
dibentuk oleh rantai-rantai asam amino yang terikat dalam bentuk peptide.
4. Vitamin merupakan ikatan-ikatan organik yang membantu atau mengatalisis berbagai
reaksi biokimia dalam tubuh.
5. Mineral adalah unsur-unsur atau ikatan-ikatan anorganik yang memegang peranan
penting dalam reaksi-reaksi metabolisme dan sebagai bagian struktural jaringan tubuh,
seperti tulang.
6. Air berperan sebagai pelarut dan pelumas dalam tubuh, dan sebagai alat transport zat-
zat gizi serta sisa-sisa pencernaan dan metabolisme.
B. Prinsip Gizi Bagi Balita
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang
masuk dengan memantau berat badan secara teratur.

4
Empat Pilar tersebut adalah:
1. Mengonsumsi anekaragam pangan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya,
kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi
merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-
buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan
protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi
berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan
karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan
optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam
tubuh. Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain keanekaragaman
jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam
beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan
sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan
mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran
sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak

5
yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk
dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan
dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme
dan dalam pencegahan dehidrasi.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status
gizi seseorang secara langsung, terutama anak - anak. Seseorang yang menderita
penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat
gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme
pada orang yang menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang
menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara
langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang
menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada
keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit
lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik. Budaya
perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap
sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan
terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman
penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan
makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak
menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari
penyakit kecacingan.
3. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan
energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh
termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam
menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.
6
4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal,
yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan
Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal
yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat
mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat
segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan
sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.
Yang dimaksud dengan berat badan normal adalah :
1. Untuk orang dewasa jika IMT 18,5-25,0
2. Bagi anak Balita dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau
C. Cara Pengelolaan Makanan Balita
Ada beberapa teknik pengolahan makanan untuk anak balita.
Diantaranya dengan cara mengukus, merebus, atau memasak dengan microwaving.
1. Streaming ( mengukus )
Membantu mengolah untuk mudah dicerna dan menambah rasa menjadi lebih enak.
Perlu diperhatikan bahwa kandungan vitamin yang larut air seperti vitamin C dan
Vitamin B jangan terlalu lama diolah karena akan rusak. Brokoli jika direbus akan
kehilangan vitamin C sebanyak 60% tetapi dengan dikukus hanya akan kehilangan 20
%. Namun untuk megolahnya harus tepat waktu.
2. Merebus
Merebus dapat merusak zat-zat gizi jika dilakukn dalam waktu yang berlebihan. Untuk
itu diupayakan untuk merebus sayuran dalam waktu yang tepat dengan air yang
seminim mungkin, jangan over cook.
3. Memasak dengan Microwaving
Memasak dengan cara ini sangat mempercepat waktu sehingga sayuran atau ikan
dimasak dalam waktu singkat dan kekurangan zat-zat gizi akan sangat minim. Jika
bahan makanan diolah dengan waktu yang singkat dengan full power tentunya sebagian
zat gizi dapat bertahan.
4. Penggorengan
7
Merupakan pengolahan bahan pangan dengan merendam bahan makanan dalam minyak
pada suhu diatas 100 derajat celcius. Tujuan pengolahan teknik makanan dengan
menggoreng adalah untuk meningkatkan cita rasa makanan serta tekstur makanan
sehingga menjadi lebih kenyal dan renyah.
5. Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu pengolahan bahan organik menjadi bentuk berbeda
dengan menggunakan mikroorganisme terkontrol. Tujuan dilakukan pengolahan
dengan cara fermentasi yakni mengurangi atau menghilangkan zat antinutrient,
meningkatkan nutrisi makanan, meningkatkan kesehatan, memperpanjang waktu
simpan, dan meningkatkan harga jual.
6. Pembekuan dan Pendinginan
Pembekuan dan pendinginan makanan merupakan pengolahan makan dengan
menyimpannya pada suhu rata-rata diatas titik beku pangan. Suhu dipakai biasanya
sekitar 1 derajat hingga-4 derajat celcius. Tujuan dilakukan pengolahan makanan
dengan cara ini adalah agar kandungan bahan makanan terjaga dan tekstur yang
diinginkan dapat dicapai (Winarsih, 2018).
7. Makanan Kalengan
Merupakan metode mengawetkan bahan makanan yang dikemas dengan baik (kedap
air, udara, bakteri dan zat asing lain) pada wadah makanan yang telah melalui proses
sterilisasi. Proses ini mencegah makanan menjadi busuk, perubahan jumlah air,
kerusakan karena proses oksidasi, serta adanya perbedaan rasa.
Cara pengolahan makanan balita
1. Karbohidrat
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber
karbohidarat, seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang dengan
air secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras merah
lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega,
garam dan gula
2. Protein

8
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan
tahu. Pilih sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti
telur.

Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan
berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat
menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran cap
cay, disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak
menjadi ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak
jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi tidak
terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena
itu potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis,
proteinnya tidak sebaik daging segar.  Selain itu juga mengandung zat aditif
sehingga jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya
ditumis, disup atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng. Jangan digoreng
karena akan menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
3. Vitamin Dan Mineral
Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran sayuran,
makin banyak vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging buah,
vitaminya semakin kaya. 
Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung, kacang
panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak bersama minyak
goreng, seperti ditumis, jangan terlalu lama sebab vitaminnya akan habis.
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo, sawi,
kentang, seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air, karena itu jika
direbus atau disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan habis.

9
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi garam,
angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan batangnya
masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah dimasak.
Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan ada reaksi
kimia yang menyebabkan sayur tidak layak dimakan.
 Cara mengolah buah:
a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan hilang,
jika disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah baik, tetapi
kadar gula menjadi tinggi.
b. Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya, seperti
apel, pir dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida pada kulit apel,
sebaiknya dikupas saja.
Dengan adanya kesibukan dalam keluarga, kadang kala tidak ada waktu untuk
memasak, khususnya untuk balita sehingga harus makan apa yang diolah untuk keluarga
tersebut.
Untuk itu dalam mengolah makanan keluarga harus dipikirkan bahwa ada balita yang akan
bergabung dalam menu keluarga dengan mempertimbangkan :
1. Usahakan bentuk yang lain dalam penyajiannya
2. Rasa jangan yang pedas atau berbumbu tajam
3. Selera umum yang disukai anak
4. Beri sentuhan yang menarik sesuai dengan apa yang menjadi kesenangan dalam mainan
porsi menu tetap dalam gizi seimbang

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan


Praktik pemberian makan merupakan perilaku orang tua dalam memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi pada anak, pemberian makan akan mempengaruhi asupan
makan pada anak. Praktik pemberian makan yang baik mengandung sumber energi,
protein, lemak, vitamin, serta mineral. Pola makan yang secara umum yaitu 3x makanan
utama dan 2x makanan selingan. Rata-rata praktik pemberian makan ibu 3,2%
memberikan pengawasan makanan hal tersebut menujukan bahwa orang tua asuh atau ibu
masih sering memberikan makanan yang anak sukai. Hal ini disebabkan ibu terkadang
masih memberikan jenis makanan manis seperti kue, permen, dan es krim kepada anak

10
balitanya, karena balita lebih menyukai makanan yang dia sukai dan ibu memberikan
kebebasan dalam memilih makanan (Purnama, 2017).
Jika orang tua memberikan kebebasan terhadap anaknya dalam memilih makanan
yang anak sukai saja dapat menyebabkan perilaku makan anak yang tidak sehat sehingga
menyebabkan anak cenderung kekurangan zat gizi yang terkandung dalam makanan lainya
sehingga dapat menyebabkan status gizi menjadi kurang (Mardiana, 2018).
Makanan yang dikonsmsi balita dipengaruhi oleh pola pemberian makan balita yang
diterapkan oleh ibu. Pola pemberian makan balita merupakan upaya dan cara ibu untuk
memberikan makanan pada balita dengan tujuan supaya kebutuhan terhadap makanan
tercukupi, baik dalam jumah maupun nilai gizinya.
Salah satu faktor yang berperan dalam pemenuhan nutrisi balita adalah pola asuh
pemberian makan yang dilakukan oleh orang tua. Jika pola makan pada balita tidak
tercapai dengan baik, maka pertumbuhan balita juga akan terganggu, tubuh kurus, gizi
buruk dan bahkan bisa terjadi balita pendek.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh pemberian makan pada
balita, salah satunya adalah faktor pendidikan. Pendidikan ibu dalam pemenuhan nutrisi
akan menentukan pola asuh apa yang diterapkan oleh orang tua serta juga menentukan
status gizi anaknya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dan
pemenuhan kebutuhan gizi (Saxton, 2019).
Terdapat faktor – faktor yang memepengaruhi pola pemberian makan balita yaitu :
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita
Tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang gizi balita mempengaruhi ibu dalam
memilih dan memberikan makanan yang diberikan kepada balita serta akan
menerapkan pemberian makanan yang baik pula ( Puspasari dan Andriani, 2017 )
2. Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang, akan beranggapan bahwa hal yang
terpenting dalam kebutuhan nutrisi adalah mengenyangkan. Pendidikan yang didapat
akan memberikan pengetahuan tentang nutrisi dan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi masalah gizi pada anak. Tingkat pendidikan formal merupakan faktor
yang ikut menentukan ibu dalam menyerap dan memahami informasi gizi yang
diperoleh.
3. Pendapatan rumah tangga..
Tingkat pendapatan rumah tangga mempengaruhi daya beli bahan makanan dan pola
pemberian dan pola pemeberian makanan pada balita. Ekonomi keluarga

11
mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga. Ketersediaan pangan dalam keluarga
mempengaruhi pola konsumsi yang dapat berpengaruh terhadap intake gizi keluarga.
Tingkat pendapatan keluarga menyebabkan tingkat konsumsi energi yang baik.

E. Pengaruh Status Gizi Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai sejak konsepsi sampai berakhirnya
masa remaja. Setiap Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan palapa dan berat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2016). Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan pada anak diantaranya
adalah asupan makanan, penyakit infeksi, dan pola pengasuhan anak. Anak yang
mendapat makanan yang baik baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat
berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya, anak yang makanannya tidak
baik baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan pada akhirnya mempengaruhi status
gizinya. Pola pengasuhan anak, berupa sikap dan perilaku ibu, atau pengasuh lain dalam
hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, kasih sayang
dan sebagainya.
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi organ tubuh dan keterampilan
termasuk emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
yang sifatnya kualitatif (Solechah, 2017). Aspek perkembangan ini sifatnya kualitatif,
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing – masing bagian tubuh, yang diawali
dengan jantung bisa berdenyut memompa darah, kemampuan bernafas sampai anak
mempunyai kemampuan tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda-benda
disekelilingnya, serta kemampuan emosi dan social anak. Tahap perkembangan awal akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan
organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi. Semua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan
manusia yang utuh (Kemenkes, 2016). Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor lingkungan, faktor herediter, dan faktor hormonal. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan postnatal
seprti faktor sosial ekonomi, nutrisi, status kesehatan dan stimulasi dini yang tidak

12
adekuat. Asupan makanan yang kurang baik dapat mempengaruhi perkembangan prenatal
mulai dari awal kehamilan dan disepanjang usia anak. Peran Orang tua terutama ibu
memilik peran utama dalam memberikan stimulasi kepada anaknya.
Perkembangan anak di dukung oleh status gizi yang baik dan seimbang, sebab gizi tidak
seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan yang rendah akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan maupaun perkembangannya.
F. Menu Seimbang Untuk Balita

Pada prinsipnya, balita harus mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari melalui


beragam jenis makanan dengan porsi yang seimbang. Anak harus mulai belajar untuk
makan dan minum secara mandiri.
Makanan yang dapat dikatakan sehat dan bergizi seimbang terdiri dari lima kelompok
makanan utama. Setiap kelompok memiliki beragam zat gizi penting, termasuk vitamin
dan mineral.
Berikut ini lima kelompok makanan dan porsi minimal yang dianjurkan, yakni:
1. Sayuran
Jumlahnya 3-5 porsi per hari. Satu porsi bisa terdiri dari satu cangkir dedaunan, ¾
cangkir jus sayuran, atau ½ cangkir sayuran lain, dalam potongan mentah (seperti
mentimun) atau dimasak.
2. Buah
Konsumsi 2-4 porsi per hari. Satu porsi bisa terdiri dari ½ cangkir buah potong, ¾
cangkir jus buah, atau buah utuh ukuran sedang seperti apel, pisang, atau pir.
3. Karbohidrat
Saran penyajiannya yaitu 6-11 porsi per hari. Setiap porsi setara dengan satu potong
roti, ½ cangkir nasi atau pasta, atau 30 gram serealia.
4. Protein
Konsumsi sebanyak 2-3 porsi, atau 60-90 gram daging merah, ayam, atau ikan per hari.
Satu porsi protein juga bisa terdiri dari ½ cangkir kacang-kacangan, satu buah telur,
atau 4-6 sendok makan selai kacang.
5. Susu dan Produk Olahannya
Si Kecil dapat mengonsumsinya 2-3 porsi per hari. Satu porsi bisa berupa satu cangkir
susu atau yoghurt, atau 45 gram keju. Konsumsi susu dibatasi maksimum 500 ml per
hari.

13
Porsi makanan tersebut dibagi ke dalam tiga kali waktu makan utama dan dua kali
camilan. Tak lupa dengan memberikan 6-8 gelas air putih setiap harinya.

Untuk mencegah balita kekurangan zat besi, lakukan hal-hal berikut ini.
1. Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi
Berikan asupan tersebut paling sedikit dua kali per hari. Zat besi yang tinggi bisa
didapat dari daging merah, diikuti daging unggas, ikan, hati ayam, dan hati sapi.
Sayuran hijau (bayam dan brokoli) juga kaya zat besi, namun hanya diserap sekitar 3-8
persen ketimbang sumber hewani yang diserap sebesar 23 persen.Bila perlu,
pertimbangkan untuk memberikan suplementasi zat besi. Tapi, tentunya Anda harus
berkonsultasi dulu dengan dokter anak.
2. Imbangi dengan Vitamin C
Konsumsi makanan kaya zat besi dengan asupan tinggi vitamin C. Vitamin C dapat
meningkatkan penyerapan zat besi tubuh hingga dua kali lipat. Tomat, brokoli, jeruk,
jeruk limau, stroberi, dan paprika bisa jadi pilihan sumber vitamin C yang baik.
3. Hindari Minum Susu atau Teh saat Makan Utama
Mineral kalsium pada susu dapat menghambat penyerapan zat besi. Begitu juga dengan
teh yang dapat memiliki efek yang sama seperti susu. Sebaiknya, susu dan teh diminum
diluar waktu makan utama.
Bergantung pada usia, ukuran tubuh, dan banyaknya aktivitas, balita membutuhkan 1.000-
1.400 kalori per harinya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan zat gizi anak usia 2-5 tahun terus meningkat karena masih berada pada
masa pertumbuhan cepat dan aktivitas fisik yang tinggi. Pada masa ini anak sudah
mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh
karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari
ibu atau pengasuh anak, terutama dalam memenangka pilihan anak agar memilih
makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia balita sudah mulai
terpapar dengan lingkungan di luar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan
kecacingan. Oleh karena itu perilaku hidup bersih dan sehat perlu dibiasakan untuk
upaya pencegahan terhadap risiko penyakit infeksi atau menular.
Pada prinsipnya, balita harus mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari melalui
beragam jenis makanan dengan porsi yang seimbang. Anak harus mulai belajar untuk
makan dan minum secara mandiri. Makanan yang dapat dikatakan sehat dan bergizi
seimbang terdiri dari lima kelompok makanan utama yaitu sayuran, buah,
karbohidrat,protein dan susu. Setiap kelompok memiliki beragam zat gizi penting,
termasuk vitamin dan mineral.
B. Saran
Untuk mengoptimalkan penyampaian pesan gizi seimbang kepada masyarakat
maka diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang tepat dan berbasis
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dhilon, D. A., & Harahap, D. A. (2022). Gambaran Pola Asuh Pemberian Makan Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Laboy Jaya. Jurnal Ners, 6(1), 124-126.

Domili, I., Tangio, Z. N., Arbie, F. Y., Anasiru, M. A., Labatjo, R., & Hadi, N. S. (2021).
Pola Asuh Pengetahuan Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita. Jurnal Kesehatan
Manarang, 7(Khusus), 23-30.

Fajriani, F., Aritonang, E. Y., & Nasution, Z. (2020). Hubungan pengetahuan, sikap dan
tindakan gizi seimbang keluarga dengan status gizi anak balita usia 2-5 tahun. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 9(01), 1-11.

Fransiska, F., & Mayes, M. (2021). Menu Gizi Seimbang dan Pemeriksaan Kesehatan pada
Balita di Poskesdes Ria-Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan.
Jukeshum: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 34-40.

Kementrian Kesehatan RI (2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41


Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang,
Mardiana, D.N. 2018. Hubungan Praktik Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita Di
Desa Joho Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

Mulazimah, M., & Puspitasari, P. (2022). Pengaruh Status Gizi Prenatal Ibu terhadap
Kualitas Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal Kebidanan, 12(2), 157-166.

Purba, H. I. D., Lumbantoruan, M., & Harianja, E. S. (2020). Penyuluhan Gizi Seimbang
Bagi Ibu Balita Usia 2-5 Tahun Di Kelurahan Dwikora Kecamatan Medan Helvetia. Jurnal
Abdimas Mutiara, 1(2), 242-246.
Purnama, D., Raksanagara, A.S., Arisanti, N. 2017. Hubungan Perilaku Ibu Dengan Status
Gizi Anak Balita di Kabupaten Garut. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V, No. 2, 164-172 ISSN
: 2338-7246

16
Puspasari, N. dan N. Andriani. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Asupan
Makan Balita dengan Statuz Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24 Bulan. Amerta Nutrition. 1(4):
369-378.

Setiawati, S., Yani, E. R., & Rachmawati, M. (2020). Hubungan status gizi dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita 1-3 tahun. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), 88-95.

17

Anda mungkin juga menyukai